Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

Infertilitas ditujukan pada kondisi kesuburan yang berkurang. Suatu pasangan disebut

infertil jika sang istri tidak hamil dam waktu 1 (satu) tahun setelah kawin tanpa

mempraktekan konstrasepsi ( disengaja). Menurut Whitelaw pasangan yang sehat 56,5%

menjadi hamil pada bulan pertama dan 78,9% dalam 6 bulan yang pertama. Infertilitas

disebut primer kalau pasien belum pernah hamil dan sekunder kalau pernah hamil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.2. Etiologi

 Infertilitas disengaja

a. Oleh suami : Coitus interuptus, condom, sterilisasi (vasektomi)

b. Oleh isteri : Cara-cara rakyat seperti irigasi air garam jenuh, istibra berkala, cara

kimiawi berupa salep atau tablet, cara-cara mekanis; pessarium occlusivum, IUD, oral

pills, injectables, sterilisasi.

 Infertilitas tidak disengaja

a. Sebab-sebab pada suami :

1. Gangguan spermatogenesis (aspermia, hypospermia, necrospermia) : misalnya

karena kelebihan atau penyakit testes, kelainan endokrin.

2. Kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan ke dalam puncak

vagina seperti : impotensi, ejaculation praecox, penutupan ductus deferens,

hypospadia, phymosis. Kemandulan yang disebabkan oleh pihak pria 35%-40%.

b. Sebab-sebab pada istri :

1. Gangguan ovulasi misalnya karena kelaianan ovarium atau gangguan hormonal.

2. Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan seperti kelainan tuba,

endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, flour albus. Kemandulan

yang disebabkan oleh istri ialah 40-50% dan pada 10-20% sebabnya tidak

diketahui.

2.3. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan.

a. Pencatatan suhu-suhu basal dalam suatu kurve : kalau siklus ovulatoar, maka suhu

basal bersifat bifasis.

b. Dengan pemeriksaan vaginal smear; pembentukan progesterone menimbulkan

perubahan-perubahan sitologis pada sel-sel superficial.

c. Pemeriksaan lender cerviks ; adanya progesterone menimbulkan perubahan sifat

lender cerviks ialah lender tersebut menjadi lebih kental, juga gambaran fern (

daun parkis) yang terlihat pada lender yang telah dikeringkan hilang.

d. Pemeriksaan endometrium : kuratase pada hari pertama haid atau pada fase

premenstrual menghasilakn endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran

histology yang khas.

e. Pemeriksaan hormone seperti: estrogen, ICSH, dan pregnandiol.

 Sebab-sebab gangguan ovulasi :

1. Factor-faktor susunan saraf pusat : tumor, disfungsi hypothalamus, factor

psikogen, disfungsi hypofise.

2. Factor-faktor intermedia : gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.

3. Factor-faktor ovarial : tumor-tumor, disfungsi, turner syndrome.

- Pemeriksaan sperma

Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa, bentuk

dan pergerakannya. Sebaiknya sperma yang diperiksa ditampung setelah pasangan

tidak melakukan coitus sekurang-kurangnya selama 3 hari dan sperma tersebut

hendaknya diperiksa dalam satu jam setelah keluar.

Ejakulat yang normal sifatnya yaitu :

Volume : 2-5 cc

Jumlah spermatozoa : 100-120 juta per cc


Pergerakan : 60 % dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan

Bentuk abnormal : 25%

Pria yang fertile spermatozoanya : 60 jutaper cc aatau lebih

Subfertil : 20-60 juta per cc

Steril ; 20 juta per cc atau kurang

Sebab-sebab kemandulan pada pria : gizi, penyakit-penyakit, kelainan metabolism,

keracunan, disfungsi hypofise, kelaianan traktus genitalia ( vas deferens, testes pada

klinifelter syndrome).

Untuk penilaian yang lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid gonadotropin dalam

urin, dan biopsy dari testis.

- Lender cervix

Keadan dan sifat lender cervix sangat mempengaruhi keadaan spermatozoa.

a. Kentalnya lender cervix

Lender cervix yang cair lebih muda dilalui spermatozoa. Pada stadium proliferasi

lender cervix agak cair karena pengaruh estrogen, sebaliknya pada stadium

sekresi lender servix lebih kental karena pengaruh progesterone.

b. Ph lender cervix

Lender cervix bersifat alkalis dengan ph ± 9. Pada suasana yang alkalis

spermatozoa dapat hidup lebih lama. Suasana menjadi asam pada cervisitis.

c. Enzim proteolitik

Selain estrogen rupa-rupanya enzim-enzim proteolitik seperti trypsin dan

vhemotrypsin mempengaruhi viscositas lender cervix.

d. Dalam lender cervix dapat juga diketemukan immunoglobulin yang dapat

menimbulkan agglutinasi dari spermatozoa.


e. Berbagai kuman-kumaan dalam lender cervix dapat membunuh spermatozoa.

Biasanya baik tidaknya lendiri cervix diperuksa dengan :

1. Sims Huhner test ( post coital test )

Pemeriksaan lender cervix dilakukan post coitum sekitar waktu ovulasi. Sims

huhner test dianggap baik kalau terdapat 5 spermatozoa yang motil per high

powerfield. Sims huhner test yang baik menandakan :

- Tehnik coitus

- Lender cervix normal

- Estrogen ovarial cukup

- Sperma yang cukup

2. Kurzrock miller test

Dilakukan pada pertengahan siklus kalau hasil sims huhner test kurang baik. Satu

tetes lender cervix diletakaan berdampingan dengan tetes sperma pada

obyekglaas; dilihat apakah ada penetrasi spermatozoa kalau tidak ada invasi

spermatozoa, lender cervix kurang baik.

- Pemeriksaan tuba

Untuk mengetahui keadaaan tuba dapat dilakukan :

1. Pertubasi ( insuflasi ) sering disebut rubin test

2. Hystersalpingografi

3. Kuldoskopi

1. Pertubasi ( insuflasi ) secara rubin

Co2 dimasukan ke dalam cavum uteri dan tuba. Kalau tuba paten ( tidak

tertutup ) maka gas akan keluar dari ujung tuba. Hal ini dapat diketahui

dengan stetoskop yang diletakan kiri atau kanan dari uterus : gas yang keluar
menimbulkan bunyi yang khas. Di samping itu pasien merasa nyeri di bahu

dan dengan ro foto dapat terlihat gelembung udara dibawah diafragma.

Biasanya tekanan gas dicatat dengan kymogram. Kalau tekanan tidak

melewati 180 mmHg. Maka tuba paten. Kalau mencapai 180 – 200 mmHg,

maka ada penutupan parsiil dan kalau lebih 200 mmHg, maka ada penutupan

parsiil dan kalau lebih 200 mmHg, maka ada obstruksi. Pada kymogram juga

Nampak gelombang-gelombang dengan amplitude 10-30 mmHg, yang

disebabkan oleh peristaltic tuba.

2. Hysterosalpingografi

Kalau dengan pertubasi hanya dapat diketahui utuh tidaknya tuba maka

dengan hysterosalpingografi dapat diketahui :

- Bentuk dari cavum uteri

- Bentuk dari liang tuba dan kalau ada sumbatan, tempat sumbatan Nampak

jelas.

Pada hysterosalpingografi disuntikan cairan kontras ke dalam rahim misalnya

lipiodol, urografin, atau pyelocyl. Bahan kontras yang larut dalam air lebih baik

dari bahan kontras yang larut dalam minyak yang dapat menimbulkan emboli

dan granulom tuba. Kemudia dibuat foto rontgen dari genitalia interna. Kalau

keadaan normal makan batas-batas cavum uteri rata. Tuba terlihat sebagai

benang halus tanpa pelebaran dank arena tidak ada sumbatan Nampak juga

cairan kontras dalam rongga panggul kecil.

- Kuldoskopi, dengan kuldoskopi dapat dilihat keadaan tuba dan ovarium.

- Laparaskopi, dengan laparaskopi dapat dilihat keadaan genitalia interna dan

sekitarnya.
Pemeriksaan endometrium

Pada stadium premenstrual atau pada hari pertama haid dilakukan mikrokuratase

Endometrium yang normal harus memperlihatkan gambaran histologik yang khas untuk

stadium sekresi. Kalau tidak diketemukan stadium sekresi maka :

1. Endometrium tidak beraksi terhadap progesterone

2. Produksi progesterone kurang

Anda mungkin juga menyukai