Perlawanan di Bali
Pada masa gubernur jenderal daendels mulai terjadi kontak dengan kerajaan- kerajaan di Bali
Belanda mengirimkan 2 utusan, G.A. Granpre Moliere untuk misi ekonomi dan Huskus Koopman
untuk misi politik yaitu untuk mengakui kekuasaan belanda, tetapi untuk misi politik
menghadapi beberapa kendala. Tetapi akhirnya tercapai kesepakatan dengan beberapa raja.
Kesepakatan itu termasuk penghapusan hukum tawan karang
Sampai tahun 1844 raja buleleng dan karangasem belum melaksanakan perjanjian tersebut dan
membuat belanda memaksa dan menuntut pembayaran ganti rugi raja buleleng, gusti ngurah
made karangasem. Tetapi raja buleleng tersebut beserta dukungan dari patihnya, I gusti ketut
jelantik dengan tegas menolak dan perang tidak dapat dihindarkan.
Saat perang buleleng mendapat bantuan dari kerajaan karang asem dan klungkung, tetapi
akhirnya pasukan tersebut terdesak oleh belanda dan ditandatamgani perjanjian yang intinya
tentang 1. Raja buleleng harus menghancurkan dan tidak membangun benteng baru, 2.
Membayar ganti rugi atas perang dan menyerahkan I gusti ktut jelantik ke belanda, 3. Belanda
diijinkan di buleleng.
Perjanjian ini di balas dengan tipu daya dari para raja dengan memperkuat pasukan dan
membangun benteng super kokoh (gelar-supit urang) dan juga tetap melaksanakan hokum
tawan karang yang memicu kemarahan belanda.
Belanda mengeluarkan ultimatum bahwa perjanjian harus ditaati tapi pra raja menolak, dan
akhirnya belanda tahu tipu daya yang dilakukan selama ini oleh para raja.
Perlawanan dimulai pada tanggal 7 dan 8 juni 1948 yang menyebabkan kekalahan dipihak
belanda yang menimbulkan sakit hati dan dendam di pimpinan belanda sehingga mereka terus
menambah pasukan.
Pada tanggal 15-16 april 1849 semua kekuatan belanda dikerahkan untuk melawan bali yang
menyebabkan terbunuhnya raja buleleng serta I gusti ktut jelantik dan jero jempiring .
Meski pemimpin mereka telah tewas tetapi pertempuran terus terjadi. Tahun 1906 terjadi
perang puputan di bandung dan pada tahun 1908 terjadi perang puputan di klungkung.
6. Perang Banjar
Belanda berambisi untuk menguasai Banjarmasin karena kaya akan emas, intan, lada rontan,
dan damar, maka dilaksanakn perjanjian dengan sultan banjar berupa penyerahan wilayah yang
menyebabkan pengurahan wilayah kesultanan banjarmasin dan penambahan wilayah
kekuasaan belanda
Pengurahan wilayah mempengaruhi pemasukan para penguasa kerajaan, tetapi konsumsi
mereka meningkat karena terpengaruh pola hidup barat yang berakibat peningkatan pajak dari
rakyat.
Dalam keadaan social ekonomi yang kacau tersebut, terjadi perebutan kekuasaan di dalam
kerjaaan. Permasalahan dimulai saat putera mahkota abdul rakhman meninggal secara
mendadak sehingga ada 3 calon kanddat pengganti yaktu pangeran hidayatullah, pangeran
tamjidillah, dan prabu anom. Masing masing dari mereka memiliki pendukung. Pangeran
hidayatullah yang didukung oleh istana dan sudah mendapat surat wasiat , pangeran anom
dijadikan sebagai mangkubumi dan tamjidillah di dukung belanda.
Tetapi, ketika ayah mereka, sultan adam meninggal, yang ditunjuk berikutnya menjadi sultan
adalah tamjidillah yang ditunjuk oleh residen belanda. Sayangnya sultan tamjidillah berperangai
sangat buruk. gerakan protes pengangakatannya yang dilancarkan oelh penghulu abdulgani
akhirnya muncul. Ketegangan semakin meningkat ternyata pangeran hidayatulah yang ditunjuk
sebagai mangkubumi ternyata juga selalu disisihkan. Disisi lain panembahan muning/aling
ternyata mendapat firasat agar kesultanan diberikan ke pangeran antasari yang kemudian ia
melakukan gerakan di pedalaman. Pangeran antasari yang memang ingin melawan belanda dan
tamjidillah akhirnya mengikuti gerakan aling.
Pada 28 april 1859, orang orang muning di bawah komando panembahan aling menyerbu
kawasan tambang batu bara di Pengaron dan beberapa perkebunan. Kejadian ini membuat
kerajaan semakin kacau dan sultan tamjidillah yang tidak banyak berbuat diminta untuk turun
tahta dan diasingkan oleh belanda.
Kemudian, belanda merayu pangeran hidayatullah untuk bergabung dan dijadikan sultan tetapi
ia menolak dan memilih bergabung dengan rakyat melawan belanda.
Sementara itu, pasukan antasari sudah menyerbu pos pos belanda. Sekitar agustus- September
1859 terjadi pertempuran rakyat banjar di 3 lokasi yang dipelopori oleh pangeran antasari dan
demang lehman.
Pada bulan September deman lehan dan pemimpin lain berunding dan memutuskan beberapa
siasat perlawanan diantaranya secara singkat: 1. Pemusatan kekuatan perlawanan di amuntai, 2.
Membuat dan memperkuat pertahanan di tanah laut, martapura, rantau dan kandang,
pangeran antasari memperkuat pertahanan di dusun atas, dan mengusahakan tambahan
senjata.
Semua yang hadir pada saat itu bersumpah “haram manyarah waja sampai kaputing” para
pejuang tidak akan menyerah sampai titik darah penghabisan.
Setelah itu pertempuran pun terjadi besar besaran, pangeran hidayatulah juga diangkat oleh
para ulama dan semua pengikutnya walaupun tidak dengan perangkat kebesaran untuk
menjadin sultan.
Perlawanan antara belanda dan pasukan hidayatullah dan demnag lehman berlangsung sengit
dan pada tanggal 28 februari 1862 hidayatullah berhasil ditangkap dan diasingkan di cianjur.
Setelah itu, pangeran antasari terus melanjutkan perjuangan dan diangkat oleh para
pengikutnya menjadi pemimpin tinggi agama islam dengan gelar panembahan amiruddin
kalifatullah mukminin.
7. Aceh Berjihad
b. Perang Sabil
Pada tahun 1844 Muhammad Daud Syah diangkat menjadi sultan dengan gelar sultan
ala’uddin Muhammad daud Syah. Saat upacara penobatan, para pemimpin perang aceh
memproklamirkan “ikrar prang sabi” (perang sabil) yang merupakan perang melawan
belanda.
Dengan digelorakannya perang sabil, perlawanan semakin meluas, cik di tiro memimpin
di sigli dan pidie, aceh bagian barat tampil teuku umar dan istrinya cut nyak dien.
Belanda mulai menerapkan strategi baru “konsentrasi stelsel”, sayangnya strategi ini
tidak begitu berhasil dan malah menyebarkan perlawanan.
Pada tahun 1893, terdengar bahwa teuku umar menyerah kepada belanda dan dijadikan
panglima belanda serta diberi gelar teuku johan pahlawan. Tetapi, ternyata teuku umar
berbalik dan menyerang pos pos belanda. Peristiwa ini disebut Het verrad van Teukoe
Oemar (penghianatan Teuku Umar)
Hal ini sontak membuat belanda marah dan kehabisan akal untuk melawan aceh.
Akhirnya mereka menggunakan usulan Snouck Horgronye yang secara singkat yaitu
memecah belah persatuan, melawan dengan senjata dan bersikap lunak terhadap
bangsawan dan keluarganya dan diberi kesempatan masuk dalam korpas pamong praja
pemerintah colonial belanda.
Akhirnya belanda melakukan cara tersebut dan pertempuran pun terjadi secara sengit,
bahkan meskipun kerajaan mereka runtuh mereka tetap semangat berjuang. (detail part
ini di buku hal 128-130 karena tidak bisa diringkas)
8. Perang Batak