Anda di halaman 1dari 17

Pemeriksaan

untuk Fertilitas

Kelompok Surabaya –
Sidoarjo – Pasuruan
Fertilitas
Fertilitas (kesuburan) adalah dapat bekerjanya secara optimal dari organ-organ
reproduksi baik dari pihak pria maupun wanita sehingga dapat melakukan
fungsi fertilitas dengan baik. Sedangkan Infertilitas atau ketidaksuburan
merupakan ketidakmampuan pasangan usia subur (PUS) untuk memperoleh
keturunan setelah rutin melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar
tanpa perlindungan kontrasepsi lebih dari satu tahun. Infertilitas dapat
disebabkan dari pihak pria, wanita, dan kedua belah pihak (Rahmadiani, 2021)

Langkah - langkah untuk menegakkan diagnosis infertilitas pada pria atau


wanita, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan pemeriksaan tambahan untuk mencari sumber penyebab dari
infertilitas.
5 Pemeriksaan penunjang untuk
Infertilitas

Kurva Temperatur Basal


1. 2.
Hasil pemeriksaan semen

Pemeriksaan Mucus
3. Serviks 4. Tes Fern

5. Uji Pasca Coitus


1.
Hasil Pemeriksaan Semen
Salah satu penyebab
infertilitas pada pria yaitu gangguan
spermatogenesis. Analisis sperma
dapat mengungkapkan sperma
normal atau tidak. Sperma yang
diperiksa merupakan sperma yang
keluar dari pria yang tidak
melakukan senggama selama 3 hari.
Analisis semen terdiri atas pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan
makroskopik antara lain pemeriksaan warna,
pengukuran volume, dan pengukuran pH.
Pemeriksaan mikroskopik antara lain penghitungan
konsentrasi, persentase abnormalitas, persentase
motilitas, dan viabilitas spermatozoa. Pengambilan
spesimen segar dapat dilakukan dengan cara
masturbasi di laboratorium

Analisis Semen Normal


2.
Kurva Temperatur Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah
yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal. Termometer basal ini
dapat digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celsius.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih
dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian
tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celsius.
Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi

Apabila grafik (hasil catatan suhu


tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi
masa subur/ovulasi sehingga tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal
ini terjadi dikarenakan tidak
adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron.
Begitupun sebaliknya
Cara pengukuran suhu basal badan:

1. Suhu diukur segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan


aktivitas, serta dilakukan kurang lebih pada waktu yang sama (± 1 jam).
2. Pengukuran suhu di tiga tempat, pada mulut, ujung termometer diletakan
di bawah lidah dengan bibir tertutup selama ± 5 menit. Pada vagina,
termometer dimasukkan dalam vagina secara perlahan (waktu pencatatan ±
3 menit). Pada anus, ujung termometer di olesi terlebih dahulu dengan jelly,
dan dimasukkan ke dalam anus secara perlahan (waktu pencatatan ± 3
menit).
3. Membuat grafik catatan suhu basal melalui sebuah titik pada lokasi yang
sesuai. Titik-titik kemudian dihubungkan untuk membuat sebuah grafik.
Jika terjadi lupa pengukuran, titik-titik tersebut tidak boleh disambung.
Untuk penggunaan termometer manual, jika air raksa berhenti di dua
angka, angka terendahlah yang dicatat

Prinsipnya, menjelang ovulasi maka suhu basal


turun. Kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu
badan naik lagi lebih tinggi sampai terjadi haid.
Kenaikan tersebut adalah 0,4-0,60C dan
membentuk gambaran kurva bifasik
3. Pemeriksaan Mucus
Serviks

Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel jaringan


lendir serviks menggunakan alat swab khusus, lalu diperiksa
secara mikroskopik di laboratorium. Sesudah ovulasi mukus
serviks menjadi lebih kental dan lebih keruh (Nakano F,
2015).
4. Tes Fern

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu


parameter dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah
pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu pada derajat dan
pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca
objek. Pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah
satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl.
Fungsi pemeriksaan ferning test :

1. untuk menilai aktivitas estrogen,


2. Untuk menentukan ovulasi atau
anovulasi Yang dapat memengaruhi
3. menilai mukus serviks dan hasil tes yaitu
penetrasi sperma kehamilan, konsumsi
4. untuk menilai apakah terdapat estrogen,
insufisiensi progesterone pada ketidakseimbangan
plasenta, memeriksa kebocoran hormon dan infeksi
amnion evaluasi infertilitas dan serviks (Suyud, 2019)
menentukan kehamilan awal
Keterbatasan :

1. Fern test ini hanya bisa


Skor (nilai) yang dipakai pada
dilakukan oleh tenaga ahli yang
evaluasi lendir serviks adalah: sudah terkualifikasi
2. Hasil false positif: “ferning”
0 : Tidak ada kristalisasi bukan ciri spesifik cairan
1 : Terjadi kristalisasi dengan amnion, cairan lain seperti
pembentukan daun pakis yang hanya darah, mukus servik, semen
mempunyai batang primer saja dan beberapa sampel urin juga
(atipik) ketika kering dapat
2 : Pembentukan daun pakis dengan menimbulkan gambaran fern
mayoritas hanya batang primer dan pada mikroskop.
sekunder. 3.Hasil false negatif: prolonged
3 : Pembentukan daun pakis dengan rupture membrane (>24 jam)
batang primer, sekunder, tersier dan atau ruptur membran yang
kuartener sedikit dapat menghasilkan
false negatif.
(A). ferning: 1, batang utama; 2, batang
sekunder; 3, batang tersier; 4, batang
kuaterner (skor 3)
(B). batang primer dan sekunder (skor 2)
tetapi beberapa terdapat juga batang tersier
(C). atipikal pakis kristalisasi (skor 1)
(D). tidak ada kristalisasi (skor 0 )
5.
Uji Pasca Coitus
Uji pasca coitus merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi
informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari
sebelum perkiraan ovulasi di mana “spinbarkeit” (getah serviks) mencapai 5 cm atau
lebih 20. Pengambilan getah serviks dari kanalis endoserviks dilakukan setelah 2 – 12
jam senggama.

Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan


paling sedikit 5 sperma per lapangan pandang besar (LPB). UPS dapat memberikan
gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks
terhadap sperma.
Uji pasca coitus yang diperiksa meliputi:
1. Vagina pool semen sampel
Pemeriksaan spermatozoa, apakah mati dalam waktu 2 jam di dalam
vagina dan periksa preparat basah dari vaginal pool untuk memeriksa
adanya spermatozoa.
2. Lendir serviks
Pemeriksaan jumlah spermatozoa di bagian bawah canalis cervicalis
yang dinyatakan per ul, jumlah spermatozoa per x 400 HPF = 10
spermatozoa /20 ml lendir serviks atau sama dengan 500 spermatozoa
/ul, motilitas spermatozoa di dalam lendir serviks di rangking sebagai
berikut: PR (progressive motility), NP (non progressive motility), IM
(Immotile Spermatozoa)
Interpretasi:

1. Uji negatif jika tidak dijumpai spermatozoa.


2. Jika dijumpai PR spermatozoa di endocervix AB (-).
3. Jika dijumpai NP spermatozoa dengan shaking
phenomenon >AB (+) di cairan serviks atau di
spermatozoa (Menarguez M, Pastor LM, 2003)
Thank
you!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai