TINJAUAN PUSTAKA
4. Gambaran Klinis
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat bervariasi luas dan
sangat individual.Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana
yang timbul lebih dulu.Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-
gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang sangat penting.Namun, sayangnya penderita sering kali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut
5. Diagnosa
Diagnosa preeklamsia berat dapat ditegakkan jika menemukan satu atau lebih tanda
dan gejala sebagai berikut:
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah tidak akan menurun meskipun ibu sudah dirawat di RS dan sudah
menjalani tirah baring.
b. Proteinuria > 5 g / 24 jam atau +3 dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspirate aminotransferase.
k. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
l. Sindrom HELLP.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah:
a. Darah rutin (Eritrosit, leukosit, trombosis, Hb, Ht, LED)
b. Fungsi hati (SGOT/SGPT, bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase
c. Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
d. Rontgen atau CT scan otak untuk mengetahui sudah terdapat edema atau tidak
6. Komplikasi
Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan komplikasi pada
sistem organ multiple.
a. Central komplikasi sistem saraf termasuk eklampsia (umum tonik klonik kejang),
yang terjadi sekitar 2% dari kasus preeklampsia di Amerika Serikat.
Meskipun kebanyakan kasus eklampsia terjadi sebagai perkembangan dari
preeklampsia, hal ini bisa terjaditanpa bukti hipertensi atau proteinuria.Sampai
sepertiga kasus eklampsia terjadi pada saat postpartum, bahkan berhari-hari
sampai berminggu-minggu setelah delivery.
b. Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP adalah komplikasi
tambahan. HELLP sindrom ini ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan trombosit yang rendah.
Hal ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan berhubungan dengan
risiko yang lebih tinggi dari ibudan hasil yang merugikan neonatal dibandingkan
preeklampsia saja.
Baru-baru ini telah terkumpul literatur tentang konsekuensi jangka panjang dari
preeklampsia termasukpeningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal,
dan stroke. Sekitar20% dari wanita dengan PE mengembangkan hipertensi atau
mikroalbuminuria dalam waktu 7 tahun,dibandingkan dengan hanya 2% dari wanita
dengan tekanan darah normal.
Jangka panjangrisiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular dua kali lipat
terjadi pada wanita dengan preeclampsiadan hipertensi gestasional dibandingkan
dengan usia
c. Preeklampsia berulang
d. Komplikasi janin sekunder untuk preeklampsia termasuk pembatasan pertumbuhan
intrauterin, prematuritas,plasenta abruption, dan peningkatan risiko kematian
perinatal. Preeklampsia adalah penyebab utamakelahiran prematur iatrogenik dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap biaya kesehatan meningkatberhubungan
dengan prematuritas.(Silasi Michelle, 2010)
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang
tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir
kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia.Jika eklampsia tidak
ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan
perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (Natiqotul, 2016).
7. Penatalaksanaan
a. Terhadap Kehamilan
Berdasarkan William Obstetrics, Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala – gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap
kehamilannya dibagi menjadi:
1) Aktif (Aggressive management) yang berarti kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah:
a) Ibu
1) Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil batasan
> 37 minggu untuk PER dan ≥ 37 minggu untuk PEB.
2) Adanya tanda dan gejala Impending Eclampsia
3) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
4) Diduga terjadi solusio plasenta
5) Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan.s
b) Janin
1) Adanya tanda – tanda fetal distress
2) Adanya tanda – tanda Intra Uterine Growth retriction (IUGR)
3) NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
4) Terjadinya oligohidramnion
c) Laboratorik
Adanya tanda – tanda HELLP’s Syndrome khususnya penurunan
trombosit yang cepat
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan
keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.
2) Konservatif (expectative management) yang berarti kehamilan tetap
dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan preterm ≤ 37
minggu tanpa disertai Impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
Pengobatan yang diberikan sama dengan medikamentosa pada
pengelolaan aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya
ialah hanya observasi dan evaluasi, samaseperti pengelolaan aktif namun
kehamilan tidak diterminasi.Magnesium Sulfat dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda – tanda preeclampsia ringan (PER), selambat – lambatnya
dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan kehamilan harus
di terminasi. Klien dapat dipulangkan bila penderita kembali ke gejala – gejala
PER.
a) Penyulit Ibu
1) System saraf pusat
2) Perdarahan intracranial, thrombosis vena, hipertensi ensefalopati, edema
selebri, edema retina, macular atau retina detachment dan kebutaan
korteks.
3) Gastrointestinal-hepatik : subskapular hematoma hepar, rupture kapsula
hepar.
4) Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
5) Hematologic: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.
6) Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi
atau arrest pernafasan, kardiak arrest, iskemia miokardium.
7) Lain – lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendali
b) Penyulit Janin
Intrauterine fetal growth retriction (IUGR), solusio plasenta, prematuritas,
sindroma distress napas, intra uterine fetal death (IUFD), kematian neonatal
akibat perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral
palsy, dll.
b. Penanganan khusus
1) Resusitasi cairan dengan infus RL 500 ml 20 tetes/menit, maksimum 2000 ml
dalam 24 jam , jika berlebihan dapat terjadi oedem paru
2) Diberikan obat anti kejang MgSO4:
Dosis Awal :
2-4 gr MgSO4 20% intravena bolus diberikan dalam waktu lebih dari 3
menit bahkan dianjurkan lebih dari 5 menit.Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
komplikasi dalam pemberian MgSO4 yang dapat membahayakan jiwa pasien
seperti depresi pernapasan, paralisis,toksisitas jantung.
Atau dengan drip 10cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam 100cc cairal RL
dihabiskan dalam waktu 15 menit.
Dosis Maintenance :
Dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4 20% 1-2 gr/jam .Jika drip
menggunakan infus RL (25cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam 500cc RL).Dapat
dilanjutkan lagi setiap 4 jam bila syarat masih memenuhi antara lain :
- Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium glukonas 10% 1 gr (10% dalam
10cc) diberikan intravena dalam waktu 3 menit
- Reflek patella (+)
- Frekuensi pernapasan lebih dari 16x / menit dan tidak ada tanda –tanda
distress napas
- Produksi urine lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
3) Pemberian terapi anti hipertensi, bertujuan :
a. Meminimalkan resiko CVA pada ibu
b. Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
c. Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut :
(1) Memfasilitasi persalinan pervaginam bila mungkin
(2) Memperpanjang kehamilan bila tepat
Nefedipine 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama sama
methyldopa 250-500mg setiap 8 jam. Nifedipine dapat diberikan ulang
sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik ≥
180 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg (cukup sekali saja)
3) Pemeriksaan EKG
4) Diberikan antibiotika profilaksis Ampicillin 1 gr / 6 jam
5) Pemeriksaan laboratorium (penilaian keadaan ibu)
Hb, leukosit, trommbosit, protein urin, SGOT, SGPT, gula darah, LDH,
asam urat, ureum, creatinin, HbsAg
c. Monitoring
1) Penilaian keadaan janin (USG dan KTG)
a) Gerakan janin
b) Penilaian denyut jantung janin
c) Ultrasonografi untuk perkembangan
d) Profil biofisik
e) Indeks cairan amnion
2) Monitoring keadaan ibu :
a) Keadaan umum
b) Tingkat kesadaran
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah sistole dan diastole, nadi,pernapasan,
temperatur
d) Diuresis (produksi urine) : untuk mengetahui produksi urine ibu karena bila diuresis
kurang dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya dapat terjadi intoksikasi MgSO4
e) Reflek patella : normal (+) kuat : jika reflek patella menghilang berarti kadar
magnesium sulfat dalam plasma sudah tinggi dan dapat mengakibatkan depresi
pernapasan
f) Index gestosis : tekanan darah, proteinuria, edema
g) Balance cairan : untuk mengetahui keseimbangan cairan masuk da cairan keluar.
Jika balance cairan (+) hati-hati resiko oedem paru
h) Tanda-tanda impending eklampsia : nyeri kepala hebat, gangguan visus (mata
kabur), muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan progresif dari tekanan darah.
i) Tanda –tanda HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzim and Low
Platelet)
j) Tanda – tanda oedem pulmonum
k) Laboratorium memburuk : peningkatan asam urat, proteinuria, trombositopenia
d. Terminasi kehamilan
1) 37 minggu : segera terminasi
2) 34 - 37 minggu : setelah 24 jam jika pengobatan tidak respon atau ada tanda-
tanda impending eklampsia
3) < 34 minggu dengan :
a) Tekanan darah yang sulit dikontrol
b) Dugaan gawat janin
c) Kejang tidak terkontrol
d) Tidak respon terhadap terapi yang sesuai
e) Bukti lab adanya kerlibatan multi organ yang memburuk (ada tanda HELLP
Syndrom)
4) Jika terdapat gejala/tanda impending eklampsia / HELLP Syndrome : segera
terminasi tanpa memandang umur kehamilan
5) Cara terminasi kehamilan / persalinan:
a) Belum Inpartu
1) Induksi persalinan
Amniotomi + oksitosin drip ; dengan syarat Bishop score 8
2) Seksio Sesarea, bila:
Syarat oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi oksitosin
drip 12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum masuk fase aktif.
b) Sudah Inpartu
1) Kala I
Fase laten : 6 jam tidak masuk fase aktif dilakukan SC
Fase aktif :
a. Dilakukan amniotomi
b. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap ,
dilakukan SC
2) Kala II
Pada persalinan pervaginam, kala II diselesaikan dengan partus buatan
8. Pencegahan
a. Non medical
1) Melakukan tirah baring
2) Konsumsi suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asm
lemak tidak jenuh, antioksidan seperti vitamin C, Vit.E, beta-karoten, N-
asetilsistein, asam lipoik. Dan elemen logam berat :zink, magnesium, kalsium.
b. Medikal
1) Pemberian kalsium : 1500-2000 mg /hari dapat dipake sebagai suplemen pada
risiko tinggi terjadinya preeklapsi. Lalu diberikan Zinc 200 mg/hari, magnesium
365 mg/hari.
2) Obat antitrombotik mencegah preeklampsi: aspirin dosisi rendah rata-rata
dibawah 100 mg/hari
3) Diberikan antioksidan, misalnya vitamin C,dll.
C. Manajemen Kebidanan SOAP
1. Data Subyektif
Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Jika klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi
langkah pertama overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-
langkah tersebut).Kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter (Sianturi 2015:64-
65).
2. Data Obyektif
Pada langkah ini bidan mengumpulkan data obyektif awal yang lengkap. Jika
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi langkah pertama overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari
langkah-langkah tersebut).Kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4
untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter (Sianturi
2015:64-65).
3. Analisa/Asessement
Setelah data dicatat dan dikumpulkan maka dilakukan analisis untuk
menentukan 3 hal yaitu, diagnosa, masalah dan kebutuhan.Hasil analisis tersebut
dirumuskan sebagai syarat dapat diterapkan masalah kesehatan ibu dan anak di
komuniti.
Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang,
hubungan antara penyakit atau kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan social
budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang
berpengaruh tentang kesehatan, masalah –masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu,
anak dan balita, dan faktor – faktor pendukung dan penghambat.
Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup utama
dan penyebabnya serta masalah potensial.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
4. Penatalaksanaan
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas adalah mencakup rencana
pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pemberian asuhan dapat
dilakukan oleh bidan, klien/keluarga, dan tim kesehatan lainnya, namun tanggung jawab
utama tetap pada bidan untuk mengerahkan pelaksanaannya. Asuhan yang dilakukan
secara efisien yang hemat waktu, hemat biaya, dan mutu meningkat.