Anda di halaman 1dari 26

Wahyuda Amarta

20141033031148
Skill 7

Monitoring Suhu Basal Tubuh

Suhu basal tubuh adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur) atau tanpa pengaruh dari metabolism tubuh yang
berperan didalamnya adalah hormone tiroid. Pengukuran suhu basal dilakukan pada
pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu
basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini
dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada
lokasi serta waktu yang sama minimal selama 2 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-
36 derajat Celcius atau 95-98,5 derajat fahrenheit.

Kadar estrogen yang lebih tinggi selama fase pre-ovulasi (folikular) pada siklus
menstruasi menurunkan suhu basal tubuh. Kadar progesteron (memiliki efek
termogenik) yang lebih tinggi yang dirilis oleh korpus luteum setelah ovulasi
meningkatkan suhu basal tubuh menjadi 37-38 derajat. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini
akan terjadi sekitar 3-4 hari. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Jika kehamilan tidak terjadi, disintegrasi korpus luteum menyebabkan
penurunan BBT yang kira-kira bertepatan dengan dimulainya haid berikutnya. Jika
kehamilan memang terjadi, korpus luteum terus berfungsi (dan mempertahankan BBT
tinggi) hingga trimester pertama kehamilan. Setelah trimester pertama, suhu tubuh
wanita turun ke suhu pra-ovulasi (folikular) karena plasenta mengambil alih fungsi yang
sebelumnya dilakukan oleh korpus luteum. Sangat jarang, korpus luteum bisa
membentuk kista. Sebuah kista korpus luteum akan menyebabkan BBT tetap tinggi dan
mencegah menstruasi, yang bisa memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-
bulan.

A. Manfaat Dan Keefektifitasan


Metode Suhu Basal Tubuh (SBT) bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi
alami. Metode ini berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan, dan yang
menghindari atau mencegah kehamilan (KB mandiri). Tingkat keefektifan metode ini
sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun.
B. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
- Penyakit.
- Gangguan tidur.
- Merokok dan atau minum alkohol.
- Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
- Stres.

C. Keuntungan
- Tidak membutuhkan biaya dan obat-obatan.
- Tidak ada efek samping.
- Keefektivan metode mencapai 99% hanya jika dilakukan dengan benar.

D. Kerugian
- Tingkat efektivitasnya menurun secara drastis menjadi 75% jika tidak dijalani
dengan teliti.
- Bukan metode yang praktis; memerlukan ketelitian dan disiplin.
- Tidak melindungi dari IMS.
- Pengguna metode ini tidak bisa melakukan hubungan seksual dengan spontan jika
tidak ingin hamil.
E. Efek samping

Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi
dengan pemakaian kondom atau tablet vagina saat hubungan seksual
F. Sensitifitas dan spesifisitas

Pada penelitian yang dilakukan di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo tahun 2016-


2017, sebanyak 49 wanita infertilitas yang mempunyai siklus menstruasi yang normal
diminta untuk berpartisipasi dan dilakukan pengukuran suhu basal tubuh. Dari hasil
penelitian tersebut, suhu basal tubuh dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas
46,7% dan spesifisitas 78,9%.

Prosedur Mengukur Suhu Basal Tubuh

Tindakan Ya Tidak
Pengukuran suhu basal
1. Siapkan termoteter oral digital di dekat tempat tidur sebelum
tidur
2. Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer oral di
bawah lidah hingga thermometer berbunyi beep, tetap berbaring
hingga selesai pengukuran. Tidak melakukan aktifitas apapun
sebelumnya.
Pencatatan hasil
1. Pengukuran dan pencatatan pada BTT chart dimulai pada hari
pertama siklus haid
2.Catat hari, tanggal, dan waktu pengukuran. Hasil pengukuran
temperature di kolom temperature pada hari tersebut dengan
membuat titik (o) temperature pada tengah kotak angka
temperature yang sesuai dengan hasil.
3.Buatlah garis diantara setiap titik temperature yang dibuat untuk
membuat grafik
Jika dalam kondisi sakit atau malam sebelumnya mengalami
insomnia dan gangguan yang dapat mempengaruhi temperature
basal, maka beri lingkaran pada hasil pengukuran suhu dan tulis
keterangan pada kolom disturbance
A : alcohol
D : disturbed night
M: medicine
H: holiday
T: travel
L: late(begadang)
E: early (terlalu dini)
Tandai setiap kali melakukan hubungan seksual dengan tanda
panah ke bawah pada kolom coitus
Interpretasi
1. saat ditemukan 3 hari berturut-turut mengalami peningkatan suhu
paling tinggi dibandingkan 6 hari sebelumnya dan tidak ada
gangguan, gambarlah cover line di atas 6 suhu rendah terakhir dan
beri nomor 1- 6. Cover line berfungsi memisahkan suhu basal
rendah dan tinggi
2. beri nomor 1,2,3 pada 3 hari pertama peningkatan suhu.
3. fase infertile dimulai sejak malam hari ke-3 peningkatan suhu dan
berlanjut hingga awal siklus selanjutnya.
4. Jika suhu pada hari ke 3 meragukan namun masih di atas cover
line, maka tunggu hingga besok untuk mengkonfirmasi
5. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung
(cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda
ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu
sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.

KIE
1. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak
meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama
hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik
suhu basal siklus berikutnya
2. tidak dianjurkan melakukan hubungan seks pada fase infertil jika
ingin memiliki anak
3. jika suhu tetap meningkat hingga siklus haid selanjutnya
kemungkinan terjadi kehamilan
4. disarankan melakukan pencatatan BBT minimal 2-3 siklus agar
grafik bernilai banyak
5. konsul kembali setelah selesai pencatatan 1 siklus
Sumber:

Alexander mukti. 2017. The Ovulation Detection Accuracy between Body Basal
Temperature, Cervical Mucus and Combination of Both Compared to Ultrasound
Examination. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Depkes. 2009. KB pada periode menyusui (Health Assesment Indonesia). Jakarta

Fertility and Gynecology Associates. 2007. Basal Body Temperature Record.


Philadelphia

Nasir, 2009. Suhu Basal Tubuh Untuk Mengetahui Masa Subur Wanita.


dokternasir.web.id/2009/03/suhu-basal-tubuh-untuk-mengetahui.html
Sulistyawati,Ari.2011.Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta:Salemba Medika

Fern Test

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis
mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan
kaca objek. Pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya
ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut
merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai
puncaknya pada saat ovulasi.

Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin, protein dan


konsentrasi elektrolit. Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk
ferning, maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang
lebih jelas. Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang sangat sedikit
atau merupakan trace elemen, sebaliknya sepanjang siklus menstruasi garam natrium
terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 % Sehingga dalam lendir serviks garam
natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning.

Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi,
bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu
yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah
bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama
kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang berbeda. Pada saat terjadi
ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya akan tampak
kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan pasca ovulasi
dari siklus haid.

Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis
yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitasestrogen
yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.

Fungsi pemeriksaan fern


a) Menilai aktivitas estrogen
Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat menilai ada
atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat
pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna.
Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi
menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.

b) Menentukan ovulasi
Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita dengna
siklus menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis pada mukus serviks
selama masa pra menstruasi menandakan aktivitas dari korpus luteum yang
menghasilkan progesteron. Satu apusan mukus serviks harus di ambil pada saat
pertengahan siklus menstruasi dan satu kali lagi pada saat sebelum menstruasi untuk
dapat dengan akurat menegakkan ovulasi. Ferning atau pola pakis harus ditemukan
pada saat pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang pada saat sebelum menstruasi
untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada siklus tersebut. Tetapi karena
karena banyaknya faktor yang terlibat dalam gambaran dari pola pakis ini, maka
pemeriksaan ini tidak dapat secara akurat menentukan hari dimana ovulasi terjadi.

Prosedur pemeriksaan Fern


a. Tujuan

Tes fern dapat digunakan menentuka aktifitas ekstrogen, menentukan ovulasi,


memastikan kehamilan awal, dan insufisiensi progresteron pada plasenta,
meskipun belum diteliti lebih lanjut untuk digunakan secara rutin. Tes fern juga,
dapat mendeteksi kebocoran cairan amnion pada membrane yang mengelilingi
fetus selama kehamilan.

b. Alat dan Bahan


Alat : Mikroskop dengan pembesaran objektif 10x - 40x
Bah : Kaca objek mikroskop, pipet transfer atau swab
an vagina,
spekulum vagina.

c. Spesimen
Masukkan spekulum vagina ke dalam introitus vagina yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan air. Jangan gunakan air pada saat pemeriksaan karena dapat
mengganggu hasil dari pemeriksaan.

d. Checklist
No Kegiatan Penilaian
Ya Tidak
1. Salam san perkenalan diri
2. Menanyakan identitas dan keperluan pasien
2. inform consent
2. Melakukan persiapan pasien
3. Menyiapkan alat dan bahan (mikroskop, speculum vagina,
cotton swab, sarung tangan dan object glass mikroskop)
4. Persiapan diri (Melepaskan semua perhiasan dan mencuci
kedua tangan lalu memakai hand scoen)
5. Disinveksi vulva
6. Pasang duk lubang
7. Memasukkan spekulum vagina ke dalam vagina pasien.
Pastikan porsio terlihat
8. Kumpulkan sampel cairan dari fornix posterior menggunakan
lidi kapas. Hindari bagian serviks karena cairan serviks akan
menyebabkan hasil false positf
9. Usapkan lidi kapas object glass, lalu biarkan mengering dalam
suhu ruangan (kurang lebih 10 menit) atau dikeringkan dengan
cara melewatkannya di atas lampu spritus beberapa kali agar
benar-benar kering tidak terpengaruh oleh kelembaban udara.
Lepas spekulum dan taruh di larutan klorin
Disinfeksi vulva
8. Liat hasil di mikroskop dengan perbesaran 40 x Amati adakah
bentukan kristas seperti daun pakis.
9. Interpretasi dan sampaikan hasil pemeriksaan
e. Hasil Pemeriksaan

Ferning mengacu pada derajat dan pola kristalisasi yang diamati ketika lendir
serviks kering dipermukaan kaca. Dalam hal ini jenis gambaran ferning dapat
bervariasi dan bergantung misalnya pada tebal siapan atau jumlah sel. Skor (nilai)
yang dipakai pada evaluasi lender serviks adalah:

0= Tidak ada kristalisasi


1= Terjadi kristalisasi dengan pembentukan daun pakis yang hanya mempunyai
batang primer saja (atipik)
2= Pembentukan daun pakis dengan mayoritas hanya batang primer dan
sekunder.
3= Pembentukan daun pakis dengan batang primer, sekunder, tersier dan
kuartener

Contoh pembentukan pakis lendir serviks pada kaca slide yang telah keringkan di
udara. A) ferning: 1, batang utama; 2, batang sekunder; 3, batang tersier; 4, batang
kuaterner (skor 3); (B) batang primer dan sekunder (skor 2) tetapi beberapa terdapat
juga batang tersier (C) atipikal pakis kristalisasi (skor 1); (D) tidak ada kristalisasi
(skor 0).

f. Sensitivitas dan spesifisitas


Tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang di laporkan dari pemeriksaan fern
adalah 51% dan 70%, pada pasien yang tidak sedang hamil sedangkan sensitivitas
dan spesifisitasnya akan meningkat menjadi 98% dan 88% pada pasien yang sedang
hamil.

Sumber:

Hamil T.Fern Test Education of Amniotic Fluid by Micoscopy. UCSF Medical Center
Laboratory Medicine 2013. P.I.

Speroff L, Fritz MA. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 8th edition.
United Kingdom: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 1168 – 1169
WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen. World
Health organization; 2010: P. 245-250
LH Surge Test

Alat untuk mengetahui masa subur (ovulasi) wanita dengan cara mendeteksi
Luteinizing Hormon (LH) pada air kencing. Dalam satu siklus menstruasi seorang
wanita subur, ovulasi diperkirakan akan terjadi pada hari ke 14. Untuk siklus menstruasi
rata-rata 30 hari. test urine dilakukan mulai hari ke 13 dan hari berikutnya sampai di
dapat hasil yang positif (5hari bertutur-turut). Bila hasil positif maka ovulasi akan
terjadi 24 jam berikutnya dan itu adalah hari yang paling subur bagi seorang wanita.
Ketika strip direndam dalam urin, kapiler yang ada akan membawa urin bermigrasi di
sepanjang membran. Saat LH di urin mencapai membran di strip akan membentuk garis
berwarna, garis berwarna menandakan hasil yang negatif. Mendeteksi LH Surge pada
urin akan terlihat jika serum LH ≥ 25 mlU/ml.

A. Kelebihan

1. Cepat
2. Sensitivitas tinggi
3. Murah
4. Menentukan ovulasi
B. LH Surge Test lebih akurat dibandingkan dengan :
1. Body Basal Temperature chart
2. Salivary ferning test
3. Sistem kalender

C. Sensitivitas dan Spesifisitas


Tes LH surge urin ini memiliki sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar
99%.
D. Checklist

No Kegiatan Penilaian
Ya Tidak
1. Salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien dan tujuan ke pelayanan
kesehatan
3. inform consent
4. Menanyakan siklus haid pasien untuk menentukan tanggal
pemeriksaan
 Tentukan Panjang siklus haid
 Jika panjan siklus 28 hari maka tes dimulai pada hari
ke-12 siklus haid
 Jika tidak tau Panjang siklus maka tes dapat dimulai
dari hari ke-11 siklus haid
3. Menyiapkan alat dan bahan (LH Strip, Spesimen urine pasien,
Timer/Stopwatch)
 LH strip dan urin dalam suhu ruangan
4. Persiapan diri (Melepaskan semua perhiasan dan mencuci
kedua tangan lalu memakai sarung tangan)
5. Mempersilahkan pasien BAK dan menampung urin pada
container yang bersih dan kering
 Waktu terbaik untuk mengambil sampel urin jam
10.00-20.00
 Ambil sampel urin pada waktu yang sama setiap
harinya, kurangi asupan cairan 2 jam sebelum
pengambilan sampel
6. Buka alat, letakkan test strip secara vertical dan lurus pada
sampel urin minimal 10 detik, jangan sampai urin melewati
batas garis.
7. Letakkan strip pada permukaan yang kering bersih dan non
absorbable.
8. Lihat hasil max dalam waktu 5 menit:
 Positif: 2 garis dimana test line berwarna sama atau lebih
gelap
 Negative: 1 garis pada control line atau 2 garis dengan test
line berwarna lebih cerah
 Invalid: 1 garis pada test line atau tidak ada garis sama
sekali

9. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien


 jika hasil positif: ovulasi dalam waktu 24-48 jam.
Sehingga untuk pasangan yang ingin hamil sebaiknya
melakukan koitus pada rentang waktu 24-48 jam
setelah pemeriksaan
 jika hasil negative, pemeriksaan dapat dilakukan
hingga 5 hari atau hingga LH surge terdeteksi

Catatan:

1. Pasien harus tau siklus haid untuk mengetahui kapan waktu pemeriksaannya.
2. pemeriksaan dapat dilakukan hingga 5 hari atau hingga LH surge terdeteksi
3. interpretasi tidak lebih dari 5 menit karena dapat menyebabkan false positif
4. jika hasil positif: ovulasi dalam waktu 24-48 jam. Sehingga untuk pasangan yang
ingin hamil sebaiknya melakukan koitus pada rentang waktu 24-48 jam setelah
pemeriksaan

Sumber:

LH ovulation Test Core Technology Co.Ltd. 2008.


LH Ovulation Test (Strip) For Self Testing And In Vitro Diagnostic Use, 2008.
One Step Ovulation Test Clinical Guard, 2009.

Pemeriksaan Mukus Serviks


Mukus serviks terdiri dari air dan bermacam-macam senyawa, karbohidrat,
protein, asam lemak, mineral dan enzim. Mukus serviks mengalami perubahan fisik dan
biokimia sesuai dengan siklus haid. Pada fase proliferasi hingga saat ovulasi , dibawah
pengaruh estrogen konsentrasi protein, terutama albumin berkurang, sedangkan air dan
konsentrasi musin bertambah berangsur-angsur sehingga viskositas berkurang.
Berkurangnya viskositas mucus serviks pada saat ovulasi meningkatkan kemampuan
sperma menerobos mukus serviks. Sesudah ovulasi mukus serviks menjadi lebih kental
dan lebih keruh. Sensitifitas 88% dan spesifisitas 61%

Indikasi:
Semua wanita usia subur yang melakukan planning kehamilan ataupun mencegah
kehamilan dengan metode alamiah
Kontraindikasi :
- Memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan
- Wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya
- Sedang dalam masa menstruasi
- Menggunakan sabun pembersih wanita
- Menggunakan KB hormonal.
Keuntungan:
Mudah dilakukan
- Tidak perlu menggunakan alat khusus
- Langsung dapat dilihat hasilnya sendiri.
Kekurangan:
Tidak semua wanita dapat membedakan kualitas dari mucus serviksnya.

Prosedur:
Tindakan Ya Tidak
1. Mencuci tangan
2. Menyapu mukus pada vulva dengan menggunakan jari atau tisu
toilet sebelum buang air kecil
3. Amati mukus yang berada pada tissue.
4. Interpretasi:
Ovulasi apabila mukus jernih, cair, licin dan dapat diregangkan
antar kedua jari
Jika sekresi mucus terasa licin maka dinyatakan sebagai hari
puncak (diperkirakan waktu terdekat mengalami ovulasi) hari
puncak (peak day) di deteksi secara retrospectif (setelah hari
puncak maka sekresi akan menjadi tidak licin atau bahkan tidak
ada).

Catatan:
1. Disarankan melakukan pengecekan menggunakan jari, Karena pengecekan
menggunakan tissue akan cepat terabsorbsi.
2. Dibutuhkan minimal 3 siklus menstruasi untuk dapat menilai siklus ovulasi.
Sumber:

Anggraeni, Asih dkk. 2010. Pemeriksaan Tambahan Subfertilitas. Bagian Ilmu


Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta/ RS Dr. Moewardi Surakarta
Ecochard R, Duterque O, Leiva R, Bouchard T, Vigil P. 2015. Self-Identification of The
Clinical Fertile Window and The Ovulation Period. Fertility and Sterility, 103(5):
pp. 1319-1325
Konseling Pranikah

Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk membantu


calon suami dan calon istri oleh seorang konselor profesional, sehingga mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara
yang menghargai,  toleransi dan dengan komunikasi yang penuh pengertian,sehingga
tercapai motivasi keluarga,  perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga.

Populasi
1. Pasangan yang akan menikah
2. Pasangan yang baru menikah
3. Perempuan yang belum hamil
Fungsi
1. Konseling medis
untuk mendiagnosis:

a. STD pada pasangan


b. Mengetahui faktor risiko pada kehamilan
 Penyakit kronis
c. Fungsi reproduksi
 Perempuan  myoma, genital hipoplasia, anovulasi, gangguan haid,
hirsutism
 Laki-laki  undesensus testis, varikokel, azoospermia, gangguan fisik
2. Konseling genetik
a. Tujuan: Skrining individu dengan risiko tinggi mendapatkan anak dengan
gangguan genetik
b. Indikasi
 Usia > 35 th  Down synd 1:2000 usia 20 th, 1:500 usia 40, dan 1 : 32
diusia 45 th
 Menikah dengan sepupu pertama
 AbN kromosom pada pasangan
 Riwayat keluarga dengan gangguan genetik
 Etnik
• Black : sickel cell anemia, Mediterania : B thalasemia, G6PD def
 Riwayat pregnancy loss di pernikahan sebelumnya
3. Konseling KB
a. Tujuan
 Menghindari kehamilan pada remaja
 Menghindari induksi aborsi bukan indikasi medis
 Menghindari unwanted birth
b. Menjelaskan
 Uncontrolled fertility
 HRP (usia muda, jarak terlalu dekat)
c. Metode
 Alami
 Barier  IUD
 Hormonal  pil, suntik, implan
d. Kontrasepsi emergensi
4. Konseling nutrisi
a. BMI  fertilitas
b. Eating habits
 Puasa berlebihan, Pica, gangguan makan, mega vitamin
c. Asam folat prekonsepsi
5. Sex education
a. Diberikan sesuai usia
 Daerah sensitif
 Hubungan seks yang sehat
 Komunikasi untuk mencegah ketidaknyamanan pernikahan
 Pencegahan STD
 Menjawab pertanyaan seputar issue seks
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu
persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam menghadapi
pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta persiapan fisik sebelum
menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.

2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.

3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.

4. Persiapan Fisik

Persiapan Fisik:
1.Pemeriksaan status kesehatan :
• tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
2. Pemeriksaan Darah rutin :
• Hb, Trombosit, Lekosit,
3. Pemeriksaan Darah yang dianjurkan :
• Golongan Darah dan Rhesus
• Gula Darah Sewaktu (GDS)
• Thalasemia
• Hepatitis B dan C
• TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks)
4. Pemeriksaan Urin: Urin Rutin

Status Imunisai TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan
dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.

Menjaga kebersihan organ reproduksi

• Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.


• Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
• Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
• Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air
bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
• Khusus untuk perempuan:
- tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
- Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
- Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali
atau setelah buang air.
- Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap memeriksakan
diri ke petugas kesehatan.
• Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

Manfaat Periksa Kesehatan Pra Nikah :


Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat mengetahui
kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan
dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan juga
dapat mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi dapat
membahayakan pasangan termasuk calon keturunan.
Checklist
No Aspek yang dinilai Nilai
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan tujuan pasien datang ke pelayanan kesehatan
4 Menggali informasi yang terkait riwayat pribadi dan keluarga
 RPS
 Riwayat penyakit herediter di keluarga
 Riwayat penyakit reproduksi
 Riwayat haid : usia menarche, durasi siklus haid, teratur/tidak
5 Menggali informasi yang terkait social & gaya hidup
 Mengukur BB, TB, IMT
 KIE untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 300 kkal/hari,
menganjurkan konsumsi asam folat pada saat hamil.
 Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
 Pajanan lingkungan di tempat kerja maupun rumah tangga
6 Konseling resiko penyakit
 Penjelasan faktor kehamilan dan persalinan resiko : 4 terlalu & 3
terlambat
 Penyakit pada ibu yang akan hamil (wanita usia subur)
Tuba fallopi abnormal, mullerian abnormalities, cervical
abnormalities, uterine abnormalities, vaginitis, diabetes, asma,
epilepsy, hipertensi, thyroid disease, penyakit menular seksual
 Penyakit pada ibu hamil:
Abortus, hipertensi gravidarum, preeklamsia, anemia, vitium
cordis, solusio placenta, placenta previa, multiple pregnancy,
gangguan psikiatri
 Penyakit pada ibu melahirkan:
Retensio placenta, atonia uteri, rupture uteri, distosia,
hidramnion, gangguan psikiatri
7 Edukasi senggama yang benar dalam Islam
 Diawali dengan komunikasi atau cumbuan (Nabi
Muhammad,SAW. Jabir bin Abdullah berkata : “Rasulullah
melarang berhubungan seksual sebelum melakukan cumbuan
terlebih dahulu”
 Berdo'a ketika hendak bergaul (Bersetubuh)
 Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh, dimaksudkan
untuk mengingat manusia bahwasanya di antara mereka ada
makhluk Allah yang tidak tampak oleh mata manusia, seperti
malaikat, jin, dan setan.
 Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh, Islam
tidak membenarkan terjadinya hubungan seksual tanpa adanya
senda gurau dan cumbu rayu terlebih dahulu
 Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh
 Islam tidak menentukan suatu jenis hubungan seksual tertentu
asalkan dilakukan pada kemaluan
8 Konseling kehidupan seksual dalam Islam
 Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan seks
ala binatang, melainkan seks yang memanusiakan setiap
pasangan
 Islam tidak memperbolehkan berganti-ganti pasangan
 Islam melarang berzina (hubungan seksual di lluar perkawinan)
 Dilarang menggauli istrinya melalui dubur
 Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid
 Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama
 Larangan menceritakan pengalaman senggama
9. Menggali informasi terkait pola sex yang sehat
 Rajin membersihkan diri dan menggunakan wewangian
 Adanya foreplay diawal
 Terbuka kepada pasangan (komunikasi yang baik)
 Tidak memaksakan diri pada pasangan
 Tidak bergonta-ganti pasangan
10 Menggali informasi terkait pola hidup sehat
 Menjaga kebersihan diri (cuci tangan sebelum makan, mandi
minimal 2 kali sehari)
 Menjaga berat badan
 Melakukan aktivitas fisik secara teratur (minimal 2 kali
seminggu, masing-masing 75 menit)
 Menjaga pola tidur (durasi tidur selama 7-8 jam)
 Menjaga pola makan (memperhatikan jumlah asupan gula,
lemak, garam, jenis makanan yaitu 55-65% karbohidrat, 10-15%
protein, 25-35% lemak, jumlah makanan yang dikonsumsi dan
jadwal makan)
 Menghindari merokok, minuman beralkohol, mengkonsumsi
junkfood
 Menajemen stress, manajemen waktu dengan baik
 Melakukan medical check up secara teratur
 Menjaga kebersihan sumber air (air minum, air keran untuk
aktivitas)
11 Konseling KB
 Metode sederhana senggama terputus, pantang berkala,
kondom, diagfragma, cervical cap
 Kontrasepsi hormonal  pil KB, suntik KB
 Alat kontrasepsi bawah kulit
 Intra uterine device  IUD/AKDR
 Kontrasepsi mantap
 Vasektomi (MOP)
 Tubektomi (MOW)

Sumber:
Kemenkes RI.2015. Buku Saku Kespro bagi Calon Pengantin
Leveno, KJ., Cunningham, FG., Gant, NF., Alexander, Jm., Bloom, SL., Casey, BM.,
Dashe, JS., Shffied, JS. Dan Yost, NP., 2009, ObstetriWlliamsPanduanRingkas, Jakarta:
EGC
Novita, Nesi. Franciska,Y. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai