Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN LENGKAP BIOLOGI DASAR

“Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim”

OLEH :

Nama : Dinda Marzuki


NIM : 1614041007
Kelas : Pendidikan Biologi A
Kelompok : II (dua)
Asisten : Muhammad Afdal Fadli

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Biologi Dasar dengan Judul “Pengaruh pH terhadap


Aktivitas Enzim” yang disusun oleh :
nama : Dinda Marzuki
NIM : 1614041007
kelas : Pendidikan Biologi A
kelompok : II (dua)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Kordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2016


KordinatorAsisten Asisten

Djumarirmanto.S.Pd Muhammad Afdal Fadli


NIM. 1314440014

Mengetahui,
Dosen penanggung Jawab

Drs.H.Hamka L.,M.Si.
NIP. 196212311987021005
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita terjadi berbagai macam reaksi. Dalam
proses terjadinya reaksi, waktu yang diperlukan untuk proses reaksi ada yang
lama untuk reaksi tertentu. Tubuh kita terjadi reaksi kimia yang
beranekaragam. Penguraian zat-zat yang terdapat dalam makanan kita,
penggunaan hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan di dalam
tubuh serta banyak macam reaksi lain. Reaksi tersebut dapat berlangsung
dengan baik di dalam tubuh tanpa memerlukan suhu yang tinggi dan dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik di dalam tubuh
kita dikarenakan adanya katalis yang disebut enzim. Enzim merupakan
komponen penting yang diperlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan
makanan. Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk dalam
tubuh hanya akan akan numpang lewat. Saat ini pemahaman masyarakat
tentang sistem pencernaan dan fungsinya masih sangat rendah. Pada
umumnya masyarakat hanya mengaitkan masalah pencernaan dengan
penyakit maag. Kekurangan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami
gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan.
Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah
satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah enzim amilase. Nama lain
dari amilase adalah diastase. Amilase dihasilkan oleh daun atau biji yang
sedang berkecambah. Aktivitas amilase dihasilkan oleh daun dan dipengaruhi
oleh garam-garam anorganik, pH, suhu dan cahaya.
Mengingat enzim merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-
hari, maka kita perlu mengetahui banyak hal tentang enzim. Oleh karenanya,
kita mengadakan percobaan ini untuk menambah pengetahuan kita tentang
enzim. Inilah yang melatarbelakangi praktikan melakukan percobaan ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim amilase.
C. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat membuktikan
pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase, megetahui dalam keadaan
bagaiamana enzim dapat bekerja secara maksimum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah makromolekul yang bekerja sebagai katalis, agen kimiawi


yang mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi oleh reaksi. Jika tidak ada
regulasi oleh enzim, lalu lintas kimiawi melalui jalur-jalur metabolisme macet
total kerena banyak reaksi kimia akan berlangsung terlalu lama. Enzim memegang
peranan yang sangat penting dalam reaksi metabolisme dalam tubuh. Reaksi
reaksi kimia kompleks dalam tubuh akan berlangsung sangat sangat lambat jika
tanpa enzim. Enzim ini bekerja dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang
sesuai dengan kondisi fisiologis biologis. Enzim merupakan suatu protein, maka
sintesisnya dalam tubuh diatur dan dikendalikan oleh sistem genetik, seperti
halnya dengan sintesis protein pada umumnya (Campbell, 2008:163).
Enzim dan satu atau beberapa substrat menyatu selama proses reaksi
berlangsung membentuk kompleks enzim substrat. Muatan listrik pada kompleks
ini mengubah bentuk substrat, menyebabkan beberapa ikatan pada substrat
terputus, kemudian ikatan-ikatan ditata kembali untuk menghasilkan senyawa
produk. Ikatan antara enzim dan substrat dapat berupa ikatan kovalen, ionik,
hidrogen atau Van der Waals. Ikatan kovalen dan ionik sangat penting dikaitkan
dengan energi aktivasi untuk suatu reaksi, tetapi banyaknya ikatan hidrogen dan
Van der Waals mempengaruhi orientasi struktural dari kompleks enzim-substrat.
Walaupun ikatan kovalen yang kuat terbentuk, umumnya ikatan ini diputuskan
dengan sangat cepat untuk menghasilkan molekul produk. Baik ikatan kovalen
maupun ikatan nonkovalen yang terbentuk umumnya terjadi antara bagian-bagian
dari gugus R dari asam-asam aminonya, bukan antara atom-atom yang
berpartisipasi pada ikatan polipeptida. Oleh karena itu, enzim harus mempunyai
asam-asam amino yang sesuai dan pada posisi yang tepat (Lakitan, 2010:108).
Menurut Bahri (2012), aktivitas enzim berkaitan erat dengan strukturnya,
perubahan struktur akan menyebabkan perubahan aktivitas enzim. Pada pH
optimum konfirmasi enzim berada pada kondisi yang ideal. Hal ini menyebabkan
interaksi antara enzim dan substrat menjadi maksimal. Pada suasan yang terlalu
asam atau basa, konfirmasinya berubah sehingga aktivitas enzim akan
terganggu.perubahan tingkat keasaman akan menyebabkan terjadinya penurunan
aktivitas. Selain pH, konsentrasi substrat adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas enzim amilase. Penambahan konsentrasi substrat akan
menaikkan aktivitas enzim sampai mencapai batas maksimum. Pada kondisi
tersebut semua enzim telah jenuh dengan substrat, sehingga penambahan substrat
sudah tidak akan meningkatkan aktivitas enzim amilase. Pada konsentrasi substrat
yang rendah, sisi aktif tempat terjadinya kontak antara enzim dan substrat hanya
menampung substrat yang sedikit. Dalam kondisi ini konsentrasi kompleks enzim-
substrat sedikit dan banyak menyebabkan aktivitas enzim kecil. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, maka semakin banyak substrat yang dapat berhubungan
dengan enzim pada sisi aktif tersebut. Akbitanya kompleks enzim-substrat
semakin besar dan aktivitas enzim juga semakin besar.
Pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim amilase, yakni enzim tidak
memiliki aktivitas yang maksimal pada temperatur yang sangat rendah. Pada
temperatur yang tinggi aktivitas enzim akan naik,namun sebaliknya juga akan
mendenaturasi enzim. Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan
reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai
kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi
juga mulai berlangsung dan menurunkan aktivitas molekul enzim. Temperatur
optimum enzim berada antara 300-400C (Bahri,dkk, 2012:135-136)
Seperti setiap enzim yang memiliki suhu optimal, enzim juga memiliki
suatu pH saat dirinya paling aktif. Nilai pH optimal bagi sebagain besar enzim
berada pada kisaran pH 6-8, namun ada beberapa kekecualian. Misalnya, pepsin,
sejenis enzim pencernaan dalam lambung manusia, bekerja paling baik pada pH 2.
Lingkungan asam semacam ini mendenaturasi sebagian besar enzim, namun
pepsin teradaptasi untuk mempertahankan struktur berdimensi-tiganya yang
fungsional dalam lingkungan asam di lambung. Sebaliknya, tripsin, sejenis enzim
pencernaan yang terdapat dalam lingkungan basa pada usus manusia, memiliki
suhu optimal 8 dan akan terdenaturasi di lambung (Campbell, 2008).
Selain dapat menyebabkan denaturasi enzim, pH juga mempengaruhi laju
reaksi melalui dua cara, pertama aktivitas enzim bergantung pada ada atau
tidaknya gugus amino atau karboksil yang bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan
bisa pula tidak bermuatan (netral), tergantung enzimnya, tetapi hanya salah satu
bentuk tersebut yang akan efektif untuk tiap enzim. Jika gugus amino tak
bermuatan yang esensial, maka pH optimum akan relatif tinggi, sedangkan gugus
karboksil netral membutuhkan pH rendah. Kedua, pH mengendalikan ionisasi
beberapa substrat, dimana beberpa substrat harus terionisasi dahulu sebelum dapat
bereaksi (Lakitan, 2010:113-114).
Menurut Lakitan (2010), beberapa bahan asing dapat menghalangi efek
katalitik enzim. Beberapa diantaranya adalah unsur-unsur anorganik seperti
beberapa kation logam dan beberapa senyawa organik tertentu. Kedua kelompok
penghambat ini dibedakan berdasarkan pengaruhnya yang bersifat kompetitif atau
non-kompetitif dengan substrat. Penghambat kompetitif umumnya mempunyai
struktur yang mirip dengan substrat sehingga dapat berkompetisi untuk sisi aktif
enzim. Jika penggabungan antara enzim dan penghambat terjadi, maka
konsentrasi enzim yang efektif menjadi menurun, sebagai akibatnya tentu laju
reaksi juga akan menurun. Senyawa penghambat ini kadang juga dirombak oleh
enzim untuk menghasilkan senyawa lain yang tidak berfungsi menghambat.
Penghambat non-kompetitif juga dapat bergabung dengan enzim, tetapi tidak pada
sisi aktif enzim. Pengaruh ini tidak dapat diatasi dengan meningkatkan
konsentrasi susbtrat. Penghambat non-kompetitif tidak memiliki struktur sama
dengan substrat. Ion logam atau senyawa yang merusak gugus sulfihidril sering
merupakan penghambat non-kompetitif. Kebanyakan racun mempengaruhi
tanaman atau hewan dengan cara menhambat enzim. Enzim juga dihambat secara
non-kompetitif oleh penyebab denaturasi protein seperti asam atau basa pekat atau
oleh konsentrasi urea yang tinggi, konsentrasi deterjen yang tinggi yang
memutuskan ikatan hidrogen.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


B. Hari/tanggal : Jumat/16 Desember 2016
C. Waktu : 14.10-14.50 WITA
D. Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM Lantai 3 Bagian
Timur
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Blender 1 buah
b. Tabung reaksi 10 buah
c. Rak tabung reaksi 1 buah
d. Penjepit kayu 2 buah
e. Pembakar spiritus 1 buah
f. Pipet tetes 3 buah
g. Corong kecil 1 buah
h. Gelas ukur 1 buah
i. Stopwatch 1 buah
j. pH meter 4 buah
2. Bahan
a. Ekstrak kacang hijau 10 ml
b. Larutan amilum 10 ml
c. Larutan HCl 10 %
d. Larutan NaOH 1 %
e. Larutan fehling A dan B
F. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 10 buah tabung reaksi, kemudian memberikan label pada
tabung : A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, D
2. Tabung A :
Memasukkan amilum (1 ml) dan ekstrak kacang hijau (1 ml) pada tabung,
kemudian mengukur pHnya. Kemudian mengamati warnanya. Tabung A1
setelah 5 menit, tabung A2 setelah 10 menit, tabung A3 setelah 15 menit.
Kemudian dipanaskan selama 2 menit dan mengamati perubahan warna
yang terjadi.
3. Tabung B :
Memasukkan amilum (1 ml) dan ekstrak kacang hijau (1 ml) pada tabung,
menambahkan larutan HCl (3 tetes) kemudian mengukur pHnya.
Menambahkan larutan fehling A dan B (masing-masing 3 tetes), kemudian
mengamati warna : tabung B1 setelah 5 menit, tabung B2 setelah 10 menit,
tabung B3 setelah 15 menit, kemudian dipanaskan dan mengamati
perubahan warna.
4. Tabung C :
Memasukkan amilum (1 ml) dan ekstrak kacang hijau (1 ml) pada tabung,
menambahkan larutan NaOH (3 tetes) kemudian mengukur pHnya.
Menambahkan fehling A dan B (masing-masing 3 tetes), kemudian
mengamati warna : tabung C1 setelah 5 menit, C2 setelah 10 menit dan C3
setelah 15 menit. Kemudian dipanaskan dan mengamati perubahan warna
yang terjadi.
5. Tabung D :
Memasukkan amilum (1 ml) dan menambahkan fehling A dan B, kemudian
dipanaskan dan mengamati perubahan warna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

pH pH Perubahan
Tabung Seri
awal akhir Warna awal Warna akhir

A1 6 7 Merah Merah Bata


A A2 6 7 Hijau Tosca Hijau Muda
A3 6 7 Hijau Tosca Hijau
Kekuningan

B1 6 5 Biru Orange
B B2 6 5 Biru Hijau Tua
B3 6 5 Biru Hijau Tua

C1 6 13 Hijau Tua Kuning Keruh


C C2 6 13 Hijau Kuning +
C3 6 13 Abu-Abu Kuning ++

D1
D Biru Tua Biru Muda
Dokumentasi Hasil Pengamatan

Tabung A sebelum dipanaskan Tabung A setelah di panaskan

Tabung B sebelum dipanaskan Tabung B setelah dipanaskan


Tabung C sebelum dipanaskan Tabung C setelah dipanaskan

Tabung D sebelum dipanaskan Tabung D setelah dipanaskan


B. Pembahasan
1. Tabung A
Tabung A, didapat pHnya 6, berarti termasuk larutan yang bersifat
asam. Pada tabung ini ditambahkan larutan fehling A dan B, kemudian di
diamkan dan dipanaskan selama 2 menit. Untuk tabung A1 setelah 5 menit
didiamkan warnanya berubah menjadi kuning hijau telur asin dan setelah
dipanaskan 2 menit menjadi kuning emas dan untuk tabung A2 setelah 10
menit berwarna hijau telur asin dan setelah dipanaskan 2 menit menjadi
hijau pekat begitupun tabung A3 setelah 15 menit berwarna hijau telur asin
dan setelah dipanaskan selama 2 menit menjadi hijau pekat. Pada tabung
A2 dan A3 terdapat kesalahan pada data disebabkan karena tabung reaksi
yang tidak dalam keadaan steril atau terjadi kesalahan dalam penambahan
fehling A dan Fehling B, hal ini seharusnya tidak ada perbedaan warna
yang mencolok pada ketiga tabung tersebut. Pada tabung A1 merupakan
larutan dalam suasana asam dengan pH 6 enzim dapat bekerja secara
maksimal karena adanya larutan yang berubah menjadi merah bata yang
tandanya mengandung glukosa.
2. Tabung B
Tabung B, ditambahkan larutan HCl sebanyak 3 tetes dan didapat
pH awalnya 6, berarti termasuk larutan asam. Setelah penambahan larutan
fehling A dan B, pHnya berubah menjadi 5 dan larutan yang dihasilkan
tetap bersifat asam. Kemudian tabung didiamkan dan dipanaskan selama 2
menit, untuk tabung B1 didiamkan selama 5 menit dan warnanya berubah
menjadi biru kemudian di panaskan selama 2 menit warnanya berubah
menjadi orange. Untuk tabung B2 di diamkan selama 10 menit dan
warnanya berubah menjadi biru kemudian dipanaskan selama 2 menit,
warnanya berubah menjadi hijau kebiruan. Sedangkan untuk tabung B 3
didiamkan selama 15 menit dan warnanya berubah menjadi biru dan
dipanaskan selama 2 menit warnanya berubah menjadi hijau tua. Hal ini
disebabkan karena enzim tidak dapat menghidrolisis amilum secara
maksimal pada pH 5 atau dalam suasana asam.
3. Tabung C
Tabung C, ditambahkan larutan NaOH dan didapat pH awalnya 6,
berarti bersifat asam. Setelah penambahan larutan fehling A dan B pH nya
berubah menjadi 13 yang berarti larutan bersifat basa. Untuk tabung C 1,
C2. C3 masing-masing didiamkan selama 5, 10 dan 15 menit dimana ketiga
tabung tersebut berubah warna menjadi hijau, hijau tua dan abu-abu
setelah dipanaskan selama 2 menit ketiga tabung tersebut berubah warna
menjadi coklat kekuningan atau kuning keruh. Dan hal ini enzim belum
bekerja secara maksimal.
4. Tabung D
Tabung D, setelah ditambahkan fehling A dan B. Kemudian
didiamkan selama 5 menit warnanya berubah menjadi menjadi biru tua
kemudian dipanaskan selama 2 menit warnanya berubah menjadi menjadi
biru muda. Hal ini menunjukan enzim tidak bekerja dengan baik karena
tidak menganduk ekstrak atau glukosa.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Enzim
merupakan senyawa organik yang tersusun atas protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator dan dapat mencegah terjadinya suatu reaksi namun tidak ikut
bereaksi. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH, enzim dapat bekerja optimal
yang ditandai adanya perubahan warna pada tabung dengan suasana asam (pH
< 7 ). Dalam percobaan ini, larutan fehling A dan B berfungsi sebagai indikator
penentu glukosa.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menambahkan larutan (bahan), agar
tidak tejadi kesalahan dalam percobaan dan praktikan juga harus teliti dalam
mengamati setiap perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful, dkk. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji
Jagung Ketan (Zea mays certain L.). Jurnal Natural Science. Vol.1. (1)
132-143. Diakses tanggal 22 Desember 2016.

Campbell,A Neil, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT.


Grafindo Persada.
LAMPIRAN

Pertanyaan :
1. Apa guna larutan fehling A dan B dan JKJ ?
2. Mengapa kecambah perlu di centrifuge terlebih dahulu ?
3. Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas ?
Jawaban :
1. Larutan fehling A dan B berfungsi sebagai indikator kandungan glukosa
pada suatu bahan. JKJ berfungsi sebagai indikator kandungan amilum.
2. Kecambah perlu di centrifuge agar bahan yang kita gunakan menjadi
halus, homogen dan bercampur dengan cairannya serta menjadi
pengendapan sehingga kita memperoleh enzim dari ekstrak kecambah.
3. Fungsi HCl digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh asam terhadap
aktivitas enzim amilase, sedangkan NaOH digunakan untuk menguji
bagaimana pengaruh basa terhadap aktivitas enzim amilase.

Anda mungkin juga menyukai