Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KULIAH

ALUR TATALAKSANA INFERTILITAS DI FASKES I

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Junior

Di Bagian Obsetri dan Ginekologi

Disusun oleh:
Zahranatha Dzaky Fadhila
22010118220086

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG
2020
Penanganan Kasus Berdasarkan Kompetensi Klinis

1.1 Kondisi sistem rujukan infertilitas di Indonesia


Sistem rujukan infertilitas di Indonesia masih belum terstruktur dengan baik. Prevalensi
infertilitas I Indonesia adalah 2.647.695. Kondisi geografis yang lua dan negara yang berbentuk
kepulauan menjadi tantangan dan hambatan dalam mengatasi infertilitas di Indonesia. Dengan
kemampuan pelayanan yang tidak merata, kemampuan SDM yang tidak merata, alat dan tekonologi
yang terbatas, serta kondisi sosisal ekonomi, pendidikan , dan budaya yang beraneka ragam juga
kompleksnya manajemen infertilitas sehingga diperlukan solusi tepat dalam penanganan infertilitas.
Karena itu diperlukan sistem pelayanan infertilitas yang terstruktur dan terarah, unit pelayanan
kesehatan yang berjenjang (primer, sekunder, tersier) dan sistem rujukan, kerjasama dan pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan. Kondisi ini memerlukan uraian tugas yang jelas pada tiap unit
pelayanan kesehatan berikut.

1.2 Pelayanan Infertilitas Tingkat Primer


Kegiatan diagnostik awal terhadap pasangan infertile pada tingkat ini ditujukan untuk dapat
menentukan penyebab infertilitas dari kedua belah pihak serta menentuka apakah pasangan tersebut
perlu untuk mendapatkan pelayanan di tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Pasien akan mendapat
gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai pola pelayanan infertilitas. Konseling dan
dukungan perlu diberikan untuk menghindari kecemasan pasien dan pasangannya.
Pelayanan infertilitas tingkat primer biasanya diberikan pada kondisi:
 Lama infertlitas kurang dari 24 bulan
 Pasangan perempuan kurang dari umur 30 tahun
 Tidak ada faktor resiko patologi pelvis dan kelainan sistem reproduksi laki-laki
 Pasangan telah menjalani terapi kurang dari 4 bulan tanpa keberhasilan terapi.
Kompetensi doter umum dalam penanganan infertilitas adalah dalam memberikan konsultasi
dan edukasi pada pasangan dengan infertilitas, kegiatan yang dilakukan adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasangan dengan infertilitas, melakukan interpretasi analisis semen dan
mengonfirmasi adanya ovulasi, merujuk pasangan infertil dengan komplikasi.
1.3 Algoritma Penanganan Infertilitas WHO 2004

Konseling awal pada pasangan mengenai: Infertilitas adlah pasangan suami-istri untuk
mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan
 Angka kehamilan kumulatif di masyarakat sesksual selama 1 tahun tanpa menggunakan alat
(tahun pertama 84 %, tahun kedua 92%) kontrasepsi
 Fertilitas akan menurun seiring pertambahan
umur.
 Pemberian asam folat sebelum konsepsi Penanganan lebih awal dilakukan bila
 Penapisan Keganasan serviks
 Penapisan rubella  Terdapat faktor predisposisi (amenorea,
 Gaya hidup, termasuk hubungan seksual 2-3 oligomeroa, PID, UDT)
hari, menghentikan merokok dan minum  Umur >35 tahun
alkohol, IMT ideal, menginformasikan obat yang  Salah satu pasangan didapat HIV, hepatitis B,
aman hepatitis C

Pasangan dengan
masalah infertilitas

Laki-laki Perempuan
Perempuan
Laki-laki

Pemriksaan oklusi tuba


Analisa semen
Hasil pemeriksaan analisis semen
 Volume >2 cc dan penilaian ovulasi harus
 PH>7,2 Cek ovulasi diketahui sebelum tes patensi tuba
 Jumlah > 20 juta dilakukan
 Total sperma >40 juta/ ejakulat Cek frekuensi dan regularitas
 Motolitas > 50 % siklus haid, Bila siklus haid  Lakukan penapisan chlamidia
 Morfologi 15 % atau 30 % regular,, uji pakis, cek trachomatis sebelum
 Leukosit< 1 juta progesterone serum pada fase instrumentasi uterus, atau
luteal madya, cek hormon (FSH, berikan antibiotika profilaksis
Bila terdapat hasil abnormal harus LH, E2, dan prolactin) pada hari berupa doksisiklin 2x100 mg
diulang dalam waktu 3 bulan atau ke 2 atau ke 3 siklus haid, biopsy selama 10 hari
dlam 3 minggu jika terdapat endometrium tidak  HSG dilakukan bila tidak ada
oligozoospermi berat, pemeriksaan direkomendasikan omorbiditas (endometriosis, PID,
antibody sperma tidak KET)
direkomendasikan  Bila terdapat komorbiditas,
lakukan laparoskopi
kromotubasi
Cek
Analisis ovulasi
Semen

reguler
irreguler Rujuk
normal abnormalitas KULI

Rujuk
Rujuk

Anda mungkin juga menyukai