Anda di halaman 1dari 27

Konsep 6 Sasaran Keselamatan Pasien

DOSEN PENGAMPU : Halimah, Ns, M.Kep, Sp.Ken An.

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Arasy Nuriyah R.S (PO71201230157) Rangkuman
2. Indriani Putri (PO71201230225) Cara Melakukan Sterilisasi
3. Farah Dilla (PO71201230089) Cara Bekerja Diruang Isolasi
4. Sovia Tri Reskita (PO71201230264) Cuci Tangan
5. Kusnul Hotimah (PO71201230070) Cuci Tangan
6. Allyssa Armadea (PO71201230068) Cara Bekerja Diruang Isolasi
7. Ade Bella Desvita (PO71201230195) Menggunakan Alat Proteksi Diri
8. Wicca Ruswanda (PO71201230249) Cara Melakukan Desinfeksi
9. Maulana Alamsyah (PO71201230093) Glosarium
10. Thaha Alfasni Rajo B. (PO71201230087) Daftar Pustaka
11. Maulana Ikhsan R. (PO71201230081) Tes Formatif
12. M Darwis Maulana (PO71201230156) Tujuan Pembelajaran
13. Susan Azila (PO71201230075) Cara Melakukan Sterilisasi
14. Bella Hustika Leony (PO71201230077) Cara Melakukan Desinfeksi

POLTEKES KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PENDAHULUAN

Safety Patient atau keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan di pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya cidera dan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
pada pasien. Safety Patient menjadi unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan
kesehatan karena menyangkut keselamatan manusia.

Identifikasi pasien adalah untuk memastikan ketepatan pasien yang akan menerima
layanan atau tindakan, serta untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan
oleh pasien. Selain itu untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Mudah membedakan antara pasien
satu dengan pasien yang lainnya, Mudah dalam proses administrasi untuk pemberian
pelayanan kesehatan kepada pasien, Mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan, pengobatan tindakan atau prosedur kepada pasien.

Proses identifikasi pasien perlu dilakukan sejak dari awal pasien masuk ke rumah
sakit, yang kemudian identitas tersebut akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di
rumah sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau produk darah, sebelum
mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan, sebelum memberikan pengobatan
dan tindakan/prosedur. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien yang
nantinya bisa berakibat fatal jika pasien menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan
kondisi pasien seperti salah pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan
medis.

Proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling
bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok
yang hasilnya sesuai dengan harapan. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome). Tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien adalah prosedur wajib yang
di lakukan oleh operator dan petugas ruangan dan sebelum di lakukan tindakan bedah.

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam


kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko
untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau faktor fisiologis
dapat berakibat cidera.

TUJUAN PEMBELAJARAN

tujuan pembelajaran ini adalah untuk memberikan pemahaman bagi pembaca ,


tentang konsep 6 sasaran keselamatan pasien yang meliputi penjelasan tentang cuci tangan,
menggunakan alat proteksi diri, cara bekerja di ruang isolasi, cara melakukan desinfeksi dan
cara melakukan sterilisasi. di harapkan setelah memahami tujuan pembelajaran
ini ,mahasiswa bisa mengaplikasikannya pada saat memberikan pelayanan kepada pasien
dengan memperhatikan aturan keselamatan pasien.
URAIAN MATERI

A. Mencuci Tangan

Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan


membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand
rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut DEPKES 2007 mencuci
tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.

Tujuan dari Cuci Tangan adalah untuk menjaga kebersihan diri, mencegah
infeksi silang dan sebagai pelindung diri. Sedangkan manfaat dari cuci tangan antara
lain:

1. Untuk menghindari penularan penyakit melalui tangan

2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan)

3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar

4. Supaya tidak menjadi agen penularan bibit penyakit kepada orang lain

Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar
dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit. Mencuci tangan dapat mengurangi
risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, cacingan, influenza, hepatitis
A, dan diare terutama pada bayi dan balita. Anak yang mencuci tangan tanpa
menggunakan sabun berisiko 30 kali lebih besar terkena penyakit tipoid, dan yang
terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau jarang mencuci tangan
menggunakan sabun, maka akan berisiko mengalami penyakit tipoid empat kali lebih
parah daripada yang terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, manfaat
positif lain dari mencuci tangan adalah tangan menjadi bersih dan wangi (Kemenkes,
2016).

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,


berkebun dll)

2. Setelah Buang Air Besar (BAB) dan Setelah Buang Air Kecil (BAK)
3. Sebelum memegang makanan

4. Setelah bersin, batuk, membuang ingus

5. Setelah pulang dari bepergian

6. Setelah bermain

Kebersihan tangan dilakukan menurut Five Moment (5 momen kebersihan


tangan menurut WHO)

1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum tindakan asepsis

3. Setelah terkena cairan tubuh pasien

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

` Jenis-jenis kebersihan tangan :

1. Kebersihan tangan Sabun dan air mengalir

Ada 6 Langkah Mencuci Tangan dilakukan selama 40-60 detik:

a. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar

b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersihBersihkan ujung jari secara


bergantian

d. dengan posisi saling mengunci.

e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

f. letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas dengan
bersih dan keringkan

2. Kebersihan tangan alcohol handrub

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan cairan


berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Peralatan yang dibutuhkan untuk
mencuci tangan hand-rub hanya cairan berbasis alkohol sebanyak 2-3 ml, selama
20-30 detik. Prosedur cuci tangan hand-rub sebagai berikut (WHO, 2009):

Ada 10 langkah mencuci tangan:

a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan

b. Cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2-3 ml.

c. Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan hand sanitizer dengan


kedua telapak tangan.

d. Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.

e. Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.

f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

g. Membersihkan ibu jari secara bergantian.

h. Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan


telapak tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas selama
20-30 detik.

3. Kebersihan tangan surgical

a. Basahi tangan dan lengan

b. Cuci tangan dan lengan dengan antiseptic secara menyeluruh sampai 5cm
di atas sikut

c. Bilas dibawah air yang mengalir dengan posisi tangan lebih tinggi dari
sikut

d. Ambil sikat yang steril kemudian berilah 2-3 CC antiseptic

e. Sikatlah kuku, tangan dan lengan masing-masing untuk sebelah kiri dan
kanan setengah menit

f. Dengan sikat di tangan, bersihkanlah daerah dibawah kuku diair yang


mengalir

g. Sekali lagi sikatlah kuku, tangan dan lengan dengan sikat tadi
h. Bilas tangan dan lengan dan buanglah sikat pada tempat kotor yang sudah
disediakan

i. Gosoklah tangan yang satu oleh tangan lainnya yang sudah memakai
antiseptic dan sebaliknya

j. Bilas tangan dan lengan posisi tangan lebih tinggi dari sikut

· Alasan mencuci tangan menggunakan sabun/cairan handrub

Menggunakan sabun saat mencuci tangan diketahui sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit dan penularan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
merupakan agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari
satu orang ke orang lain, baik dengan kontak tidak langsung maupun kontak langsung
(Kemenkes RI, 2013).

Kebiasaan dalam cuci tangan menggunakan air saja tidak akan melindungi
setiap individu dari bakteri dan virus yang terdapat di dalam ruangan. Terlebih jika
mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Apalagi kebiasaan menggunakan dan
berbagi wadah cuci tangan hal itu sama saja saling berbagi kuman dan tetap
membiarkan kuman menempel pada tangan. Kebiasaan itu harus ditinggalkan dan
dirubah menjadi yang lebih baik dengan standar prosedur melakukan cuci tangan
menggunakan sabun (Kemenkes RI, 2014).

· Alasan mencuci tangan menggunakan air mengalir

Mencuci tangan di air mengalir maka kotoran dan kuman akan luruh terbawa
air. Jadi mulai sekarang bila kita makan di rumah makan atau di warung makan yang
ada wastafelnya, sebaiknya cuci tangan di wastafel walaupun di sediakan mangkuk
tempat mencuci tangan di meja anda.

B. Mengunakan Alat Proteksi diri (APD)

1. Definisi Alat Pelindung Diri (APD) Menurut WHO


Alat pelindung diri menurut who (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya
dari potensi atau bahaya kecelakaan kerja. Pilihan terakhir untuk mengendalikan
bahaya yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri misalnya pelindung kepala,
sarung tangan, pelindung pernafasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki.

2. Cara Penggunaan Alat Pelindung Diri Menurut WHO

No Alat Pelindung/Proteksi Diri (APD) Penggunaan antara lain:

a. Masker medis : Digunakan oleh tenaga medis saat merawat pasien dengan
penyakit menular, juga digunakan oleh orang yang sakit untuk mencegah
penyebaran penyakit.

b. Sarung tangan medis : Digunakan oleh tenaga medis saat merawat pasien, juga
digunakan oleh orang yang menangani bahan kimia atau limbah medis.

c. Kacamata pelindung : Digunakan oleh tenaga medis saat melakukan prosedur


medis atau penanganan bahan kimia, juga digunakan oleh pekerja di industri
kimia.

d. Rompi pelindung : Digunakan oleh tenaga medis saat melakukan prosedur


medis atau penanganan bahan kimia, juga digunakan oleh pekerja di industri
kimia dan konstruksi.

e. Helm keselamatan: Digunakan oleh pekerja konstruksi, petugas pemadam


kebakaran, dan olahragawan seperti pesepak bola.

3. Tujuan dari Alat Pelindung/Proteksi Diri (APD) Menurut WHO

a. Meminimalisir Cedera di Tempat Kerja

Ada banyak keuntungan mengenakan alat pelindung diri menurut who


(APD) di tempat kerja bisa mengurangi cedera di tempat kerja. The
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) memperkirakan
bahwa 40% pekerja di US mengalami cedera di tempat kerja setiap tahun.
APD diwajibkan oleh OSHA untuk berbagai jenis pekerjaan seperti pekerjaan
yang melibatkan bahan kimia yang berbahaya.

OSHA memperkirakan bahwa sekitar 30% dari cedera ini disebabkan


oleh kurangnya APD. Contohnya adalah seorang pekerja mungkin tidak
mengenakan pelindung pendengaran saat menggunakan mesin yang bising
atau pelindung mata saat bekerja di sekitar bahan kimia yang berbahaya. Agar
cedera di tempat kerja, OSHA merekomendasikan penggunaan APD kapan
saja dibutuhkan demi alasan keselamatan.

b. Angka Pergantian Staf Berkurang

Mengenakan APD di tempat kerja bisa mengurangi pergantian


karyawan dan membantu menjaga pekerja agar tetap aman. Keselamatan
adalah prioritas utama bagi banyak perusahaan. Dalam hal melindungi
karyawan, sangat penting untuk diingat bahwa ada banyak jenis bahaya yang
bisa mempengaruhi keselamatan dan Kesehatan mereka di tempat kerja.

Salah satu bahaya yang paling umum dihadapi oleh karyawan adalah
paparan bahan kimia atau zat lain di lingkungan tempat kerja. Mengenakan
APD menjadi cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk melindungi
karyawannya dari bahaya-bahaya tersebut. Mengenakan APD bisa mengurangi
tingkat pergantian karyawan di perusahaan anda karena melindungi pekerja
dari kondisi berbahaya akan membantu menjaga mereka tetap Bahagia dan
sehat di tempat kerja.

c. Pengurangan Jumlah Absen Karena Sakit

Karyawan harus didorong untuk mengenakan APD atau Alat


Pelindung Diri Menurut WHO di tempat kerja karena ini mengurangi resiko
tertular penyakit dan membuat mereka lebih jarang mengambil cuti sakit.
Undang-undang yang mengatur keselamatan kerja memastikan bahwa
karyawan tidak terpapar resiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka.
Ini artinya pemberi kerja harus memastikan bahwa karyawan mereka tidak
terkena zat-zat berbahaya di tempat kerja.

Undang-undang ini juga mewajibkan pemberi kerja untuk


menyediakan APD bagi pekerjanya jika memang dibutuhkan. Jika pemberi
kerja tidak menyediakan APD atau Alat Pelindung Diri Menurut WHO seperti
kacamata, sarung tangan atau masker wajah, maka anda bisa mengklaim
kompensasi dari mereka jika anda mengalami cedera karena terpapar zat
berbahaya tanpa perlindungan.

d. Membantu Menghindari Denda, Tuntutan dan Biaya Hukum

Mengenakan APD di tempat kerja menjadi persyaratan hukum dalam


banyak industry. Ini bukan hanya tentang keselamatan namun ini juga akan
membantu menghindari tuntutan hukum, denda dan biaya hukum. OSHA
merekomendasikan agar perusahaan menyediakan APD bagi para pekerja
termasuk sarung tangan, kacamata safety, topi baja dan barang lainnya.
Pekerja juga harus mengenakan APD saat mereka bekerja pada lokasi limbah
yang berbahaya, pada area konstruksi atau di dekat alat berat.

e. Memenuhi Persyaratan dan Standar Hukum

Perusahaan wajib menyediakan tempat kerja yang aman bagi


karyawannya. Ini termasuk menyediakan APD atau Alat Pelindung Diri
Menurut WHO jika dibutuhkan untuk melindungi kesehatan serta keselamatan
pekerja. Pemberi kerja harus menyediakan APD bagi karyawan mereka ketika
ada bahaya atau resiko terhadap Kesehatan atau keselamatan mereka ketika
mereka bekerja.

C. Cara Berkerja diruang Isolasi

a. Pengertian

Ruang Isolasi adalah ruangan untuk penempatan bagi pasien dengan


penyakit infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas
dan pengunjung. Bangsal rawat seyogyanya memiliki ruang isolasi minimal 1
ruang yang ditempatkan di bagian depan bangsal. Jumlah ruang isolasi dapat
diadakan sekitar 10% dari jumlah tempat tidur di Rumah Sakit tergantung
jenis penyakit infeksi yang ditemukan di komunitas.

Ruang isolasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruangan yang menggunakan


tekanan udara negatif dan tekanan udara positif. Ruang dengan tekanan udara
negatif digunakan untuk pasien infeksi yang penularannya melalui udara.
Dengan tekanan negatif ini, udara dari dalam ruang isolasi mungkin
mengandung kuman penyebab infeksi tidak keluar dan mengkontaminasi
udara luar.

Ruang dengan tekanan udara positif digunakan untuk pasien yang


rentan mengalami infeksi. Tekanan udara positif diperoleh dari udara bersih
yang sudah disaring dan dibersihkan, lalu dipompa ke dalam ruangan secara
terus menerus. Sehingga ruangan ini harus tetap steril.

b. Tujuan

Pedoman teknis ruang isolasi bangunan rumah sakit bertujuan memberikan


petunjuk agar perencanaan, perancangan dan pengelolaan rumah sakit
memperhatikan kaidah pengendalian dan pencegahan infeksi, sehingga ruang
isolasi yang akan dibuat memenuhi prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan bagi pasien, petugas dan pengunjung.

Syarat Kebutuhan Ruang Isolasi :

i. Bangunan

ii. Sebelum menginstalasi sebuah ruang isolasi, bangunan yang


digunakan untuk kegiatan isolasi pasien juga perlu
diperhatikan. Bangunan berupa rumah sakit atau bangunan
permanen yang dijadikan rumah sakit darurat untuk penyakit
menular contohnya seperti hotel dan apartemen.

iii. Ruang Perawatan Isolasi High Care

Ruangan ini digunakan untuk pasien yang dirawat di


rumah sakit karena terinfeksi penyakit menular. Syarat
pertama adalah luas ruangan kurang lebih 16 m2 dengan
dimensi ruang 4 x 4 m2. Jika dalam suatu ruangan
ditempatkan lebih dari satu pasien, maka harus diperhatikan
jarak antar tempat tidur pasien minimal 3 meter. Setiap ruang
harus dijamin terjadinya pertukaran udara yang memenuhi
persyaratan sesuai fungsi ruangan. Penerapannya dapat
dengan ventilasi alami maupun buatan yang sesuai dengan
kondisi eksisting. Terdapat toilet pada ruang isolasi yang
sesuai standar kebutuhan.

c. Sistem Gas Medik

Pada ruang isolasi wabah penyakit menular, sistem gas medik


diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gas oksigen pada pasien yang diisolasi.
Rumah sakit atau bangunan rumah sakit darurat harus melakukan pengelolaan
sistem gas medik yang disesuaikan dengan fasilitas dan kemampuan rumah
sakit.

d. Sistem Tata Udara

Pengaturan sistem tata udara pada lokasi penanggulangan pasien


dengan penyakit menular sangat penting. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya virus, terutama pada
instalasi ruang isolasi.

Sistem tata udara yang dibutuhkan dalam ruang isolasi terdiri dari
beberapa parameter yang perlu dikontrol, yaitu pada pengaturan temperatur,
kelembaban udara, jumlah udara ventilasi/ Air Changes per Hours (ACH).
Selain itu juga pada tingkat kebersihan udara (filtrasi) dan tekanan udara
positif dan negatif serta distribusi udara di dalam ruangan. Jika dalam keadaan
yang tidak memungkinkan dengan sistem tata udara pemenuhan pada ruang
isolasi, maka penggunaan sistem tata udara alami atau gabungan menjadi salah
satu cara. Namun, harus tetap memperhatikan terjadinya pertukaran udara
(ventilasi) yang baik (12 ACH).

e. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi sangat diperlukan di ruang isolasi atau perawatan


yang berupa sistem panggil perawat (nurse call). Untuk melakukan
komunikasi, digunakan peralatan elektronik sebagai sarana komunikasi dua
arah antara pasien yang sedang dirawat dengan tenaga kesehatan di ruang
monitoring petugas.
Selain itu, dapat juga digunakan peralatan intercom yang digunakan
untuk sarana pasien dengan tenaga kesehatan untuk mengurangi aktivitas
keluar masuk tenaga kesehatan dari ruang isolasi.

1. Aturan Khusus Pada Ruang Isolasi

➢ Mencuci tangan dengan benar dan baik pada saat sebelum


maupun sesudah masuk dari ruang isolasi.

➢ Mengenakan alat pelindung diri (APD). Hal ini bertujuan


untuk mencegah penularan penyakit dari pasien. Selain itu
juga mencegah terjadinya kontaminasi pada ruang isolasi
dengan kuman penyakit yang dibawa dan membahayakan
pasien.

➢ Menutup pintu dengan rapat setelah masuk ataupun keluar


dari ruangan.

➢ Tidak masuk ke dalam ruangan saat sedang sakit penyakit


menular seperti flu.

2. Lokasi Ruang Isolasi

➢ Ruang isolasi harus terhindar dari sirkulasi/lalu lintas rutin


unit lain.

➢ Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien di dalam


ruang isolasi harus direncanakan dengan teliti dan
dirancang untuk lebih mencegah transmisi penyakit infeksi.

➢ Lokasinya dapat tersendiri dalam sebuah unit rawat inap


ataupun merupakan satu klaster yang hanya berisi unit
ruang isolasi.

➢ Saat merancang bangunan sarana pelayanan kesehatan di


rumah sakit, sebaiknya tempat isolasi terletak tersendiri dari
bagian-bagian lain, dan dibangun di tempat yang
diperkirakan mempunyai karakteristik angin yang baik
sepanjang tahun. Udara harus diarahkan dari tempat
perawatan pasien ke tempat terbuka di luar gedung yang
jarang digunakan dilalui orang.

➢ Di dalam ruang pencegahan infeksi melalui airborne, pasien


harus ditempatkan dekat jendela bukan dekat pintu masuk.

➢ Ruang isolasi sebaiknya berada dalam area yang dapat


dipantau oleh perawat.

3. Sop Masuk Ruang Isolasi

➢ Ganti baju dengan baju kerja

➢ Petugas menjaga pintu agar selalu tertutup

➢ Mencuci tangan

➢ Petugas yg merawat memakai APD sesuaidengan transmisi


penyakit

4. Syarat Petugas Yang Bekeja Di KamarIsolasi

➢ Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi

➢ Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamarisolasi

➢ Berbicara seperlunya

➢ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

➢ Pergunakan barrier nursing seperti pakaiankhusus, topi,


masker, sarung tangan, dan sandal khusus

➢ Cuci tangan sebelum masuk kamarisolasi

➢ Kuku harus pendek

➢ Tidak memakai perhiasan

➢ Pakaian rapi dan bersih

➢ Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic

➢ Harus sehat

5. Peralatan
➢ Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia

➢ Selalu dalam keadaan steril

➢ Dari bahan yang mudah dibersihkan

➢ Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan


dimusnahkan

➢ Alat yang tidak habis pakai dicuci dandisterilkan Kembali

➢ Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup

D. Cara Melakukan Desinfeksi

DISINFEKSI PERMUKAAN

Disinfeksi permukaan adalah proses pengurangan jumlah kemungkinan


mikroorganisme ke tingkat bahaya lebih rendah pada permukaan yang terindikasi
kontaminasi oleh mikroorganisme

Disinfeksi permukaan memiliki sasaran;

a. Disinfeksi lingkungan permukaan datar seperti lantai, dinding, meja, kursi,


lemari, perabot rumah tangga,

b. Disinfeksi benda yang paling sering bersentuhan dengan tangan seperti


pegangan tangga, gagang pintu, gagang telepon, workstation, peralatan dapur
dan makan, toilet dan westafel,

c. Disinfeksi ventilasi buatan seperti air conditioner, air sterilization, air purifier,
AC sentral.

Jenis desinfektan yang dapat digunakan adalah:

a. Bleaching (Pemutih) dengan takaran 2 sendok makan per 1L air,

b. Karbol dengan takaran 2 sendok makan per 1 L air, c. Pembersih Lantai


dengan takaran 1 tutup botol per 5L air

Proses disinfeksi adalah sebagai berikut;


a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan dan masker sekali
pakai saat melakukan disinfeksi. Sarung tanngan harus dibuang setelah setiap
selesai pembersihan. Jika sarung tangan dapat digunakan kembali, sarung
tangan tersebut harus digunakan khusus untuk membersihkan dan
mendisinfeksi permukaan terindikasi kontaminasi dan tidak boleh digunakan
untuk tujuan lain,

b. Persiapkan tisu, kain mikrofiber (MOP) dan botol sprayer, Persiapkan cairan
disinfektan yang akan digunakan sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan,

c. Bagi penggunaan kain mikrofiber (MOP), rendam kain mikrofiber (MOP)


kedalam air yang telah berisi cairan disifektan. Lakukan pengelapan pada
lingkungan permukaan datar dan biarkan tetap basah selama 10 menit.

d. Bagi penggunaan botor sprayer, isi botol dengan cairan disinfektan yang telah
diencerkan. Ambil 2 lembar tisu dan dilipat 2 atau 4. Semprotkan cairan
disinfektan pada tisu dan lakukan pengelapan secara zig-zag atau memutar
dari tengah keluar.

e. Untuk disinfeksi ventilasi buatan, sebelum dinyalakan lakukan penyemprotan


pada Evaporator, Blower dan penyaring udara (filter)dengan botol sprayer
yang telah berisi cairan disinfektan. Dilanjutkan dengan disinfeksi pada
permukaan chasing indoor AC. Pada AC Sentral dilakukan disinfeksi
permukaan pada mounted dan kisi-kisi exhaust dan tidak perlu dibilas.

f. Untuk disinfeksi peralatan pribadi pekerja dapat menggunakan cairan


disinfektan personal pada saat sebelum digunakan untuk bekerja.

g. Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir.

h. Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan minimal sebelum jam kerja, saat jam
istirahat dan setelah jam kerja. Dengan maksimal disinfeksi setiap 2 jam
sekali.

i. Selalu melaksanakan Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir sebagai
bentuk personal hygiene dari pekerja.
DISINFEKSI UDARA
1. Disinfeksi udara adalah proses pengurangan jumlah kemungkinan
mikroorganisme ke tingkat bahaya lebih rendah pada udara yang terindikasi
kontaminasi oleh mikroorganisme
2. Disinfeksi udara memiliki sasaran ruangan yang yang terindikasi kontaminasi
oleh mikroorganisme
3. Jenis disinfeksi yang dapat digunakan adalah Hydrogen Peroxide dan
menggunakan alat berjenis Dry Mist Disinfection.
4. Proses disinfeksi adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan dan masker
sekali pakai saat melakukan disinfeksi. Sarung tanngan harus dibuang
setelah setiap selesai pembersihan. Jika sarung tangan dapat digunakan
kembali, sarung tangan tersebut harus digunakan khusus untuk
membersihkan dan mendisinfeksi permukaan terindikasi kontaminasi
dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain:
b. Persiapkan alat Dry Mist Disinfection dengan catridge yang telah
berisi cairan Hidrogen Peroksida
c. Atur konsentrasi disinfektan sesuai dengan luas ruangan dan waktu
pemaparan maksimal 30 menit.
d. Letakkan alat ini di sudut ruangan dan arahkan noozle ke tengah
ruangan.
e. Pastikan tidak ada orang dalam melakukan disfinfeksi udara ini.
f. Nyalakan alat dan tinggalkan ruangan. Biarkan alat ini selesai bekerja
secara otomatis.
g. Ruangan dapat digunakan kembali setelah 60 menit
h. Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun.
i. Frekuensi disinfeksi ini dilaksanakan pada sebelum jam kerja, setelah
jam kerja.
j. Selalu melaksanakan Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir
sebagai bentuk personal hygiene dari pekerja.

E. CARA MELAKUKAN STERILISASI


Secara klasik, sterilisasi didefinisikan sebagai suatu kondisi yang bebas secara
sempurna dari semua mikroorganisme hidup. Meskipun demikian, sterilisasi dapat
diterangkan sebagai fungsi kemungkinan, karena kematian mikroba yang mengikuti
kinetika orde pertama dan metode yang tidak absolut untuk uji sterilitas.
Cara sterilisasi yang penting diantaranya :
1. Fisik : pemanasan, pengeringan, penyinaran, listrik, radiasi, getaran suara
2. Filtrasi = penyaringan
3. Khemis : menggunakan bahan-bahan kimia (desinfektan)

Pada umumnya banyak peralatan yang digunakan di laboratorium yang


terbuat dari bahan gelas. Kelebihan dari bahan gelas ini diantaranya adalah
bahan gelas tidak mudah beraksi dengan hampir semua bahan kimia, gelas
bersifat bening sehingga memudahkan pengamatan terhadap warna dan isi
cairan yang terdapat didalamnya. Gelas juga tahan terhadap perubahan suhu,
mudah dibersihkan karena sifatnya yang licin dan tidak terlalu berat karena
beraj jenisnya relatif rendah. Sedangkan kekurangannya adalah mudah peach,
sehingga harus hati-hati dalam menggunakannya. Sterilisasi yang sering dan
bisaa digunakan adalah dengan menggunakan pemanasan, karena lebih
sederhana dan efektif. Bahan kimia tidak untuk sterilisasi media perbenihan,
karena dapat membunuh bakteri yang dibiakkan. Saringan (filtrasi) digunakan
untuk sterilisasi bahan yang berupa cairan, seperti protein, serum, dan
sebagainya.

· PROSES STERIL
Metode sterilisasi yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme
termasuk spora yang resisten, mungkin tidak dapat digunakan untuk
mensterilkan produk atau bahan tertentu. Faktor utama untuk menentukan
metode sterilisasi adalah :
1. Ketercampuran dengan produk atau bahan yang disterilisasi
2. Sifat wadah
3. Penetrasi pada daerah yang sulit terjangkau yang mengandung
mikroorganisme hidup
4. Aktivitas membunuh yang tinggi dengan menggunakan jumlah sesedikit
mungkin
5. Relatif murah
6. Aman dan toksisitasnya rendah
7. Mudah pelaksanaannya
8. Waktu yang diperlukan singkat
9. Adaptasi terhadap proses sterilisasi lainnya
· Sterilisasi Fisik
Sterilisasi dengan metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
pemanasan, penyinaran, gelombang listrik dan suara.
Sterilisasi Pemanasan, ada 2 macam :
a. Pemanasan kering (dry heat sterilization) :
memanaskan udara kering dalam ruangan suatu alat bakteri mati karena
proses :
1. enaturasi protein
2. oksidasi struktur sel penting
3. efek toksik akibat peningkatan kadar
4. elektrolit spora : 1600 C selama 60 menit yg
5. untuk peralatan gelas, peralatan logam, bedak, kertas pembungkus
b. Pemanasan basah (moist heat sterilization) :
menggunakan uap air panas
1. uhu maksimal 100oC, kecuali apabila tekanan uap air dinaikkan
2. bakteri mati karena proseskoagulasi dan denaturasi enzim serta
struktur protein
3. lebih efektif, karena :
➢ uap air lebih mudah menyusup ke pori-pori
➢ suhu sama, waktu pendek

· Sterilisasi Penyaringan (Filtrasi)


a. Filter bakteri : pori-pori sangat halus ( menahan bakteri untuk ):
1. cairan yang mudah terurai/rusak terkena panas :
media urea, media gula-gula, media serum
2. memisahkan bakteri dari toksin dan bakteriofaga
b. Kerugian : virus dan mikoplasma lewat
c. Macam-macam filter bakteri
1. Filter Berkefeld : terbuat dari fosil tanah diatomi
2. Filter Chamberland : terbuat dari tabung porselen
➢ pori-pori kecil sampai besar
➢ untuk mendapatkan toksin dari perbenihan cair
3. filter Seitz : terbuat dari piringan asbes
➢ bulat, dengan diameter 14 mm
➢ untuk sterilisasi perbenihan cair
4. filter Elford : terbuat dari membran kolodion, pori- pori bertingkat
d. Untuk mempercepat proes penyaringan, dapat menggunakan pompa
udara berupa :
1. vacuum pump (pompa vakum) : tekanan negative
➢ udara dalam penampung dipompa keluar tekanan dalam
penampung kurang dari 1 atmosfir, tekanan di atas cairan 1
atmosfir
➢ tekanan (-) : -100 sampai -200 mmHg
2. pressure pump (pompa tekan) : tekanan positif
Tekanan di atas cairan lebih tinggi 1 atmosfir, tekanan dalam
penampung 1 atmosfir.

LATIHAN
1. Kapan saat yang tepat untuk mencuci tangan sesuai dengan pedoman Kementerian
Kesehatan RI tahun 2013?
a) Hanya setelah menggunakan toilet.
b) Hanya sebelum makan.
c) Setiap kali tangan terlihat kotor.
d) Hanya saat berada di rumah.
Jawaban: c) Setiap kali tangan terlihat kotor.
2. Alat Pelindung Diri (APD) yang direkomendasikan oleh WHO untuk melindungi dari
penularan penyakit menular adalah:
a) Kacamata hitam.
b) Sarung tangan, masker, dan kacamata atau pelindung wajah.
c) Sepatu hak tinggi.
d) Topi baseball.
Jawaban: b) Sarung tangan, masker, dan kacamata atau pelindung wajah.
3. Metode sterilisasi yang menggunakan panas kering untuk membunuh mikroorganisme
disebut:
a) Sterilisasi Pemanasan Kering
b) Sterilisasi Pemanasan Basah
c) Sterilisasi Filtrasi
d) Sterilisasi Radiasi
Jawaban: a) Sterilisasi Pemanasan Kering
4. Definisi yang benar dari desinfeksi udara adalah:
a) Proses menghilangkan semua mikroorganisme dari udara.
b) Proses mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dari udara.
c) Proses mengubah bau udara menjadi lebih menyenangkan.
d) Proses meningkatkan kelembaban udara di lingkungan tertentu.
Jawaban: b) Proses mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dari udara.
5. Manfaat utama dari ruang isolasi dengan tekanan udara negatif adalah:
a) Mencegah pasien dari menerima perawatan yang tepat.
b) Meningkatkan risiko penularan infeksi ke pasien lain di rumah sakit.
c) Mengurangi risiko penularan infeksi ke staf medis dan pengunjung.
d) Memberikan kenyamanan tambahan bagi pasien.
Jawaban: c) Mengurangi risiko penularan infeksi ke staf medis dan pengunjung.
RANGKUMAN

A. Mencuci Tangan

Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis
alkohol). Sedangkan menurut DEPKES 2007 mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Tujuan dari Cuci Tangan adalah untuk menjaga kebersihan diri, mencegah infeksi
silang dan sebagai pelindung diri. Sedangkan manfaat dari cuci tangan antara lain:
1. Untuk menghindari penularan penyakit melalui tanga
2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan
3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar
4. Supaya tidak menjadi agen penularan bibit penyakit kepada orang lain Mencuci tangan
menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar dapat mencegah berjangkitnya
beberapa penyakit. Mencuci tangan dapat mengurangi risiko penularan berbagai penyakit
termasuk flu burung, cacingan, influenza, hepatitis A, dan diare terutama pada bayi dan
balita. Anak yang mencuci tangan tanpa menggunakan sabun berisiko 30 kali lebih besar
terkena penyakit tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau jarang
mencuci tangan menggunakan sabun, maka akan berisiko mengalami penyakit tipoid empat
kali lebih parah daripada yang terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu,
manfaat positif lain dari mencuci tangan adalah tangan menjadi bersih dan wangi (Kemenkes,
2016).

B. Mengunakan Alat Proteksi diri (APD)


1. Definisi Alat Pelindung Diri (APD) Menurut WHO Alat pelindung diri menurut who
(APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuhnya dari potensi atau bahaya kecelakaan kerja. Pilihan terakhir untuk
mengendalikan bahaya yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri misalnya pelindung
kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki.
2. Cara Penggunaan Alat Pelindung Diri Menurut WHO No Alat Pelindung/Proteksi Diri
(APD) Penggunaan antara lain: a. Masker medis : Digunakan oleh tenaga medis saat merawat
pasien dengan penyakit menular, juga digunakan oleh orang yang sakit untuk mencegah
penyebaran penyakit. b. Sarung tangan medis : Digunakan oleh tenaga medis saat merawat
pasien, juga digunakan oleh orang yang menangani bahan kimia atau limbah medis. c.
Kacamata pelindung : Digunakan oleh tenaga medis saat melakukan prosedur medis atau
penanganan bahan kimia, juga digunakan oleh pekerja di industri kimia. d. Rompi pelindung :
Digunakan oleh tenaga medis saat melakukan prosedur medis atau penanganan bahan kimia,
juga digunakan oleh pekerja di industri kimia dan konstruksi. e. Helm keselamatan:
Digunakan oleh pekerja konstruksi, petugas pemadam kebakaran, dan olahragawan seperti
pesepak bola.
3. Tujuan dari Alat Pelindung/Proteksi Diri (APD) Menurut WHO a. Meminimalisir Cedera
di Tempat Kerja Ada banyak keuntungan mengenakan alat pelindung diri menurut who
(APD) di tempat kerja bisa mengurangi cedera di tempat kerja. The Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) memperkirakan bahwa 40% pekerja di US mengalami cedera
di tempat kerja setiap tahun.

C. Cara Bekerja di Ruang Isolasi


◦ Pengertian Ruang Isolasi adalah ruangan untuk penempatan bagi pasien dengan penyakit
infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
Ruang isolasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruangan yang menggunakan tekanan udara negatif
dan tekanan udara positif.
Ruang dengan tekanan udara negatif digunakan untuk pasien infeksi yang penularannya
melalui udara. Dengan tekanan negatif ini, udara dari dalam ruang isolasi mungkin
mengandung kuman penyebab infeksi tidak keluar dan mengkontaminasi udara luar. Ruang
dengan tekanan udara positif digunakan untuk pasien yang rentan mengalami infeks Ruang
Perawatan Isolasi High Care Ruangan ini digunakan untuk pasien yang dirawat di rumah
sakit karena terinfeksi penyakit menular.
D. Cara Melakukan Desinfeksi DISINFEKSI PERMUKAAN

Disinfeksi permukaan adalah proses pengurangan jumlah kemungkinan mikroorganisme ke


tingkat bahaya lebih rendah pada permukaan yang terindikasi kontaminasi oleh
mikroorganisme Disinfeksi permukaan
a.Pembersih Lantai dengan takaran 1 tutup botol per 5L air Proses disinfeksi adalah sebagai
berikuta. Persiapkan tisu, kain mikrofiber (MOP) dan botol sprayer, Persiapkan cairan
disinfektan yang akan digunakan sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan Untuk
disinfeksi ventilasi buatan, sebelum dinyalakan lakukan penyemprotan pada Evaporator,
Blower dan penyaring udara (filter)dengan botol sprayer yang telah berisi cairan disinfektan.
Untuk disinfeksi peralatan pribadi pekerja dapat menggunakan cairan disinfektan personal
pada saat sebelum digunakan untuk bekerja. Disinfeksi udara adalah proses pengurangan
jumlah kemungkinan mikroorganisme ke tingkat bahaya lebih rendah pada udara yang
terindikasi kontaminasi oleh mikroorganisme 2. Disinfeksi udara memiliki sasaran ruangan
yang yang terindikasi kontaminasi oleh mikroorganisme 3. Jenis disinfeksi yang dapat
digunakan adalah Hydrogen Peroxide dan menggunakan alat berjenis Dry Mist Disinfection.
Kelebihan dari bahan gelas ini diantaranya adalah bahan gelas tidak mudah beraksi dengan
hampir semua bahan kimia, gelas bersifat bening sehingga memudahkan pengamatan
terhadap warna dan isi cairan yang terdapat didalamnya. Sterilisasi yang sering dan bisaa
digunakan adalah dengan menggunakan pemanasan, karena lebih sederhana dan efektif.
Saringan (filtrasi) digunakan untuk sterilisasi bahan yang berupa cairan, seperti protein,
serum, dan sebagainya.

E.Cara melakukan serilisasi

Meskipun demikian, sterilisasi dapat diterangkan sebagai fungsi kemungkinan, karena


kematian mikroba yang mengikuti kinetika orde pertama dan metode yang tidak absolut
untuk uji sterilitas. Kelebihan dari bahan gelas ini diantaranya adalah bahan gelas tidak
mudah beraksi dengan hampir semua bahan kimia, gelas bersifat bening sehingga
memudahkan pengamatan terhadap warna dan isi cairan yang terdapat didalamnya. Gelas
juga tahan terhadap perubahan suhu, mudah dibersihkan karena sifatnya yang licin dan tidak
terlalu berat karena beraj jenisnya relatif rendah. Bahan kimia tidak untuk sterilisasi media
perbenihan, karena dapat membunuh bakteri yang dibiakkan.

• PROSES STERIL Metode sterilisasi yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme
termasuk spora yang resisten, mungkin x dapat digunakan untuk mensterilkan produk atau
bahan tertentu

TES FORMATIF

A.Materi mencuci tangan


1.Sebutkan alasan mengapa seorang perawat di wajibkan mencuci tangan menggunakan
sabun cair atau alkohol saat sebelum melaksanakan tugas?
2. Sebutkan manfaat mencuci tangan menggunakan sabun dan manfaat mencuci tangan
menggunakan air bersih dan mengalir
B.Materi menggunakan alat proteksi diri
1.dalam kesehatan apa saja ( APD ) yang wajib di gunakan saat bertugas dan mengapa ( APD
) sangat wajib digunakan?
2.sebutkan jenis jenis ( APD ) dalam kesehatan dan sebutkan ada berapa tingkatan ( APD )
dalam kesehatan?

C.Materi cara bekerja di ruang isolasi


1.jelaskan kegunaan ruang isolasi dan bagaimana standar ruang isolasi itu?
2.sebutkan SOP yang wajib dilakukan dan peralatan yang wajib ada di ruang isolasi?

D.Materi cara melakukan desinfeksi


1. Sebutkan apa jenis desinfektan yang dapat di gunakan dan sebutkan takaran desinfektan
untuk permukaan?
2. Sebutkan proses dan alat yang di gunakan untuk desinfeksi udara?

E.Materi cara melakukan sterilisasi


1.sebutkan 3 cara yang wajib di lakukan saat melakukan sterilisasi?
2. Sebutkan macam macam filter penyaringan atau sterilisasi filterasi?

GLOSARIUM

Glosarium
1. Handrub : antiseptik berbasis alkohol
2. Patogen : agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya
3. Tifoid : suatu penyakit bakteri menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi
atau kontak dekat
4. Evaporator : sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap
5. High alert medications : obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius
6. Asepsis : segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke
dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi
7. Mikroorganisme : adalah makhluk hidup berukuran kecil yang tak kasat mata
8. Eksisting : adalah sesuatu yang sudah ada atau sedang ada di suatu tempat atau waktu
tertentu

DAFTAR PUSTAKA

WHO. Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. Library Cataloguing-inPublication Data;


2009
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta .
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta .
Kemenkes, R.I. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Nurjannah, E. (2022, 05 Juli). Pentingnya Cuci Tangan untuk Kesehatan. Diakses pada 1
Maret 2024, dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/139/pentingnya-cuci-tangan-
untuk-kesehatan
Pusat Safety. (2023, 11 Mei). Tujuan Penggunaan Alat Pelindung Diri Menurut WHO.
Diakses pada 1 Maret 2024, dari https://pusatsafety.com/2023/05/11/tujuan-penggunaan-
alat-pelindung-diri-menurut-who/
Radek, S. (2015). Pedoman Teknis Ruang Isolasi. Jakarta: kementerian kesehatan
Aerilia, D,B,K. (2020, 12 Maret). Standar Ruang Isolasi Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan. Diakses pada 1 Maret 2024, dari https://blog.indonetwork.co.id/standar-ruang-
isolasi-menurut-peraturan-menteri-kesehatan/
Aminuddin. (2021, 28 November). Cara Bekerja Diruang Isolasi. Diakses pada 1 Maret 2024,
dari https://id.scribd.com/presentation/542926760/Cara-Bekerja-Diruang-Isolasi
Soesilo, B., dan Mei, S. (2010). Basic Microbiology. Surabaya: Fk Unair
Dinas Kesehatan. (2020, 23 Maret). Protokol Disinfeksi di Tempat Kerja. Diakses pada 1
Maret 2024, dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/
708/protokol-disinfeksi-di-tempat-
kerja&ved=2ahUKEwi3uvCqw9KEAxUzzDgGHRLcA7cQFnoECD4QAQ&usg=AOvVaw2XzavTtcZ
wJk9j-Vbh3uSn

Anda mungkin juga menyukai