Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS

A. Pengertian
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang
sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dengan waktu satu tahun.
Infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu;
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah seorang istri yang belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder adalah seorang istri yang pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan.
B. Pemeriksaan Infertilitas
Syarat pemeriksaan infertilitas adalah setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai
satu kesatuan. Artinya, jika istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan
tersebut tidak diperiksa.
Menurut, adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertile adalah sebagai berikut:
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha mendapat anak
selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila:
a. Pernah mengalami keguguran berulang
b. Diketahui mengidap kelainan endokrin
c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut, dan
d. Pernah mengalami bedah ginekologi
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu
datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertile yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas jika belum memiliki anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile tidak dilakukan pada
pasangan infertile yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat
membahayakan kesehatn istri atau anaknya.
Menurut, pemeriksaan masalah-masalah infertilitas meliputi:
1. Masalah air mani
Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan mikroskopik

1) Konsetrasi spermatozoa
Menghitung konsentrasi spermatozoa dalam air mani sama caranya dengan menghitung
konsentrasi darah. Ketelitian menghitung akan berkurang dengan kurangnya konsentrasi
spermatozoa. Analisis air mani sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Jika konsentrasi
spermatozoa kurang dari 10 juta/ml, sungguh jarang tapi tidak mustahil, jika kehamilan masih
dapat terjadi.
2) Motalitas spermatozoa
Setetes air mani ditempatkan pada gelas obyek, kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Presetase spermatozoa motil ditaksir setelah memeriksa 25 lapangan pandangan besar. Jenis
motalitas spermatozoa dibagi ke dalam skala 0 samapai 4. Pada pemeriksaan pasca senggama
ternyata spermatozoa dapat bergerak dapat mencapai lendir serviks daam 1,5 menit setelah
ejakulasi, dan tidak dapat hidup lama dalam secret vagina karena keasamannya yang tinggi.
Dengan demikian, spermatozoa yang membuahi ovum, harus secepatnya membebaskan diri dari
lingkungan plasma mani dan secret vagina. Oleh karena itu faktor vagina hampir tidak
berengaruh.
Motilitas spermatozoa kurang dapat diperoleh dari suami sehat setelah tidak bersenggama lebih
dari 10 hari. Hal ini mungkin karena kerusakan akibat terlampau lama ditimbun dalam system
duktus. Pemeriksaan air mani berikutnya setelah abstinensi yang singkat akan menimbulkan
motilitas spermatozoa seperti semuala.
3) Morfologi spermatozoa
Morfologi spermatozoa harus dianggap sama pentingnya dengan konsentrasi spermatozoa.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pulasan sediaan-usap air mani, kemudian menghitung
jenis spermatozoanya.
b. Uji ketidakcocokan imunologik
Uji kontak air mani dengan lendir serviks yang dikembangkan oleh Kremer dan Jager dapat
mempertunjukkan adanya antibody local pada pria atau wanita.
2. Masalah vagina dan serviks
a. Uji pascasenggama
Cara pemeriksaan: setelah abstinensi selama 2 hari, pasangan dianjurkan melakukan senggama 2
jam sebelum waktu yang ditentukan untuk datang ke dokter. Dengan speculum vagina kering,
serviks ditampilakan, kemudian lendir serviks yag tampak dibersihkan dengan kapas kering pula.
Jangan menggunakan kapas basah oleh antiseptic karena dapat mematikan spermatozoa. Lendir
serviks diambil dengan semprit tuberculin, kemudian disemprotkan keluar pada gelas objek, lalu
ditutup dengan gelas penutup. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan lapangan pandangan
besar.

b. Uji in vitro
1) Uji gelas obyek
Caranya dengan menempatkan setetes air mani dan setetes lendir serviks pada gelas obyek,
kemudian kedua bahan itu disinggungkan satu sala lain dengan meletakkan sebuah gelas penutup
diatasnya. Spermatozoa akan tampak menyerbu ke dalam lendir serviks, didahului oleh
pembentukkan phalanges air mani kedalam lendir serviks.
2) Uji kontak air mani dengan lendir serviks
Menurut Kremer & Jager, pada ejakulat dengan auto imunisasi, gerakan maju spermatozoa akan
berubah menjadi terhenti, atau gemetar di tempat kalau bersinggungan dengan lendir serviks.
Perangai gemetar di tempat ini terjadi pula kalau air mani yang normal bersinggungan dengan
lendir serviks dari wanita yang serumnya mengandung antibody terhadap spermatozoa.
3. Masalah uterus
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Biopsy endometrium
Barangkali tidak ada satu alasan penting untuk melakukan biopsi, kecuali untuk menilai
perubahan khas yang terjadi pada alat yang dibiopsi itu. Gambaran endometrium merupakan
bayangan cermin dari pengaruh hormon-hormon ovarium. Akan tetapi, sebagaimana juga berlaku
bagi setiap prosedur kedokteran, keterangan yang ingin diperoleh harus seimbang dengan risiko
melakukan prosedur itu.
Kapan biopsi itu dilakukan tergantung dari keterangan yang ingin diperoleh. Apabila ingin
memperoleh keterangan tentang penaruh estrogen atau yang lain yang bukan hormonal, aka
biopsi endometrium dilakukakan pada hari ke-14. Apabila yang ingi diketahui adalah peradangan
menahun (tuberkulosis), ovulasi, atau neoplasia, maka biopsinya dilakukan setelah ovulasi. Pada
umumnya, waktu yang terbaik untuk melakukan biopsi adalah 5-6 hari setelah ovulasi, yaitu
sesaat sebelum terjadinya implantasi blastosis pada permukaan endometrium. Biopsi yang
dilakukan dalam 12 jam setelah haid masih dapat menilai endometrium yang bersekresi, malah
granuloma tuberkulosis akan tampak lebih jelas. Walaupun biopsi ini maksudnya menghindarkan
kemungkinan terganggunya kehamilan, akan tetapi perdarahan hari pertama itu mungkin bukan
haid, melainkan perdarahan intervilus.
b. Histerosalpingografi
Prinsip pemeriksaannya sama dengan pertubasi, hanya peniupan gas diganti dengan media
kontras yang akan melimpah kedalam kavum peritonei kalau tubanya paten, dan penilaiannya
dilakukan secara radiografik.
c. Histeroskopi

Peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digembungkan dengan media dekstran
32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2. Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi
dilakukan bila terdapat:
1) Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi
2) Riwayat abortus habitualis
3) Dugaan adanya mioma ataupolip submukosa
4) Perdarahan abnormal dari uterus, atau
5) Sebelum melakukan bedah plastik pada tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint pada
bagian proksimal tuba.
Histeroskopi tidak dilakukan jika diduga terdapat infeksi akut rongga panggul, kehamilan,
atau perdarahan banyak dari uterus. Pemeriksaan histeroskopi yang dapat langsung melihat
kavum uteri dapat menghindarkan dari kesalahan diagnostik seperti yang dapat terjadi pada
kuretase atau biopsi endometrium yang membuta. Melalui histeroskop dapat dilakukan
pembedahan ringan, seperti melepaskan perlekatan, mengangkat polip, dan mioma submukosa.
4. Masalah tuba
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pertubasi. Pertubasi bertujuan memeriksa patensi tuba
dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter foley yang dipasang pada kanalis
servikalis.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas adalah:
1. Faktor usia
Ketika umur seorang wanita semakin bertambah, maka semakin kecil pula kemungkinan
ia untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usianya. Ia yang
sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom
pada oosit tersebut.
Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi
kesehatan sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya. Sementara itu, kejadian abortus
meningkat ketika kehamilan terjadi pada ia yang telah berumur. Wanita dengan rentang usia 1926 tahun, memiliki kemungkinan hamil dua kali lebih besar dari pada wanita dengan rentang usia
antara 35-39 tahun.
2. Faktor berat badan dan aktifitas olahraga yang berlebihan
Walaupun sebagian besar hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, namun 30% hormon
estrogen dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen sebagai
zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan yang berlebihan atau memiliki
lemak tubu 10-15% dari tubuh normal, maka ia akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di

ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom, yaitu sindrom ovarium polikistik. Sindrom
tersebut juga terkait dengan resistansi insulin dan diabetes mellitus.
Disamping berat badan yang berlebih, berat badan yang sangat rendah juga dapat
mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohdrat, lemak, dan
rotein sangat diperlukan untuk pembentukann hormon reproduksi sehingga ketika ia kurus akibat
asupan gizi yang sangat kurang, maka akan mengalami defisiensi hormon reproduksi yang
berakibat terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada dirinya.
3. Gaya hidup
Gaya hidup tidak sehat dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas pada wanita yang dapat
dilihat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan atau minuman yang banyak mengandung zat
kimia (racun), seperti rokok dan alkohol.
a. Zat kimia pada rokok
Zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok dapat meningkatkan risiko infertilitas pada
wanita. Untuk mengetahui berbagai racun atau zat kimia di dalam rokok, berikut akan diuraikan
secara singkat: satu puntung rokok yang sedang terbakar menghasilkan lebih dari 4000 zat kimia.
Banyak diantara zat kimia yang bersifat toksik/racun dan sekitar 40 menyebabkan kanker
sehingga mengganggu kesuburan.
b. Alkohol
Alkohol juga telah terbukti menjadi penyebab kegagalan proses implantasi sehingga
mengakibatkanseorang wanita tidak bisa atau mengalami gangguan kehamilan.
4. Faktor lingkungan
Beberapa zat polutan, seperti falat atau dioxin saat ini dicurigai memiliki kaitan yang erat
dengan tingginya infertilitas akibat endometriosis, terutama bagi wanita yang tinggal di daerah
perkotaan. Faktor lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah paparan radiasi dalam dosis
tinggi, asap rokok, gas anestesi, zat kimia dan pestisida yang dapat menyebabkan toksik atau
racun pada seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi yang akan mempengarui kesuburan.
5. Depresi dan kejadian infertilitas
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa kejadian stress psikis sangat terkait erat
dengan peningkatan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dari hipotalamus yang dapat
memberikan pengaruh buruk terhadap produksi hormon reproduksi. Dengan demikian, stress
psikis atau depresi dapat meningkatkan risiko infertilitas pada wanita.
Depresi mengacu pada keadaan dua hal yaitu suasana hati dan keadaan sakit. Suasana
hati yang tertekan adalah perasaan sedih, sakit dan derita yang pernah dialami oleh setiap orang.
Keadaan ini biasanya tidak berlangsung lama dan tidak sampai mempengaruhi keadaan umum
dari kesejahteraan tubuh atau tingkat kegunaan organ tubuh.

6. Emosi/stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi. Untuk itu, stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko infertilitas
pada wanita.
Stres merupakan suatu keadaan seseorang yang merasa terdesak atau tercekam da
disebabkan oleh tekanan, baik dari luar maupun dari kedua-duanya. Banyak hal yang bisa
memicu stres, seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapean, frustasi, perasaan tertekan,
kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, pre menstruasi sindrom (PMS). Selain itu stres juga bisa
terjadi karena seseorang terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita, dan
ketakutan.
D. Masalah yang timbul pada infertilitas
Menurut, masalah yang timbul pada infertilitas antara lain:
1. Masalah air mani
Air mani di tampung dengan jalan masturbasi langsung kedalam botol gelas bersih yang
berlumut lebar (atau gelas minum), setelah abstinensi 3-5 hari. Sebaiknya penampung air mani
itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah
dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan kedalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung
zat spermatisid, akan mengeliruan penilaian motilitas spermatozoa.
a. Volume
Setelah abstinensi selama 3 hari, volume air mani berkisar 2-5 ml.volume kurang dari 1 ml atau
lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. Pada volume kurang dari 1,5 ml
sesungguhnya baik untuk dilakukan inseminasi buatan suami (IBS) karena volume yang kurang
itu tidak akan cukup menggenangi lendir yang menjulur dari serviks, sehingga dapat merupakan
masalah infertilitas.
b. pH
air mani yang baru diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila dibiarkan lebih lama
akan meningkat karena penguapan CO2-nya. Apabila pH lebih dari 8, hal itu mungkin
disebabkan oleh peradangan mendadak kelenjar atau saluran genital, sedangkan pH yang kurang
dari 7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan menhun kelenjar tersebut. Sekret kelenjar prostat
pH-nya lebih rendah dari 7.
2. Masalah vagina
Kemampuan menyampaikan air mani ke dalam vagina sekitar serviks perlu untuk
fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambatpenympaian ini ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau dispareunia, sedangkan sumbatan

anatomik dapat karena bawaaan atau perolehan. Vaginitis karena Kandida albikans atau
Tricomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena antispermatisialnya,
melainkan antisenggamanya.
Sobrereo menemukan spermatozoa di dalam lendir serviks dalam 90 detik sejak
diejaklasikan, Belford yang menghancurkan semua spermatozoa dalam vagina kelinci 5 menit
sejak diejakulasikan mencatat bahwa penghancuran itu sama sekali tidak menghalangi terjadinya
kehamilan. Itulah sebabnya mengap vaginitis tidak seberapa menjadi masalah infertil.
3. Masalah serviks
Walaupun servik merupaka sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi
manusia baru diakui pada abad ke sembilan belas. Sims pada tahun 1868 adalah orang pertama
yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pasaca
senggama dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhner
memperkenalkan uji pascasenggama yang dilakukan pada pertengahan siklus haid.
Serviks biasanya mengarah pada ke bawah-belakang, sehingga berhadapan langsung
dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya
tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior.
Kanalis servikalis yang dilapisi lekukan-lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan
lendir, sebagian dari sel-sel epitelnya mempunyai silia yang mengalirkan lendir serviks ke
vagina. Bentuk kanalis servikalis seperti itu memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya
speratozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan juga terjaminnya penyampaian spermatozoa
kedalam canalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
4. Masalah uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii manusia secepat 5 menit setelah
inseminasi. Dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempuhnya, kiranya
tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung karna gerakannya sendiri. Tidak disangkal
kontraksi vagina dan uterus memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ini.
Pada binatang kotraksi alat-alat itu terjadi karena pengaruh oksitosin yang dikeluarkan oleh
hipotalamus saat senggama. Pada manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang
tidak hamil akan teteapi prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara
ritmik. Ternyata prostaglandinlah yang memegang peranan penting dalam transportasi
spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu.
Ternyata pula, uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan

permulaan fasesekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat
merupakan masalah infertilitas.
Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ialah
distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma atau polip, peradangan endometrium dan gangguan
kontraksi uterus. Kelainan tersebut dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan
intrauterin,dan nutrisi serta oksigenasi janin.
5. Masalah tuba
Peranan faktor tuba yang masuk akal adalah 25-50%. Dengan demikian, dapatdikatakan
faktor tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilaian
patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pertubasi. Pertubasi bertujuan memeriksa
patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter foley yang dipasang
pada kanalis servikalis
6. Masalah ovarium
Deteksi tepat ovulasi baru dilakukan inseminasi buatan, menentukan saat senggamayang
jarang dilakukan, atau kalau siklus haidna sangat panjang.
7. Masalah peritoneum
Laparoskopi diagnostic telah menjadi bagian integral terakhir pengelolaan infertilitas
untuk memeriksa masalah peritoneum.
E. Penatalaksanaan/manajemen Infertilitas
Asuhan infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kolaborasi
Tujuan dari evaluasi infertilitas adalah menentukan penyebab dari infertilitas, menentukan
pilihan pengobatan baik tindakan medis atau tindakan bedah. Proses pemeriksaan dan
pengobatan bisa menimbulkan stress fisik, emosi, dan financial pada suami/istri.
Apabila masalah infertilitas adalah dari suami, pengobatan yang disebut inseminasi
artificial bisa dilakukan. Prosedur ni adalah sederhana dan aman, dan suksesnya tinggi. Semen
dari suami dimasukan secara intraserviks atau intrauterine. Beberapa tetes semen dimasukkan
apabila ovulasi dari istri sudah dekat.
2. Mandiri
Masalah infertilitas dapat mengakibatkan stress psikologis yang sangat bagi suami/istri.
perawat/bidan mempunyai peranan penting dalam membantu suami/istri untuk aktif dalam
semua tahap pengobatan, mulai dari tahap pengkajian, macam-macam pemeriksaan, rencana
pengobatan, pelaksanaaan rencana, dan seterusnya. Perawat/bidan harus mampu membangun

hubungan terapeutis agar suami/istri merasa aman mengungkapkan perasaan tentang masalah
infertilitas, pemeriksaan, pengobatan, harapan, dan ketidakberdayaan yang mereka alami.
Seringkali suami/istri bisa mengalami disfungsi seksual. Dulu, kegiatan yang sangat intim
dilakukan spontan dan membawa kebahagian yang yang sangat dalam. Sekarang kegiatan yang
sangat intim menjadi bahan diskusi, dan pemeriksaan oleh tim ahli yang mengobati mereka.
Mereka juga merasa bahwa kegiatan seksual sebagai ukuran keberhasilan atau kegagalan untuk
menjadi hamil.
Manajemen kebidanan pada infertilitas berdasarkan tujuh langkah varney, yaitu:
1. Mengumpulkan data dasar
a. Data Subyektif
Melakukan anamnesa untuk mendapatkan data subyektif. Anamnesa yang dilakukan meliputi:
1) Anamnesa umum
Anamnesa umum yaitu menanyakan informasi yang umum artinya dialami oleh kedua pihak
(suami dan istri), yaitu menanyakan lamanya menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan
suami istri, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, hubungan seks, riwayat
perkawinan yang dulu.
2) Anamnesa khusus
a) Istri: usia saat menarche, apakah haid teratur, beapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah
pada saat haid ada gumpalan darah dan nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi
kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, dan infeksi
genitalia). Riwayat penyakit, meliputi:
(1) Masalah menstruasi
(2) Infeksi panggul (nyeri panggul)
(3) PMS
(4) Apendisitis
(5) Trauma atau pembedahan abdomen
b) Suami: bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual,

a)
b)
c)
d)

apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.


b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
TTV
: normal
KU
: baik
Kesadaran
: Composmentis
BB
: termasuk obesitas/tidak
2)
a)
(1)
(2)
(3)

Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan istri
Pemeriksaan organ kandungan
Pemeriksaan lender serviks (reaksi imunologis, tes Shim Huhner)
Pemeriksaan rahim: histereskopi, histerosalpingografi, partubasi

(4)
(5)
(a)
(b)
(c)
(6)
(a)
(b)
(c)
(d)

Pemeriksaan laparoskopi
Pemeriksaan pelvis
Ketidakteraturan uterus
Massa panggul
Deviasi atau fiksasi uterus
Pemeriksaan untuk menetapkan terjadinya ovulasi
Pemeriksaan suhu basal
Pemeriksaan mikrokuretase
Pemeriksaan sitology cairan serviks/vagina
Pemeriksaan daun pakis

b) Pemeriksaan khusus suami


(1) Pemeriksaan fisik alat genetalia bagian luar
(2) Analisis sperma sebanyak tiga kali dengan interval sekitar 5 sampai 7 hari
2. Intepretasi data
Melakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan
sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.
Dx: Ny G.. P. dengan infertilitas primer/ sekunder.

Masalah:
a. Defisit pengetahuan tentang foreplay atau teknik-teknik kohabitasi untuk memperbesar
peluang kehamilan.
b. Ketakutan terhadap tindakan-tindakan tes diagnostik, prosedur pengobatan, dan hasil yang
akan dicapai.
3. Diagnosa potensial
Mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Pada infertilitas diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah Gangguan Psikologis:
stress, depresi.
Teori: Pasangan-pasangan infertil memerlukan dukungan psikologis. Infertilitas dapat
menimbulkan rasa tidak mampu, kehilangan jati diri atau ketakutan tentang seksualitas mereka
sendiri.Terutama jika salah satu pasangan ditemukan bermasalah.Kemarahan, tuduhan atau

depresi dapat menonjol karena frustasi dan kekeceweaan muncul kembali setiap bulan selama
belum terjadi kehamilan.
4. Antisipasi penanganan segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk:
a. Inseminasi buatan
Inseminasi buatan adalah upaya untuk memasukkan spermatozoa langsung ke dalam kavum uteri
dari luar. Syarat utama untuk dapat berhasil dalam teknik inseminasi buatan adalah hasil
pemeriksaan fungsi tuba falopii dalam batas normal.
b. Transfer ovum
Pemindahan ovum dari wanita fertile setelah inseminasi (biasanya oleh suami wanita yang
infertile tersebut) pada saat ovulasi (puncak LH). Donor ovum dan penerimanya masing-masing
harus mengalami ovulasi dalam waktu 2 hari.
c. Fertilisasi in vitro
Teknik pemindahan ovum dari ovarium, membuahinya di dalam laboratorium, kemudian
memasukkan embrio yang terjadi ke dalam uterus.
5. Intervensi
a. Berikan informasi faktual untuk membantu mereka mengambil keputusan
b. Berikan reinforcement kepada pasangan suami isttri supaya mereka mempunyai harapan
yang realistis pada setiap sesi pengobatan.
c. Berikan dukungan emosi kepada pasangan suami isttri sebelum menjalani evaluasi
d. Anjurkan ibu dan suami untuk makan makanan yang bergizi
e. Teori: Faktor vitalitas umum yang tidak baik, misalnya kesehatan yang buruk, nutrisi yang
tidak mencukupi (adekuat), tidak berolahraga, merokok, dan minum alkohol berlebihan
f. Anjurkan ibu untuk rajin berolahraga dan menjalankan pola hidup sehat dengan tidak
merokok dan minum alcohol.
g. Teori: Faktor vitalitas umum yang tidak baik, misalnya kesehatan yang buruk, nutrisi yang
tidak mencukupi (adekuat), tidak berolahraga, merokok, dan minum alkohol berlebihan
h. Beritahu pasangan suami isttri untuk menghindari sumber-sumber yang menyebabkan
peningkatan temperature skrotum. Seperti bekerja di tempat yang bertemperature panas (supir,
koki, dll)
i. Beritahu pasangan suami isttri untuk menghentikan penggunaan pelumas dan pencucian
vagina
j. Beritahu pasangan suami isttri jika setelah berhubungan seksual posisi istri tetap berbaring
telentang selama 15 menit.
k. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap untuk
dilakukan terapi induksi ovuloasi dengan klomifen.

6. Implementasi
a. Memberikan informasi faktual untuk membantu mereka mengambil keputusan
b. Memberikan reinforcement kepada pasangan suami isttri supaya mereka mempunyai harapan
yang realistis pada setiap sesi pengobatan.
c. Memberikan dukungan emosi kepada pasangan suami isttri sebelum menjalani evaluasi
d. Menganjurkan ibu dan suami untuk makan makanan yang bergizi
e. Menganjurkan ibu untuk rajin berolahraga dan menjalankan pola hidup sehat dengan tidak
merokok dan minum alcohol.
f. Memberitahu suami untuk menghindari sumber-sumber yang menyebabkan peningkatan
temperature skrotum. Seperti bekerja di tempat yang bertemperature panas (supir, koki, dll)
g. Memberitahu pasangan suami istri untuk menghentikan penggunaan pelumas dan pencucian
vagina
h. Memberitahu pasangan suami isttri jika setelah berhubungan seksual posisi istri tetap
berbaring telentang selama 15 menit.
i. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap untuk
dilakukan terapi induksi ovuloasi dengan klomifen
7. Evaluasi
Ibu dapat mengerti semua penjelasan petugas, hal ini dapat dibuktikan ibu dapat menjelaskan
kembali beberapa penjelasan yang diberikan oleh bidan.

Anda mungkin juga menyukai