Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UNIT HISTORIS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah : Sejarah Lokal
Dosen Pengampu: Dewi Ratih, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Padilah Rahayu Erviani 2105200033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama dan yang paling utama, yaitu Puji syukur atas kehadirat Allas
S.W.T yang selalu melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehinnga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tak lupa pula
salam dan Shalawat selalu kita haturkan kepada Nabi pembawa jalan kebenaran dan
sebagai penyempurna Agama yaitu Nabi Muhammad S.a.w yang membebaskan manusia
dari Kejahiliaan. Dalam makalah ini kami membahas tentang Unit Historis untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lokal. Dalam makalah ini terdapat bantuan
dari  berbagai pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama dalam proses
pembuatan Makalah ini.oleh karena itu, Kami berterima kasih kepada semua pihak yang
ikut serta membantu dalam menyelesaikan Makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tasikmalaya, 30 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..….… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……………….2
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang……………………………………………...……………..…………………3
  Rumusan Masalah………………………………...………………………………….………4
Tujuan……………………………………………………………………………….……… 5

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Unit Historis…………………………………………………………….………..6


Hubungan Sejarah Lokal Dengan Sejarah Nasional ................................................................7
Pembelajaran Sejarah Lokal......................................................................................................8
Makna Sejarah Nasional Sebagai Historis ...............................................................................9
Fungsi Sejarah Local Sebagai Dimensi Micro Terhadap Sejarah Nasional ...........................10
Sejarah Local Dalam Melengkapi Sejarah Nasional ...............................................................11

BAB III PENUTUP


   Kesimpulan…………………………………………………………………………………12
 Saran……………………………………………………………………….……………….13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan peristiwa kejadian atau apa yang telah terjadi di masa lampau,
setiap peristiwa hanya sekali terjadi dan tidak akan pernah terulang kembali. Setiap peristiwa
meninggalkan bekas yang kemudian di gunakan sebagai “Saksi” atau “Bukti” bahwa kejadian
itu sungguh – sungguh terjadi, Sejarah sangat berperan dalam berbagai hal seperti pada diri
sendiri, benda dan sebagainya. Setiap yang berada di dunia ini mempunyai sejarah yang
memang harus diketahui asal usulnya agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu dan
kegunaanya. Sejarah memang hanya menceritakan yang terjadi dimasa lampau akan tetapi
sejarah pula akan berpengaruh besar bagi kehidupan saat ini dan pada masa depan, agar dapat
berkembang sesuai yang diharapakan. Sejarah juga menjadi tolak ukur dalam setiap
perubahan yang terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Setiap sesuatu yang berada saat ini mempunyai cerita atau asal usul dimasa lampau,
seperti sejarah sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia, begitu pula halnya dengan suatu
wilayah yang berada di daerah yang terkecil contohnya desa. Sejarah desa/pedesaan saat ini
memang sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia, di setiap daerah dan masyarakat
yang menempati daerah tersebut, hal ini disebabkan masyarakat yang berada di Desa tidak
terlalu mempedulikan sejarah tempat yang mereka tempati. 2 Sejarah pedesaan juga menjadi
salah satu tujuan pemerintah Repulik Indonesia dalam Pembangunan Nasional, agar
masyarakat Indonesia khususnya pada daerah terkecil seperti desa dapat mengetahui
peristiwa sejarah yang ditempatinya. Akan tetapi sampai saat ini banyak generasi muda tidak
mengetahui sejarah desa yang di tempatinya. Hal ini disebabkan pemerintah desa hanya
memfokuskan dalam perkembangan ekonomi dan pembangunan pada desa tersebut.

Kalau diartikan Sejarah lokal itu semata-mata sebagai sejarah daerah tertentu, maka
daerah semacam itu sudah lama berkembang di Indonesia. Bahkan sejarah yang kita miliki
sekarang bermula dari tradisi sejarah Lokal seperti itu. Hal ini bisa kita hubungkan dengan
berbagai sejarah daerah dengan nama-nama tradisional seperti babad, tambo, riwayat,
hikayat, dsb, yang dengan cara-cara yang khas ( magis mistis ) menguraikan asal usul suatu
daerah tertentu.

Tradisi penulisan sejarah dengan tekanan pada daerah-daerah tertentu masih berlanjut
sampai sekarang. Tradisi penulisan tersebut disebut dengan nama karya sejarah ”amatiran”
oleh kalangan sejarahwan profesional dianggap kurang bermutu dilihat dari disiplin ilmu
sejarah. Namun peranan para amaturis ini sangat besar sekali. Didunia baratpun peranan
amaturis dalam penulisan sejarah Lokal ini sangatlah besar. Seperti dikatakan oleh P.D.
Jordan : “ Berpuluh-puluh tahun karya-karya sejarah lokal dihasilkan oleh para amaturis, para
antikuarian serta para sejarahwan hasil belajar sendiri yang dengan serampangan
mencampuradukan antara fakta dan fiksi dan fabel dengan cerita bikinan-pen “. Dari
pernyataan tersebut diibaratpun pihat amaturis ini pun dikritik namaun karya-karya mereka
bukan tidak diperhatikan bahkan diusahakan untuk ditingkatkan. Ini berarti karya-karya para
amaturis ini tidak perlu dipermasahlan dan dipandang merusak penulisan sejarah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Unit Historis?
2. Bagaimana Hubungan Sejarah Lokal Dengan Sejarah Nasional?
3. Bagaimana pembelajaran sejarah lokal?
4. Bagaimana makna sejarah nasional sebagai unit historis?
5. Apa fungsi sejarah local sebagai dimensi micro terhadap sejarah nasional?
6. Sejarah local dalam melengkapi sejarah nasional?

C. Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu pengertian dari Unit Historis
2. Untuk mengetahui perbedaan antara sejarah local sebagai macro-unit dan sejarah
local sebagai micro-unit
3. Untuk memenuhi tugas individu Ujian Tengah Semester
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Unit Historis


Sejarah nasional sebagai unit historis adalah suatu bagian dari pengetahuan sejarah yang
merupakan suatu kategori serta bidang yang dapat dipahami (intelligible field); unit itu
merupakan suatu komplek problem-problem, tema-tema dan ocal-topik yang semuanya
ditempatkan dalam pasangan waktu (time setting)

B. Hubungan Sejarah Lokal Dengan Sejarah Nasional

Sejarah nasional digunakan sebagai suatu konsep resmi ocal . Sejarah nasional lebih bersifat
konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme, biasanya merupakan hal-hal
ocal yang dianggap memiliki pengaruh secara nasional dan kebangsaan.

Sejarah nasional Indonesia terpusat kajiannya di pulau Jawa. Penempatan kerajaan Majapahit
sebagai titik awal dari nasionalisme dan terpusatnya kekuasaan ocal t di pulau Jawa
menjadi kajian sejarah nasional lebih dominan terjadi di pulai tersebut. Sementara sejarah-
sejarah lainnya di daerah (terutama diluar pulau Jawa) dianggap sebagai sejarah ocal atau
sejarah daerah.

Polemik antara sejarah nasional dan sejarah ocal, penulisan sejarah nasional didominasi
oleh kajian sejarah politik sehingga menyebabkan masyarakat kecil tidak mendapatkan
tempat dalam narasi sejarah.Penulisan sejarah yang sangat politis berkosekuensi juga pada
upaya generalisasi terhadap konten sejarah. Dampak dari pendekatan politik juga bisa dilihat
dari materi sejarah berisi baik-buruk dan benar salah. Dengan kata narasi sejarah hanya akan
melihat pada dua sisi nilai tersebut saja.Yang baik akan selalu ditonjolkan sementara yang
buruk ditinggalkan atau paling tidak dinarasikan secara local.

Sebagai contoh, penulisan sejarah pemberontakan di Indonesia yang menempatkan


posisi pemberontak pihak yang tertuduh dan pemerintah sebagai pihak yang selalu benar.
Dalam kasus pemberontakan DI/TII Aceh tahun 1953, terjadi pembantaian dan kekerasan
oleh pihak militer terhadap masyarakat Cot pulot dan Desa Jeumpa di Aceh Besar yang
dilakukan oleh Batalyon 142 dari Sumatera Barat anak buah Mayor Sjuib, pasukan ini
dibawah batalyon B pimpinan Kolonel Simbolon. Penembakan pertama pada Sabtu, 26
Februari 1955 terhadap 25 petani di Cot Pulot. Penembakan kedua pada Senin, 28 Februari
1955 64 nelayan di Jeumpa. Penembakan ketiga pada tanggal 4 Maret 1955 di Kruengkala
menewaskan 99 jiwa dengan rincian di Cot Jeumpa 25 jiwa, di Pulot Leupung 64 dan
Kruengkala 10 jiwa. Usia termuda yang wafat yakni 11 tahun dan paling tua berusia 100
tahun. Pembantaian ini sebagai balas dendam terhadap rekan-rekannya yang ditembak oleh
tentara Darul Islam.Cerita seperti ini sama sekali tidak tercatat dalam sejarah nasional
Indonesia karena mungkin dianggap akan mencoreng nama baik ocal oleh sebab
pelanggaran alat ocal terhadap rakyatnya. Namun di sisi lain nasib rakyat sebagai korban
sama sekali tidak diperhatikan dan diabaikan. Pola penulisan politik seperti sarat dengan
kepentingan pemerintah dan rezim yang berkuasa. Ironinya, kepentingan tersebut dibalut
dengan rasa nasionalisme dan ocal kepentingan ocal .

Pengembangan sejarah nasional sekarang ini sering kurang ocal makna bagi orang-
orang tertentu terutama sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak dapat
menggali lebih mendalam tentang kajiannya dan bersifat umum saja. Sejarah daerah kita
sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita dan sejarah ocal juga bisa digunakan untuk
mengoreksi generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional. Sejarah ocal sengaja dibuat
untuk orang-orang dari zaman kemudian dari hidup pembuatnya.

C. PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL


Para ahli kurikulum mengajukan kritik terhadap pembelajaran sejarah yang didominasi 
bahan hafalan, lebih menekankan memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan
kemampuan intelektual yang lebih tinggi, serta tidak relevan dengan kebutuhan peserta didik
(Partington, 1980). Meskipun kritik tersebut bertolak dari kenyataan yang ada di Inggris,
tetapi kelihatannya juga berlaku di Indonesia. Guru sejarah kurang mementingkan penerapan
kemahiran berfikir kreatif dan kritis  dalam pembelajarannya (Govinthasamy, 2002).

Di negeri ini, ilmu sejarah telah menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam
kurikulum, sejak sekolah dasar, namun pembelajaran sejarah di banyak sekolah tidak lebih
dari transfer ilmu guru ke siswa di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Siswa hanya
menjadi objek pasif yang mempunyai kewajiban menghafal catatan yang didiktekan guru
supaya bisa menjawab soal-soal yang akan diujikan.

Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah


membosankan, karena tidak memberikan sentuhan emosional, siswa merasa tidak terlibat
aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang kaku berakibat buruk untuk
jangka waktu panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami “amnesia
sejarah” yaitu melupakan sejarah bangsa sendiri.

Salah satu usaha pengembangan pembelajaran sejarah adalah dikembangkannya


suplemen kurikulum muatan ocal atau Kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Inti
muatan ocal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam, lingkungan ocal , lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah, serta
wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu.

Tujuan penerapan sejarah ocal dalam pembelajaran sejarah di sekolah adalah (1)
bahan belajar akan lebih mudah diserap siswa, (2) sumber belajar di daerah dapat lebih
mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, (3) siswa lebih mengenal kondisi
lingkungan, (4) siswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya, (5) siswa dapat
menolong diri dan orang tuanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, (6) siswa
dapat menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan  yang dipelajarinya untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya, dan (7) siswa menjadi akrab dengan
lingkungannya.

Mencermati perkembangan masyarakat yang  begitu kompleks, maka perlu kurikulum


berwawasan ocal berstandar Internasional, karena perkembangan kurikulum sejarah tidak
terlepas dari faktor eksternal dan internal. Kurikulum nasional yang disusun berdasarkan
kompetensi dasar dalam bentuk Standar Internasional, akan memberikan peluang luas kepada
daerah untuk mengembangkan muatan ocal dalam pembelajaran sejarah, sesuai dengan
ocal khas masing-masing daerah. Dalam mengembangkan kurikulum bermuatan sejarah
ocal dapat dikemas dengan cara menjabarkan dan menambah bahan kajian dari KTSP mata
pelajaran sejarah.

Pengembangan pembelajaran sejarah bermuatan ocal perlu pula mencermati arah


materi sejarah yang bersifat Indonesia ocal t, arah gerak sejarah Bangsa Indonesia yang
semula ditentukan oleh kaum elit/penguasa, Menuju ke gerak sejarah yang tidak hanya
ditentukan oleh kaum penguasa, tetapi oleh rakyat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan
pembelajaran sejarah yang demikian itu, peran guru sejarah benar-benar menentukan selain
sebagai pelaksana kurikulum dan pengembang kurikulum sejarah, juga harus mampu
melakukan pengkajian sejarah ocal di sekitar tempat tugasnya. Akhirnya, pembelajaran
sejarah benar-benar bisa memberikan kearifan hidup bagi peserta didik.

D. Makna Sejarah Nasional Sebagai Unit Historis

Sejarah nasional sebagai unit historis adalah suatu bagian dari pengetahuan sejarah
yang merupakan suatu kategori serta bidang yang dapat dipahami (intelligible field); unit itu
merupakan suatu komplek problem-problem, tema-tema dan ocal-topik yang semuanya
ditempatkan dalam pasangan waktu (time setting)
ciri-ciri sejarah nasional :
a. Menekankan kebesaran masa lampau bangsa Indonesia
b. Menekankan peristiwa-peristiwa yang gemilang sebagai hasil perjuangan bangsa Indonesia
c. Mendewakan pahlawan-pahlawan nasional, bangsa Indonesia digambarkan sebagai bangsa
yang gagah berani, penuh lokal, dan bangsa yang cerdik
d. Sejarah Nasional didominasi oleh nasionalistis atau ocal tra dengan memuji bangsa
sendiri serta memandang rendah bangsa lain
e. Dasar penyusunannya harus berpusat pada cita-cita bangsa Indonesia dalam arti yang luas
f. Terdapat babakan waktu atau periodisasi yang jelas

Ciri-ciri Sejarah Nasional Menurut Sartono Kartodirdjo


a. Memperluas skup dengan memperhatikan berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia
b. Menggunakan pendekatan multidimensional
c. Menyusun konseptualisasi sejarah nasional
d. Menggunakan konsep dan teori dari berbagai cabang ilmu social
e. Memberi perhatian pada mikro history (sejarah ocal) secara kritis
f. Menerapkan sejarah analitis dan meninggalkan sejarah konvensional (sifatnya deskriptif-
naratif dan menekankan pada proses kejadian-kejadian besar pada tingkat nasional)
E. Fungsi Sejarah Lokal Sebagai Dimensi Mikro Terhadap Sejarah
Nasional
Dalam studi sejarah, salah satu masalah yang dihadapi sejarawan ialah penentuan
kesatuan kerangka peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dalam melihat proses
persambungan peristiwa-peristiwa. Dalam hubungan ini dikenal istilah unit-unit sejarah.
Sejarawan perlu menentukan batas-batas yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang
lingkup kegiatannya. Misalnya membedakan antara yang disebut kejadian historis dengan
kejadian non-historis. Cara yang lain yang juga bisa dijadikan dasar kategorisasi
peristiwasejarah, yaitu melihat peristiwa-peristiwa itu dalam rangka apa yang disebut sebagai
“unit sejarah”. Yang penting dalam kategorisasi peristiwa sejarah adalah adanya kerangka
kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta-fakta yang berada dalam satu
kerangka tersebut, di dalamnya juga mengandung aspek kesatuan temporal serta kesatuan
spatial dari rangkaian peristiwanya. Dengan demikian, unit-unit historis itu terwujud dari
berbagai kategori yangmenyebabkan adanya variasi lingkup sejarah.Sejarawan Inggris, A.J
Toynbee meskipun mengakui adanya unit historisyang merupakan kesatuan ocal dan
bangsa, tapi lebih cenderung pada unithistoris makro. Sebaliknya kelompok sejarawan praktis
lebih melihat kesatuan lapangan studi sejarah yang bisa dipahami itu berada pada lingkungan
sejarah mikro.

Keterkaitan antara sejarah ocal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa
kumpulan-kumpulan dari sejarah ocal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena sejarah
ocal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan ocal hubungan ocal balik.

Terdapat pula kelemahan umum terjadi dalam beberapa tulisan tentang sejarah Jawa
Barat, pada sifat uraian yang kurang memberikan eksplanasi tentang makna peristiwa. Salah
satu contoh kesalahan pemilihan ocal adalah tulisan berjudul Prabu Siliwangi. Topik itu
dikatakan salah, karena Prabu Siliwangi bukan tokoh sejarah melainkan tokoh mitos (tokoh
sastra). Kasus ini juga menunjukkan kesalahan interpretasi, verifikasi, dan penulisan.
Campuraduknya antara sejarah dengan mitos memang merupakan gejala umum di kalangan
masyarakat. Mungkin hal itu terjadi karena mereka (rakyat) banyak mengetahui cerita yang
mirip sejarah dari sumber berupa babad atau wawacan. Hal ini menunjukkan lemahnya
pemahaman akan pengertian sejarah.

Contoh lain dari kelemahan pengumpulan sumber dan kesalahan interpretasi serta
lemahnya kesadaran sejarah, terjadi dalam sejarah kabupaten yang menari hari jadi kabupaten
yang bersangkutan, misalnya Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung. Kabupaten
Sumedang memilih hari jadinya tanggal 22 April 1578. Hal ini berarti kabupaten itu berdiri
pada akhir masa Kerajaan Sunda/Pajajaran, padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa
Kabupaten Sumedang berdiri jauh setelah Kerajaan Sunda/Pajajaran runtuh (1580).
Berdasarkan pengertian kabupaten atau secara ocal trative, Kabupaten Sumedang berdiri
kira-kira tahun 1620, dibentuk oleh Sultan Agung, penguasa Mataram (1613-1645) dalam
usahanya menguasai daerah Priangan. Kabupaten Bandung pun dibentuk oleh Sultan Agung
berdasarkan piagam bertanggal 9 Muharam Tahun Alip. F. de Haan dalam bukunya berjudul
Priangan; De Preanger Regentshappen Onder het Nederlandsch Bestuur Tot 1811, jilid III
(1912) menafsirkan tanggal piagam itu bertepatan dengan tanggal 20 April 1641. Tanggal
inilah yang dipilih sebagai hari jadi Kabupaten Bandung. Kasus ini merupakan kelemahan
dalam pengumpulan dan penggunaan sumber, karena ternyata ada sumber lain yang memuat
tafsiran lain terhadap tanggal piagam tersebut, yaitu tanggal 16 Juli 1633.

Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah ocal merupakan bagian sejarah yang
bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah
nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan
untuk sejarah ocal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah nasional
yang membicarakan sesuatu secara umum.

Hubungan erat keduanya dalam sejarah bisa pula dilihat dalam hubungan studi sejarah
di Indonesia. Menurut Kartodirdjo bahwa banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat
ocal, sebenarnya hanya bisa dimengerti dengan baik apabila dihubungan dengan dimensi
sejarah nasional. Menurutnya sebagai contoh yaitu hal-hal yang dibawa oleh proses
westernisasi seperti diperkenalkannya ocal pajak, sewa tanah, birokrasi modern yang
membawa fenomena baru dalam kehidupan penduduk pedesaan.

Dan dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah nasional lebih ditekankan pada
gambaran yang lebih meluas serta lebih menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa yang
bersifat umum dengan tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dalam peristiwa ocal,
sedangkan dalam sejarah ocal yang lebih diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa di
lingkungan sekitar yang mencangkup suatu lokalitas dan menempatkan sejarah nasional
sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di lokalitas tersebut. Dengan demikian
sejarah nasional yang hanya membicarakan sesuatu secara umum dan sifatnya terbatas.
Sejarah Lokal memberikan detail sehingga mampu melengkapi kekurangan sejarah nasional.

F. Sejarah Lokal dalam Melengkapi Sejarah Nasional


Sejarah lokal seringkali dipahami sebagai bagian dari sejarah nasional. Hal ini
dilatarbelakangi oleh fakta bahwa studi sejarah lokal diperlukan untuk mencari bahan sebagai
penyusun nasional yang akhirnya hanya menghasilkan sejarah nasional versi lokal. Realitas
yang muncul di daerah-daerah dapat berubah, sehingga kadang-kadang peristiwa nasional
yang penting dalam kategori sejarah nasional bisa saja tidak memiliki arti apa-apa pada
sejarah lokal. Sejarah nasional ditentukan oleh faktor-faktor ekstra lokal, bukan sekedar
kumpulan-kumpulan peristiwa local, atau peristiwa lokal yang strategis namun juga
tergantung pada kekuatan politik saat itu dan faktor internasional. Penyusunan sejarah
nasional tidak hanya sekedar berdasarkan “pantas tidaknya” peristiwa untuk menjadi unsur
dari sejarah nasional, namun juga berdasarkan logika keterkaitan peristiwa tersebut dengan
latar belakang yang berlaku secara nasional.
Sejarah lokal dapat melengkapi sejarah nasional, karena sejarah nasional hanya
membicarakan sesuatu secara umum sehingga sifatnya terbatas. Sejarah lokal memberikan
detail sehingga mampu melengkapi kekurangan sejarah nasional. Misalkan sejarah nasional
membicarakan proklamasi 1945, pasti hanya membicarakan kisah di Jakarta. Hal ikhwal
proklamasi di daerah/lokal akan menjadi fungsi pelengkap sejarah nasional. Hasil studi
khusus pada sejarah lokal akan memberikan pengetahuan lebih umum terhadap kejadian-
kejadian historis di tingkat lokal yang merupakan dimensi sejarah nasional.
Untuk menggambarkan contoh hubungan sejarah lokal dengan sejarah nasional,
penulis mengangkat daerah Jawa Barat yang sungguh kaya akan peristiwa sejarah dari masa
ke masa, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Sejak masa kerajaan hingga kini, di
daerah Jawa Barat terjadi berbagai peristiwa sejarah penting yang mengandung berbagai
makna pula, sesuai dengan gejolak jamannya. Peristiwa atau moment penting itu di antaranya
adalah Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5 hingga abad ke-8), Kerajaan Sunda/Pajajaran
(abad ke-8 hingga abad ke-16), Kerajaan Galuh (abad ke-8 hingga abad ke-15), dan Kerajaan
Sumedang Larang (1580-1620).
Pada awal masa kerajaan, daerah Jawa Barat masuk pengaruh budaya Hindu-Budha.
Sementara itu muncul Kesultanan Cirebon (1479-1809) dan Kesultanan Banten (1552-1832).
Dengan berdirinya kedua kesultanan itu, Jawa Barat menjadi salah satu pusat penyebaran
agama Islam di Pulau Jawa. Pada abad ke-17, sebagian wilayah Jawa Barat, khususnya
daerah Priangan berada di bawah pengaruh kekuasaan Mataram (1620-1677). Selanjutnya
Jawa Barat semakin memiliki arti penting karena menjadi pusat kegiatan/kekuasaan kolonial
Belanda di Nusantara, yaitu pusat kegiatan Kompeni/VOC (abad ke-17 hingga akhir abad ke-
18) dan pusat pemerintahan Hindia Belanda (awal abad ke-19 hingga Maret 1942) serta pusat
pemerintahan Pendudukan Jepang di Jawa (awal Maret 1942 hingga pertengahan Agustus
1945).
Pada awal abad ke-20 hingga menjelang proklamasi kemerdekaan, Jawa Barat juga
menjadi pusat kegiatan pergerakan nasional, sehingga bangsa Indonesia berhasil menetuskan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peristiwa yang disebut terakhir juga terjadi di
daerah Jawa Barat. Dalam perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan dan menegakkan
kemerdekaan, Jawa Barat menjadi pusat perjuangan, sekaligus sebagai pusat kegiatan
Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka mengisi kemerdekaan dengan berbagai
program pembangunan. Dalam setiap kurun waktu tersebut, banyak peristiwa sejarah yang
memiliki arti penting, baik bagi masyarakat dan daerah Jawa Barat khususnya maupun bagi
kepentinan nasional bangsa dan pemerintah Indonesia pada umumnya.Bahkan dalam masa
tertentu di Jawa Barat terjadi peristiwa sejarah yang berskala internasional, misalnya
Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Berdasarkan ruang lingkup spasialnya, sejarah Jawa Barat termasuk kategori sejarah
lokal. Namun demikian, studi sejarah lokal penting artinya bagi suatu bangsa seperti
Indonesia yang menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan. Untuk mengetahui kesatuan
yang lebih besar, bagian yang lebih kecil jangan diabaikan, melainkan harus dimengerti
dengan baik. Seringkali hal-hal yang ada/terjadi di tingkat nasional baru dapat dimengerti
dengan lebih baik apabila perkembangan di tingkat lokal dipahami dengan baik pula. Hal-hal
di tingkat yang lebih luas (nasional) biasanya hanya memberikan gambaran dari pola-pola
serta masalah umum, sedangkan situasinya yang lebih konkret dan mendalam baru dapat
diketahui melalui gambaran sejarah lokal.
Dengan kata lain, studi sejarah Jawa Barat bukan hanya penting artinya bagi
kelengkapan sejarah nasional, tetapi penting pula untuk memperdalam pengetahuan tentang
dinamika sosiokultural masyarakat yang bersangkutan. Dalam pada itu, selain peran
keilmuannya, kajian sejarah lokal seperti sejarah Jawa Barat memiliki arti praktis bagi
pembangunan, baik pembangunan daerah maupun pembangunan nasional, termasuk
pembangunan bidang budaya dalam arti luas. Untuk keperluan itu, pemahaman akan berbagai
jenis sumber sejarah Jawa Barat dan sikap kritis terhadapnya, mutlak diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan sejarah nasional sekarang ini sering kurang memberi makna bagi
orang-orang tertentu terutama sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak dapat
menggali lebih mendalam tentang kajiannya dan bersifat umum saja. Sejarah daerah kita
sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita dan sejarah lokal juga bisa digunakan untuk
mengoreksi generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional. Sejarah lokal sengaja dibuat untuk
orang-orang dari zaman kemudian dari hidup penulisnya.
Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan
penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah
Nasional tetapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika
sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan ini kita
makin menyadari berbagai corak penghadapan manusia dengan lingkungannya dan dengan
sejarahnya serta memperdalam pula kesadaran sejarah kita untuk mendapatkan makna dari
berbagai peristiwa sejarah yang dilalui.
Sejarah lokal menjadi semakin kurang terlokasikan. Sejarah lokal bersifat melebar,
horizonnya semakin mengembang menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas.
Bahwa dalam sejarah nasional tekanan terutama diberikan pada gambaran yang lebih meluas
serta menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan tidak terlalu memperhatikan detail-
detail peristiwa lokal. Sedangkan dalam sejarah lokal yang mendapat perhatian utama justru
peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar suatu lokalitas sebagai suatu kebulatan, dan
menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa khusus di lokalitas.
Sejarah lokaldijadikan sebagai alat koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang
sering dibuat dalam penulisan sejarah nasional. Banyaknya ketumpang tindihan pengertian
dan pemahaman mengenai sejarah nasional dan sejarah lokal. Tidak semua peristiwa atau
perubahan yang digeneralisir/dianggap menjadi fakta nasional yang berlaku bagi semua
wilayah Indonesia.
Masa kini adalah kesinambungan dari masa lampau dan masa depan adalah
kesinambungan dari masa sekarang. Sejarah sebagai sumber inspirasi dan sumber informasi
yang terperaya sangat dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat dalam rangka menemukan
dan memupuk jati diri bangsa, untuk mampu merancang dan mempersiapkan kehidupan di
masa mendatang yang lebih baik. Inilah makna hakiki yang diajarkan oleh sejarah.

B. Saran
Sebelumnya sejarah local kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak,mungkin ini
berhubungan dengan semangat persatuan-kesatuan Indonesia yang diperjuangkan sejak lama
(kemerdekaan sebagaibangsadannegaraIndonesia).”Kebangkitan” kembali dari sejarah local
ini harus disikapi dengan arif sebagai salah satu bidang kajian sejarah biasa, bukan untuk
menonjolkan dinamika kelokalan semata
Meskipun menulis sejarah lokal adalah hak siapa saja dan dapat ditulis kapan saja,namun
tampaknya perhatian dari pemerintah daerah sangat ditunggu.Dalam hal ini yang dilihat
adalah adanya kesempatan dan dukungan dari pemerintah setempat yang tidak hanya sebatas
bantuan dana.Kewenangan yang dimiliki pemerintah dapat menjembatani kerja sama antara
berbagai pihak seperti pendidik,museum,perguruan tinggi maupun pencipta sejarah lokal.
Kenyataannya kesempatan ini belumdimanfaatkan secara optimal,sehingga penulisan sejarah
local belum mengalami perkembangan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=D.
+Makna+Sejarah+Nasional+Sebagai+Unit+Historis&oq=D.
%09Makna+Sejarah+Nasional+Sebagai+Unit+Historis&aqs=chrome..69i57j33i22i29i30.5
272j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/efektivitas-pembelajaran-sejarah-bermuatan-sejarah-
lokal-dengan-memanfaatkan-media-teknologi-informasi/#:~:text=Tujuan%20penerapan
%20sejarah%20lokal%20dalam,dapat%20meningkatkan%20pengetahuan%20mengenai
%20daerahnya
http://historyfileon.blogspot.com/2011/02/historiografi-nasional.html
https://www.kompasiana.com/juffrouw/54f5fa56a333116c058b46f9/hubungan-sejarah-lokal-
dengan-sejarah-nasional

Anda mungkin juga menyukai