Anda di halaman 1dari 42

1.

5 Keluarga Berencana

2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana

A. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan partisipasi masyarakat dengan pendewasaan usia

perkawinan, pengendalian kelahiran, meningkatkan ketahanan

keluarga, meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam rangka

mewujudkan keluarga kecil yang hangat dan bahagia (Wulandari,

2018). Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan, untuk mencapai hal tersebut dibuatlah

beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.

B. Tujuan KB

Tujuan pemakaian alat kontrasepsi yaitu :

1) Mengatur kehamilan

2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematin ibu

dan bayi

3) Meningkatkan akses kualitas informasi, pendidikan,

konseling, dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

4) Meningkatkan partisipasi dan keikutsertaan pria dalam

praktek keluarga berencana


5) Menyarankan ibu untuk memperlama proses penyusuan

sebagai upaya untuk menjarangkan kehamilan

(Nursalam, 2018).

C. Manfaat KB

Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut :

1) Mencegah Masalah Kesehatan Terkait Kehamilan

2) Mengurangi AKB

3) Membantu Mencegah Human Immunodeficiency

Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency

Syndrome (AIDS)

4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan

Pendidikan

5) Mengurangi Kehamilan Remaja

6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk (Soares, 2018)

D. Metode Kontrasepsi

1) Kontrasepsi Alamiah. Dalam menggunakan kontrasepsi

alamiah,dianjurkan untuk tidak menggunakan salah satu

metode ,tetapi jangan mengkombinasikan keduanya.

Contoh dari metode KB sederhana adalah:

kondom,metode kalender,suhu basal tubuh,metode lendir

serviks, senggama terputus dan spermisida.


2) KB Metode Efektif . Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi hormonal telah mempelajari bahwa

estrogen dan progesteron memberikan umpan balik

terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga

terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan

proses ovulasi (Wulandari, 2018)

E. Faktor yang diperhatikan sebelum memilih alat kontrasepsi

Beberapa factor yang perlu diperhatikan sebelum menentukan

penggunaan alat kontrasepsi :

1. Faktor pasangan

a) Umur

b) Gaya hidup

c) Frekuensi berhubungan

d) Jumlah keluarga yang diinginkan

e) Pengalaman kontrasepsi sebelumnya

f) Sikap kewanitaan

g) Sikap kepriaan

2. Faktor kesehatan

1) Status kesehatan

2) Riwayat haid

3) Riwayat keluarga

4) Pemeriksaan fisik termasuk panggul

F. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi Sederhana Adalah Suatu Cara Yang Dapat

Dilakukan Sendiri Oleh Pasangan Usia Subur, Tanpa

Pemeriksaan Medis Terlebih Dahulu. Metode kontrasepsi

sederhana dalam Kamus Kesehatan Online adalah Cara untuk

mencegah kehamilan dengan atau tanpa menggunakan alat, obat

dan tindakan operatif, yang pemakaiannya tidak memerlukan

pertolongan medis dan yang efektifitasnya rendah seperti

kondom, diafragma, Coitus Interuptus,dan pantang berkala (Lie,

2019). Metode kontrasepsi sederhana dibedakan menjadi 2 :

a. Metode kontrasepsi sederhana alami

b. Metode kontrasepsi sederhana buatan atau dengan alat.

a. Metode kontrasepsi sederhana alami

1. Metode Kalender

Metode ini digunakan prinsip pantang berkala, yaitu

tidak melakukan masa subur istri. Untuk menentukan masa

subur istri digunakan 3 patokan : Ovulasi terjadi 14 hari

kurang lebih sebelum haid yang akan datang. Sperma dapat

hidup selama 48 jam setelah ejakulasi sedangkan Ovum

dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Apabila konsepsi ingin

dicegah maka harus dihindari sekurang-kurangnya selama

tiga hari atau 72 jam, yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24


jam setelah ovulasi. Metode ini hanya digunakan pada wanita

yang daur menstruasinya teratur (Soares, 2018).

2. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)

Coitus Interuptus atau yang sering diisebut Senggama Terputus

merupakan metode kontrasepsi sederhana dengan cara

mengeluarkan alat kelamin pria (penis) sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan kehamilan

dapat dicegah. Metode ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada

masa subur. Manfaat dari metode ini yaitu tidak mengganggu

produksi ASI, tidak ada efek samping , dapat digunakan setiap

waktu, tidak membutuhkan biaya, meningkatkan keterlibatan

pria dalam KB dan memungkinkan hubungan lebih dekat dan

pengertian yang sangat dekat antar pasangan (Priyanti &

Syalfina, 2017)

3. Metode Suhu Basal

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai

oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat

(tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari

segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas

lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui

kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh

diukur dengan alat yang berupa termometer basal.


Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per

vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta

waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar

35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun

terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian

tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat

itulah terjadi masa subur/ovulasi (Nursalam, 2018)

Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar

3- 4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan

akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum

menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron

menurun. Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak

terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa

subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh.

Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang

memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi

kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa

subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila

sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan

terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu

tubuh tetap tinggi.

a) Manfaat
1) Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat

sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.

2) Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh

berguna bagi pasangan yang menginginkan

kehamilan.

3) Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh

berguna bagi pasangan yang menghindari atau

mencegah kehamilan.

b) Efektifitas

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila

dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh

basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan

berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi

pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu

tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan

per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka

kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita

per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih

efektif apabila dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida, ataupun

metode kalender (calender method or periodic

abstinence) (Widiawati, 2016)


c) Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode

Suhu Basal Tubuh Adapun faktor yang

mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh

antara lain:

1. penyakit

2. gangguan tidur

3. merokok dan atau minum alkohol

4. penggunaan obat-obatan ataupun

narkoba.

5. stres

6. penggunaan selimut elektrik

d) Keuntungan Keuntungan dari penggunaan metode

suhu basal tubuh antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

pada pasangan suami istri tentang masa

subur/ovulasi.

2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid

tidak teratur untuk mendeteksi masa

subur/ovulasi.

3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun

meningkatkan kesempatan untuk hamil.


4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh

lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi

seperti perubahan lendir serviks.

5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan

adalah wanita itu sendiri.

e) Keterbatasan metode suhu basal tubuh memiliki

keterbatasan sebagai berikut :

1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami

istri.

2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga

medis.

3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh

penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,

stres, penggunaan narkoba maupun selimut

elektrik.

4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada

waktu yang sama.

5. Tidak mendeteksi awal masa subur.

6. Membutuhkan masa pantang yang lama.

f. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh

Aturan perubahan suhu/temperatur sebagai berikut :


1) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama

setiap pagi (sebelum bangun dari tempat

tidur).

2) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.

3) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut

untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk

menentukan suhu tertinggi dari suhu yang

“normal dan rendah” dalam pola tertentu

tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau

biasanya.

4) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan

oleh demam atau gangguan lain.

5) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1

derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu

10 hari tersebut. Garis ini disebut garis

pelindung (cover line) atau garis suhu. Periode

tak subur mulai pada sore hari setelah hari

ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas

garis pelindung/suhu basal.

6) Hari pantang senggama dilakukan sejak hari

pertama haid hingga sore ketiga kenaikan

secara berurutan suhu basal tubuh (setelah

masuk periode masa tidak subur).


7) Masa pantang untuk senggama pada metode

suhu basal tubuh lebih panjang dari metode

ovulasi billings.

8) Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur

yang dapat diamati.

4. Metode Lendir Serviks

Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini

dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice

Catarinich di Melbourne, Australia kemudian menyebar ke seluruh

dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat sehingga dapat

diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang

dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa serviks atau metode

ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)

dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan

mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang

hari-hari ovulasi (Ati et al., 2019)

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel

leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat

sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada

masa subur/ovulasi. Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang

matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi,

lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang
berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap

siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel

sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga

kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari. Pengamatan lendir

serviks dapat dilakukan dengan:

1) Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang

hari.

2) Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat.

Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola

ketidaksuburan. Pola Subur adalah pola yang terus berubah,

sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali

tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol

kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan

demikian, akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk

mendapatkan atau menunda kehamilan.

2) Manfaat

Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan

yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu,

metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan

kehamilan.

3) Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi

yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan,

dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari

pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode

mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun.

Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa

serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka

keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen (Ati et al., 2019)

4) Kelebihan metode mukosa serviks

Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

a. Mudah digunakan.

b. Tidak memerlukan biaya.

c. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga

berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda

kesuburan.

5) Keterbatasan

Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks

ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:

a. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya

dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal

metode simptothermal).
b. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai

menyentuh alat kelaminnya.

c. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat

mengaburkan tanda-tanda kesuburan.

d. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

5. Metode amonera laktasi

Metode amenore laktasi merupakan salah satu cara alami untuk mencegah

kehamilan. Selain aman dan efektif, metode ini juga lebih praktis dan sangat

mudah dilakukan, terutama bagi ibu yang baru melahirkan. Setelah

melahirkan atau melalui masa nifas, siklus menstruasi akan terlambat atau

terhenti sementara karena terhambatnya pengeluaran sel telur (ovulasi)

(Priyanti & Syalfina, 2017)

Hal yang terjadi secara alami ini disebabkan oleh pelepasan hormon

prolaktin, yaitu hormon yang bertugas untuk merangsang produksi ASI pada

tubuh ibu. Ketika jumlah hormon ini meningkat, maka pelepasan sel telur

akan dihambat. Oleh sebab itu ibu yang sering menyusui bayinya maka

memiliki kemungkinan kecil untuk hamil.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Amonore Laktasi


Metode amenore laktasi dinilai memiliki kelebihan jika dibandingkan

dengan metode kontrasepsi lainnya. Kelebihan metode ini antara lain:

a. Tidak memiliki efek samping.

b. Nyaman dan tidak perlu mengeluarkan biaya.

c. Tidak memengaruhi keseimbangan hormon alami tubuh.

d. Tidak memerlukan resep atau pengawasan dari dokter.

e. Dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Metode amenore laktasi juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya :

a. Tidak memberikan perlindungan dari penyakit menular

seksual. Untuk mencegah penularan penyakit ini, perlu

dilakukan pencegahan dengan mempraktekkan seks aman

dan menggunakan kondom.

b. Hanya bisa diandalkan selama enam bulan pertama setelah

melahirkan.

c. Dapat menyebabkan berkurangnya pelumas alami vagina,

sehingga berisiko menyebabkan vagina kering.

d. Pemberian ASI eksklusif tidak selalu dapat dilakukan oleh

setiap ibu. Misalnya pada ibu yang jumlah ASInya sedikit,

memiliki kelainan hormon, atau penyakit infeksi, seperti

HIV.
Pada dasarnya, hasil penerapan metode amenore laktasi untuk

mencegah kehamilan bisa bervariasi pada tiap wanita. Meski sudah

melakukan metode amenore laktasi, ibu tetap memiliki peluang

untuk hamil setelah melahirkan. Oleh karena itu, tetap perlu untuk

menggunakan alat kontrasepsi lain guna mencegah kehamilan

pascabersalin (Priyanti & Syalfina, 2017).

2. Metode kontrasepsi sederhana buatan atau dengan alat.

a. Kondom.

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis

yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan

sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga

tidak tercurah pada vagina (Kesehatan et al., 2013). Cara

kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma

atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita.

Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka

kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.


Keunggulan kondom :

1. Tidak mengganggu produksi ASI

2. Murah, dapat dibeli secara umum tidak memerlukan

resep dokter atau tidak memerlukan pemeriksaan

khusus

3. Mencegah terjadi IMS

4. Efektifitas rendah atau tingkat kegagalan tinggi

5. Reaksi aergi terhadap lateks, menyebabkan iritasi

kulit

Jenis kondom :

a. Kondom pria

Kondom untuk pria dibuat dengan bahan karet

(lateks) polioretan (plastic) atau bahan sejenis yang

kuat , tipis dan elastis . Cara menggunakan kondom

tersebut yaitu dengan cara ditarik sampai menutupi

penis yang sedang ereksi untuk menampung semen

selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk

kedalam vagina. Selaput kondom yang tebuat dari

bahan alami sebagai alat untuk mencega kehamilan

(Widiawati, 2016)

b. Kondom wanita (Diafragma)


Kondom wanita terbuat dari lapisan poliuretan

tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dandapat

digerakan pada ujung yang tertutup . Digunakan

dengan cara dimasukan kedalam vagina. Kondom

wanita hanya memiliki satu ukuran dan tidak perlu

dipasang oleh pemberi pelayanan kesehatan

professional. kondom tersebut harus dilumasi terlebih

dahulu sebelum pemakaian atau Pelumas dapat

digunakan bersama dengan pemakaian kondom.

Keluhan yang sering muncul pada pengguna

kondom wanita dan pasangan suami istri yaitu

merasakan cincin bagian luar menekan kedalam

vagina, selubung kondom terbawa dan bergerak-

gerak bersama penis selama berhubungan seksual.

Mengecek penempatan kondom yang benar dengan

memberikan pelumas tambahan merupakan sebagian

penyelesaiaan masalah yang muncul pada pengguna

kondom wanita (Soares, 2018).

b. Cup serviks

Kap serviks merupakan salah satu metode KB yang

bisa dipilih oleh Ibu. Jenis KB ini harus dimasukkan ke

dalam vagina sebelum berhubungan intim. Tugas dari kap


serviks adalah untuk menahan sperma masuk ke dalam

rahim. kap serviks memiliki tingkat efektivitas yang lebih

rendah. Penelitian menunjukkan penggunaannya hanya 71

persen efektif, ini artinya ada sekitar 29 dari 100 wanita yang

menggunakan kap serviks menjadi hamil dalam satu tahun

penggunaannya.

Kap serviks (Femcap) lebih efektif bagi Ibu yang

belum pernah melahirkan per vaginam, termasuk Ibu yang

belum pernah hamil atau Ibu yang melahirkan

melalui operasi caesar. Di antara para Ibu dalam

kelompok ini, diperkirakan ada 14 dari 100 yang

menggunakan kap serviks mengalami 'kebobolan' alias

hamil dalam satu tahun penggunaannya. Karena memiliki

tingkat keberhasilan yang rendah, Ibu mungkin perlu

menggunakan jenis KB tambahan, seperti kondom saat

menggunakan kap serviks.

d. Spermicida.

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang

dapat mematikan dan menghentikan gerak atau

melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak

dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet

vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB.


Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti

kondom dan diafragma (Soares, 2018).

3. Kontrasepsi Darurat (Emergency Contraception)

Kontrasepsi Darurat (Emergency Contraception)

disebut sebagai kontrasepsi pasca senggama karena

digunakan setelah berhubungan seksual. Kontrasepsi ini

disebut Morning After Pil atau Morning After Treatment,

juga berfungsi untuk mengurangi angka kegagalan

kontrasepsi seperti penggunaan kondom yang sobek dan

dikhawatirkan akan menyebabkan kehamilan yang tidak

direncanakan.

Waktu meminum pil kontrasepsi darurat kombinasi

sedini mungkin dalam waktu 72 jam sesudah hubungan

seksual tanpa pelindung (Kondom) dan juga dapat meminum

pil kontrasepsi darurat kombinasi antara 72 jam hingga 120

jam sesudah hubungan seksual tanpa pelindung. Perlu

diketahui bahwa efektivitas pil kontrasepsi darurat

tergantung pada jarak waktu antara hubungan seksual tanpa

pelindung terakhir dengan waktu meminum pil kontrasepsi

darurat (Priyanti & Syalfina, 2017)


Kontrasepsi darurat Masing-masing bersifat hormonal

dan saat ini diterapkan secara oral. Sekalipun pemberian

pervaginal dalam tahap penelitian, namun kepustakaan yang

telah dipublikasikan masih terbatas pada pemberian per oral.

Lima cara tersebut adalah :

1) Pil KB Kombinasi (mis: Microgynon),

2) Pil Progestin (mis: Postinor-2),

3) Pil Estrogen (mis: Premarin),

4) Mifepristone (mis : RU-486),

5) Danazol (mis : Danocrine)

Cara kerja :

1) Merubah endometrium sehingga tidak

memungkinkan implantasi hasil pembuahan

2) Mencegah ovulash menunda ovulasi

3) Mengganggu pergerakan saluran telur (tuba fallopi)

Cara pemberian :

1) Pil kombinasi : 2x4 tablet dalam waktu 3 hari pasca

senggama, (dosis pertama 1x4 tablet diulang 1x4

tablet 12 jam kemudian setelah dosis Pertama).

2) Pil Progestin: 2x1 tablet dalam waktu 3 hari pasca

senggama, (dosis pertama 1 tablet, diulang 1 tablet

kedua 12 jam sesudah tablet pertama)


3) Pil Estrogen: 2x10 mg dalam waktu 3 hari pasca

senggama selama 5 hari Mifepristone: 1x600 mg

dalam waktu 3 hari pasca seenggama

4) Pil Danazol : 2x4 tablet dalam waktu 3 hari pasca

senggama, (dosis pertama 1x4 tablet diulang 1x4

tablet 12 jam kemudian setelah dosis Pertama).

4. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode

kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk

mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal

merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron

memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui

hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan

proses ovulasi (Ati et al., 2019).

a) Pil KB

Suatu metode kontrasepsi untuk wanita yang

berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan

hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi)

atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini

Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk

mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,

mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma


sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan

lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat

menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka

kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan

3-10% untuk mini pil.

Jenis-jenis pil KB :

1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan

21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen

atau progestin, dalam dosisi yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah

dan porsi hormonnya konstan setiap hari.

2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen,

progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet

tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.

3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen atau

progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7

tablet tanpa hormon aktif, dosis hormone

bervariasi setiap hari (Ati et al., 2019).

Keuntungan KB Pil :

1) Tidak mengganggu hubungan seksual


2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah

anemia)

3) Dapat digunakan sebagai metode jangka

panjang

4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga

menopouse

5) Mudah dihentikan setiap saat

6) Kesuburan cepat kembali setelah

penggunaan pil dihentikan

7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik,

kanker ovarium, kanker endometrium,

kista ovarium, acne, disminorhea (Ati et

al., 2019).

Kerugian Pil KB

1) Amenorhea atau tidak menstruasi selama

>3 bulan

2) Perdarahan haid yang berat

3) Perdarahan diantara siklus haid

4) Depresi

5) Kenaikan berat badan

6) Mual dan muntah

7) Perubahan libido/keinginan untuk

berhubungan seksual
8) Hipertensi

9) Jerawat

10) Nyeri tekan payudara

11) Pusing/Sakit kepala

12) Kesemutan

13) Cloasma/perubahan pigmen atau warna

kulit

14) Hirsutisme atau bertumbuhan rambut di

area wajah, dada atau punggung

15) Leukorhea/keluarnya cairan selain darah

mens

16) Kering pada area vagina

17) Disminorea/nyeri saat menstruasi

Efek samping dari penggunaan kontrasepsi hormonal

Pil dapat berbeda-beda sesuai dengan respon tubuh

pada wanita tersebut, sehingga reaksi yang di

timbulkan bias saja berbeda. Ada perempuan yang

cocok menggunakan KB Pil dan adapula yang tidak

begitu cocok akibat reaksi yang ditimbulkan.

Saat penggunaan KB PIL

1) Siklus menstruasi normal.


Ibu dapat memulai kontrasepsi oral

kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi.

Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

Jika dipastikan tidak hamil, ibu juga dapat memulai

kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. Jika sudah

melebihi 5 hari pertama siklus menstruasi, ibu harus

pantang berhubungan seksual atau menggunakan

perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari

berikutnya.

2) Siklus menstruasi tidak teratur

Jika dipastikan tidak hamil, ibu dapat memulai

kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. ibu harus

pantang berhubungan seksual atau menggunakan

perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari

berikutnya.

3) Pascapersalinan atau pada masa menyusui

Jika sudah melebihi 6 bulan pasca bersalin

dan tidak menstruasi selama >3 bulan, ibu dapat

memulai menggunakan kontrasepsi oral/pil

kombinasi seperti pada perempuan yang tidak

menstruasi selama > 3 bulan lainnya. Jika sudah

melebihi 6 bulan pasca bersalin dan sudah kembali

menstruasi, ibu dapat memulai kontrasepsi oral


kombinasi seperti pada perempuan lain yang

memiliki siklus menstruasi normal.

4) Pascapersalinan (tidak sedang menyusui)

Jika belum kembali menstruasi dan berada

dalam masa 21 hari pasca bersalin atau lebih, ibu

dapat segera memulai kontrasepsi oral/pil kombinasi

selama dipastikan tidak hamil. Ibu harus menunda

berhubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi

tambahan seperti kondom selama 7 hari berikutnya.

Jika sudah kembali menstruasi, ibu dapat memulai

kontrasepsi oral kombinasi seperti pada perempuan

yang memiliki siklus menstruasi normal lainnya.

5) Pasca keguguran

Ibu dapat segera memulai kontrasepsi pil

kombinasi setelah mengalai keguguran. Tidak

diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

6) Berganti dari metode hormon lain

Jika metode hormon sebelumnya digunakan

secara konsisten dan benar atau perempuan tersebut

dipastikan tidak hamil, ibu dapat segera memulai

kontrasepsi oral kombinasi. Tidak perlu menunggu

siklus menstruasi berikutnya. Jika metode yang

digunakan sebelumnya adalah metode suntik, ibu


harus memulai kontrasepsi oral kombinasi pada

jadwal suntikan berikut nya. Tidak diperlukan

perlindungan kontrasepsi tambahan.

7) Berganti dari metode non-hormon (selain AKDR)

Ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi

dalam 5 hari pertama siklus menstruasi. Tidak

diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. Jika

dipastikan tidak hamil, maka dapat segera memulai

kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. Jika sudah

melebihi 5 hari pertama siklus menstruasi, ibu harus

pantang berhubungan seksual atau menggunakan

perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari

berikutnya

8) Berganti dari AKDR atau IUD (termasuk AKDR-

LNG)

Ibu dapat memulai kontrasepsi oral

kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi.

Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

AKDR dapat dilepas pada saat itu juga. Jika telah

dipastikan tidak hamil, ibu juga dapat memulai

kapanpun. Apabila ibu telah aktif secara seksual

dalam siklus menstruasi saat ini dan sudah melebihi 5


hari pertama siklus menstruasi, AKDR sebaik nya

dilepas pada siklus menstruasi berikutnya.

Jika ibu belum aktif secara seksual dalam

siklus menstruasi dan sudah melebihi 5 hari pertama

siklus menstruasi, ibu harus pantang berhubungan

seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi

tambahan selama 7 hari berikutnya. Jika perlindungan

tambahan ini diberikan oleh AKDR pada pengguna,

AKDR sebaiknya dilepas pada siklus menstruasi

berikutnya (Ati et al., 2019).

Manfaat Pil KB :

1) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir

mempunyai efektifitas tubektomi), bila

digunakan tiap hari.

2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

3) Tidak mengganggu hubungan seksual.

4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah

haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi

nyeri haid.

5) Dapat digunakan jangka panjang selama masih

ingin menggunakannya untuk mencegah

kehamilan.
6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga

menopause.

7) Mudah dihentikan setiap saat.

8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan

pil dihentikan.

9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

Membantu mencegah: kehamilan ektopik,

kanker ovarium dan endometrium, kista

ovarium, penyakit radang panggul, efek

Samping. Efek samping yaitu :

a. Gangguan siklus haid

b. Tekanan darah tingg

c. Kenaikan berat badan

d. Jerawat

e. Bercak bercak coklat pada wajah

b) Suntik KB.

Suntik KB dibedakan menjadi dua macam

yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) kombinasi dan

suntik KB 3 bulan (DMPA). Suntik DMPA berisi

depot diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml

setiap 12 minggu (3 bulan) dan Suntik Kombinasi

yang berisi 2 hormon yakni estrogen dan progesteron

yang diberikan setiap 1 bulan sekali . KB suntik 3


Bulan memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3

kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun

pemakaian. Kegagalan yang terjadi pada umumnya

dikarenakan oleh ketidakpatuhan pengguna untuk

datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik

penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar

intragluteal Sedangkan pada KB suntik 1 bulan

kurang dari 0,1% per 100 wanita selama tahun

pertama penggunaan (Ati et al., 2019).

Jenis kontrasepsi Suntik

1. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),

mengandung 150 mg DMPA yang diberikan

setiap tiga bulan dengan cara di suntik (di

daerah pantat).

2. Depo Noretisteron Enantat (Depo

Noristerat), mengandung 200 mg

Noretindron Enantat, diberikan setiap dua

bulan dengan cara di suntik

Cara kerja kontrasepsi Suntik

1. Mencegah embuahan sel telur

2. Mengentalkan lendir pada leher rahim

sehingga menurunkan kemampuan sperma

dapat membuahi sel telur


3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis

4. Menghambat transportasi sel telur

Keuntungan Kontrasepsi Suntik

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat

efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan seksual, tidak

mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek

samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan

obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia

lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu

mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,

dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang

panggul (Ati et al., 2019)

Kerugian kontrasepsi Suntik

Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik yaitu :

a. Gangguan haid

b. Leukorhea atau Keputihan

c. Galaktorea/mengeluarkan ASI saat tidak

sedang menyusui
d. Jerawat

e. Rambut Rontok

f. Perubahan Berat Badan

g. Perubahan libido atau keinginan untuk

berhubungan seksual (Ati et al., 2019).

c) Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang

digunakan dengan cara disusupkan dibawah kulit

bagian lengan atas wanita atau biasa disebut Alat

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK). Cara kerja implat

sama dengan pil KB. Implant mengandung bahan

lenovogrestrel. Lenovogrestrel adalah preparat

hormon yang digunakan untuk mencegah kehamilan.

Jenis kontrasepsi hormonal ini akan memperlambat

atau mencegah terjadinya ovulasi, sehingga

pembuahan tidak terjadi .  Keuntungan pemakaian

implant yaitu tahan sampai 5 tahun, dan kesuburan

akan kembali setelah pengangkatan implant.

Keefektifan pemakaian implant juga cukup tinggi

yaitu sekitar 1-3%.

Jenis kontrasepsi Implant

1. Norplant : terdiri dari 6 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan


diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg

levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon : terdiri dari satu batang putih lentur

dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan indoplant : terdiri dari 2 batang

yang diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel

dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja kontrasepsi Implant

1. Lendir leher rahim menjadi kental

2. Mengganggu proses pembentukan Rahim

yang menebal sehingga sulit hamil

3. Mengurangi transportasi sperma

4. Menekan terjadinya pembuahan oleh sperma.

Keuntungan kontrasepsi Implant

1. Perlindungan jangka panjang

2. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk

jenis Implan Jedena, Indoplant, atau Implanon

3. Nyaman dan daya guna tinggi

4. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia

reproduksi
5. Kesuburan segera kembali setelah implan

dicabut

6. Aman dipakai pada masa laktasi.

7. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam saat

pemasangan

8. Tidak mengganggu dari kegiatan senggama

9. Mengurangi nyeri dan jumlah darah saat haid

10. Mengurangi dan memperbaiki anemia

11. Melindungi terjadinya kanker

endometrium/rahim

12. Melindungi diri dari beberapa penyebab

penyakit radang panggul (Ati et al., 2019).

Kerugian kontrasepsi Implant

1) Perubahan pola haid berupa perdarahan

bercak (spooting),

2) Hipermenorea atau meningkatnya jumlah

darah haid

3) Amenorrhea/tidak mens selama >3 bulan.

Wanita yang tidak boleh menggunakan implant,

antara lain :

1. Hamil atau diduga hamil

2. Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya


3. Tidak dapat menerima perubahan pola haid

4. Gangguan penyerapan gula oleh tubuh

5. Benjolan/karsinoma payudara atau riwayat

karsinoma payudara

6. Mempunyai Mioma pada rahim dan kanker

payudara panggul (Ati et al., 2019).

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

AKDR atau IUD adalah alat kontrasepsi yang biasanya

berbentuk batang, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang

dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan

ada pula yang batangnya berisi hormone progesteron yang

dipasang pada rahim wanita (Widiawati, 2016). Cara kerja

AKDR yaitu dengan menghambat proses bersatunya ovum

dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai

tuba fallopi dan menonaktifkan sperma.

IUD dapat menimbulkan infeksi benda asing sehingga

akan terjadi migrasi leokosit, makrofag dan menimbulkan

perubahan susunan cairan endometrium yang akan

menimbulkan gangguan terhadap spermatozoa sehingga

gerakannya menjadi lambat dan akan mati dengan sendirinya.

Selain itu IUD/AKDR juga berfungsi meninggikan getaran

saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim

endometrium belum siap melakukan nidasi sehingga


menimbulkan reaksi mikro infeksi yang menyebabkan

penumpukan sel darah putih yang melarutkan blatokista, dan

lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Ke

efektifitasan AKDR cukup tinggi, yaitu mencapai 1%

(Nursalam, 2018).

Manfaat Penggunaan Kontrasepsi IUD

a. Dapat langsung aktif setelah pemakaian

b. Metode jangka panjang (5-10 tahun) serta

tidak mempengaruhi produksi ASI

c. Kesuburan kembali dengan cepat setelah pelepasan

IUD.

d. Pemasangan dapat dilakukan segera setelah

persalinan.

e.Perasaan terlindungi dari kehamilan sehingga

meningkatkan kenyamanan dalam hubungan suami

istri. Sangat efektif mencegah kehamilan dengan

presentase 0,6-0,8 kali per 100 wanita pada tahun

pertama penggunaan.

f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

g. Tidak ada efek samping hormonal.

h. Dapat digunakan sebelum menopause.

i. Tidak berinteraksi dengan obat-obatan (Widiawati,

2016).
Tidak adanya IUD Efek samping IUD adalah sebagai berikut :

a) Menstruasi semakin meningkat.

b) Nyeri saat menstruasi

c) Perdarahan berupa bercak

d) kehamilan in situ.

e) Infeksi dapat terjadi dengan pemberian yang tidak steril.

f) Ekspulsi (IUD keluar atau terlepas dari kavum uteri).

g) seorang wanita yang selamat dari pendarahan hebat

(Widiawati, 2016).

Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD

a. Wanita yang sedang hamil

b. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia.

c. Perdarahan vagina yang tidak diketahui. Wanita yang

tidak dapat menggunakan kontrasepsi IUD

d. Wanita yang menderita PMS

e. Wanita yang pernah menderita infeksi rahim (Ati et al.,

2019).

3. Metode Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan yang dilakukan

untuk membatasi kehamilan terus menerus tanpa batas waktu sesuai

atas permintaan salah satu dari pasangan yang sudah menikah,

secara mantap dan sukarela (Ati et al., 2019). Kontrasepsi mantap


merupakan terjemahan dari bahasa inggris, secure contraception,

nama lain dari kontrasepsi mantap adalah sterilisasi. Sterilisasi dapat

diartikan juga sebagai metode pemandulan pria dan wanita dengan

jalan operasi agar tidak dapat menghasilkan keturunan.

Secara teori orang yang disterilisasi masih bisa dipulihkan lagi,

tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk

dapat berhasil. Secara sederhana kontrasepsi mantap atau sterilisasi

dapat diartikan sebagai cara atau metode ber-KB dengan melakukan

pembedahan pada saluran benih, baik berupa pemotongan dan atau

pengambilan sebagian atau hanya melakukan pengikatan (Lie,

2019).

Berdasarkan uraian di atas penulis mengartikan kontrasepsi

mantap atau sterilisasi adalah metode KB yang bertujuan untuk

mengatur atau menentukan jumlah anak dengan cara memotong,

atau mengikat saluran sperma ( vans deferens ) dan saluran tuba

falopi sehingga sel telur tidak akan dapat menuju rahim dengan

tujuan ntuk menghindari kehamilan melalui prosedur pembedahan

atau operasi. Metode kontrasepsi mantap dibedakan menjadi dua

yaitu :

a. Metode Operatif Wanita (MOW) sering dikenal dengan

tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau


mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah

pertemuan antara ovum dan sperma.

b. Metode Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan nama

vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran

sperma vas deferens,sehingga cairan sperma tidak dapat

keluar atau ejakulasi.

Sistem pembedahan pada vasektomi dan tubektomi

1. Vasektomi

Vasektomi atau Vas Ligation yang disebut sebagai Metode

Operasi Pria (MOP) adalah tindakan sterilisasi pada pria dengan

memotong saluran mani atau vas deverens. Kemudian kedua

Ujung yang telah dipotong di ikat supaya sel sperma tidak dapat

mengalir keluar saat Berhubungan. sehingga cairan yang keluar

saat ejakulasi hanya cairan semen tanpa ada sperma didalamnya.

Kelebihan Vasektomi

a. Termasuk dalam kategori operasi ringan

b. Tidak perlu rawat inap di Rumah Sakit

c. Tidak mengganggu kehidupan seksual.


d. Termasuk dalam metode kontrasepsi yang sangat aman,

sederhana, dan sangat efektif.

e. Jarang ada keluhan sampingan untuk seterusnya

f. Pasangan terhindar dari kehamilan (Lie, 2019).

Kekurangan Vasektomi

a. Tindakan operatif seringkali menakutkan

b. Nyeri setelah dioperasi

c. Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang

lain

2. Tubektomi

Tubektomi atau Tubal Ligation adalah tindakan memotong

kedua saluran sel telur (tuba valopi) dan menutup kedua-duanya

sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula

masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan

(Nursalam, 2018). Sebelum melakukan operasi tubektomi, dokter

akan memeriksa kesehatan terlebih dahulu, untuk memastikan

apakah cocok atau tidak, kemudian operasi dilakukan, saluran telur

yang membawa sel telur dalam rahim akan dipotong atau diikat.

Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah operasi untuk menunggu

reaksi anti bius. Luka yang diakibatkan sebaiknya tidak kena air

selama 3-4 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter, setelah 1


minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah operasi

dilakukan.

Kelebihan Tubektomi

a. Tidak mengganggu ASI

b. Jarang menimbulka keluhan sampingan

c. Angka kegagalan hampir tidak ada

d. Tidak mengganggu gairah seksual.

Kekurangan Tubektomi

a. Tindakan operatif seringkali menakutkan

b. Kesuburan tidak dapat kembali lagi dengan cepat.

c. Nyeri setelah dioperasi

d. Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang lain

(Lie, 2019).

Anda mungkin juga menyukai