Anda di halaman 1dari 7

A.

SEJARAH

Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telahmuncul bersama-sama
dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut munculpada tata kehidupan sosial masyarakat atau
kelompok-kelompok manusia dalamrangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan
binatang danmenghadapi alam sekitarnya.Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi
kerjasama antarmanusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk
sebagaipemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat danpemberani,
sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnyaseorang pemimpin harus lahir
dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani,ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain.
Hingga sampai sekarangseorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan,
karenapemimpin sebagai ujung tombak kelompok

B. TERBENTUKNYA ISTILAH KEPEMIMPINAN

Istilah "kepemimpinan" berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan organisasi.


Proses menuju pemahaman dan penggunaan istilah tersebut melibatkan beberapa tahapan berikut:

1. *Perkembangan Organisasi*: Kepemimpinan menjadi semakin penting seiring dengan munculnya


organisasi yang lebih kompleks. Pada awalnya, dalam masyarakat primitif, mungkin tidak ada istilah
khusus untuk kepemimpinan karena struktur sosialnya lebih sederhana.

2. *Perkembangan Kepemimpinan pada Konteks Politik dan Militer*: Istilah kepemimpinan telah
lama digunakan dalam konteks politik dan militer. Kepemimpinan politik telah ada dalam bentuk
kerajaan, pemerintahan, dan kepemimpinan suku. Demikian juga, militer selalu memiliki hierarki
kepemimpinan yang terstruktur.

3. *Perkembangan Teori Manajemen*: Pada abad ke-20, teori manajemen dan organisasi mulai
berkembang. Teori-teori seperti manajemen ilmiah oleh Frederick Taylor dan teori hubungan
manusia mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya peran pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi.

4. *Penelitian Akademis*: Penelitian akademis yang mendalam tentang kepemimpinan, seperti yang
dilakukan oleh ahli psikologi dan manajemen, membantu memperkuat pemahaman tentang konsep
kepemimpinan. Penelitian ini mengidentifikasi berbagai gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.

5. *Pengaruh Kepemimpinan dalam Dunia Bisnis*: Kepemimpinan menjadi kunci sukses dalam
dunia bisnis. Para pemimpin bisnis yang sukses menjadi sorotan dan memopulerkan konsep
kepemimpinan dalam konteks organisasi.

6. *Penggunaan Istilah dalam Komunikasi Sehari-hari*: Penggunaan istilah "kepemimpinan"


semakin umum dalam percakapan sehari-hari dan literatur manajemen. Ini menjadi bagian integral
dari bahasa bisnis dan manajemen.

7. *Pengembangan Konsep Kepemimpinan*: Konsep kepemimpinan terus berkembang seiring


berjalannya waktu, dengan munculnya pendekatan baru seperti kepemimpinan transformasional,
kepemimpinan berbasis nilai, dan lainnya.

8. *Pengakuan Kepemimpinan dalam Semua Konteks*: Istilah "kepemimpinan" kini digunakan


dalam berbagai konteks, tidak hanya dalam organisasi dan politik, tetapi juga dalam keluarga,
pendidikan, masyarakat, dan bahkan dalam kepemimpinan diri sendiri.
Proses ini mencerminkan evolusi pemahaman manusia tentang pentingnya peran pemimpin dalam
mencapai tujuan dan memengaruhi orang lain. Kepemimpinan menjadi salah satu konsep sentral
dalam pengelolaan organisasi dan dalam memahami bagaimana individu dan kelompok berinteraksi
dalam berbagai konteks sosial.

C. PERIODESASI KEPEMIMPINAN

Periodisasi kepemimpinan adalah konsep yang menggambarkan perkembangan atau evolusi


kepemimpinan sepanjang waktu. Ini mencerminkan bagaimana pendekatan, gaya, dan karakteristik
kepemimpinan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Berikut adalah beberapa periode yang
sering digunakan dalam periodisasi kepemimpinan:

1. *Kepemimpinan Tradisional*: Ini merujuk pada era di mana otoritas dan hierarki sangat dominan.
Pemimpin memiliki kontrol penuh, dan pengikut diharapkan patuh tanpa pertanyaan.

2. *Kepemimpinan Ilmiah*: Periode ini ditandai dengan munculnya pendekatan ilmiah untuk
manajemen dan kepemimpinan, yang dipopulerkan oleh Frederick Taylor dan pengembangan
manajemen ilmiah.

3. *Kepemimpinan Humanistik*: Ini adalah periode di mana penekanan mulai diberikan pada
kebutuhan dan motivasi individu. Teori-teori seperti Teori Hubungan Manusia menggambarkan
pentingnya hubungan antarmanusia di tempat kerja.

4. *Kepemimpinan Partisipatif*: Era ini melihat pertumbuhan pentingnya partisipasi dan


keterlibatan anggota tim dalam pengambilan keputusan. Pendekatan demokratis dan kolaboratif
dalam kepemimpinan muncul.

5. *Kepemimpinan Transformasional*: Periode ini menekankan pemimpin yang mampu


menginspirasi dan mengubah organisasi atau tim mereka. Konsep-konsep kepemimpinan
transformasional, seperti visi dan karisma, menjadi lebih menonjol.

6. *Kepemimpinan Berbasis Nilai*: Periode ini menyoroti pentingnya nilai-nilai etika dalam
kepemimpinan. Pemimpin diharapkan untuk bertindak dengan integritas dan berlandaskan prinsip
moral.

7. *Kepemimpinan Digital atau Teknologi*: Era modern memunculkan kepemimpinan yang terkait
dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Pemimpin harus beradaptasi dengan perubahan
teknologi yang cepat dan memimpin dalam lingkungan yang semakin terhubung.

Periode-periode ini dapat tumpang tindih atau bervariasi dalam berbagai konteks organisasi dan
budaya. Pemimpin yang efektif seringkali harus dapat menggabungkan elemen-elemen dari
beberapa periode ini sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi.

D. PENDEKATAN

Sebuah pendekatan yang mana dilakukan pemimpin dengan memperhatikan berbagai situasi yang
ada ketika pekerjaan berjalan, pemimpin harus bisa memanfaatkan berbagai situasi dalam
kepemimpinannya agar memiliki hubungan baik dengan para bawahannya.
1. Pendekatan sifat pada dasarnya untuk memahami sifat pemimpin. Yaitu karakteristik yang
membedakannya. Penelitian tentang sifat kepemimpinan yang melakukan studi mengenai
daya fisik, keakraban, kepribadian, kecerdasan, motivasi, nilai keterampilan, dan sifat-sifat
lainnya yang menjadi bagian dari sifat kepemimpinan tetap penting untuk diteliti terus-
menerus. pendekatan sikap ini dikembangkan lebih mendalami perilaku pemimpin dan
bawahan di mana mereka mempunyai hubungan interaksi yang hidup antara pemimpin dan
bawahan dengan sifatnya masing-masing.
2. Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kemungkinan adanya suatu aktor dalam
hubungan sosial yang berada pada posisi tertentu untuk melakukan kehendaknya tanpa
perlawanan seseorang mungkin memiliki kekuasaan untuk melaksanakan sesuatu secara
sendirian tetapi secara lebih luas yang mungkin pula memiliki kekuasaan secara organisasi
dengan kekuasaan inilah ia dapat mempengaruhi atau menentukan kegiatan-kegiatan lain
jadi kekuasaan adalah suatu kemampuan menggunakan sanksi memaksa atau memberikan
ganjaran.
3. Pemimpin menemukan perilaku yang mempengaruhi bawahan sehingga baik dalam diri
pemimpin maupun dalam diri bawahan sebagai hasilnya terbentuk komitmen kepatuhan
dan bahkan perlawanan kekuasaan pemimpin dapat secara langsung mempengaruhi dan
beberapa taktik mempengaruhi munculnya efek terhadap sikap ataupun perilaku bawahan
mempengaruhi pengikut dapat dilakukan dengan cara memotivasi pengikut yang merupakan
upaya memerlukan pemikiran sistematis mengenai keadaan pengikut dan teknik motivasi
yang digunakan pengaruh pemimpin menumbuhkan dan mendorong hasrat keinginan
kesadaran kemauan dan etos kerja untuk bergerak bertindak dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi

E. HAMBATAN

Melakukan pendekatan kepemimpinan tidak selalu berjalan mulus, dan ada beberapa
hambatan yang dapat menghalangi pemimpin dalam upayanya untuk mencapai tujuan atau
mengelola tim dengan efektif. Berikut adalah beberapa hambatan umum dalam melakukan
pendekatan kepemimpinan:

1. Kurangnya Keterampilan Kepemimpinan: Salah satu hambatan utama adalah


kurangnya keterampilan kepemimpinan. Pemimpin yang belum mengembangkan
keterampilan dasar seperti komunikasi efektif, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah mungkin kesulitan dalam memimpin dengan efektif.
2. Kurangnya Pengalaman Kepemimpinan: Pemimpin yang belum memiliki
pengalaman kepemimpinan sebelumnya mungkin merasa tidak yakin dalam
menghadapi situasi yang kompleks atau sulit. Pengalaman bisa membantu pemimpin
dalam mengembangkan wawasan dan keterampilan kepemimpinan.
3. Kekurangan Dukungan Organisasi: Ketika organisasi tidak memberikan dukungan
yang cukup kepada pemimpin, seperti pelatihan atau sumber daya yang diperlukan,
hal ini dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan pendekatan kepemimpinan yang
efektif.
4. Perbedaan Nilai dan Budaya: Perbedaan nilai, keyakinan, dan budaya di antara
anggota tim atau organisasi dapat menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan
kerja yang koheren. Pemimpin harus mampu mengelola dan merangkul keragaman
ini.
5. Konflik dan Ketegangan dalam Tim: Konflik dan ketegangan dalam tim dapat
mengganggu upaya pemimpin untuk menciptakan harmoni dan produktivitas.
Pemimpin perlu memiliki keterampilan dalam menangani konflik dan memediasi
perbedaan di antara anggota tim.
6. Tekanan dari Lingkungan Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti tekanan dari
pasar, persaingan yang intens, atau perubahan regulasi dapat mengganggu rencana
dan strategi yang telah ditetapkan oleh pemimpin.
7. Kurangnya Dukungan dari Pengikut: Kepemimpinan yang efektif memerlukan
dukungan dari pengikut. Ketika pengikut tidak percaya atau tidak mendukung
pemimpin mereka, ini dapat menghambat kemampuan pemimpin untuk
mempengaruhi dan mengarahkan mereka.
8. Perubahan dalam Kepemimpinan: Ketika terjadi perubahan dalam kepemimpinan,
baik karena rotasi pemimpin atau perubahan dalam hierarki organisasi, ini dapat
mengganggu kontinuitas dan konsistensi dalam pendekatan kepemimpinan.
9. Ketidakpastian dan Ketidakstabilan: Situasi yang penuh ketidakpastian atau
ketidakstabilan, seperti perubahan ekonomi yang tiba-tiba atau peristiwa krisis,
dapat membuat pemimpin kesulitan dalam merencanakan dan mengelola.

Pemimpin yang efektif harus mampu mengatasi atau menghindari hambatan-hambatan ini
sebisa mungkin dan tetap berfokus pada pencapaian tujuan mereka serta pembinaan
lingkungan kerja yang positif. Ini seringkali melibatkan pengembangan keterampilan
kepemimpinan yang lebih baik, komunikasi yang efektif, dan kemampuan adaptasi terhadap
situasi yang berubah-ubah.

F. PENGERTIAN TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT AHLI


1. Moejiono (2002)
Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya
dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan keinginan
pemimpinnya.
2. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri
seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian
(personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).
Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa dipisahkan dengan
kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah
proses antar hubungan atau interaksi pemimpin, pengikut dan situasi.

G. PERIODESASI TEORI KEPEMIMPINAN


Periodesasi teori kepemimpinan merujuk pada perkembangan dan evolusi teori
kepemimpinan sepanjang waktu. Berikut adalah beberapa periode dalam sejarah teori
kepemimpinan:
1. Awal Abad ke-20: Awal abad ke-20 ditandai dengan munculnya teori-teori awal
tentang manajemen dan kepemimpinan. Pemikiran manajemen ilmiah oleh
Frederick Taylor dan konsep manajemen administratif oleh Henri Fayol adalah
beberapa contohnya.
2. Periode Perang Dunia I dan II: Periode ini melihat perkembangan pendekatan terkait
kepemimpinan dalam konteks militer. Studi tentang kepemimpinan militer, seperti
karya Kurt Lewin, memengaruhi pemahaman tentang kepemimpinan di luar militer.
3. Era Teori X dan Teori Y: Pada tahun 1960-an, Douglas McGregor mengembangkan
Teori X dan Teori Y yang menggambarkan dua pandangan berbeda tentang motivasi
dan manajemen karyawan. Ini berdampak pada cara pemimpin memandang
pengelolaan sumber daya manusia.
4. Era Teori Kontingensi: Pada tahun 1960-an dan 1970-an, teori kontingensi menjadi
populer. Teori ini menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif bergantung
pada situasi tertentu, dan pemimpin harus memilih gaya yang sesuai dengan
konteks.
5. Munculnya Teori-Teori Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional: Pada
tahun 1980-an, James MacGregor Burns dan Bernard Bass memperkenalkan konsep
kepemimpinan transformasional dan transaksional. Ini membedakan dua
pendekatan utama dalam kepemimpinan, di mana kepemimpinan transformasional
berfokus pada inspirasi dan perubahan, sementara kepemimpinan transaksional
berfokus pada pertukaran.
6. Munculnya Kepemimpinan Servant (Pendekatan Pelayan): Pada akhir tahun 20-an,
Robert K. Greenleaf mengembangkan konsep kepemimpinan pelayan, di mana
pemimpin berfokus pada pelayanan kepada orang lain.
7. Era Kepemimpinan Berbasis Nilai: Pada tahun 21, pendekatan kepemimpinan
berbasis nilai semakin populer, menekankan integritas dan etika dalam
kepemimpinan.
8. Kepemimpinan Digital dan Teknologi: Era modern melihat perkembangan
kepemimpinan dalam konteks digital dan teknologi. Pemimpin harus beradaptasi
dengan perubahan teknologi yang cepat dan mengelola tim yang terhubung secara
virtual.

H. TEORI KEPEMIMPINAN
1. Great Man Theory
Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat
kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut
dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19.
2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa
orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka
unggul dalam peran kepemimpinan.
3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa
tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.
4. Teori gaya dan perilaku
Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The
Great Man Theory.
Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental
atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.
5. Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral
Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini
memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik
mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih.
6. Teori Servant
Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai pelayan pertama
kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini, bahwa seorang pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara
kesejahteraan fisik serta mental pengikut atau anggotanya.
7. Teori transaksional
Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang
berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang lain. Dalam
hal ini, tentunya yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya
Perjanjian ini dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau
saling menguntungkan antara pemimpin dengan staf
8. Teori transformasional
Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori kepemimpinan
transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah pada istilah memanusiakan
manusia. Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin terhadap staf atau
bawahan, dapat juga organisasi, dalam rangka membangun semangat, mengubah
kesadaran, serta memberi inspirasi, demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan
maupun tertekan, bahkan mampu memotivasi setiap anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai