BAB I
PENDAHULUAN
.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Rad secara harfiyah artinnya mengembalikan, masalah ini terjadi apabila dalam pembagian warisan
terdapat kelebihan harta setelah ahli waris ashab al-furud memperoleh bagianya. Caranya adalah
mengurangi angka masalah sehingga besarnya sama dengan jumlah bagian yang diterima oleh ahi waris.
Mayoritas (jumhur) ulama berpendapat, sisa harta dikembalikan kepada ahli waris ashab al furud
nasabiyah.Usman bin Affan menyatakan bahwa sisa harta secara mutlaq dikembalikan kepada semua ahli
waris yang ada tanpa membedakan status kekerabatanya. Zaid bin Tsabit menolak penyelesaian
pembagian warisan dengan cara radd secara mutlaq, menurutnya sisa harta diserahkan kepada bait al mal.
‘aul artinya bertambah atau meningkat. Dikatakan ‘aul karena dalam praktek pembagian warisan,
angka asal masalah harus ditingkatkan atau dinaikkan sebesar angka bagian yang diterima oleh ahli waris
yang ada. Terhadap masalah ‘aul ini ada sahabat yang menolaknya yaitu Ibnu Abbas.
2. Kritik dan saran
Demikianlah makalah tentang perkembangan hukum Islam pada masa Sahabat yang telah kami
paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini
dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Fatchur.1981. Ilmu Waris. Bandung: Al Ma’rif
Musa, Muhammad Yusuf. Al-Tirkah wa al-Miras fi al islam. Kairo: Dar Al Ma’rifah
Rofiq, Ahmad. 2001. Fiqih Mawaris. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ali As-Shabuni, Muhammad. 1388. Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran Islam. Surabaya: Mutiara Ilmu.