Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil a’lamin, Puji syukur atas segala Rahmat, Taufiq, Hidayah maupun
Inayah -Nya. Sholawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
akhirul zaman yakni Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumil
akhirat. Amiin..
Penulis berucap syukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat sehat baik fisik,
maupun batin saya sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan makalah ini dengan judul “
PERANG KHANDAQ ” sebagai tugas mata kuliah.
Tentunya makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menjadikan makalah
ini lebih baik lagi. Demikian dan jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

1
BAB I
PENDAHULUAN

       I.            Latar Belakang


Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 M, Penduduk daerah Hijaz dan Najed bersepakat
untuk Nabi Saw dibantu dengan Bani Quraizhah dari kalangan Yahudi. Mereka semua
mengumpulkan seluruh pasukan yang mereka mampu. Terkumpullah sekitar sepuluh ribu orang
dan mereka berangkat ke Madinah. Tatkala, Nabi Saw mendengar hal itu, mereka pun menggali
parit mengelilingi Madinah. Kaum muslimin pun pergi menuju parit (bersiap-siap di sekitar
parit). Kaum musyrikin pun datang dan terkejut melihat strategi yang dilakukan oleh kaum
muslimin. Mereka pun tinggal mengepung Madinah pada beberapa hari. Dan parit tersebut telah
menghalangi mereka dari berkonfrontasi dengan pasukan. Akan tetapi, tetap ada pertempuran
kecil dengan panah antarperorangan dari pasukan berkuda. Lalu, Allah Swt pun menakdirkan
beberapa sebab yang menhinakan kaum musyrikin. Mereka pun kembali ke rumah mereka
dengan tangan-tangan hampa, keinginan mereka tidak tercapai. Kemudian, Rasulullah Saw
menyelesaikan urusan beliau dengan Bani Quraizhah yang ikut campur tangan membantu
Quraisy dengan hasutan mereka untuk menghancurkan Madinah serta bantuan mereka secara
fisik dan pembatalan perjanjian mereka dengan Nabi Saw. Rasulullah pun mengepung mereka.
Hukum mereka pun diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz. Sa’ad bin Mu’adz pun memberikan
hukuman kepada mereka dengan hukum bunuh kepada orang-orang yang mampu berperang
sedang anak-anaknya ditawan.

II.            Rumusan Masalah


   

1.      Bagaimana sebab terjadinya perang khandaq ?


2.      Bagaimana kisah dari perang khandaq ?
3.      Apa saja hikmah dibalik perang khandaq ?
4.      Apa kesan-kesan dari perang khandaq ?

III.            Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui sebab terjadinya perang Khandaq.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui kisah dari perang Khandaq.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui hikmah dibalik perang Khandaq.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui kesan dari perang Khandaq.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sebab Terjadinya Perang Khandaq

Perang besar ketiga kaum Muslim adalah perang Khandaq atau dikenal dengan sebutan
perang Al-Ahzab yang terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah. Tempatnya Di sekitar
kota Madinah, teristimewa di bagian utara penyebabnya peperangan Ahzab (golongan-golongan)
sebagai ditunjukkan oleh namanya itu adalah gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul
dari sana sini, dengan maksud hendak menumpas Islam dan Muslimin. 1[1] Perang tersebut
merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah islam. Sebab, perang Khandaq menjadi
penentu kelanjutan masa depan agama islam. Dalam perang Khandaq, kaum Muslim
mendapatkan berbagai cobaan yang sangat hebat. Hal ini digambarkan secara gamblang dalam
ayat berikut :
ُّ ِ‫َاج َر َوتَظُنُّونَ بِآهلل‬
َ ِ‫آلظنُونَآ هُنَال‬
‫ك‬ ِ ‫ت ْآلقُلُوبُ ْآل َحن‬ َ ‫ت آألَ ْب‬
ِ ‫ص ُر َوبَلَ َغ‬ ِ ‫م َو ِم ْن أ ْسفَ َل ِم ْن ُك ْم َوإِ ْذزَ ا َغ‬lْ ‫إِ ْذ َجآ ُءو ُك ْم ِّم ْن فَوْ قِ ُك‬
‫واز ْلزَاالً َش ِددًا‬
ِ ُ‫ون َو ُز ْل ِزل‬ lَ ُ‫آ ْبتُلِ َى ْآل ُم ْؤ ِمن‬
“(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap
lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan. Dan, kamu menyangka
terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin
dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat”. (QS. Al-Ahzab [33]:10-11)
Dari ayat tersebut, dapat kita lihat dengan jelas betapa dahsyat cobaan yang menimpa
kaum muslim. Namun, berbagai cobaan tersebut merupakan ujian dari Allah Swt bagi kaum
muslim. Adapun penyebab utama terjadinya perang Khandaq adalah hasutan kaum Yahudi.
Sebagian pemuka Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il datang kepada bangsa Quraisy di
Makkah. Mereka mengajak kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah Saw. Sebelumnya,
orang-orang Yahudi telah mencoba untuk berhadapan dengan kaum muslim. Akan tetapi, mereka
tidak mampu menandingi kekuatan kaum muslim. Maka, utusan kaum Yahudi itu membujuk

1
3
kaum Quraisy dengan berbagai cara. Orang-orang yahudi berkata, “kami akan bersama-sama
dengan kalian, sehingga kita dapat menumpaskan Muhammad.”2[2]
Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang dan mereka segera
mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian, utusan Yahudi itu pergi ke Bani Ghatafan
untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi Rasulullah Saw. Utusan kaum Yahudi pergi
mengelilingi seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana penyerbuan kota Madinah
yang telah di sepakati oleh kaum Quraisy. Hasutan yang di lancarkan oleh orang-orang Yahudi
telah menghasilkan perjanjian angkatan perang bersama antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani
Ghatafan dalam satu kekuatan. Adapun perjanjian yang telah disepakati oleh tiga kelompok
tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama setahun penuh.
2.      Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang.
3.      Bani Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4.      Pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.

Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan. Menurut
keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah sebagai usaha terakhir untuk
menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan Madinah, sesudah berlangsung sekian tahun
lamanya. Karena itu, Abu Sufyan mengumpulkan segenap kekuatan yang dapat di
kumpulkannya.dan melakukan segala macam tipu daya, dengan penghargaan agar usaha yang
terakhir ini memberi hasil yang gemilang.

Bukan kaum Quraisy sendiri yang menceburkan diri ke medan perang, orang-orang
Yahudi yang gigih dan degil itu juga ikut. Mereka datang dari Khaibar untuk bersekutu dan
menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari kedua kekuatan yang telah bersekutu ini, ada
golongan-golongan lain, terdiri atas Bani Salim, Bani Asad, Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja
yang menambah kekuatan lawan kaum Muslimin. Kejadian inilah yang pertama kali dalam
sejarah, tanah Arab mempersaksikan lasykar yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu memanggul
senjata menyerbu kota Madinah.3[3]

Rencana peperangan pun mulai disusun. Ketika Rasulullah Saw mendengar berita akan
terjadinya penyerbuan terhadap kota Madinah dan gabungan pasukan sekutu untuk memerangi
kaum muslimin, beliau menyuruh kaum muslim untuk mengadakan persiapan perang. Dan,
diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan di kota Madinah. Saat itu, jumlah tentara muslim
hanya terkumpul sebanyak tiga ribu orang. Dalam kesempatan itulah, Salman Al-Farisi
mengisyaratkan agar membuat parit di sekitar kota Madinah.

Salman berkata, “ya Rasulullah, dahulu ketika kami di Parsi, jika takut akan serbuan tentara
kuda, maka kami akan menggali parit di sekitar kami.” Pendapat salman tersebut diterima baik
oleh Rasulullah Saw, dan dengan segera beliau memerintahkan para sahabatnya untuk menggali
parit di sebelah barat daya Madinah, tempat yang di perkirakan sebagai tempat masuknya musuh.
Kemudian, Rasulullah Saw membagi tugas penggalian parit, setiap sepuluh orang sahabat
ditugaskan untuk menggali sepuluh hasta. Panjang parit itu kira-kira lima ribu hasta, dalamnya
sepuluh hasta, dan lebarnya sembilan hasta.Setelah parit selesai dibuat, maka tugas pasukan
muslim selanjutnya adalah menunggu penyerbuan oleh tiga kelompok sekutu musuh.4[4]

3
4
Beberapa orang dari lasykar Quraisy mencoba mempertaruhkan nyawa terjun hendak
menyeberangi parit, tetapi tidak dapat, karena kaum Muslimin menjaganya dengan kuat dan
gigih. Seorang pahlawan Quraisy namanya Amr dapat ditewaskan oleh Ali, yang seorang lagi
yaitu Ikrimah ibnu Abu Jahil mencoba pula hendak menyebrangi parit, tetapi dihalangi oleh Ali
dan dikepunnya, karena itu Ikrimah terpaksa kembali, melarikan diri.5[5]

B.     Kisah Perang Khandaq

Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 H. Pasukan muslim berjumlah tiga ribu orang
dibawah komando Nabi Muhammad Saw, dan pasukan sekutu berjumlah sepuluh ribu orang
dibawah komando Abu Sufyan. Peperangan ini terjadi karena hasutan beberapa orang yahudi
yang tidak puas dengan keputusan Nabi Muhammad Saw. Mereka mengajak orang-orang kafir
Quraisy bersatu memerangi Nabi Muhammad Saw. Untuk membalas kekalahan pada perang
Badar, kafir Quraisy pun menerima tawaran tersebut. Setelah berhasil memengaruhi kaum kafir
Quraisy, orang-orang Yahudi juga mengajak kabilah lain, yaitu Ghatafan. Mereka pun
menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Muhammad Saw. Kabilah Ghatafan
dijanjikan harta rampasan perang dan pertanian di Khaibar jika memperoleh kemenangan.
Karena pasukan ini terdiri dari atas gabungan beberapa kekuatan, pasukan ini disebut Ahzab
(sekutu/gabungan).6[6]
Suatu ketika bangsa Yahudi bekerja sama dengan kaum kafir Quraisy untuk mngalahkan
kaum muslim. Kedudukan Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang saat itu berada di
Madinah sudah sangat kuat, sehingga mereka perlu bekerja sama untuk mengalahkannya. Maka,
disusunlah suatu rencana bahwa mereka akan menyerang kaum muslim yang ada di Madinah,
dengan kekuatan pasukan sejumlah sepuluh ribu prajurit, mereka siap menghancurkan
Rasulullah Saw dan seluruh pengikutnya.7[7]

Berita itu sampai kepada Rasulullah Saw yang segera mengumpulkan seluruh sahabatnya
untuk berunding mencari cara menahan serangan tersebut. Beliau ingin mempertahankan kota
Madinah agar tidak dikuasai oleh kaum kafir. Berbagai saran pun dilontarkan oleh orang-orang
terbaik beliau. Namun, tidak ada satu pun yang dapat memuaskan hati beliau. Akhirnya, Salman
Al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit yang sangat dalam dan lebar di sekeliling kota
Madinah agar pasukan kaum kafir tidak dapat memasuki kota Madinah.8[8]

Dalam hal ini Salman berkata “wahai Rasulullah, dulu jika kami, orang-orang persia
sedang dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami” ini merupakan langkah yang
sangat bijaksana yang sebelumnya tidak pernah dikenal bangsa Arab. Rasulullah segera
melaksanakan rencana itu.

Karena Madinah dikelilingi oleh gunung,tanah-tanah kasar yang berbatuan, dan kebun-
kebun kurma disegala sudutnya kecuali bagian utara pasukan musuh sebanyak itu tentu akan

8
5
menyerbu Madinah dari arah utara. Untuk itu parit digali pada bagian ini. Kaum muslimin terus-
menerus menggali parit tanpa henti sepanjang siang, sedangkan pada sore harinya mereka pulang
kerumah menemui keluarga, hingga penggalian parit menjadi sempurna.9[9]
Ternyata, usulan tersebut disetujui. Tanpa mengulur waktu, mereka segera menggali parit
di sekeliling Madinah. Parit itu begitu dalam dan sangat lebar, sehingga akan sangat sulit bagi
tentara musuh untuk melewatinya. Proses penggalian parit itu begitu sulit dan sangat terburu-
buru. Sebab, mereka khawatir pasukan musuh segera datang menyerang. Oleh karena itu, setiap
orang ikut membantu menggali, termasuk Rasulullah Saw. Siang malam mereka terus menggali
tanpa lelah, sehingga parit itu akhirnya selesai sebelum tentara musuh menyerang.
Ribuan prajurit musuh akhirnya tiba. Mereka datang dengan peralatan perang yang sangat
lengkap dan siap menghancurkan kaum muslimin di Madinah. Genderang perang telah di tabuh.
Senjata pun sudah terhunus di tangan masing-masing tentara, mereka pun berteriak mendekati
kota Madinah. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat parit yang sangat dalam dan
lebar menghalangi langkah mereka. Setiap mereka berputar ke arah lain, mereka tidak
menemukan satu pun jalan yang bisa digunakan untuk memasuki Madinah. Semua terhalang
oleh parit yang sangat dalam. Sementara itu, pasukan muslim sudah bersiap siaga di seberang
parit. Setiap tentara kafir Quraisy mencoba menerobos masuk ke parit, mereka langsung
menyerangnya tanpa ampun. Anak panah berterbangan menghujam mereka hingga akhirnya
mereka harus mundur kembali. Begitu seterusnya, sungguh suatu peperangan yang sangat
melelahkan.

Dengan perasaan jengkel, mereka berteriak-teriak mengatakan bahwa berlindung di balik


parit seperti itu adalah perbuatan pengecut yang belum pernah dilakukan orang Arab. Karena
merasa tidak bisa menyeberangi parit, pasukan Quraisy dan sekutunya mendirikan kemah di
sekitar parit. Di pihak lain, Muhammad berangkat bersama tiga ribu pasukan muslim lalu
berkemah di bukit Sal di dekat parit yang menjadi pembatas antara mereka dan pihak musuh. Di
tempat itulah Nabi mendirikan kemahnya yang berwarna merah. Kaum Quraisy dan kabilah-
kabilah Arab lain merasa tidak mungkin menerobos parit itu.10[10]
Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit dengan kemarahan yang
menggelegak. Mereka harus mencari-cari titik lemah yang bisa dimanfaatkan. Orang-orang
Muslim terus-menerus mengawasi gerakan musuh yang berputar-putar di seberang parit sambil
melemparkan anak panah agar mereka tidak sampai mendekati parit bila mereka nekat akan
menyeberang atau menimbunnya dengan tanah lalu menjadikannya sebagai jalur
penyeberangan.11[11]

Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah tersebut, Sa’ad bin
Mu’adz juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan urat lengannya. Yang melepaskan
anak panah hingga mengenainya adalah seorang laki-laki dari Quraisy yang bernama Habban bin
Qais bin Al-Ariqah. Saat itu pula Sa’ad memanjatkan do’a, “ya Allah, engkau tahu bahwa tak
seorang pun yang lebih kau cintai daripada berjihad karena-Mu, melawan orang-orang yang
mendustakan Rasul-Mu dan yang telah mengusirnya. Ya Allah, aku mengira engkau telah
mengentikan peperangan antara kami dan mereka. Jika memang engkau masih menyisakan
sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku untuk
mengahapi mereka, agar aku bisa memerangi mereka karena-Mu. Jika memang engkau sudah

10

11
6
menghentikan peperangan, kobarkanlahlah lagi peperangan itu agar aku bisa mati dalam
peperangan”. pada akhir doanya dia berkata, “janganlah engkau mematikan aku hingga aku
merasa senang setelah memerangi Bani Quraizhah”.12[12]

Dalam perang ini tidak terjadi baku hantam karena kedua pasukan di pisahkan oleh parit
pertahanan. Yang terjadi hanya perang tanding antara beberapa orang kafir dan muslim. Dalam
perang tanding itu, Ali bin Abu Thalib berhasil membunuh Amr bin Abdul Wudd bin Abi Qais.
Umat islam terkepung oleh pasukan sekutu selama satu bulan meski pun tanpa kontak senjata
yang berarti. Kesengsaraan ini bertambah ketika Bani Quraizhah membatalkan perjanjian dengan
Nabi Muhammad Saw. Atas bujukan Huyyay bin Akhtab. Dengan membelotnya Bani
Quraizhah, akan menghambat suplai makanan bagi kaum muslim.13[13]

Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular
berbisa yang biasa dilakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat di dalam lubangnya,
siap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai
bin Akhthab) datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka’ab bin Asad Al-
Qurazhi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal, dia sudah membuat
perjanjian dengan Rasulullah Saw untuk tidak menolong siapapun yang hendak memerangi
beliau.14[14]
Pasukan muslim yang tidak memiliki pasukan sebanyak pasukan kafir sudah menerapkan
cara berperang yang jitu. Mereka bisa menahan serangan dengan perlahan-lahan, tanpa perlu
berhadapan langsung dengan ribuan pasukan kafir yang siap menghancurkan Madinah.
Peperangan ini berlangsung selama tiga minggu tanpa henti. Siang dan malam, kaum Quraisy
selalu berusaha untuk menerobos dan kaum muslimin selalu menggagalkannya. Rasa lelah pun
mendera kaum muslim, apabila kaum Quraisy dapat melakukan serangan secara bergantian,
kaum muslim hanya bisa mengandalkan prajurit-prajurit yang ada. Semua itu sudah menguras
tenaga dan pikiran mereka. Melihat hal tersebut, Rasulullah Saw merasa iba dan bangga atas
keteguhan dan ketakwaan mereka. Namun, kekuatan itu ada batasnya. beliau khawatir pada saat
pasukannya kelelahan, musuh akan menyerang kembali. Maka, beliau pun mengajak mereka
untuk memohon pertolongan dan perlindungan demi keselamatan mereka agar masa depan islam
tetap dapat dipertahankan.15[15]

Karena terlalu sibuk menghalau orang-orang musyrik yang berusaha menyeberang parit,
beberapa shalat fardhu tidak sempat dikerjakan Rasulullah Saw dan kaum Muslimin. Di dalam
Ash-Shahihain disebutkan dari jabir bahwa Umar Bin Khatab muncul pada waktu perang
khandaq. Lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-orang kafir Quraisy. Dia berkata, “wahai
Rasulullah Saw hampir saja aku lupa tidak mengerjakan shalat (asar), padahal matahari
hampir terbenam”. Beliau menjawab, “aku pun belum mengerjakannya”. Kemudian kami turun
membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu dan begitu juga kami. Beliau shalat asar setelah
matahari terbenam. Setelah itu langsung disusul dengan shalat Maghrib. Nabi Saw merasa
menyesal karena tidak bisa menunaikan beberapa shalat. Bahkan, beliau mendoakan kebinasaan
bagi orang-orang musyrik. Karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak sempat dilaksanakan.
Di dalam riwayat Al Bukhari dari Ali dari Nabi Saw, beliau bersabda pada waktu perang
12

13

14

15
7
khandaq, “semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api, sebagaimana
mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat mendirikan shalat Asar hingga matahari
terbenam”. Di dalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi’i disebutkan bahwa orang-orang musyrik
itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat mendirikan shalat Zuhur,Asar,Maghrib dan Isya’.
Lalu beliau mengerjakan semua shalat itu secara sekaligus. An-Nawawi mengatakan, “cara
mengompromikan dua riwayat yang berbeda ini, bahwa perang khandaq berjalan selama
beberapa hari, jamak yang pertama (Maghrib dan Isya’) dilakukan pada satu kesempatan,
sedangkan jamak yang kedua (Zuhur,Asar,Maghrib,Isya’) dilakukan pada kesempatan lain
lagi”.16[16]
Lama juga Ahzab mengepung kota Madinah tanpa mendapat hasil, akhirnya banyaklah desas
desus yang terjadi dalam barisan sekutu. Mereka datang ke tempat itu untuk menindas dan
menumpas kaum Muslimin. Sementara itu angin besar berembus dengan derasnya, diikuti oleh
hujan yang amat lebar .17[17] sehingga membuat semua prajurit kedua pasukan menggigil
kedinginan. Malam pun turun dengan gelapnya, sehingga mereka tidak bisa melihat keadaan di
sekitarnya. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Bahkan, tidak ada sedikit pun penerangan
yang bisa dinyalakan. Angin memadamkan setiap api yang dinyalakan. Mereka tidak dapat
bergerak dalam dingin dan gelapnya malam.

Maka terjadilah keretakan dalam kumpulan pasukan sekutu dan keluarlah bermacam-macam
perintah yang bertentangan satu sama lain. Di antara mereka timbul persaingan dan ketegangan.
Abu Sufyan menganggap dirinya sebagai panglima tertinggi tentara sekutu itu. Tetapi
kewibawaan apa yang ada padanya, jika ia belagak membawahi pahlawan-pahlawan Quraisy
yang ternama ini ? seperti Thulaihah ibnu Khuwailid, Uyainah ibnu Hishn, Al Haris ibnu ‘Auf
dan panglima-panglima lain yang mengambil bagian dalam peperangan itu, memimpin
kelompoknya masing-masing. Hampir saja timbul perselisihan, teristimewa diantara mereka
yang tidak mempunyai kepentingan yang sesungguhnya dalam peperangan ini. Menurut
kenyataan hanya Quraisy dan orang-orang yahudilah yang sebenarnya mempunyai hasrat untuk
menindas dan menumpas islam di Madinah. 18[18]
Huyai ibnu Ahtab telah melihat tanda bahwa pepecahan mungkin terjadi dalam barisan Al
Ahzab itu. Ia ingin supaya kaum Muslimin secepatnya dapat dipukul hancur. Maka didatanginya
Ka’ab ibnu Asad pemimpin Bani Quraizhah, untuk membujuknya supaya menggabungkan diri
dan mengambil kesempatan terakhir menghancurkan kaum Muslimin. Dikatakannya sekali ini
kaum Muslimin tak dapat dihancurkan, niscaya mereka akan bertambah kuat. Bujukan Huyai ini
diterima oleh Ka’ab, maka dikhianatinya perjanjian yang telah dibuatnya dengan Rasulullah.
Amat besarlah cobaan yang menimpa kaum Muslimin dewasa itu.

Tuhan sendiri telah menggambarkan cobaan itu dalam Firman-Nya :


).‫َاج َر (األحزاب‬ َ ‫ت القُلُوْ بُ ْا‬
ِ ‫لحن‬ lِ ‫صا ُر َوبَلَ َغ‬ ِ ‫م َو ِم ْن اَ ْسفَ َل ِم ْن ُك ْم َواِ ْذزَ ا َغ‬lْ ‫اِ ْذ َجآءُوْ ُك ْم ِّم ْن فَوْ قِ ُك‬
َ ‫ت االَ ْب‬
“yaitu tatkala musuh-musuh itu menyerang kamu dari sebelah atas lembah dan dari sebelah
bawah, dan tatkala matamu tiada berkisar lagi dari musuh-musuhmu itu, seolah-olah jantungmu
telah naik sampai ke tenggorokan” (Al Ahzab 10 )

Di waktu kaum Muslimin sedang dalam keadaan yang amat genting dan menyedihkan itu,
terjadilah suatu peristiwa yang dapat di pandang sebagai suatu pertanda bagi kemenangan, yaitu

16

17

18
8
peristiwa Nu’aim ibnu Mas’ud. Nu’aim ibnu Mas’ud ini adalah seorang pemimpin Arab. Dia
telah memeluk agama islam, dan datang menghadap Rasulullah untuk memberitahukan
keislamannya. Ditawarkannya bahwa dia bersedia mengerjakan apa saja yang ditugaskan
kepadanya untuk ikut mengambil bagian dalam mempertahankan dan membela kota Madinah.
Rasulullah meminta kepadanya supaya ia menyembunyikan keislamannya. Kemudian Nabi
berkata kepadanya :”cobalah sebarkan bibit perpecahan ke dalam pasukan sekutu itu, sehingga
mereka meninggalkan kita Peperangan itu adalah tipu muslihat”. Anjuran Nabi ini diterima oleh
Nu’aim maka pergilah dia menemui Bani Quraizhah. Katanya kepada Bani Quraizhah : “
sekiranya kaum Quraisy itu karena sesuatu sebab kembali ke Makkah, kaum akan mendapat
pembalasan yang seganas-ganasnya dari kaum Muslimin, oleh karena itu, kaum harus meminta
kepastian kepada Quraisy bahwa mereka tidak akan meninggalkan dan membiarkan kamu
sendirian menghadapi kaum Muslimin. Desaklah mereka supaya memberikan beberapa orang
pemimpin mereka sebagai sandera kepada kamu”. Kemudian Nu’aim pergi menemui Quraisy.
Kepada Quraisy dikatakannya bahwa Bani Quraizhah secara rahasia telah mengadakan
perdamaian dengan Muhammad. Mereka akan meminta beberapa orang pemimpin Quraisy
sebagai sandera yang akan diberikannya kepada Muhammad. Lalu Nu’aim mengingatkan kepada
Quraisy agar berhati-hati kepada makar dan tipu daya orang-orang Yahudi. Tidak lama
kemudian datanglah orang-orang Yahudi Bani Quraizhah kepada Quraisy, meminta agar
pemimpin-pemim[in Quraisy diberikan kepada mereka sebagai sandera. Mendengar perkataan
itu, yakinlah Quraisy akan apa yang dikatakan Nu’aim permintaan Bani Quraizhah ini ditolak
mentah-mentah oleh Quraisy. Hal ini menimbulkan kecurigaan pada Bani Quraizhah maka
yakinlah mereka bahwa Quraisy tidak berhati jujur kepada mereka. Timbullah keretakan dan
permusuhan dalam barisan orang-orang yang bersekutu itu. Hal ini menjadi pertanda bahwa
mereka akan menjumpai kegagalan. 19[19]

Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa datang, yaitu pertolongan yang diceritakan oleh al
Quranul karim, dalam firman-Nya :

َ ‫واآذ ُكرُوانِ ْع َمةَآهللِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ َجآ َء ْت ُك ْم ُجنُو ٌدفَأَرْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِريح‬
‫م ت ََروْ هَا‬lَّْ‫ًاو ُجنُدًال‬ ْ ُ‫يَأَيُّهَاآلَّ ِذ ْينَ أَ َمن‬
ِ َ‫َو َكانَ هللاُ بِ َماتَ ْع َملُوْ نَ ب‬
l‫ص ْي ًرا‬
“wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah bagimu, ketika balatentara
datang hendak menyerangmu, lalu kami kirim kepada mereka angi badai dan balatentara yang
tiada kelihatan olehmu”.
Firman-Nya lagi :
ِ ‫َو َر َّدهللاُ الّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ابِ َغ ْي ِظ ِه ْم لَ ْم يَنَالَوْ اخَ ْيرًا َو َكفَى هللاُ ال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ القِتَا َل َو َكانَ هللاُ قَ ِويًّاع‬
‫َز ْي ًزا‬
“dan dienyahkanlah oleh Allah orang-orang kafir itu dengan penuh keberagaman dalam dada
mereka, disebabkan mereka tiada mencapai suatu kebaikanpun, dan tuhan telah menghindarkan
orang-orang yang Mukmin dari peperangan. allah itu maha kuat lagi maha perkasa”. ( Al
Ahzab 25)
Hingga firman-Nya :
َ ْ‫م أَر‬lْ ‫َوأَوْ َرثَ ُك‬
َ ‫م تَطَ ُؤه‬lَّْ‫م َوأرْ ضًال‬lُْ‫م َوأ ْم َولَه‬lُْ‫ضهُ ْم َو ِديَ َره‬
‫َاو َكانَ آهللُ َعلَى ُكلِّ َش ٍئ قَ ِديرًا‬
“dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah,rumah-rumah dan harta benda mereka, dan
(begitu pula) tanah yang belum kamu injak, dan Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.”
(Al-Ahzab:27)20[20]

19

20
9
Dua puluh hari lamanya mereka berperang dengan tentara kaum Muslimlin, tetapi mereka
menyerbu kota Madinah, sehingga serangan itu tidak nampak hasilnya. Rupanya timbul
perselisihan di dalam kalangan mereka sama mereka, musyrikin,yahudi, sehingga penyerangan
itu gagal, karena kehilangan persatuan diantara mereka21[21]

Angin yang dikirim Allah itu adalah angin badai yang amat deras. Angin ini telah
menumpahkan periuk-periuk mereka yang sedang terjerang, merobohkan kemah-kemah yang
mereka dirikan, dan menyebarkan debu dan pasir ke dalam mata dan kerongkongan mereka.
Pendeknya angin ini merupakan suatu tenaga raksasa yang menghancurkan dan mematikan, yang
tak dapat mereka lawan, walau bagaimana jugapun. Mereka mengambil keputusan melarikan
diri, dengan merasa gagal dan putu asa.22[22]
Pada kesempatan itu, Rasulullah Saw berbicara dengan Hudaifah yang menjadi mata-mata
kaum muslim yang diperintah oleh Rasulullah Saw untuk mengetahui keadaan musuh. Saat itu,
beliau kembali memerintahkan Hudaifah untuk mencari informasi tentang keadaan musuh yang
masih berada disekitar parit, diluar kota Madinah Hudaifah pun mengerjakan perintah tersebut.
Dalam dinginnya malam yang gelap, ia berangkat menyusup ke tengah pasukan musuh. Suasana
gelap sudah menyelamatkan Hudaifah, sehingga ia bisa leluasa masuk ke tengah-tengah pasukan
Quraisy. Allah Swt telah memberikan pertolongan-Nya kepada kaum muslim, sehingga mata-
mata mereka dapat menyusup dengan mudahnya dan tidak terlihat. Begitu tiba di tengah-tengah
pasukan kafir, tiba-tiba Hudaifah mendengar suara yang sangat berwibawa. “wahai kaum
Quraisy, sudah tiga minggu kita berada disini dan tidak sedikit pun kita bisa menembus
pertahanan pasukan Muhammad. Mereka sudah menggali parit yang sangat dalam dan lebar
sehingga kita begitu sulit menerobos kedalam kota. Sekarang, lebih baik kita bersiap-siap untuk
pulang kembali ke Makkah!” kata Abu Sufyan dengan lantang. Akhirnya, berita
menggembirakan itu disampaikan oleh Hudaifah kepada Rasulullah Saw dan di sambut dengan
rasa gembira oleh kaum muslim.
Siang hari itu Abu Sufyan dan para pemimpin Quraisy lainnya dilanda kegelisahan luar
biasa. Mereka ingin menyerang Madinah tapi ragu-ragu, mereka ingin pulang tapi merasa
keberatan jika pasukan yang sudah terhimpun sangat banyak itu harus bubar.ditengah-tengah
embus angin yang masih kencang menerjang pasukan Quraisy pulang membawa apa pun yang
bisa mereka bawa,kemudian diikuti pasukan Ghatafan,lalu kabilah-kabilah lainnya.23[23]
Inilah akhir dari perang Khandaq, dimana pasukan muslim tampil sebagai pemenang dalam
pertempuran tersebut. Meskipun tidak sampai bertempur secara fisik, namun pasukan Quraisy
mengakui kehebatan pasukan muslim sehingga mereka menyerah dan mundur.24[24]
Setelah pasukan sekutu pulang, Muhammad kembali merenungkan peristiwa besar yang baru
saja dilalui kaum muslim. Namun, beliau berpikir bahwa bisa saja kelak kaum Yahudi kembali
berkhianat dan memicu terjadinya peristiwa mengerikan seperti kemarin. Jadi, atas pengkhiatan
itu, Bani Quraizhah harus dibeli pelajaran. ternyata Bani Quraizhah termasuk Huyay Ibn Akhtab
dari Bani Nadhir, tidak belajar dari pengalaman. Mereka masih memaki,mengecam,dan
menghina Rasulullah. Mereka mendustakannya dan berusaha mencemarkan kehormatan istrinya,
semestinya mereka berupaya meraih hati Muhammad agar tidak menimpakan bencana yang
lebih menyakitkan dibanding yang dialami Bani Nadhir.Bani Quraizhah dikepung oleh pasukan
muslimin selama 25 hari. Akhirnya, Bani Quraizhah diusir dari Madinah. Bagi yang terlibat
21

22

23

24
10
dalam pemboikotan, dijatuhi hukuman mati, sedangkan wanita dan anak-anak dijadikan tawanan.
Adapun harta mereka menjadi rampasan perang.25[25]

C.     Hikmah Dibalik Perang Khandaq


Ada beberapa pelajaran atau hikmah berharga dari peristiwa perang khandaq, antara lain
sebagai berikut :
1.      Menghadapi pasukan besar,kuat, dan bersenjata canggih, umat islam harus berfikir kreatif dan
tidak frontal.
2.      Inovasi baru yang diperkenalkan Salman dari Iran mengharuskan umat islam sekarang
meminjam teknologi dan bantuan pengetahuan dari bangsa lain.
3.      Kelompok umat islam dalam membangun parit adalah simbol semangat persatuan di kalangan
umat islam. Semangat semacam ini, sepatutnya harus dipertahankan dan di lestarikan oleh
masyarakat muslim di era modern saat ini.
4.      Soloditas umat menjadikan kekuatan 10.000 tentara yang siap tempur tidak berdaya.
5.      Pengkhianat dari kaum Yahudi akhirnya dihukum, hati-hati terhadap tusukan dari belakang. 26
[26]

D.    Kesan-kesan peperangan ini


Karena peperangan Ahzab ini kaum muslimin telah menderita berbagai macam kesukaran.
Mereka telah menderita letih dan lapar, akibat dari kepungan musuh dan waktu yang lama.
Sesudah peperangan Ahzab, taktik Rasulullah Saw berubah. Dalam peperangan Ahzab dan
peperangan sebelumnya Rasulullah memakai taktik mempertahankan diri. Taktik
mempertahankan diri ini hampir saja mengakibatkan kehancuran kaum Muslimin. Tetapi, untuk
memakai taktik menyerang Rasulullah belum mau melakukannya, karena belum mendapat
keizinan dari Allah. Rasulullah memakai taktik baru yang dalam bidang ketentaraan terkenal
dengan sebutan “menyerang untuk membela diri (Ad Difa’ul Hujumy)”. Sekarang Nabi sudah
mulai menyerang kesatuan-kesatuan musuh, jika mereka telah berkumpul dan bersiap-siap akan
menyerang kaum Muslimin. Taktik inilah yang dilakukan kaum Muslimin dalam peperangan
yang terjadi kemudian.27[27]

25

26

27
11
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima Hijriyah. Perang ini berawal dari kaum
Yahudi yang melanggar perjanjian perdamaian dengan umat Islam. Mereka bergabung dengan
kaum kafir Quraisy. Jumlah pasukan musuh seluruhnya mencapai 10.000 orang. Sedangkan Nabi
hanya dapat mengumpulkan sebanyak 2000 prajurit muslim. Sesuai saran Salman Al-Farisi,
kaum Muslimin menggali parit untuk lubang perlindungan, sekalipun jumlah tentara musuh lima
kali lipat lebih besar, namun berkat pertolongan Allah kaum Muslimin dapat memenangkan
peperangan. upaya yang dilakukan orang-orang musyrik untuk menyeberangi parit dan upaya
kaum Muslimin menahan mereka berjalan hingga beberapa hari. Karena ada parit yang
menghalangi kedua pasukan, tidak sampai terjadi pertempuran dan adu senjata secara langsung.
Peperangan terbatas hanya dengan melepaskan anak panah. Meski demikian, ada beberapa orang
dari kedua belah pihak yang menjadi korban, yaitu enam orang dari kaum Muslimin dan sepuluh
orang kaum Musyrikin. Disamping itu ada satu atau dua orang yang terbunuh karena tebasan
pedang. dalam perang ini, 700 orang lelaki Bani Quraizhah dihukum bunuh oleh tentara muslim
karena dosa mereka yang besar sekali. Maka berakhirlah riwayat bangsa Yahudi di Madinah.
Mereka banyak yang pindah ke Syiria dan Khaibar.

II. Saran
Membaca kisah sejarah itu sangat menarik, karena merupakan peristiwa atau kejadian
penting yang dicatat dalam sejarah dan benar-benar terjadi di masa lampau. Mempelajari kisah
sejarah akan memperluas cakrawala pengetahuan kita, sehingga kita semakin bijak dalam
menyikapi hidup. Semoga, dengan membaca kisah-kisah sejarah tersebut, kita dapat memetik
hikmah dari peristiwa tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai