Anda di halaman 1dari 11

GHARAR

mata kuliah:
Pengantar Fiqih Muamalah
DISUSUN OLEH:
AIDA DINAN ADAWIYAH 10010219068
CHINTYA MARSHA N 10010219088
IKRIMAH SYARAH FAUZIAH 10010219081
SELVA SELFIA GINANJAR 10010219092
Definisi Gharar

 Arti gharar adalah al-khida’ (penipuan),suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan


tidak ada unsur kerelaan. Secara singkat gharar dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
transaksi yang mengandung unsur ketidakjeasan potensi adanya pihak yang merasa
dirugikan.
 Para ulama dalam mendefinisikan gharar tersebut berputar disekitar tiga makna, yaitu
sebagai berikut:
1. Gharar berhubungan dengan ketidakjelasan (jahalah) barang yang diperjual belikan.
2. Ghrar berhubungan dengan adanya keragu-raguan.
3. Gharar berhubungan dengan sesuatu yang tersembunyi akibatnya.
Dalil Keharaman Gharar
 Al-qur’an
Terdapat pada alqur’an surat An-Nissa ayat 29
Terdapat dua poin pada ayat tersebut:
1. Allah melarang memakan harta orang lain secara batil.
2. Pada ayat tersebut tersirat adanya kewajiban menghadirkan Unsur keridhoan atau saling ridho dalam jual beli.
 Hadist Nabi
Rasulullah SAW menegaskan atas larangan transaksi yang mengandung unsur gharar dalam sabdanya yang berbunyi:
Dari Abu Hurairah r.a: “Rasulullah SAW melarang jual beli (menggunakan) kerikil, dari jual beli gharar (sesuatu yang
tidak jelas).”
Larangan Nabi terhadap praktik gharar ini menunjukkan salah satu klebihan dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem
ekonomi yang selalu menuntut adanya kepastian dan kejelasan dalam setiap transaksi. Kepastian dan kejelasan itu meliputi
objek yang ditransaksikan, yakni objek yang di transaksikan (artinya berupa benda bernilai dan dimiliki/mutaqawwim dan
mamluk).
Bentuk-Bentuk Gharar

 Gharar dalam akad


bentuk akad yang disepakati oleh kedua belah pihak mengandung unsur ketidakpastian, ada
klausul-klausul yang tidak jelas atau pasal karet, yang berpotensi merugikn salah satu pihak
atau berpotensi menimbulkan perselisihan antar keduannya.
contohnya:
akad pemindahan harta antara suami istri. Ketika suami membeli mobil baru, dia berkata
kepada istrinya “Sayang, ini mobil barunya kamu pakai aja.” Kalimat ini mengandung ‘pasal
karet’. Tidak jelas apakah maksudnya sekedar meminjamkan atau dihibahkan.
Bentuk- Bentuk Gharar

 Gharar dalam objek akad


Gharar juga bisa terjadi pada barang atau jasa yang menjadi objek akad yang diperjual belikan. Maksudnya,
barang atau jasa yang menjadi objek akadnya, kualitasnya, spesifikasinya, keberadaannya dan lain-lain.
Ibnu Taimiyah, mengklasifikasikan gharar yang terjadi pada objek akad ini menjadi tiga jenis.
1) Ba’i al-Ma’dum. Yaitu jual beli barang fiktif, aau barang yang tidak pasti ada atau tidaknya. Seperti jual
beli janin hewan yang masih dalam perut induknya.
2) Ba’i al-Ma’juz ‘an Taslimih. Yaitu jual-beli barang yang sulit diserah-terimakan kepada pembeli. Seperti
jual-beli motor yang baru dicuri, jual-beli burung yang lepas, ikan yang masih di lautan dsb.
3) Ba’i al-Majhul. Yaitu jual-beli barang yang tidak jelas sifat-sifatnya, ukurannya dan spesifikasinya.
Jadi, yang termasuk gharar dalam objek akad adalah jual-beli barang yang tidak ada atau tidak jelas jenis dan
sifatnya atau tidak pasti apakah bisa diserahkan atau tidak.
Bentuk-Bentuk Gharar

 c. Gharar dalam harga


Gharar dalam harga maksudnya adalah harga yang disepakati tidak jelas nominalnya. Atau harga tidak
disebutkan pada saat akad, sehingga menimbulkan potensi pembeli merasa dirugikan, sebab penjual bisa
menentukan harga seenaknya.
Contoh yang sering terjadi adalah tarif ojek pangkalan yang tidak ada standar dan ukurannya. Tidak dihitung
per kilometer, tapi semaunya abang ojek.
 d. Gharar dalam waktu serah-terima
Gharar juga berpotensi terjadi dalam waktu serah terima. Baik serah terima harga atau barang/jasa Jual beli
yang dilakukan secara tidak tunai, harus ada kejelasan dan kepastian terkait dengan waktu penyelesaian
transaksinya. Hal ini dapat dipahami dari firmah Allah surat al-Baqarah ayat: 282:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuaalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya..”
Macam-Macam Gharar

 a. Gharar Al-Yasir (Gharar Ringan)


Gharar al-Yasir (ringan), yaitu ketidaktahuan sedikit yang tidak menyebabkan perselisihan di antara kedua belah
pihak dan keberadannya dimaafkan karena tidak merusak akad. Gharar al-Yasir ini dibolehkan menurut islam
sebagai rukhsah (keringanan) dan dispensasi khusunya bagi pelaku bisnis. Karena gharar ini tidak bisa dihindarkan
dan sebaliknya sulit sekali melakukan bisnis tanpa gharar ringan tersebut.
b. Gharar Al-Katsir (Gharar Berat)
Gharar al-Katsir/fahisyah, yaitu ketidaktahuan yang banyak sehingga menyebabkan perselisihan di antara kedua
belah pihak dan keberadaannya tidak dimaafkan dalam akad karena menyebabkan akad menjadi batal.
Macam-Macam Gharar

 c. Gharar Al-Mutawasithah
Gharar al-Mutawasithah, yaitu gharar yang keberadannya diperselisihkan oleh para ulama, apakah
termasuk ke dalam gharar al-Yasir atau al-Katsir, atau keberadaannya berada di bawah gharar al-Katsir
dan berada di atas gharar al-Yasir.
Menurut Burhanuddin S, gharar terbagi menjadi empat macam, yaitu:
 Gharar dalam kuantitas
 Gharar dalam kualitas.
 Gharar dalam harga
 Gharar dalam penyerahan
Tidak Semua Gharar Haram

 1. Gharar yang sedikit


jika terjadi gharar dalam suatu akad, akan tetapi gharar yang terjadi itu sedikit dan tidak
diperhitungkan, maka gharar itu tidak menjadi masalah (tidak haram).
2. Gharar dalam akad tabarru’
Akad tabarru’ adalah akad sosial di mana tidak terjadi pertukaran harta secara dua arah dan
pelaku akad tidak mengharapkan keuntungan materi, melainkan untuk tujuan kebaikan
3. Gharar bukan dalam inti objek akad
Para ulama sepakat bahwa gharar yang diharamkan adalah gharar yang terjadi pada inti dari
objek akad yang diperjual-belikan. Sedangkan jika gharar itu ada pada pengikut atau
perlengkapannya saja maka di bolehkan
Tidak Semua Gharar itu Haram

 4. Ada hajat
Para ulama juga sepakat jika ada hajat syar’I terhadap suatu transaksi meskipun mengandung gharar, maka
akad itu diperbolehkan.
Imam an-Nawawi mengatakan:
َ ‫إذا دعت ااْل جة‬
‫إل ارتكاب الغرر وال يمكن االحتَاز عنه إال بمشقة‬
‫أو كان الغرر حقيرا جاز البيع‬
“Jika ada hajat/kebutuhan terhadap transaksi yang mengandung gharar dan hal itu tidak bisa dihindari kecuali
dengan kesulitan, atau ghararnya sedikit, maka jual-beli itu boleh.”
Contoh Gharar dan Transaksi Modern

 1. Asuransi
a. Asuransi konvensional
b. Asuransi syariah
2. Skema Fonzi
3. Dropshipping
4. Restoran all you cant eat
5. Kolam pemancingan ikan
6. Jual beli ijon

Anda mungkin juga menyukai