Anda di halaman 1dari 13

PROSES KEPERAWATAN DAN BERFIKIR KRITIS

EVALUASI KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :

Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh : Kelompok 5

Jihan Putri Ramadhani Tomagola (2210711028)


Syalsabilla Putri (2210711021)
Nurbaiti (2210711036)
Wulan Sulistiawati Ningsih (2210711025)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2023

1
Kata Pengantar

Senantiasa penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman, kesehatan, serta atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITIS: EVALUASI
KEPERAWATAN” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Keperawatan dan
Berpikir Kritis. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Ns. Sang Ayu
Made Adyani, M.Kep,Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
membantu, serta telah berbagi pengetahuan kepada penulis selama proses
penyelesaian tugas.

Dengan rasa rendah hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun yang sangat diharapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

2
Daftar Isi

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 1
BAB II Pembahasan 2
2.1 Dinamika Mengevaluasi Proses Keperawatan 2
2.2 Evaluasi dari Perencanaan Tujuan 2
2.3 Revisi Rencana Keperawatan dan Berfikir Kritis 3
2.4 Aplikasi Evaluasi SOAP Berdasarkan NOC 4
2.5 Case Study 5
2.6 Analisis Kasus 6
BAB III Penutup 9
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
Daftar Pustaka 10

3
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau
kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau
standar sebelumnya. Sebagai perawat yang profesional, kita harus selalu berfikir
kritis dari setiap tahap karena hal tersebut untuk keberhasilan perawatan terutama
dalam tahap evaluasi.
Evaluasi adalah fase akhir dalam proses keperawatan. Dengan cara evaluasi,
perawat dapat memberikan pendapat pada kuantitas dan kualitas asuhan yang
diberikan. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi merupakan pengawasan manajerial untuk mendapat hasil yang
sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang diharapkan. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tujuan Untuk melihat kemampuan klien
dalam mecapai tujuan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dinamika mengevaluasi proses keperawatan.
2. Untuk mengetahui evaluasi dari pencapaian tujuan.
3. Untuk mengetahui revisi rencana keperawatan dan berpikir kritis.
4. Untuk mengetahui aplikasi evaluasi SOAP berdasarkan NOC.

1.3 Manfaat
1. Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya khususnya mengenai materi proses evaluasi
keperawatan.
2. Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah ilmu pengetahuan.
3. Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.

1
BAB II
Pembahasan

2.1 Dinamika Mengevaluasi Proses Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan (Manurung, 2011).
2.1.1 Tujuan Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan memiliki beberapa tujuan, yaitu :
Melakukan hubungan antara klien dan perawat, melihat respon apa yang diberikan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
1. Jika klien sudah sesuai dan mencapai tujuan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan perawat dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana
atau tindakan yang sudah dilakukan.
2. Jika klien sukar untuk mencapai tujuan keperawatan perawat dapat
mengambil keputusan yaitu mengubah atau memodifikasi rencana tindakan
yang akan dilakukan sebelumnya dengan yang baru.
3. Jika klien mungkin memerlukan waktu yang lama untuk mencapai tujuan
keperawatan, perawat dapat mengambil keputusan yaitu meneruskan
rencana tindakan.
2.1.2 Hasil Evaluasi Keperawatan
Berikut beberapa kriteria hasil dari proses evaluasi keperawatan, yaitu :
1. Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan
evaluasi.
2. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan.
3. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan.
4. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukkan
kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.

2.2 Evaluasi dari Pencapaian Tujuan


Pada dasarnya evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang
ditetapkan, oleh karena itu evaluasi dilakukan sesuai kerangka waktu penetapan
tujuan yang telah ditentukan ( evaluasi hasil). Namun pada proses pencapaian tadi
kondisi klien juga harus selalu dipantau ( evaluasi proses). Dapat diartikan
bahwaevauasi proses dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan
klien dan evaluasi klien. Evaluasi hasil dilakukan pada akhir pencapaian tujuan.
Namun terkadang kita terbentur dengan kebijakan masing-masing rumah sakit. Pada
prinsipnya semakin sering kita melakukan evaluasi proses maka kemajuan atau
kemunduran pasien akansegera dapat diidentifikasikan.
Dalam Potter, (2005), proses evaluasi menentukan efektifitas asuhan
keperawatan meliputi 5 unsur, yaitu pertama mengidentifikasikan kriteria dan standar
evaluasi, kedua mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar
telah terpenuhi, ketiga, menginterpretasi dan meringkas data, keempat
mendokumentasikan temuan dan pertimbangan klinis, kelima menghentikan atau
meneruskan, atau merevisi rencana keperawatan.

2
1. Mengumpulkan data evaluatif pada situasi klinik , data evaluasi harus
dikumpulkan dalam periode tertentu untuk menentukan adanya perubahan
atau perbaikan.
2. Interpretasi dan menyimpulkan temuan perawat membuat penilaian tentang
kondisi pasien sesuai temuan data yang diperoleh. Saat menginterpretasikan
temuan, perawat membandingkan respon, gejala dan tanda yang diharapkan
dengan temuan dilapangan/data klien.
3. Modifikasi rencana keperawatan modifikasi rencana keperawatab dilakukan
jika hasil evaluasi kita ada temuan data baru yang mendukung timbulnya
masalah keperawatan baru. Sehingga perawat harus merevisi daftar
diagnosis keperawatan, dan menyusun rencana keperawatan baru sesuai
dengan masalah yang baru ditemukan.

Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :


1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

2.3 Revisi Rencana Keperawatan dan Berpikir Kritis


Ketika seorang perawat melakukan evaluasi terhadap pasien, maka ia harus
menentukan apakah rencana perawatan berlanjut atau apakah revisi diperlukan.
Jika pasien berhasil mencapai sebuah tujuan, perawat menghentikan bagian
rencana perawatan tersebut. Sasaran yang tidak terpenuhi atau terpenuhi sebagian
mengharuskan perawat untuk melanjutkan intervensi. Perawat mungkin akan
memodifikasi atau menambah diagnosa keperawatan untuk rencana perawatan
yang baru dengan tujuan yang sesuai, hasil yang diharapkan, dan intervensi.
Perawat juga harus mendefinisikan kembali prioritas. Langkah penting dalam
berpikir kritis adalah mengetahui bagaimana pasien berkembang dan bagaimana
masalah itu, apakah dapat diselesaikan dengan baik atau malah semakin buruk.
2.3.1 Penghentian Rencana Asuhan Perawatan
Setelah seorang perawat memastikan bahwa hasil dan tujuan yang
diharapkan telah terpenuhi, maka ia harus mengkonfirmasi evaluasi ini dengan
pasien jika memungkinkan. Jika perawat dan pasien setuju, maka hentikan bagian
rencana perawatan tersebut. Dokumentasi rencana yang dihentikan memastikan
bahwa perawat lain tidak perlu melanjutkan intervensi untuk bagian dari rencana
perawatan. Kelangsungan perawatan mengasumsikan bahwa perawatan yang
diberikan kepada pasien adalah relevan dan tepat waktu. Perawat dianggap
membuang banyak waktu ketika tidak mengkomunikasikan tujuan yang telah
dicapai.
2.3.2 Modifikasi Rencana Asuhan Perawatan
Ketika tujuan tidak terpenuhi, perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mengganggu prestasi mereka. Biasanya suatu perubahan dalam kondisi,kebutuhan,
atau kemampuan pasien membuat perubahan rencana perawatan diperlukan.
Meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang diidentifikasi selama pengkajian, perubahan dalam
status klien mungkin mengharuskan memodifikasi asuhan keperawatan yang telah

3
direncanakan. Sebelum memulai perawatan, perawat menelaah rencana asuhan
dan membandingkan dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang
paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah berubah dan
diagnosa keperawatan serta intervensi keperawatan yang berhubungan tidak lagi
sesuai, maka rencana asuhan keperawatan harus dimodifikasi.

Modifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup beberapa langkah.


1. Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan
status kesehatan terbaru klien. Data baru yang dimasukkan dalam rencana
asuhan harus diberi tanggal untuk menginformasikan anggota tim perawatan
kesehatan yang lain tentang waktu dimana terjadi perubahan.
2. Kedua, diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang tidak
relevan dihapuskan dan keperawatan yang baru ditambahkan dan diberi
tanggal. Karena status klien dan kebutuhan perawatan kesehatan berubah
maka prioritas, tujuan dan hasil yang diharapkan juga harus direvisi. Tanggal
revisi tersebut juga ditulis pada rencana asuhan
3. Ketiga, metode implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan
diagnosa keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru. Revisi ini
mencerminkan status klien saat ini.
Akhirnya, perawat mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan. Jika respons klien tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan,
diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana asuhan.

2.4 Aplikasi Evaluasi SOAP Berdasarkan NOC

A. Komponen SOAP
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi
keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP yaitu:
S : data subyektif
O : data objektif
A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang
baru akibat adanya perubahan status kesehatan klien.
P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan, ditambah
atau dimodifikasi

B. Pedoman Pengisian Format Evaluasi Tindakan Keperawatan


Pedoman pengisian format evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Masalah keperawatan Tuliskan masalah keperawatan ( hanya problemnya saja)
2) Tanggal dan jam Tuliskan tanggal, bulan, tahun dan jam dilakukan evaluasi
3) Komponen catatan perkembangan SOAP
4) Paraf Tuliskan nama terang dan paraf yang melakukan evaluasi (Ernawati, 2019).

4
2.5 Case Study
Seorang Pasien laki-laki 19 tahun dirawat di ruangan perawatan umum di
rumah sakit pemerintah. Pasien dirawat dengan keluhan demam, mimisan, tidak
nafsu makan. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai
berikut: keluarga pasien mengatakan pasien demam sudah 3 hari, sakit sejak main
kerumah saudara yang banyak nyamuk. Hasil pengkajian fisik: terdapat petechiae
(+), TD: 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 20x/menit. Hasil laboratorium; Hb: 15,5
g/dl, trombosit 31000/mm³, Leukosit 3500/mm³, dan Pcv: 50%. Pasien mendapatkan
terapi paracetamol 500 mg/8 jam dan terapi cairan intravena RL 30 tpm. Keluarga
pasien bertanya bagaimana anaknya bisa terkena penyakit ini. Diagnosa medis DHF
Stadium IV, perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan
perawatan secara integrasi untuk menghindari / mengurangi resiko komplikasi lebih
lanjut.

Terminologi
● Anamnesa : Menurut Redhono, dkk (2012) anamnesa merupakan suatu
kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan riwayat penyakit yang diderita pasien.
● Petechiae : Bintik-bintik bulat kecil berwarna ungu kecokelatan akibat adanya
pendarahan di bawah kulit.
● Intravena RL : Ringer laktat adalah cairan infus yang biasa digunakan pada
pasien dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air.
● DHF : Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau yang biasa dikenal dengan
istilah DBD atau demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang diperantai oleh nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes
Albopictus.

5
● Pcv : Pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama tes volume darah atau
packed-cell volume (PCV) dan biasanya dilakukan sebagai bagian dari tes
darah lengkap (complete blood count).

2.6 Analisis Kasus

● TD: 100/60 mmHg (tekanan darah menurun, nilai normalnya 120/80 mmHg)
● HR: 100x/menit (detak jantung normal, nilai normalnya 60x-100x/menit)
● RR: 20x/menit (frekuensi pernapasan normal, nilai rr normal 12x-20x/menit)
● Hb: 15,5 g/dl (hemoglobin normal, nilai normalnya 13-17 gram/dL-normal
pada pria dewasa
● Trombosit 31000/mm³ (trombosit rendah, nilai normalnya 150.000 - 450.000
mcL)
● Leukosit 3500/mm³ (leukosit normal, nilai normal pada dewasa (15 tahun ke
atas) : 3.500 - 10.500
● Pcv: 50% (untuk pria dewasa, level hematokrit yang normal adalah 38,8–50
persen, dan untuk perempuan dewasa adalah 34,9–44,5 persen, jadi pcvnya
normal)

Analisis Data

DS (Data Subjektif) DO (Data Objektif)

- Keluarga pasien mengatakan pasien - Hasil pengkajian fisik: terdapat


demam sudah 3 hari petechiae (+), TD: 100/60 mmHg,
- Pasien dirawat dengan keluhan HR: 100x/menit, RR: 20x/menit
demam, mimisan, tidak nafsu makan - Hasil laboratorium; Hb: 15,5 g/dl,
trombosit 31000/mm3, Leukosit
3500/mm3, dan Pcv: 50%

Diagnosis
1. Hipovolemia / Defisit Cairan / Risiko Syok
2. Hipertemia
3. Risiko defisit nutrisi
4. Defisit Pengetahuan

6
Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal/jam Diagnosis Evaluasi Keperawatan Paraf


Keperawatan

1 - Hipovolemia / defisit S: pasien dirawat


cairan / risiko syok dengan keluhan
mimisan

O: terdapat petechiae
(+), TD: 100/60 mmHg,
trombosit 31000/mm³

A: hipovolemia masih
berlanjut

P: lanjutkan intervensi

2 - Hipertemia S: klien mengeluh


demam

O: TD: 100/60 mmHg

A: hipertemia masih
berlanjut

P: lanjutkan intervensi

3 - Risiko defisit nutrisi S: tidak nafsu makan

O: tidak terkaji

A: risiko defisit nutrisi


masih berlanjut

P: sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai

4 - Defisit Pengetahuan S: Keluarga pasien


bertanya bagaimana
anaknya bisa terkena
penyakit ini

O: tidak terkaji

A: defisit pengetahuan
masih berlanjut

P: pemberian edukasi
mengenai penyebab
penyakit DBD yang

7
diderita pasien

Keterangan :

S : data subyektif
O : data objektif
A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang
baru akibat adanya perubahan status kesehatan klien.
P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan, ditambah
atau dimodifikasi.

Pembahasan

● Hipovolemia / Defisit Cairan / Risiko Syok


Intervensi pemberian terapi Intravena RL dapat mengobati hipovolemia. Di mana
hipovolemia itu sendiri adalah defisit cairan dalam tubuh sedangkan Intravena RL
adalah cairan infus yang biasa digunakan sebagai sumber elektrolit dan cairan. Maka
pemberian terapi Intravena RL ini harus dilanjutkan agar hipovolemia dapat teratasi.

● Hipertemia
Intervensi pemberian paracetamol 500 mg/8 jam dapat mengatasi masalah
hipertemia pasien. Dimana paracetamol 500 mg dapat menurunkan demam
yang dialami pasien. Sehingga suhu tubuh pasien dapat membaik. Maka dari
itu, intervensi pemberian paracetamol 500 mg ini harus dilanjutkan agar
hipertemia pasien dapat teratasi.

● Risiko Defisit Nutrisi


Intervensi penyajian makanan secara menarik dan suhu yang sesuai dapat
meningkatkan nafsu makan pasien. Oleh sebab itu, rencana intervensi ini harus
dilakukan agar risiko defisit nutrisi yang dialami pasien dapat teratasi.

● Defisit pengetahuan
Intervensi pemberian edukasi mengenai penyebab DBD (penyakit yang dialami
pasien) dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh keluarga pasien. Maka dari itu
rencana pemberian edukasi mengenai penyebab DBD ini harus dilakukan agar
masalah defisit pengetahuan pada keluarga pasien dapat teratasi.

8
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi keperawatan
maka kita menggunakan komponen SOAP/SOAPIER, yaitu S : data subjektif, O :
data objektif, A : analisis, P : planning, I : implementasi, E : evaluasi, R :
reassesment).

3.2 Saran
Sebagai perawat yang profesional harus selalu berfikir kritis dari setiap tahap
karena hal tersebut untuk keberhasilan perawatan terutama dalam tahap evaluasi.
Perawat pun harus memperhatikan sistematis proses keperawatan yang runtut agar
pencapaian tujuan tercapai.

9
Daftar Pustaka

Fatihah, W. M. (2020). Penerapan Evaluasi Keperawatan Terhadap Asuhan


Keperawatan Di Rumah Sakit.

Adinda, D. (2018). Komponen dan Jenis-Jenis Evaluasi.

Ayunda, T. (2019). Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.

Ernawati, N. (2019). Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Dengan Pendekatan


Kasus: Modul 3.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

10

Anda mungkin juga menyukai