Anda di halaman 1dari 1

YAYASAN ABDULLAH DEWI HASANAH (YAS’ADA)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ULUM (STAIM)


PONDOK PESANTREN AL USYMUNI TARATE SUMENEP

JAWABAN UTS

Mata Kuliah : Fiqh Mu’amalah 2


Prodi/Smt : ES/III
Dosen Pengampu : Zainol Huda, S.Sos., M.Pd.
Nama : M. Iqbal Roihan

1. Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Praktik transaksi
yang memungkinkan bagi nasabah untuk menyelesaikan masalah finansial ketika
kesulitan membeli suatu barang. Dalam kasus ini, Bank syariah membeli barang yang
diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara
bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti
penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah
bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa
nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada
nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan
persentase.
2. Di lembaga keuangan syariah jual beli murabahah biasanya disertai dengan akad
wakalah, yaitu pemberian untuk wewenang melaksanakan urusan dengan batas
kewenangan dan waktu tertentu. Penerimaan kuasa mendapat imbalan yang
ditentukan dan disepakati bersama. Akad wakalah adalah perwakilan antara dua pihak,
dimana pihak pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak
atas nama pihak pertama.
3. Termasuk akad Ijarah, Ijarah adalah istilah fiqh dan produk dalam perbankan dan
keuangan Islam. Dalam fiqh tradisional, ini berarti kontrak untuk mempekerjakan orang
atau menyewa / menyewakan layanan atau "pembuatan barang" properti, umumnya
untuk periode dan harga tetap. Pada kasus ini terjadi akad Ijarah yg berjenis Ijarah
Pekerjaan, Ijarah pekerjaan mengarah kepada objek sewa yang berbentuk pekerjaan
atau jasa yakni seperti menjahit baju, memperbaiki barang, membangun bangunan dan
lain-lain.
4. Contoh mudharabah antar dua pihak saja yaitu shahibul maal yang bermitra dengan
mudharib untuk usaha percetakan selama 9 bulan. Shahibul Maal memberikan uang
untuk modal usaha sebesar Rp. 20 juta. Kedua belah pihak sepakat dengan nisbah
bagi hasil 40:70 (40% keuntungan untuk shahibul maal).
Setelah mudharib menjalankan usaha selama 9 bulan, modal usaha telah berkembang
menjadi Rp. 35 juta, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 15 Juta (Rp. 35 juta –
Rp. 20 Juta). Maka, shahibul maal berhak mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3
Juta (40% x Rp. 6 juta) dan sisanya sebesar Rp. 9 juta menjadi hak mudharib.
5. Ada empat macam, yaitu: syirkah inan, syirkah abdan, syirkah mudharabah, dan
syirkah wujuh.

Anda mungkin juga menyukai