Balgis Ijmi Miftachulchasanah1 , Alzahra Salsabila Walangadi2 , Abelia Kingo3 , Syafira Zahri4 , Nazwa
Bagtayan5, Rahmat Rezal Alhasni6
Abstract
In its journey, capitalism has adversely affected the economy and increasingly gaping social inequalities, creating
gaps between the rich and the poor. It all is the impact of the cruelty of capitalism that occurred in several
developing countries including Indonesia. The Indonesian state is a democratic country, and according to Karl Marx
a democratic country is a capitalist country, because the state is controlled by the capitalist economic logic which
dictates that most political decisions must benefit the interests of the capitalist. In this case the beneficiaries are the
owners of capital (capitalists), while the small community remains in the frame of poverty
1. Pendahuluan
Dalam sila pertama pancasila yang berbunyi ketuhanan yang maha esa, dijelaskan bahwa seluruh
umat islam harus tunduk akan ajaran hukum islam. Hal ini juga menandai dalam hukum nasional bahwa
hukum islam berlaku penuh bagi umat islam. Ada tiga aspek yang menjadi pondasi dalam ajaran hukum
Islam, yang pertama aspek aqidah (iman), yang kedua aspek syariah (islam), dan yang ketiga akhlak
(ihsan). Berdasarkan 3 (tiga) aspek yang menjadi pondasi ajaran hukum Islam tersebut, bisa diketahui
bahwa dalam ajaran hukum islam tidak hanya mengutamakan atau mengandalkan ibadah semata, namun
juga harus memperhatikan aspek yang bersifat Muamalah, yang artinya hal yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain (hablum minannas), yang meliputi berbagai aspek, yaitu aspek hak (the
right) dalam persfektif hukum hingga aspek ekonomi, yang dalam konteks ini adalah muamalah.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan adanya transaksi yang halal maupun
bathil, salah satu transaksi bathil tersebut adalah transaksi yang mengandung unsur gharar, gharar adalah
istilah dalam kajian hukum islam yang berarti keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan
Dalam transaksi syariah contohnya jika kita tidak telah dengan baik sering kali dapat menjebak
kita dalam transaksi bathil yang dapat merugikan diri kita sebagai nasabah.. sehingga sebagai kaum
muslim dan kaum intelektual ada baiknya kita mencari tahu dan menambah wawasan kita terkait dengan
transaksi bathil. Akad yang tidak jelas, dan ijab qobul yang rusak menajadi landasan hal ini bisa terjadi
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menganalisis prinsip gharar dalam
transaksi syariah dengan judul “Analisis Hukum Tentang Pelaksanaan Prinsip Gharar Dalam
Transaksi Syariah”
2. Landasan Teori
Salah satu cendekiawan Islam yang menyumbangkan pemikiran tentang hukum Islam. Menurutnya,
transaksi yang mengandung gharar dapat merugikan salah satu pihak dan bertentangan dengan prinsip
keadilan.
Seorang cendekiawan dan pakar hukum Islam, beliau menekankan pentingnya menghindari unsur gharar
dalam transaksi. Menurutnya, gharar dapat merugikan integritas dan kestabilan pasar.
Seorang ulama terkemuka yang berbicara tentang ekonomi Islam. Beliau menyoroti perlunya
menghindari gharar agar transaksi mencerminkan nilai-nilai keadilan dan kejujuran.
3. Metodeologi
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pengumpulan data yang
diperoleh dari berbagai sumber artikel review yang berkaitan dengan batasan gharar yang
menjadi isu kontemporer dalam hukum bisnis syariah. Jenis penelitian ini menitikberatkan pada
analisis deskriptif dengan cara mendeskripsikan data kemudian menganalisis dan membahasnya
agar data yang diperoleh dapat dikaji secara jelas.
4. Pembahasan
A. Pengertian Gharar
Gharar secara bahasa diartikan sebagai tipu muslihat dan tipu muslihat, yaitu suatu
penampakan yang menimbulkan kerugian, atau sesuatu yang tampak menyenangkan, namun
nyatanya menimbulkan kebencian. Maka benarlah makna dari al-dunya mata al-ghurur, dunia
adalah kesenangan yang menipu. Wahbah az-Zuhayli mendefinisikan gharar adalah al-khida’
(penipuan), yaitu Suatu tindakan yang diperkirakan tidak ada unsur realitasnya.
B. Larangan Gharar
Abu Hurairoh berkata, "Rasululloh SAW melarang jual-beli gharar dan hashah( jual-beli
dengan melempar batu). Imam Turmudzi berkata, "Bab ini juga diriwayatkan oleh Ibnu
Umar, Ibnu Abbas, Abi Said,dan Anas Abu Isa berkata," Hadits Abu Hurairah ini adalah
badits basan shahib dan para ahli ilmu telah mengamalkannya. (Mereka membenci jual
beli gharar)". Imam Syafi'i berkata," Termasuk ba'igharar yaitu menjual ikan di dalam air,
menjual budak yang lari dari tuannya, menjual burung yang terbang di angkasa, dan jual
beli lainnya yang sejenis itu. Adapun arti ba'ihashobyaitu seorang penjual berkata kepada
pembeli: ketika aku melempar kepadamu dengan kerikil maka telah sab jual beli antara
aku dan kamu. Dan ini menyerupai ba'i munabadzab, dan jual beli ini termasuk jual beli
orang jahiliyah.
Abu Hurairah berkata, “Rasululloh SAW melarang jual beli gharar dan hashah”.
Ibnu Abbas berkata, “Rasululloh SAW melarang jual beli gharar”.
Hablu al-Habalah, Maksudnya adalah jual beli janin dari janin yang ada dalam
kandungan (cucu hewan)
Munabadzah Maksudnya adalahjual beli yang cara bertransaksinya harus saling
melempar barang antara penjual dan pembeli. Ketika telah selesai saling melempar
diantara mereka berdua, maka jual beli telah terjadi. Dengan demikian barang yang
ditransaksikan tidak jelas.
Muzabanah, Maksudnya adalah transaksi jual beli yang cara bertransaksinya pada buah-
buahan yang masih ada di atas pohon sebagai alat pembayar untuk memperoleh kurma
atau anggur kering jumlahnya diatas lima wasak. Jual beli ini dilarang karena buah yang
di atas pohon belum bisa dipastikan kualitas dan kuantitasnya.
Muhaqalah, Maksudnya adalah jual beli biji tanaman yang belum siap panendengan biji
tanaman kering yang siap dimasak.
Mukhadharah, Maksudnya adalah jual beli buah-buahan yang belum saatnya untuk
dipanen. Seperti rambutan yang masih muda/pentil hijau, atau mangga yang masih
berupa pentil hijau
Malaaqih, Maksudnya adalah jual beli janin hewan yang masih dalam kandungan
Madhamin, Maksudnya adalahjual beli hewan jantan untuk dikawinkan
Bai’u al-Ma’dum, Maksudnya adalah jual beli yang objek barangnya tidak ada.
Bai’ual-Ma’juzi at-Taslimy / ’adamul qudroty ’ala taslimihy, Maksudnya adalah jual beli
yang objek barangnya tidak bisa diserahkan oleh penjual kepada pembeli.
Bai’u al-Majhul. Maksudnya adalah jual beli objek barangnya tidak diketahui,
baikkualitas, kuantitas, dan harganya.
Mulamasah, Maksudnya adalah jual beli yang cara bertransaksinya dengan menyentuh
sebuah objek barang, sehingga ketika ada sebuah barang yang tersentuh oleh pembeli
maka ia harus membayar harga barang tersebut kepada penjual. Karena ia dianggap telah
membeli barang tersebut.
Hashah, Maksudnya adalah jual beli yang cara bertransaksinya harus melempar kerikil
dan ketika kerikil tersebut mengenai sebuah barang, maka jual beli sudah terjadi di antara
penjual dan pembeli
Dengan demikian dapat disimpukan bahwa jual beli gharar adalah jual beli yang
didalamnya mengandung ketidakjelasan baik dari segi kuantitas, kualitas, harga atau objek
barang yang ditransaksiskan. Gharar sendiri hukumnya adalah haram karena gharar ini termasuk
kedalam transaksi bathil. Maka, kita sebagai seorang muslim dapat menghindari jenis transaksi
ini.
Daftar Pustaka
Prespektif hukum islam Mengenai Praktik Gharar Dalam Transasksi perbankan Syariah . Setyowati,
hadits Shohih & Ro'fah. 2021. 2021.