Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang banyak orang yang lebih memilih merintis
u s a h a s e n d i r i dibandingkan dengan harus bekerja di perusahaan orang
lain. Semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi.
Karena dalam setiap bisnis dituntut untuk selalu bersikap
professional dan beretika. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan
oleh manusia, selalu diikuti oleh norma-norma dan etika yang harus
dipenuhi supaya tidak mengganggu dan merugikan orang lain.
Kemajuan teknologi saat ini sangat mendukung berkembangnya
sebuah bisnis. Segala sesuatu yang dilakukan manusia akan berhasil
baik jika dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan aturan-
aturan moral yang berlaku. Dalam bisnis diatur beberapa kode etik
yang harus diterapkan seperti kode etik sumber daya manusia, kode etik
pemasaran, kode etik keuangan, dan sebagainya, yang harus dipenuhi
oleh semua pebisnis demi kesuksesan bisnis tersebut.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari kepemimpinan
2. Untuk mengenal apa itu strategi
3. Mendiskripsikan arti performasi
1.3 Manfaat
1. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep dasar tentang
Kepemimpinan
2. Bagi penulis sebagai bahan pembelajaran
3. Bagi dosen atau pengajar adalah sebagai sarana dalam menuangkan
ide, gagasan dan pemikirannya.
4. Bagi masyarkat dapat memperluas wawasan dan sebagai referensi
sebagai referensi acuan penelitian selanjutnya

1
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAAN

2.1. KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)


1. Secara umum
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu
pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau
pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks
dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu
badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala
tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan
gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu
kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan
seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan
yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang
resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-
landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya
cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang
lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar
tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil
pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi
masyarakat.
Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan
kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-
peraturan resmi yang menjadi landasanya, akan tetapi dapat melakukan
kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai
pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam
memilih waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih

2
orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk 
melaksanakan peraturan dan seterusnya.
Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam
suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang
belum dipungut peraturan-peraturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi,
seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-kekuatan masyarakat
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Perkembangan kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah
terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula
terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang
diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada
rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih
menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan,
yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang
kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam
keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan
terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam
keadaan demikian, agak sulit bagi warga kelompok menentukan langkah-
langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi.
Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses
dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila
pada saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar
kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak
munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang
diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka
jalan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu
kebutuhan warga tidak terpenuhi.

3
3. Syarat-syarat kepemimpinan
a. Memberi kesenangan dalam jasmani dan rohani
b. Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum,
c. Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja
persuasion,
d. Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut
merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya,
e. Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,
f. Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan kepandaian dan
ketrampilan,
g. Sifat memberikan semangat kepada anak buah.

4.  Kepemimpinan yang dianggap efektif


Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis
apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-
tidaknya terhindar dari pemerintah boneka belaka.
Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang
tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut
yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi
antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan
pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak
resmi informal leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat
pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh
kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-
peraturan yang dikeluarkan.
Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus
merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya
para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang
atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya,
apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan
masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari

4
kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah
yang sangat diperlukan. 

5.    Tugas Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan


a. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan
pegangan bagi para pengikut-pengikutnya,
b. Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga
masyarakat yang dipimpinnya, dan.
c. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang
dipimpin.
Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang otoriter
a. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak,
b. Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan
tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan, dan
c. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam
proses interaksi didalam kelompok tersebut.
2. Gaya Kepemimpinan yang demokratis
a. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota
kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
b. Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya,
c. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya,
d. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kelompok.
3. Gaya Kepemimpinan yang Bebas
a. Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif,
b. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan
diserahkan kepada kelompok,
c. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para
kelompoknya, dan

5
Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung
bersamaan, karena metode mana yang terbaik dan senantiasa tergantung
pada situasi yang dihadapinya.
Cara-cara demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu
masyarakat yang warganya mempunyai taraf pendidikan yang cukup.
Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam
masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas
mungkin lebih cocok kepada masyarakat yang relatif homogen.
Menurut kami gaya kepemimpinan yang cocok dengan kami
adalah gaya kepemimpinan yang demokratis karena kepemimpinan yang
dilakukan secara demokratis akan menggunakan cara musyawarah dan
akan merumuskan suatu masalah dengan saran dan kritikan yang positif
bagi para pengikutnya untuk mencapai suatu tujuan. Maka kepemimpinan
ini sangat banyak dilakukan pada negara-negara maju khususnya
Indonesia dan Amerika Serikat yang akan membawa dampak baik pada
negaranya dibawah kepemimpinan secara demokratis.

Contoh Perusahaan yang menerapkan gaya kepemimpinan demokratis:


PT. ARTHA SURYA JAYA sebagai salah satu perusahaan
jasa transportasi darat, kontraktor serta supplier, menjadikan
perusahaan yang dapat memberikan kontribusi positif dan maksimal
bagi kemajuan perusahaan anda terkait dengan kebutuhan :
1.Transportasi Darat
2.General Contractor
3.Mechanical & Electrical, dan
4.Supplier

6
PT. ARTHA SURYA JAYA ditunjang oleh tenaga-tenaga
yang professional di bidangnya serta sarana dan prasarana peralatan
yang memadai. Bukanlah sebuah mimpi apabila  PT. ARTHA
SURYA JAYA dapat mengejewantahkan visi dan misinya.

PT. ARTHA SURYA JAYA akan selalu berusaha untuk


merespon atas penugasan-penugasan yang diberikan baik dari
Pemerintah, BUMN, maupun Perusahaan Swasta Nasional dalam
sector bidang pekerjaan migas maupun pekerjaan sipil
PT. ARTHA SURYA JAYA akan terus membenahi secara
internal / eksternal baik teknologi yang perkembangannya semakin
pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan SDM yang handal, dan
secara eksernal untuk memberikan pelayanan terbaik.
VISI : Menjadi perusahaan dengan Dedikasi tinggi dan
menciptakan SDM yang Profesional.
Misi : kepuasan mitra kerja dan konsumen ( Satisfied
Castumer ) yang selalu kita utamakan.

7
2.2. STRATEGI
1. Pengertian
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang
lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja
tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti
strategi bisnis, olahraga, catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manaje
men strategi, dll.

2. Strategi Bisnis

Strategi bisnis melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat


unit bisnis. Di dalam strategi tingkat ini yang ditujukan adalah bagaimana
cara bersaingnya. Pendekatan yang berguna di dalam merumuskan strategi
bisnis sebainya didasarkan atas analisis persaingan yang dicetuskan oleh
Michael Porter:

Pendekatan Porter didasarkan atas analisis 5 kekuatan persaingan.


Tekanan persaingan mencakup:

1. Ancaman Pendatang Baru, perusahaan yang memasuki industri yang


membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang
baik dan laba, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada
rintangan atau kendala yang mengitarinya.

8
2. Daya Tawar Menawar Pemasok, pemasok dapat juga menjadi ancaman
dalam suatu industri sebab pemasok dapat menaikkan harga produk
yang dijual atau mengurangi kualitas produk. Jika harga produk
pemasok naik maka harga pokok perusahaan juga naik sehingga akan
menaikkan harga jual produk. Jika harga jual produk naik maka sesuai
dengan hukum permintaan, permintaan produk akan menurun. Begitu
pula jika pemasok menurunkan kualitas produk, maka kualitas produk
penghasil juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan
konsumen.

3. Daya Tawar Menawar Pembeli, pembeli akan selalu berusaha


mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah.
Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran
yang cukup menentukan bagi perusahaan. Jika suatu produk dinilai
harganya jauh lebih tinggi dari kualitas (harganya tidak mencerminkan
yang sepantasnya) maka pembeli (konsumen) tidak akan membeli
produk perusahaan.

4. Daya Tawar Produk Pengganti, produk pengganti secara fungsional


mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun
memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya,
produk pengganti disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah
akan tetapi ingin tampil dengan status lebih tinggi dari keadaan
sebenarnya.

5. Persaingan Antar Pesaing, persaingan konvensional selalu berusaha


sekeras mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain.
Konsumen merupakan objek persaingan dari perusahaan yang sejenis
yang bermain di pasar. Siapa yang dapat memikat hati konsumen maka
perusahaan akan dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat
memikat konsumen maka berbagai cara dilakukan mulai dari
memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit dengan syarat ringan,
harga murah atau diskon.

9
3. Macam-macam strategi
a. Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership)
Strategi Biaya Rendah menekankan pada upaya memproduksi
produk standar dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini
biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh
pergeseran harga atau menggunakan harga sebagai faktor penentu
keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai
dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku,
ketika konsumen tidak terlalu peduli terhadap perbedaan merk, relatif
tidak membutuhkan perbedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar
konsumen memiliki kekuatan tawar -  menawar yang signifikan.
Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan
harus mampu memenuhi syarat di dua bidang, yaitu : Sumber daya
(resources) dan Organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika
dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, seperti
kuat akan modal, terampil pada rekayasa proses (process engineering),
pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan
promosi rendah. Sedangkan dari bidang Organisasi, perusahaan harus
memiliki kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi
pengendalian yang baik dan insentif berdasarkan target. Berusaha untuk
menjadi produsen berbiaya rendah dalam industri bisa sangat efektif ketika
pasar dibangun dari banyak pembeli yang peka terhadap harga, ketika ada
sejumlah cara untuk mencapai diferensiasi produk, ketika para pembeli
tidak terlalu memusingkan perbedaan dari merek yang satu ke merek yang
lain, atau ketika terdapat sejumlah besar pembeli dengan daya tawar yang
signifikan. Gagasan pokoknya adalah menjual dengan harga yang lebih
rendah dari pesaing dan dengan demikian menguasai pangsa pasar dan
penjualan, yang sepenuhnya mendepak pesaing keluar dari pasar.
Perusahaan yang menggunakan strategi kepemimpinan biaya rendah atau
nilai terbaik harus meraih keunggulan kompetitif dengan cara-cara yang
sulit ditiru atau disamai oleh pesaing. Jika pesaing dapat dengan relatif
mudah atau tidak mahal meniru metode kepemimpinan biaya sang

10
pemimpin, keunggulan pemimpin tersebut tidak akan bertahan cukup lama
untuk memberikan hasil yang besar di pasar. Untuk menjalankan strategi
kepemimpinan biaya secara berhasil, sebuah perusahaan harus memastikan
bahwa total biaya diseluruh rantai nilainya lebih rendah dari total biaya
pesaing. Terdapat dua cara untuk mencapai hal tersebut, antara lain:
1.      Menjalankan aktivitas-aktivitas rantai nilai secara lebih efektif
daripada pesaing dan mengontrol berbagai faktor yang mungkin
mendongkrak biaya aktivitas rantai nilai.
2.      Memperbarui keseluruhan rantai nilai perusahaan untuk
mengeliminasi atau memangkas aktivitas-aktivitas yang menambah
biaya.

b. Strategi Pembedaan Produk (Differentiation)


Diferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:
·         Diferensiasi produk
·         Diferensiasi system penyerahan / penyampaian produk
·         Diferensiasi dalam pendekatan pemasaran
·         Diferensiasi dalam peralatan dan konstruksi
Strategi ini mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan
keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
yang dikedepankan ini mungkin suatu perusahaan untuk menarik minat
sebesar – besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk
bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribusi
fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan yang didapat oleh konsumen
dari produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, fitur tambahan,
fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan
merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa
ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak
mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya.

11
c. Strategi Fokus (Focus)
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing
dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan
untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan
dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi
oleh harga. Dalam pelaksanaannya terutama pada perusahaan skala
menengah dan besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari
dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan
karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok “niche
market” (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula
sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk barang dan
jasa khusus.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar
yang cukup (market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan
tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai
keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk
tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen
membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh
perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi
ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche
market), wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu
dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik,excellent
delivery. (Porter, 1980 dan 1985).

12
4. Contoh Perusahaan dengan strategi
1. Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership)
PT Citilink Indonesia yang merupakan anak usaha PT Garuda
Indonesia yang disiapkan bersaing dengan maskapai penerbangan lain
di kelas penerbangan murah atau low cost carrier. Pangsa pasar
penerbangan murah di Indonesia memang cukup potensial sejalan
dengan meningkatnya kelompok masyarakat kelas menengah yang
mulai melirik moda transportasi udara sebagai pilihan untuk
berpergian. Untuk dapat menekan biaya dan bersaing dengan
maskapai penerbangan lain, PT Citilink Indonesia menerapkan
strategi berikut : tidak ada pelayanan gratis (untuk pelayanan seperti
asuransi, pembelian tiket, pemilihan tempat duduk, serta fasilitas
bagasi Citilink membebankan biaya tambahan yang bervariasi per
penumpang); jaringan atau rute penerbangan jarak pendek (Citilink
memilih rute penerbangan jarak pendek yang mempunyai durasi
penerbangan tidak lebih dari 3 jam agar dapat menghemat biaya);
fasilitas yang standar (salah satu strategi menghemat biaya
operasional penerbangan adalah fasilitas yang sederhana); sistem
operasional sederhana (Citilink berencana akan menggunakan pesawat
baling baling atau propheler dalam menjalankan usahanya, hal ini
dilakukan karena Citilink hanya melayani rute penerbangan jarak
pendek); penghematan distribusi dan strategi promosi (promosi
dilakukan dengan penjualan tiket murah yang bisa menarik perhatian
calon penumpang, Citilink juga bekerjasama dengan perbankan dalam
penyediaan layanan tiket agar Citilink tidak perlu mengeluarkan biaya
distribusi penjualan tiket).

13
2.3. Performance (kinerja)
1. Pengertian
Kinerja dalam organisasi ,merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan
atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah sangat buruk atau
segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi
menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi yang
mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda peringatan adanya
kinerja yang merosot.

 Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67).

“Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

 Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223)

“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan


kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.

Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja)


adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

 Menurut John Whitmore (1997 : 104)

“Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari


seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum ketrampikan”.

 Menurut Barry Cushway (2002 : 1998)

14
“Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan
dengan target yang telah ditentukan”.

 Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah :

“ merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai


prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya
dalam perusahaan”.

 Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy


Sadeli dan Bayu Prawira (2001 : 78), “menyatakan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.
 Menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104)
“kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau
suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”.

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan


dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban
suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan
negatif dari suatu kebijakan operasional.

Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu


yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c)
berperngendalian diri, (d) kompetensi.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja


Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-
faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka,

2. Motivasi,

3. Dukungan yang diterima,

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

15
5. Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang


memengaruhi kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari


kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).
Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai


dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai
tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja
secara maksimal.

3. Contoh perusahaan
 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Penjualan : Rp 128,26 triliun
Perusahaan Telekomunikasi Indonesia atau lebih sering
disebut PT Telkom bergerak dalam bidang usaha informasi dan
komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara
lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan
telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak
104 juta. BUMN ini setengah sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia (52,56%), dan 47,44% dimiliki oleh Publik, Bank of New
York, dan Investor dalam Negeri.

16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Perusahaan dengan seorang pemimpin yang baik adalah
seseorang yang bisa memimpin bawahannya untuk menjadi orang yang
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Ada berbagai macam gaya
kepemimpinan dalam perusahaan. Keberhasilan gaya kepemimpinan ini
tergantung dari lingkungan perusahaan yang dipimpinnya.
Produktivitas kerja karyawan yang baik adalah karyawan yang
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kerjanya setiap hari.
Karyawan yang memiliki prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin. Produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oelh bebrapa faktor.
Pemimpin perusahaan merupakan roda penggerak bagi perjalanan
roda perusahaan. Pimpinan harus memiliki kemampuan memimpin
karyawan dengan jujur, disiplin, sehingga karyawan akan hormat dan
segan. Kepemimpinan kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.

3.2. SARAN
Untuk membangun sebuah perusahaan harus memiliki tata
kelola organisasi baku disetiap bagian-bagian perusahaan, dan juga
untuk memajukan perusahaan membutuhkan aturan yang akan
menjadikan setiap anggota/karyawan di perusahaan tersebut
mempunya etika dalam semua krgiatan yang dilakukan

17
DAFTAR PUSTAKA :
https://widhisatyanugroho.blogspot.com/2016/03/manajemen-produksi-contoh-
perusahaan.html
https://docplayer.info/59036597-Buku-rujukan-etika-bisnis-dan-profesi-leonard-j-
brooks-pengantar-etika-dan-bisnis-k-bertens-etika-bisnis-muhammad-djakfar-dll-
buku-etika-profesi.html
https://avatsum.blogspot.com/2016/11/strategi-diferensiasi-produk-
pelayanan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja
https://www.aturduit.com/articles/20-perusahaan-terbesar-di-indonesia/
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Penerbit Dian
Rakyat,1967.
Selo Soemardjan, Pola-Pola Kepemimpinan Dalam Pemerintahan, 1967.
David Krech dan Richard S. Crutshfield, Theory and Problem of Social
Psyhology,Mc Graw Hill Book Company Inc, 1948.
Soekanto Suryono, sosiologi suatu pengantar, Penerbit PT. Raja Gravindo
Persada, Jakarta, 1990.

18

Anda mungkin juga menyukai