Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ajaran islam yang mengatur tentang kehidupan manusia adalah aspek ekonomi.
Ajaran islam tentang ekonomi cukuplah banyak dan ini menunjukan bahwa perhatian Islam
dalam masalah ekonomi sangat besar. Sejak zaman Rasullaulah SAW semua bentuk
perdagangan yang tidak pasti telah dilarang, berkaitan dengan jumlah yang tidak ditentukan
secara khusus atas barang-barang yang akan ditukarkan atau dikirimkan. Pelarangan Gharar
pada era modern ini karena pasar keuangan modern banyak mengandung usaha memindahkan
resiko (bahaya) pada pihak lain. Dimana setiap usaha bisnis pasti memiliki resiko dan tidak
dapat dihindarinya. System inilah yang harus dihapuskan oleh Islam agar proses transaksi tetap
terjaga dengan baik dan tidak menimbulkan permusuhan atau penipuan di antar pedagang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Gharar ?
2. Bagaimana Hukumnya dari Gharar ?
3. Apakan jenis-jenis Gharar ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Gharar
2. Untuk mengetahui hukum dari Gharar
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Gharar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gharar

Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak
lain. Suatu akad yang mengandung unsur penipuan, karena tidak ada kepastian, baik mengenai
ada atau tidaknya ada objek akad, besar kecil jumlah maupun menyerahkan objek akad
tersebut.1

Gharar mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena perjanjian atau harga
objek yang diperjanjikan didalam akad. Sedangkan definisi menurut beberapa ulama :
1. Imam Syafi’I : Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki).
2. Wahbah al-Zuhaili : Gharar adalah penampilan yang menimbulkan kerusakan atau
sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian.
3. Ibnu Qayyim : Gharar adalah yang tidak bisa diukur penetimaannya, baik barang itu
ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar.

Contohnya Gharar

Imam Malik mendefinisikan gharar sebagai jual beli objek yang belum ada dan dengan demikian
belum dapat diketahui kualitasnya oleh pembeli.Contohnya : jual-beli budak belian yang
melarikan diri, jual-beli binatang yang telah lepas dari tangan pemiliknya, atau jual-beli anak
binatang yang masih berada dalam kandungan induknya. Menurut Imam Malik, jual-beli tersebut
adalah jual-beli yang haram karena mengandung unsur untung-untungan (Ayub,2007:58).

B. Hukum Gharar
Dalam Syari’at Islam, jual-beli gharar ini terlarang. Dengan dasar sabda Rasulullah SAW
dalam hadits Abu Hurairah yang berbunyi

1
Abdul Wahid,Nazaruddim.2010. Sukuk (memahami & membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah).Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
.‫صاةِ َو َع ْن َبيْعِ ْالغ ََر ِر‬
َ ‫سله َم َع ْن َبيْعِ ْال َح‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫نَ َهى َر‬
“Artinya : Rasulullah SAW melarang jual-beli al-hashah dan jual beli gharar.”

Menurut keterangan Syaikh As-Sa’di, jula-beli gharar yang disebutkan di hadist Nabi di
atas termasuk dalam katagori perjudian.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sendiri menyatakan,
semua jual beli gharar seperti menjual burung di udara, onta dan budak yang kabur, buah-
buahan sebelum tampak buahnya, dan jual beli al-hashaah, seluruhnya termasuk perjudian
yang diharamkan Allah di dalam Al-Qur’an. Tabyiin al-Haqa‘iq dalam karyanya al-Mabsut
dan al-Zaila‘ie juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan gharar di hadist tersebut adalah
“ jahalah ” (tidak maklum) tentang barang yang ditransaksikan.

Ada juga yang menyatakan bahwa gharar yang dimaksud adalah syak atau keraguan.
Maksud gharar yang sedemikian didukung oleh beberapa fuqaha‘ antaranya ialah al-Kasani di
dalam kitabnya Bada‘ie’ al-Sana‘ie’. Al-Kasani misalnya telah menguraikan makna gharar
sebagai suatu keadaan risiko seimbang yang akan ditempuhi oleh seseorang berkenaan dengan
sesuatu barangan yang dikehendaki itu akan wujud atau tidak dalam sesuatu transaksi.
Berdasarkan definisi-definisi klasik di atas, bisa dikatakan bahwa konsep gharar berkisar
kepada makna ketidaktentuan dan ketidakjelasan sesuatu transaksi yang dilaksanakan.

Berdasarkan hukumnya gharar terbagi menjadi tiga macam yaitu :

1. Gharar yang diharamkan secara ijma ulama, yaitu gharar yang mencolok (al-
gharar alkatsir)yang sebenarnya dapat dihindari dan tidak perlu dilakukan.
Contohnya jual beli ini adalah jual beli mulaamasah, munaabadzah, bai’ al
madhamin, dan sejenisnya.Tidak ada perbedaan pendapat ulama tentang
keharaman dan kebatilan akad seperti ini.
2. Gharar yang dibolehkan secara ijma ulama, yaitu gharar ringan (al-ghrar al-yasir).
Para ulama sepakat, jika suatu gharar sedikit maka ia tidak berpengaruh untuk
membatalkan akad. Contohnya seseorang membeli rumah dengan tanahnya.
3. Gharar yang masih diperselisihkan, apakah diikutkan pada bagian yang pertama
atau kedua? Misalnya ada keinginan menjual suatu yang terpendam di tanah,
seperti wortel, kacang tanah, bawang merah dan lain-lainya.Para ulama sepakat
tentang keberadaan gharar dalam jual-beli tersebut, namun masih berbeda dalam
menghukuminya.Adanya perbedaan ini, disebabkan sebagian mereka diantaranya
Imam Malik memandang Gharar ringan, atau tidak mungkin dilepas darinya
dengan adanya kebutuhan menjual sehingga membolehkannya.

Karena nampak adanya pertaruhan dan menimbulkan sikap permusuhan pada orang yang
dirugikan. Yakni bisa menimbulkan kerugian yang besar kepada pihak lain. Oleh karena itu
dapat diliat adanya hikmah larangan jual beli tanpa kepastian yang jelas (Gharar) ini.Dimana
dalam larangan ini mengandung maksud untuk menjaga harta agar tidak hilang dan
menghilangkan sikap permusuhan yang terjadi pada orang akibat jenis jual beli ini sendiri.

C. Jenis-jenis Gharar
Dilihat dari peristiwanya, jual beli gharar yang diharamkan itu bisa ditinjau dari tiga sisi,
yaitu :
1. Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual beli habal al habalah (janin
dari hewan ternak).
2. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang mutlak, seperti pertanyaan
seseorang “saya menjual barang dengan harga seribu rupiah”, tetapi barangnya
tidak diketahui secara jelas, atau seperti ucapan seseorang : “aku jual mobilku ini
kepadamu dengan harga sepuluh juta” , namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas.
Atau bisa juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang :“aku jual
tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran tanahnya tidak diketahui.
3. Jual beli barang yang tidak mampu diserahtrimakan. Seperti jual beli budak kabur,
atau jual beli mobil yang dicuri. Ketidakjelasan ini juga terjadi pada harga, barang
dan pada akad jual belinya. 2

Gharar adalah suatu perkara yang tidak jelas. Perkara yang tidak jelas akan membatalkan
akad. Jumhur ulama bersepakat bahawa di dalam semua akad jual beli yang diamalkan dalam
kehidupan harian, terdapatnya unsur gharar. Oleh itu para ulama berusaha untuk menentukan

2
Redaksi.Pengertian , hokum dan jenis-jenis gharar. Diakses melalui (http://al-badar.net/gharar/) pada tanggal 14
november 2016
apakah jenis gharar yang membatalkan akad jual beli.Dalam memahami makna gharar dan
kaitannya dengan aspek-aspek yang disebutkan di atas, perlu juga dinyatakan bahwa terdapat
kategori-kategori gharar yang perlu diketahui, yaitu

Gharar fahish (ketidak jelasan yang keterlaluan)

Gharar fahish adalah gharar yang serius.Gharar ini membatalkan akad. Dikatakan gharar
fahish karena Barang yang diperjualbelikan tidak ada, dan ini sama halnya penjual menipu atau
pembeli tidak mengetahui barang tersebut ada atau sebaliknya. Sebagai contoh barang cagaran
dijual kepada orang lain sedangkan ia masih dimiliki oleh pemilik barang atau pemilik barang
menjualkan barang kepada pembeli tetapi barang tersebut tidak dapat diserahkan kerana masih
disimpan oleh pemegang cagar, maka hukumnya adalah tidak sah. Dan selanjutnya dikatakan
gharar fahish juaga dikarenakan barangnya ada tetapi tidak dapat diserahkan atau barang sudah
diserah tetapi tidak sama spesifikasinya seperti yang dijanjikan. Pembeli berhak menolak dari
menerima barang tersebut.Sekiranya pembeli menerima juga maka jualbeli tersebut adalah tidak
sah.Gharar yasir (ketidak jelasan yang minimum).Gharar yasir tidak membatalkan akad.Jika
terdapat gharar ini dalam muamalat maka muamalat tersebut adalah sah di sisi Islam. Contoh:
Peniaga menjual pisang embun kepada pembeli. Pembeli tidak tahu sama ada pisang yang dibeli
itu elok atau tidak dan tekstur pisang-pisang tersebut juga tidak sama antara sebiji dengan sebiji
yang lain. Maka ini adalah gharar yasir yang sah dalam Islam.

Dari kategori gharar yang disebutkan di atas, Imam An-Nawawi menyatakan, pada
asalnya jual-beli gharar dilarang dengan dasar hadist ini.Maksudnya adalah, yang secara jelas
mengandung unsur gharar maka itu diharamkan. Adapun hal-hal yang dibutuhkan dan tidak
mungkin dipisahkan darinya, seperti pondasi rumah, membeli hewan yang mengandung dengan
adanya kemungkinan yang dikandung hanya seekor atau lebih, jantan atau betina, juga apakah
akan lahir sempurna atau cacat. Demikian juga membeli kambing yang memiliki air susu dan
sejenisnya. Menurut ijma’, semua (yang demikian) ini diperbolehkan.Juga, para ulama
menukilkan ijma tentang bolehnya barang-barang yang mengandung gharar yang ringan.

Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa tidak semua gharar menjadi sebab
pengharaman.Gharar, apabila ringan (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak
menjadi penghalang keabsahan akad jual beli.Karena gharar (ketidak jelasan) yang ada pada
pondasi rumah, dan dalam perut hewan yang mengandung, atau buah terakhir yang tampak
menjadi bagus sebagiannya saja, tidak mungkin lepas darinya.Demikian juga gharar yang ada
dalam hammam (pemandian) dan minuman dari bejana dan sejenisnya, adalah gharar yang
ringan.Sehingga keduanya tidak mencegah jual beli.Hal ini tentunya tidak sama dengan gharar
yang banyak, yang mungkin dapat dilepas darinya”.Dalam kitab lainnya, Ibnul Qayyim
menyatakan, terkadang, sebagian gharar dapat disahkan, apabila hajat mengharuskannya.
Misalnya, seperti ketidaktahuan mutu pondasi rumah dan membeli kambing hamil dan yang
masih memiliki air susu. Hal ini disebabkan, karena pondasi rumah ikut dengan rumah, dan
karena hajat menuntutnya, lalu tidak mungkin melihatnya.Dari sini dapat disimpulkan, gharar
yang diperbolehkan adalah gharar yang ringan, atau ghararnya tidak ringan namun tidak dapat
melepasnya kecuali dengan kesulitan. Oleh karena itu, Imam an-Nawawi menjelaskan bolehnya
jual beli yang ada ghararnya apabila ada hajat untuk melanggar gharar ini, dan tidak mungkin
melepasnya kecuali dengan susah, atau ghararnya ringan. Gharar yang masih diperselisihkan,
apakah diikutkan pada bagian yang pertama atau kedua?Misalnya ada keinginan menjual sesuatu
yang terpendam di tanah, seperti wortel, kacang tanah, bawang dan lain-lainnya.Para ulama
sepakat tentang keberadaan gharar dalam jual-beli tersebut, namun masih berbeda dalam
menghukuminya.

Adanya perbedaan ini, disebabkan sebagian mereka diantaranya Imam Malik memandang
ghararnya ringan, atau tidak mungkin dilepas darinya dengan adanya kebutuhan menjual,
sehingga memperbolehkannya. Dan sebagian yang lain di antaranya Imam Syafi’i dan Abu
Hanifah memandang ghararnya besar, dan memungkinkan untuk dilepas darinya, sehingga
mengharamkannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim merajihkan pendapat
yang membolehkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan “ Dalam permasalahan ini,
madzhab Imam Malik adalah madzhab terbaik, yaitu diperbolehkan melakukan jual-beli perihal
ini dan semua yang dibutuhkan, atau sedikit ghararnya. Sehingga memperbolehkan jual-beli
yang tidak tampak di permukaan tanah, seperti wortel, lobak dan sebagainya” Sedangkan Ibnul
Qayyim menyatakan, jual-beli yang tidak tampak di permukaan tanah tidak memiliki dua perkara
tersebut, karena ghararnya ringan, dan tidak mungkin di lepas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, menjadi jelaslah, bahwa tidak semua jual-beli yang
mengandung unsur gharar dilarang.Permasalahan ini, sebagaimana nampak dari pandangan para
ulama, karena permasalahan yang menyangkut gharar ini sangat luas dan banyak.Walau
demikian, bukan berarti kita bebas sesuka hati dalam membuat kesimpulan karena ternyata para
ulama telah meletakkan kaidah yang jelas dalam menilai apakah gharar yang ada termasuk yang
terlarang atau yang dimaafkan. Al-Imam al-Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah memberikan
pedoman kepada kita metode yang benar-benar bagus dan jelas dalam mengidentifikasi gharar
yang ada pada suatu akad, yaitu:

‫ َمات ََردهدَبَ ْينَ َجا ِئزَ ْينِأ َ ْخ َوفُ ُه َماأَ ْغلَبُ ُه َم‬،ِ‫َو َح ِق ْيقَةُ ْالغ ََر ِرفَي ْْالبَيْع‬

"Hakikat gharar yang terlarang dalam akad jual beli ialah suatu keadaan yang memiliki dua
kemungkinan, tetapi kemungkinan buruklah yang paling besar peluangnya”.

Dengan mengetahui pandangan para ulama, mudah-mudahan Allah SWT membimbing kita
dalam tafquh fiddin, dan lebih dalam mengenai persoalan halal dan haram.3

3
Redaksi.Pengertian,hokum,macam-macam grarar. Diakses melelalui (www.sekolahoke.com) pada tanggal 3
desember 2016
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi gharar adalah sebuah tindakan yang didalamnya dapat merugikan atau dapat
menyebabkan kerugian bagi orang lain. Gharar memiliki banyak macam seperti yang sudah
dijelaskan diatas. Kita sebagai umat muslim yang baik hendaknya menghindari sifat gharar
karena akan merugikan orang lain dan merugikan diri kita sendiri.

Berdasarkan hukumnya gharar terbagi menjadi tiga

1. Gharar yang diharamkan secara ijma ulama.


2. Gharar yang dibolehkan secara ijma ulama.
3. Gharar yang masih diperselisihkan.

Gharar kebanyakan terjadi pada praktek jual beli, namun idak semua jual beli dapat dikatakan
gharar seperti yang sudah dijelaskan diatas. Sehingga baiknya kita sebagai umat islam lebih
berhati-hati dalam berbuat dan bertindak agar tidak menyebabkan kerugian bagi orang lain
disekitar kita.
Daftar pustaka

 Abdul Wahid,Nazaruddim.2010. Sukuk (memahami & membedah Obligasi pada


Perbankan Syariah).Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
 Anwar,Syamsul.2007. Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad
dalam Fiqh Muamalah,Jakarta: Rajawali Pers
 Redaksi. Pengertian , hokum dan jenis-jenis gharar. Diakses melalui (http://al-
badar.net/gharar/) pada tanggal 14 november 2016
 Redaksi.Pengertian,hokum,macam-macam grarar. Diakses melelalui
(www.sekolahoke.com) pada tanggal 3 desember 2016

Anda mungkin juga menyukai