Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan ilmu yang mengkaji peristiwa masa lampau, adapun ilmu sejarah
membagi sejarah menjadi dua pengertian. Satu, sejarah sebagai peristiwa, yaitu peristiwa masa
lampau yang menyangkut kehidupan manusia sebagai mana terjadi (history as past actualiy) atau
histoire-realite. Dua, sejarah sebagai kisah, yaitu peristiwa sejarah seperti yang dikisahkan atau
dituliskan (history as written atau histoire-recite). Sejarah dalam pengertian keduannya
merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia
pada masa lampau secara selektif, yaitu peristiwa-peristiwa yang memiliki makna penting bagi
manusia.

Dalam rentang dekade 1900-an, ketika wilayah Indonesia sedang dijajah Belanda, para
sarjana sejarah Hindia-Belanda, Orientalis Belanda, berusaha menulis sejarah Nusantara ini.
Beberapa karya yang layak disebut adalah: History of Java karangan Raffles; Indonesia Trande
and Society karangan Y.C. Van Leur; Indonesia Sociological Studies karangan Schrieke;
Indonesia Society in Transition karangan Wertheim.

Adapun karangan sarjana sejarah Belanda yang membahas Indonesia sesudah deklarasi
kemerdekaan RI, ada dua judul yang layak di apresiasi yaitu Penulisan Sejarah Jawa karangan
C.C. Berg; Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Revolusi dan Nasionalisme Indonesia
karangan M.C. Kahin. Beberapa karya di atas tidak bisa lepas dari motif-motif tertentu yang
melingkupi jiwa zamannya masing-masing.

Mengenai ini Historiografi ini, Sartono Kartodirjo membaginya menjadi beberapa macam.
Ada yang berasal dari Barat, ada juga yang berasal dari Nasionalitas. Jika Historiografi berasala
dari Barat kurun waktu yang digunakan relatif lebih tua, yaitu pada 505 SM, dibandingkan
dengan Historiografi nasional yang baru muncul pada abad ke 18 M/ 1970-1980-an.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yang kelompok kami susun yakni:

1. Apa yang dimaksud penulisan sejarah perspektif saintifik ?


2. Apa saja cakupan ideologi dan ekonomik sejarah perspektif saintifik ?
3. Siapa saja sejarawan dan apa saja karya-karyanya ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini yang telah kelompok kami susun yakni :

1. Agar kita mengetahui penulisan sejarah perspektif saintifik.


2. Agar kita mengetahui cakupan ideologi dan ekonomik sejarah perspektif saintifik.
3. Agar kita mengetahui sejarawan beserta karya-karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah dalam Perspektif Saintifik

Istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab: syajaro, yang berarti terjadi; syajarah berarti
pohon; syajarah an-nasab, berarti pohon silsilah. Kata sejarah dalam bahasa inggris adalah
history; bahasa latin dan Yunani historia; dari bahasa Yunani histor atau istor berarti orang
pandai.1

Sejarah merupakan ilmu yang mengkaji peristiwa masa lampau, adapun ilmu sejarah
membagi sejarah menjadi dua pengertian. Satu, sejarah sebagai peristiwa, yaitu peristiwa masa
lampau yang menyangkut kehidupan manusia sebagai mana terjadi (history as past actualiy) atau
histoire-realite. Dua, sejarah sebagai kisah, yaitu peristiwa sejarah seperti yang dikisahkan atau
dituliskan (history as written atau histoire-recite). Sejarah dalam pengertian keduannya
merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia
pada masa lampau secara selektif, yaitu peristiwa-peristiwa yang memiliki makna penting bagi
manusia.2

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sejarah merupakan ilmu yang sangat
penting bagi perjalana kehidupan manusia, yang dapat dijadikan suatu acuan, pelajaran dalam
menjalani hidup. Karena hakekat sejarah mencakup tiga dimensi waktu, yaitu past, present,
future. Yang dimana masa kini merupakan kesinambungan dari masa lalu dan masa depan
merupakan kesinambungan dengan masa sekarang.3

Wilhelm Dilthey membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia luar atau
Naturwissenschaften (ilmu-ilmu alam) dan ilmu tentang dunia dalam atau Geisteswissenschaften
(ilmu-lmu kemanusiaan, humanities, human studies, cultural sciences). Dan sejarah masuk
kedalam ilmu-ilmu kemanusiaan, karena menurut Dilthey manusia hanya dapat dipahami dengan
konsep hidup, tidak dari konsep-konsep ilmu-ilmu alam. Hidup itu sendiri menurut Dilthey
merupakan satu kesatuan dengan sejarah yang mempunyai arti sama seperti huruf-huruf dalam

1
Wahyu Iriyana, Histiografi Barat (Humaniora: Bandung, 2014), hal. 175
2
Wahyu Iriyana, Histiografi Barat (Humaniora: Bandung, 2014), hal. 180
3
Ibid, hal.ix-x
satu kata. Dengan kata lain bahwa manusia ini merupakan mahluk yang menyejarah, yang hanya
dapat di pahami dengan sejarah, “seperti apa saja bentuk hidup itu, sejarah akan memberitahu
kita”.4

Sedangkan menurut Hegel, mengacu kepada tiga unsur (the great triad): Ide-Alam-Roh,
menyatakan bahwa sejarah merupakan catatan perkembangan roh dalam waktu. Sedahkan alam
merupakan perkembangan ide dalam ruang. Adapun ide disini terbagi menjadi dua, yaitu satu,
ide dalam diri yaitu sesuatu yang berkembang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik
layar atau sebelum dunia. Dua, ide yang berada diluar diri itu dan ruang, adalah alam. Alam terus
berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan dalam
diri manusia. Dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat ide menjadi sadar akan
dirinya sendiri. Hegel juga menjelaskan bahwa Roh adalah kesadaran diri. Antitesis dari ide dan
alam, serta perkembangan dari kesadaran lazim disebut sejarah. 5

Filsafat sejarah adalah ilmu filasafat yang bermaksud memberikan jawaban atas sebab
dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah mencari penjelasan dan berusaha masuk ke
dalam pikiran dan cita-cita manusia. Itulah sebabnya filsafat sejarah berusaha untuk memberi
keterangan tentang cara kemunculan suatua negara, proses perkembangan budayannya hingga
mencapai puncak kejayaan. Filsafat sejarah juga mendalami sebab-sebab kemunduran sebuah
bangsa, seperti yang pernah di alami oleh negara-negara pada zaman dulu disertai peran
pemimpin-pemimpin terkenal sebagai subjek pembuat sejarah pada zamannya.

Dalam sejarah filsafat, khususnya dalam perkembangan sejarah filsafat Barat, periodisasi
akhir abad pertengahan menuju abad modern, khususnya periode zaman fajar budi (pencerahan),
yakni 1700-1750 M. Abad modern jenis periode zaman fajar budi (Abad pencerahan) tersebut
ditandai oleh rasa optimisme. Setelah semua perkembangan Renaissance, reformasi dan zama
rasionalisme, kehidupan sosial manusia sudah mulai berkembang, dan karena itu, manusia
dianggap “sudah dewasa”. Orang mengira berkat rasio semua soal dapat di pecahkan. Kata kunci
yang di lontarkan pada zaman fajar budi adalah rasio, empirisme, toleransi, dan persaudaraan
duniawi.

4
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Tiara Wacana: Yogyakarta,2008), hal.3
5
Wahyu Iriyana, Histiografi Barat (Humaniora: Bandung, 2014), hal. 175-176
Kini zaman modern ini, pertumbuhan rasionalisme didampingi oleh aliran filsafat
empirisme-aliran yang muncul pada abad pencerahan. Empirisme memiliki cara pandang yang
berbeda dengan rasionalisme. Rasionalisme menempatkan rasio-nalar sebagai kebenaran mutlak,
sedangkan empirisme menekankan pengalaman sebagi sumber kebenaran. Empirisme
menekankan pengalaman observasi atau inderawi untuk menjamin validitas pengetahuan.
Dengan kata lain, untuk mencapai pengenalan akan pengetahuan, dasarnya bukan pada sesuatu
yang ada di luar realita, yang tampak atau kelihatan, tetapi pada pengalaman seseorang. Jadi
filsafat Barat zaman moderen ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kebudayaan
klasik Yunani-Romawi. Pusat pemikiran itu tidak lagi pada kosmos seperti zaman Yunani kuno,
atau pada Tuhan seperti pada zaman abad pertengahan, melainkan pada manusia atau
“antroposentisme”. Manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan. Atau filsafat
Barat zaman modern, mengandung dua hal yang sangat penting, pertama, semakin berkurangnya
kekuasaan gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan.6

Untuk memahami ide dan kesan sejarah dalam pandangan para ilmuan, sebaiknya kita
memahami dulu dari sisi konteks pengalaman. Menurut beberapa tokoh pengalaman dimulai dari
ide dan ide diawalai dengan kesan. Menurut Hume kesan menujukan persepsi apa yang kita
dengar, lihat, merasakan, mencintai, mebenci, menginginkan atau menghendaki. Sedangkan ide
merupakan gambaran dari memori kesan atau pikiran tentang kesan. Bagi Hume semua ide
berasal dari kesan.

Dalam pandangan Hegel, tema-tema sejarah seringkali mengejutkan banyak orang dan
teman-temanya yang sezaman dengannya. Tema itu juga acapkali kontrovesial karena lebih
menuruti sifat dan kerja skeptisisme, yakni sikap yang mengingkari validitas beberapa atau
semua klaim dalam rangka mendapat pengetahuan sejati. Hegel menarik perbedaan antara
skeptisme anteseden dan konsekuen. Analisinya telah mendorong untuk menerima atau menolak
beberapa hal dalam sikapnya itu. Sebaliknya, hume menemukan sikap skeptisisme anteseden
dalam filsafat Rene Descartes. Descartes telah mengusulkan penggunaan keragu-raguan
metodologis. Dengan menggunakan keragu-raguan metodologis, Descartes beranggapan bahwa
ia telah menemukan tempat kepastiannya dari pengalaman yang meragukan itu. Baginya, sesuatu
yang meragukan merupakan sebuah bentuk cara atau berpikir seseorang.
6
Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A., Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat & Iptek
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) hal. 269
Ketika membicarakan sejarah berati juga membicarakan teknik penulisan sejarah, karena
pada dasarnya sejarah identik dengan tulis menulisan yang sudah ada sejak Sebelum Masehi
(SM) yang terus berkembang sampai sekarang. Adapun penulisan sejarah juga sering disebut
dengan Historiografi. Historiografi sendiri meupakan bagian akhir dalam metode penelitian
sejarah setelah melakukan heuristik dan interprtasi. 7 Ketika melakukan Histiografi sudah
sepatutnya seorang penulis mempunyai gaya dan ciri khas dan sastra yang memadai, selain
bantuan ilmu lain sehingga tulisannya dapat diterima oleh khalayak ramai.

Historiografi berasal dari kata “history” yang berarti sejarah, dan “grafi” yang berarti
tulisan. Penggabungan dua kata itu maknanya menjadi “sejarah tulisan”, baik yang bersifat
ilmiah problem oriented maupun yang bersifat non-problem oriented. Ungkapan “probelm
oriented” adalah karya sejarah yang ditulis secara ilmiah dan berorientasi pada pemecahan
masalah problem solving. Sistem penulisannya biasanya menggunakan seperangkat metode
penulisan sejarah yang “nonproblem solving”, yaitu karya tulis sejarah yang ditulis tidak
berorientasi pada pemecahan masalah. Penulisan model ini memiliki beberapa karakter, yaitu
ditulis secara naratif, tidak menggunakan metode penelitian naratif.8

Pendapat lain Historiografi berasal dari kata Yunani yaitu “historia” yang berarti
penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan “grafien” yang berati gambaran atau lukisan, tulisan,
uraian. Istilah historia sudah sangat dikenal sejak abad sebelum masehi, tepatnya pada masa
Herodotus (550 SM). Pada mulanya, kata ini digunakan untuk hasil penelitian tentang gejala
alam didaerah hunian manusia di Yunani. Lalu, istilah ini dipakai oleh Herodotus, Bapak
Sejarah, untuk melukiskan latar belakang geografis melalui karyanya mengenai peperangan
orang Persia. Dalam perkembangannya, kata historia cenderung digunakan untuk penyebutan
studi secara kronologis tentang tindakan manusia pada masa lampau.9

Dalam perkembangannya terdapat beberapa varian yang berbeda dalam penulisan sejarah
setiap zamannya. Hal ini sesuai dengan motif penulis sejarah masa itu. Sejak zaman Yunani dan
Romawi hingga abad ke 21, historiografi berkembang pesat. Dari metode penulisan yang amat

7
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013),hal. 69

8
Iyus jayusman, Historiografi Tradisional dan Modern. www.google.com
9
Nina H Lubis, Historiografi Barat (Bandung: Satia Historika, 2008), hal.10-11
sederhana hingga penulisan yang muktahir, yang memakai disiplin ilmu lain semisal antropologi,
sosiologi, dan politik.

Dalam rentang dekade 1900-an, ketika wilayah Indonesia sedang dijajah Belanda, para
sarjana sejarah Hindia-Belanda, Orientalis Belanda, berusaha menulis sejarah Nusantara ini.
Beberapa karya yang layak disebut adalah: History of Java karangan Raffles; Indonesia Trande
and Society karangan Y.C. Van Leur; Indonesia Sociological Studies karangan Schrieke;
Indonesia Society in Transition karangan Wertheim.

Adapun karangan sarjana sejarah Belanda yang membahas Indonesia sesudah deklarasi
kemerdekaan RI, ada dua judul yang layak di apresiasi yaitu Penulisan Sejarah Jawa karangan
C.C. Berg; Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Revolusi dan Nasionalisme Indonesia
karangan M.C. Kahin. Beberapa karya di atas tidak bisa lepas dari motif-motif tertentu yang
melingkupi jiwa zamannya masing-masing.

Mengenai ini Historiografi ini, Sartono Kartodirjo membaginya menjadi beberapa


macam. Ada yang berasal dari Barat, ada juga yang berasal dari Nasionalitas. Jika Historiografi
berasala dari Barat kurun waktu yang digunakan relatif lebih tua, yaitu pada 505 SM,
dibandingkan dengan Historiografi nasional yang baru muncul pada abad ke 18 M/ 1970-1980-
an.

Perlu dipahami bahwa banyak sekali sejarawan yang melompati untuk mendalami
Historiografi Nasional dengan meninggalkan Historiografi Barat. Akibatnya mereka kurang
memahami Historiografi yang sejatinya berasal dari Barat. Memang kajian Historiografi Barat
menimbulkan masalah baru yaitu terlampau jauhnya kurun waktu yang harus di dalami dan
kurang adanya daya tarik dengan gaya Historiografi Barat. Perlu di pahami bahwa Historiografi
memiliki banyak unsur keilmuan yang melekat kuat didalamnya. Contohnya kebudayaan. Jadi
Historiografi mustahil terlepas dari yang namanya kebudayaan karena manusia merupakan
mahluk sosial yang cipta,karsa, dan karya yang berbentuk kebudayaan dan peradaban.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta: budhayah, bentuk


jamak dari buddi, yang berarti akal. Jadi, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal (manusia).10 Adapun pendapat lain yang mengatakan kata budaya berasal dari kata
10
Wahyu Iriyana, Histiografi Barat (Humaniora: Bandung, 2014), hal. 1758-179
budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan,
sedangkan Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Adapun perbedaan dari
asal kata budaya namun pada intinya budaya merupakan hal-hal yang berkenaan dengan budi
atau akal.11 Lantas sama kah makna kebudayaan dengan peradaban? Peradaban biasanya di
sejajarkan dengan kata Civilization. Istilah itu biasanya di pakai untuk bagian dan usur
kebudayaan yang halus dan indah, yang di dalamnya mencakup ilmu pengetahuan, sopan santun,
dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks
pula. Melalui pengenalan dan pemahaman tentang makna Historiografi dan Kebudayaan ini, kita
bisa lebih sedikit memahami hubungan antara Historiografi dan kebudayaan.12

B. Cakupan Ideologi dan Ekonomik Sejarah Perspektif Saintifik

Ilmu sejarah membagi sejarah dalam dua pengertian. Satu, sejarah sebagai peristiwa,
yaitu peristiwa masa lampau yang menyangkut kehidupan manusia sebagaimana terjadinya
(history as past actuality) atau histoire-realite. Dua, sejarah sebagai kisah, yaitu peristiwa
sejarah seperti yang dikisahkan atau dituliskan (history as written atau historie-recite). Sejarah
dalam dua pengertian kedua merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang bersangkut paut
dengan kehidupan manusia pada masa lampau secara selektif, yaitu peristiwa-peristiwa yang
memiliki makna penting bagi manusia. Di Indonesia berlaku konvensi, atau persetujuan tak
tertulis antara sejarah dan arkeologi, bahwa sejarah meneliti peristiwa-peristiwa sesudah tahun
1500, sedangkan peristiwa-peristiwa sebelumnya menjadi garapan arkeologi.

Disadari atau tidak, pengalaman dan pengetahuan tentang masa lampau sesungguhnya
memiliki berbagai fungsi: informasi, edukasi, filosofis, pragmatis, dan praktis. Sejalan dengan
fungsi-fungsi tersebut, sejarah memiliki berbagai kegunaan, yaitu sebagai pelajaran, sumber
inspirasi, dan sarana atau media rekreatif. Sejarah juga memiliki kegunaan bagi kehidupan
manusia. Hal ini tercermin dari beberapa ungkapan yang menunjukkan makna sejarah, seperti
“belajarlah dari sejarah”, “sejarah adalah guru yang paling baik dan abadi”, dan “sejarah adalah
obor kebenaran”.

11
Dr. Sulasman, M.Hum. & Setia Gumilar, M.Si., Teori-Teori Kebudayaan “Dari Teori Hingga Aplikasi” (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2013), hal. 17
12
Wahyu Iriyana, Histiografi Barat (Humaniora: Bandung, 2014), hal. 179
Sejarah dan ilmu sosial memiliki hubungan yang timbal balik. Sebab, pada dasarnya,
sejarah adalah bagian dari ilmu sosial. Sejarah dan ilmu sosial mempunyai ikatan yang tidak
terpisahkan. Sejarah, pada dasarnya, ialah ilmu diakronik, yaitu memanjang dalam waktu dan
menyempit dalam ruang. Sebaliknya, ilmu sosial adalah ilmu yang sinkronik, yaitu menyempit
dalam waktu dan melebar dalam ruang. Maka, ketika sejarah dan ilmu sosial bersentuhan,
sejarah akan menjadi ilmu yang diakronis sekaligus sinkronis, yaitu melebar dalam waktu,
melebae pula dalam ruang. Jadi, sejarah dapat menjadi ilmu yang mampu menyangkup
segalanya.

Seorang sejarawan dituntut untuk berpikir ganda: diakronis dan sinkronis. Dalam sejarah
historiografi di Amerika, ada The New History (1912 M) yang menganjurkan kooperasi antara
lain ilmu sejarah dan ilmu sosial. Aliran Annales (1929 M) di Perancis pun melakukan hal yang
sama.

Di Indonesia, penganjur pertama sifat kooperasi antara ilmu sejarah dan ilmu sosial
adalah Sartono Kartodirjo. Kuliah-kuliahnya di UGM sejak 1967, buku yang ditulis dibawah
pimpinannya, Sejarah Nasional (6 Jilid pada 1970), dan buku karyanya sendiri seperti Peasant’s
Revolt Of Banten in 1888 (1966) dan Protest Movement in Rural Java (1973) menunjukkan
kedekatan sejarah dan ilmu sosial (Kuntowijoyo, 1995: 118). Ada juga beberapa penulis yang
gaya penulisannya mengaitkan antara sejarah dengan ilmu sosial. Misalnya, M.N Srinivas dalam
Social Change In Modern China. Buku ini sebenarnya bercorak antropologi, tetapi topiknya
ialah sejarah mentalitas.

Gejala sosial sangat wajar dan relevan untuk dipelajari dengan pendekatan sosiologis.
Misalnya, perubahan sosial-tema yang cakupannya sangat luas. Perubahan sosial, secara internal,
juga mencakup transformasi struktur dalam sistem produksi, sistem sosial, dan politik. Analitis
historis yang memakai perspektif struktural hanya bisa dijelaskan dengan pertolongan ilmu
sosial, secara umum dan sosiologi, secara khusus. Sejarah analitis dan sejarah struktural hanya
dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan sosiologis, khususnya dan ilmu sosial, umumnya.

Perkembangan jenis sejarah tersebut membuka kesempatan yang sangat luas bagi
munculnya sejarah baru, seperti sejarah politik gaya baru, sejarah sosial, sejarah sosiologi,
sosiologi sejarah, dan sejarah agraris. Sejarah sosiologi menunjuk pada sejarah yang disusun
dengan pendekatan sosiologi, dan ditulis sejarawan; sedangkan sosiologi sejarah adalah studi
sosiologi mengenai suatu kejadian atau gejala pada masa lampau, dan ditulis oleh sosiolog. Hasil
dari keduanya mungkin saja tidak banyak berbeda.

Dalam perkembangannya, rupanya, lebih banyak karya sosiologi sejarah daripada sejarah
sosiologi. Penggarapan sejarah oleh seorang sosiolog didasarkan atas bahan-bahan sejarah yang
diperoleh oleh sejarawan. Sosiolog tidak dapat melakukan kritik atas sumber yang digunakan.
Pendekatan sosiologi dapat saja dilakukan oleh sejarawan yang telah menguasai konsep dan teori
tentang sosiologi. Pada sejarawan masih ada kewajiban melakukan kritik sumber yang
pengkajiannya menuntut hal itu.

C. Sejarawan dan Karya-Karyanya

Banyak sekali tokoh sejarah yang ada di dunia ini. Mereka memberikan sumbangsi yang
besar bagi pengetahuan manusia. Para sejarawan menuliskan apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Dari tulisan itu, manusia jaman sekarang bisa belajar dari setiap kejadian pada masa lalu. Para
ilmuwan pun memberikan berbagai definisi tentang sejarah. Namun, dari sekian banyak definisi
tentang sejarah, penulis akan menyajikan beberapa definisi saja tentang sejarah dari beberapa
ilmuan.13

Kita bisa menelusuri tahap penulisan sejarah dan mempelajari perkembangan pemikiran
sejarah dari catatan sejarah Yunani sejak Herodotus sampai Thucydides. Seperti diketahui,
Thucydides merupakan pemikjr pertama yang mengamati dan melukiskan sejarah zamannya. la
meninjau masa lalu dengan pikiran yang kritis dan jemih. la sadar bahwa langkahnya itu
merupakan langkah yang baru dan menentukan. Ia yakin bahwa pemisahan antara pemikiran
mistis dengan historis, antara legenda dan kebenaran, adalah ciri khas yang akan membuat
karyanya bemilai abadi.14

Beberapa tahun kemudian, munculah seorang pemikir sejarah yang sangat brillian. Dialah
Leopold von Ranke. Dalam satu uraian singkat tentang riwayat hidupnya, Ranke berkisah
bagaimana ia mula-mula menyadari panggilan hidupnya sebagai sejarawan. Di masa muda, ia
sangat tertarik oleh tulisan-tulisan roman-historis Walter Scott. dan ia amat terkejut ketika
mengetahui bahwa deskripsi Scott temyata amat bertentangan dengan fakta-fakta historis.15

Padanan kata sejarah adalah al-tarikh. Menurut Ibn Khaldun, penggunaan istilah fann al-
tarikh sebagai padanan kata sejarah, pada awalnya, tidak lebih daripada sekedar keterangan
tentang peristiwa-perisriwa politik, negara-negara, dan kejadian-kejadian pada masa lampau.
Keterangan-keterangan yang berupa peristiwa-peristiwa itu biasanya disampaikan oleh seorang
penutur sebagai sebuah sajian dalam peerjamuan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh para
pejabat pemerintah atau kerajaan. Karena pentingnya infomasi tersebut bagi para pejabat dan
penguasa, seperti dinyatakan pada bagian pendahuluan al-Muqaddimah, Ibn Khaldun
mengatakan bahwa merupakan salah satu jenis ilmu yang dipelajari secara luas oleh berbagai
bangsa dan Iintas generasi.16

Tentang pengertian sejarah, Ibn Khaldun mengatakan:

13
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.187.
14
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.188.
15
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.188.
16
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.188.
“Pada hakekatnya, sejarah (fann al-tarikh) adalah catatan tentang masyarakat manusia.
Sejarah itu sendiri identik dengan peradaban dunia tentang perubahan yang terjadi pada watak
peradaban, seperti keliaran, keramah-tamahan, dan solidaritas atau ashabiyah; tentang
revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain, akibat timbulnya
kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan berbagai tingkatnya; tentang kegiatan dan
kedudukan orang, baik unttuk mencapai penghidupan-nya, maupun dalam ilmu pengetahuan
dan pertukangan; dan pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi dalam peradaban
karena watak peradaban itu sendiri.”17

Merujuk pada kutipan di atas, Ibn Khaldun membedakan antara lahirah ilmu sejarah atau
fann al-tarikh, seperti menurut terminologinya, dan pemahaman kontemplatif tentang sejarah
atau batinnya. Bagian pertama berkaitan dengan uraian tentang peristiwa yang terjadi pada masa
Ialu dan perbincangan tentang bagaimana sebuah negara itu muncul, berdiri, berkembang,
mencapai kejayaan, dan kemudian sirna. Bagian ini menunjuk pada pengertian sejarah secara
umum. Bagian kedua menunjuk pada salah satu cabang dan hikmah dan filsafat. Sebab, Ibn
Khaldun mengkaji berbagai sebab peristiwa dan hukum-huknm yang mengendalikannya.
Langkah Ibn Khaldun ini dapat diklasifikasikan sebagai salah satu aspek dari filsafat sejarah.18

Tidak hanya itu, Ibn Khaldun juga melihat sejarah sebagai sebuah siklus yang tak
berujung dari kemajuan dan kemunduran, sama seperti fenomena kehidupan manusia. Dia
mengatakan bahwa sejarah, dalam realitasnya, adalah informasi tentang masyarakat manusia,
yakni kebudayaan manusia. Pengertian ini senada pengertian yang disampajkan oleh al-Maqrizi.
Hanya saja, al-Maqrizi mengajukan batasan yang lebih longgar dengan mengatakan bahwa
sejarah adalah upaya memberikan informasi tentang sesuatu yang telah terjadi di dunia.19

l. Sartono Kartodirdio

Prof. Dr. A. Sartono Kanodirdjo adalah sejarawan Indonesia. Dia menjadi pelopor dalam
penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan multidimensi. Sebelum menjadi guru, pria

17
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.188.
18
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.189.
19
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.189.
yang akrab disapa Sartono ini menyelesaikan pendidikan di HIS, MULO, dan HIK. Saat
bersekolah di HIK (sekolah calon bruder), pria kelahiran Wonogiri, 15 Februari 1912 ini dilatih
kepekaan batin dan ketajaman intuisinya. Hasilnya, menjadi sosok ilmuwan yang sangat
asketis.20

Saat usianya mengmjak 44 tahun Sartono menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas


Sastra Universitas Indonesia di sela-sela kegiatan mengajar di salah satu sekolah yang ada di
Jakarta. Ia melanjutkan pendidikan master degree di Universitas Yale, Amerika Serikat, setelah
sebelumnya mengajar di Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan IKIP Bandung. la lulus pada
tahun 1964, untuk kemudian melanjutkan pendidikan doktoralnya dua tahun kemudian.21

Pada tahun 1968, Sartono dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Gajah Mada
Jogjakarta. Dalam diserasinya yang berjudul The Peasants’ Revolt of Banten in 1 888, It’s
Conditions, Courseand Sequel: A Case Study of Sosial Movements in Indonesia, yang ia tulis
untuk meraih gelar doctoral, banyak orang menilai bahwa tulisan ini merupakan jembatan
perkembangan ilmu sejarah di Indonesia. Ia ngamenggap bahwa disertasinya merupakan bentuk
protes terhadap penulisan sejarah Indonesia yang konvensional dan Neerlandosenteris. Dalam
disertasinya tersebut, ayah dari dua anak ini mencoba untuk mengubah pandangan dengan
keberanian dari gerakan sosial yang dilakukan oleh petani untuk melawan tindakan ketidak
adilan. Ia juga berusaha menghilangkan virus inferior kepada bangsa asing, yang saat itu banyak
menjangkiti masyarakat Indonesia.22

Sebagai sejarawan generasi pertama, Sartono telah melahirkan banyak murid yang
menjadi benang merah penyambung gagasan-gagasan yang sering ia lontarkan. Tak hanya di
Indonesia, dunia Internasional pun mengakui kehebatan Sartono dalam ilmu sejarah. Kehebatan
itulah yang mengantarkannya menerima Benda Prize yang dianugerahkan oleh sejarawan HJ.
Benda pada tahun 1977.23

Semasa hidupnya, Sartono dikenal sebagai asketisme intelektual. Dalam berbagai


kesempatan, ia selalu mengingatkan akan pentingnya sikap asketis dalam diri seorang

20
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.189.
21
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.189.
22
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.190.
23
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.190.
profesional. Menurutnya, seseorang yang menjalani sikap asketis adalah orang yang melakukan
latihan olah jiwa untuk menahan diri dari hawa nafsu jasmaniah. Dengan begitu, aspek kognitif
yang dihasilkan berupa sikap logis, kritis, analitis, dan diskursif. Tak hanya itu, semasa
hidupnya, ia juga menelurkan karyanya dalam puluhan buku dan ratusan artikel. Salah satu
bukunya yang terkenal adalah Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Jilid I Zaman Kerajaan dan
jilid II Pergerakan Sejarah Nasional.24

Pada tanggal 7 Desember 2007, Sartono menghembuskan napas terakhir di RS Panti


Rapih, Jogjakarta dalam usia 87 tahun. Sepanjang hidupnya, ia tak hanya memberikan contoh
dan teladan sebagai sejarawan Indonesia, tapi juga memberikan inspirasi dan pemikiran bagi
kehidupan bangsa. Dalam sebuah kutipan, Sartono mengungkapkan bahwa ilmu sejarah bukan
sekedar narasi, dan tidak hanya kisah-kisah yang serbamenyenangkan. Pendekatan yang
digunakan oleh ilmu sejarah jangan melulu dari ilmu sejarah, tetapi harus juga memanfaatkan
bantuan ilmu antropologi, sosiologi, dan disiplin ilmu lainnya. Menurutnya. karena menulis
sejarah Indonesia, cara pendekatannya memang harus Indonesiasentris, dan tidak boleh terpesona
oleh aneka ragam kisah raja-raja atau orang besar. Sebab, rakyat, petani, dan wong cilik juga
mempunyai peran yang sangat bermakna dan ikut-serta membentuk pola peristiwa sejarah.25

Karya-karya Sartono Kartodirdjo, antara lain:

 Indonesia Historiography, 2001

 Modem Indonesia, Tradition and Transformation, 1984

 Ratu Adi, 1984

 Protest Movement in Rural Java, Oxford University, 1973 ,

 The Peasant Revolt of Banten in 1888, 1966

 Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Jilid I Zaman Kerajaan dan Jilid 11 Pergerakan
Sejarah Nasional

24
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.190.
25
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.190.
 Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Jalan Peristiwa dan Kelanjutannya-Sebuah
Studi Kasus mengenai Gerakan Sosial di Indonesia, 1984

 Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif, 1982

 Sejarah Nasional Indonesia, 1976

 Arit dan Bulan Sabit: Pemberontakan Komunis 1926 di Banten, 1982

 Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi

 Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, 1993

 Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, 1986

 Revolusi Prancis, 1989

 Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah: Kumpulan Karangan, 1987

 Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial, 1977

 Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka: Indonesia dan Masa Lalunya, 1983

 Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial, 1984

 Elite dalam Perspektif Sejarah, 1981

 Sejak Indische sampai Indonesia

 Komunikasi dan Kaderisasi dalam Pembangunan Desa

 Modern Indonesia, Tradition & Transformation: A Socio-historical Perspective

 Perkembangan Peradaban Priyayi

 Pembangunan Bangsa tentang Nasionalisme, Kesadaran dan Kebudayaan Nasional

 Multidimensi Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan

 Ideologi dan Teknologi dalam Pembangunan Bangsa: Eksplorasi dimensi historis dan-
sosio kultural :kumpulan tulisan
 Periatiwa Cimareme Thun 1919 : perlawanan H. Hasan terhadap peraturan pembelian
padi.26

2. Azyumardi Azra

Azyumardi Azra adalah mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada periode
1998-2006. Pria kelahiran Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 4 Maret
1955. la menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pria yang
mendapat predikat sebagai cendikiawan muslim Indonesia ini mendapat gelar kehormatan
sebagai Commander of the Order of British Empire pada tahun 2010, dan karena itu, di Inggris,
Azyumardi Azra dianggap sebagai salah satu bangsawan. Pendidikan yang ditempuh oleh
Azyumardi Azra sangat beragam. Setelah lulus dari IAIN Fakultas Tarbiyah di Jakarta,
Azyumardi Azra melanjutkan pendidikannya ke Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah
di Universitas Columbia.27

Pendidikan tersebut mendapat bantuan dari beasiswa Fullbright pada tahun 1988.
Azyumardi Azra pun memperoleh beasiswa Columbia President Fellowship pada tahun 1989
yang membuatnya berkesempatan untuk belajar di fakultas sejarah di universitas yang sama.
Azyumardi Azra juga mendapatkan gelar master filosofi dari Universitas Columbia pada tahun
1992. Gelar doktor filosofi didapatkan melalui disertasinya yang berjudul The Transmission of
Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini
the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Disertasi tersebut telah dipublikasikan di Canberra,
Honolulu. dan juga Leiden di Belanda.28

Setelah kembali ke Indonesia, ia mendirikan jurnal Indonesia yang bernama Studia


Islamika. Azyumardi Azra masih sempat berkunjung ke Southeast Asian Studies pada Oxford
Centre for Islamic Studies dan menjadi pengajar di St. Anthony College. Dua karya tulis
Azyumardi Azra yang sudah terbit, antara lain, Menuju Masyarakat Madani dan jaringan Ulama
dari Timur Tengah sampai Nusantara.29

3. Ibn Khaldun
26
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.192.
27
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.192.
28
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.192.
29
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.192.
Cendikiawan muslim yang satu ini memang sangat unik dan mangagumkan. Jujur saja,
Ibnu Khladunlah yang patut dikatakan sebagai pendlri ilmu soslal. Ia lahir dan wafat pada buan
suci Ramadhan. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin
Muhammad bin Abi Baker Muhammad bin al-Hasan. Nama panggilannya yang masyhur adalah
Ibnu Khaldun.30

Pemikirannya sangat cemerlang dan mampu memberi pengaruh yang sangat besar bagi
cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam
perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan berbagai peristiwa, pengembaraan, dan
perubahan dengan sejumlah tugas besar, serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Lawatan
yang pernah ia tempuh antara Maghribi dan Andalusia, kemudian antara Maghrib dan negara-
negara Timur, memberi hikmah yang sangat besar, termasuk bagi pengembangan ilmu sejarah. 31
Ibnu Khaldun adalah keturunan dari sahabat Rasulullah Saw, yang bernama Wail bin Hujr dari
kabilah Kindah.32

Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M Ini dikenal sebagai
sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam. Sejak usia dini, Ibnu Khaldun sudah hafal Alquran.
Sebagai ahli politik Islam, Ibnu Khaldun pun dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam.
Pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis telah dikemukakannya, jauh
sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori
ekonominya. Bahkan, ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-
mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam.
Pengamatannya terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan
yang sangat luas. Itu semua terbentuk karena ia hidup di tengah-tengah mereka dalam
pengembaraannya yang luas pula.33

Dalam tugas-tugas yang diembannya, penuh dengan berbagai Peristiwa, baik suka dan
duka. Ia pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan Afrika Utara. Ia juga pernah
menjadi guru besar di Universitas Al-Azhar, yang dibangun olch Dinasti Fathimiyyah. Dari sini
la melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dan
30
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.193.
31
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.193.
32
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.193.
33
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.193.
dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekai jika kitaberbicara tentang biografi Ibnu
Khaldun. Namun, ada tiga periode dalam perjalanan hidupnya.34

Pertama, masa ketika Ibnu Khuldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. seperti
Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih mazhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu
balaghah, fisika dan matematik. dan semua bidang Studi, ia mendapatkan nilai yang sangat
memuaskan dari para gurunya. Namun. studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda
selatan Afrika pada tahun 749 H yang merenggut ribuan nyawa, Ayahnya dan sebagian bcsar
gurunya meninggal. Lalu, ia hijrah ke Maroko, dan selanjumya ke Mesir.35

Kedua, ia terjun ke dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan
seperti Qadhi al-Qudhat (Hakim Tertinggi), Namun, karena fitnah dari lawan-lawan politiknya,
Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara. Setelah keluar dari penjara, periode
ketiga kehidupan Ibnu Khaldun pun dimulailah, tepatnya, ia harus mulai berkonsentrasi di
bidang penelitian dan penulisan.36

Ketiga, Ibnu Khaldun mulai melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama
dibuatnya. Misalnya, kitab al-Ibar (Tujuh jilid) yang telah direvisi dan diberi tambahan bab-bab
baru di dalamnya. Nama kitab ini pun menjadi Kitab al-Ibar wa Diwanul Mubtada'awil Khabar
fi Ayyamil A’rab wal a’jam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-I’bar ini pemah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863 dengan
judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun, pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun
kemudian. Tepatnya. pada tahun 1890, saat pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh
sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberi pencerahan bagi para sosiolog modern.37

Karya Ibnu Khaldun lainnya, yang bernilai sangat tinggi, antara lain, adalah at-Ta’riif bi
Ibn Khaldun kitab otobiografi, catatan dari kitab sejarahnya, Muqaddimah-pendahuluan atas
kitabu al-I’bar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis, Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-
Diin-kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, ringkasan dari kitab Muhassal
Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi.38
34
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.194.
35
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.194.
36
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.194.
37
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.194.
38
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.194.
Dr. Bryan S.Turner, guru besar sosiologi di Universitu of Aberdeen, Scotland dalam
artikelnya yang berjudu “The Islamic Review & Arabic Affairs” yang terbit pada tahun 1970-an
mengomenari tentang karya-karya lbnu Khaldun. Turner menyatakan bahwa “tulisan-tulisan
sosial dan sejarah lbnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan
diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi yang menulis dalam bahasa Inggris-yang
menulis karya-karyanya dalam bahasa lnggris” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan
popular adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosiall
dam masih terns dikaji hingga saat ini.39

Bahkan, buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini. lbnu Khaldun
menganalisis apa yang dimaksud ‘gejala sosial'. la menggunakan metode yang masuk akal, yang
dapat kita lihat, bahwa la menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab
dua dan tiga, Ibnu Khaldun berbicara tentang gejala-gejala yang dapat membedakan antara
masyarakat primitif dari masyarakat moderen, dan cara sistem pemerintahan dan urusan politik
di masyarakat.40

Bab dua dan empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara
berkumpulnya manusia. melalui bab ini, ia juga menerangkan tentang pengaruh faktor-faktor dan
lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab empat dan lima menerangkan ekonomi
dalam individu, bermasyarakat dan negara. Bab enam berbicara tentang pedagogik, ilmu dan
pengetahuan, serta alat-alatnya. Sungguh, sejauh yang kita lihat, karya tulis lbnu Khladun sangat
mengagumkan. Inilah sebuah karya abad ke. l4 yang sangat secara lengkap menerangkan hal
ihwa sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Melalui karya tulis ini, lbnu Khaldun
telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.41

Ibnu Khaldun sangat meyakini bahwa, pada dasarnya, eksistensi negara yang telah berdiri
itu sangat bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan
untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi kedua yang akan menikmati kestabilan dan
kemakmuran yang ditinggalkan oleh generasi pertama. Setelah itu datanglah generasi ketiga
yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan. dann mulai terbujuk oleh materi. Dampakanya,

39
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.195.
40
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.195.
41
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.195.
sedikit demi sedikit, bangunan-bangunan spiritual dari generasi ini mulai melemah, dan negara
itu pun hancur , baik karena kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang
kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.42

Ada beberapa catatan penting yang dapat kita ambil sebagai bahan pelajaran. Ibnu
Khaldun sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahm dan tidak pemah meremehkan sebuah
sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah. dengan dasar ilmu dan pengetahuannya
yang sangt luas la selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain pernah
menjadi pejabat penting, ia juga seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-
tulisannya yang telah ia buat Bahkan, ketidak-sempumaan dalam tulisannya ia lengkapi dan
perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran sehingga karyanya benar-benar berkualitas,
yang diadaptasi oleh situasi dan kondisi.43

Karena pemikirannya yang briliyan, Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-
ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya
menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam. Ia juga sangat giat mencari ilmu, selain ilmu-
ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafiz Alquran, ia menjunjung tinggi kehebatan Alquran.
Ibnu Khaldun berkata: “Ketahuilah, pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima
oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Karena itu, pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam
hati dan memperkuat iman. Pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan
ilmu-ilmu yang lain."44

Jadi, dalam kajian Ibnu Khaldun, nilai-nilai spiritual sangat diutamakan, selain
melakukan kajian terhadap ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau individu
bisa terjadi karena lemahnya nilai-nilai spritual. Atas dasar itu, pendidikan agama menjadi sangat
penting karena ia menjadi dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa bagi
kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, yang wafat di Kairo, Mesir, pada
bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./ 19 Maret 1406 M.45

4. Ibn Batutah

42
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.195.
43
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.196.
44
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.196
45
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.196
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah (24 Februari 1304-1368 atau 1377 M) adalah
seorang pengembara Berber, Maroko. Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mulai
mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang
ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, rihlah
merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Pencapaian Ibnu
Battuta yang luar biasa itu, konon dirampas dan disembunyikan oleh Kerajaan Francis saat
menjajah benua Afrika. ”Aku tinggalkan Tangier”, pada Kamis 2 Rajab 725 H/ 14 juni 1325 M.
Saat itu usiaku baru 21 tahun empat bulan. Tujuananku adalah menunaikan ibadah haji ke Tanah
Suci di Makkah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah”. lnilah salah satu
penuturran tentang Ibnu Battuta, pengembara dan pcnjelajah Muslim terhebat di dunia membuka
pengalaman perjalanan panjangnya dalam buku catatannya: Rihlah.46

Dengan penuh kesedihan, ia meninggalkan orang tua, serta sahabat-sababatnya di


Tangier. Tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukun iman kelima. Perjalananya menuju ke
Baitullah telah membawanya bertualang dan menjelajahi dunia. Meskipun seorang diri, ia
mengarungi samudera dan menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia. ”Kehebatan Ibnu
Battuta hanya dapat dibandingkan dengan pelancong terkemuka Eropa, Marcopolo (12541324
M),” ujar Sejarawan Brockelmann yang mengagumi ketangguhan sang pengembara Muslim itu.
Selama hampir 30 tahun, ia telah mengunjungi tiga benua mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat,
Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Cina.47

Setelah cita-citanya tercapai, Ibnu Battuta, ternyata tak langsung pulang ke Tangier,
Maroko. Ia lebih memilih untuk meneruskan pengembaraannya ke Yaman melalui jalan laut dan
melawat ke Aden. Mombosa, Timur Afrika dan menuju ke Kulwa. Ia kembali ke Oman dan
kembali lagi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1332 M, melaui Hormuz,
Siraf, Bahrin dan Yamama. Itulah putaran pertama perjalanan yang di tempuh Ibnu Battuta.
Pengembaraan kedua dilalui oleh Ibnu Battuta dengan menjelajahi Syam dan Laut Hitam. Ia lalu
meneruskan pengembaraannya ke Bulgaria, Roma, Rusia, Turki serta pelabuhan terpenting di
Laut Hitam yaitu Odesia, kemudian menyusuri sepanjang Sungai Danube.48

46
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.197.
47
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.197.
48
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.197.
Ia Ialu berlayar menyeberangi Laut Hitam ke Semenanjung Crimea dan mengunjungi
Rusia Selatan dan seterusnya ke India. Di India. ia pernah diangkat menjadi kadi. Dia Ialu
bergerak lagi ke Sri Langka. Indonesia dan Canton. Ibnu Battuta mengembara pula ke Sumatera,
Indonesia. Dan melanjutkan perjaIanan melalui laut Amman, dan akhimya meneruskan
perjalanan darat ke Iran. Irak, Palestina, dan Mesir. Beliau lalu kembai ke Makkah untuk
menunaikan ibadah hajinya yang ketujuh pada bulan November 1348 M. Perjalanan putaran
ketiga kembali dimulai pada 753 H. Ia terdampar di Mali di tengah Afrika Barat dan akhimya
kembali ke Fez, Maroko pada 1355 M.49

Ia mengakhiri cerita perjalannya dengan sebuah kalimat. ”Akhimya aku sampai juga di
kota Fez.” Di situ, dia menuliskan hasil pengembaraannya. Salah seorang penulisnya yang
bernama Mohad Ibnu Juza menuliskan kisah perjalanannya dengan gaya bahasa yang renyah,
Dalam waktu tiga bulan, buku yang berjudul Persembahan Seorang ke Kota-Kota Asing dan
Perjalanan yang Mengagumkan itu diselesaikannya pada 9 Desember 1355 M.50

Petualangan dan perjalanan panjang yang ditempuh Ibnu Battua sempat membuatnya
terdampar di Samudera Pasai-kerajaan Islam pertama di Nusantara pada abad ke-13 M. Ia
menginjakkan kakinya di Aceh pada tahun 1345. Sang pengembara itu singgah di bumi Serambi
Makkah selama 15 hari. Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Battuta melukiskan Samudera Pasai
dengan begitu indah. "Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,” tutur
sang pengembara berdecak kagum. Kedatangan penjelajah kondang asal Maroko itu mendapat
sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai Ia disambut oleh pemimpin
Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir al-Syirazi, Tajudin al-Ashbahani dan ahli fiqih kesultanan.
Menurut Ibnu Battuta, kala itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia
Tenggara. Penjelajah termasyhur itu juga mengagumi Sultan Mahmud Malik Al-Zahir penguasa
Samudera Pasai.51

49
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.198.
50
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.198.
51
Wahyu Iryana, Historiografi Barat,(Bandung, humaniora,2014), hlm.198.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab: syajaro, yang berarti terjadi; syajarah berarti
pohon; syajarah an-nasab, berarti pohon silsilah. Kata sejarah dalam bahasa inggris adalah
history; bahasa latin dan Yunani historia; dari bahasa Yunani histor atau istor berarti orang
pandai.

Sejarah merupakan ilmu yang mengkaji peristiwa masa lampau, adapun ilmu sejarah
membagi sejarah menjadi dua pengertian. Satu, sejarah sebagai peristiwa, yaitu peristiwa masa
lampau yang menyangkut kehidupan manusia sebagai mana terjadi (history as past actualiy) atau
histoire-realite. Dua, sejarah sebagai kisah, yaitu peristiwa sejarah seperti yang dikisahkan atau
dituliskan (history as written atau histoire-recite). Sejarah dalam pengertian keduannya
merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia
pada masa lampau secara selektif, yaitu peristiwa-peristiwa yang memiliki makna penting bagi
manusia.

Gejala sosial sangat wajar dan relevan untuk dipelajari dengan pendekatan sosiologis.
Misalnya, perubahan sosial-tema yang cakupannya sangat luas. Perubahan sosial, secara internal,
juga mencakup transformasi struktur dalam sistem produksi, sistem sosial, dan politik. Analitis
historis yang memakai perspektif struktural hanya bisa dijelaskan dengan pertolongan ilmu
sosial, secara umum dan sosiologi, secara khusus. Sejarah analitis dan sejarah struktural hanya
dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan sosiologis, khususnya dan ilmu sosial, umumnya.

Banyak sekali tokoh sejarah yang ada di dunia ini. Mereka memberikan sumbangsi yang
besar bagi pengetahuan manusia. Para sejarawan menuliskan apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Dari tulisan itu, manusia jaman sekarang bisa belajar dari setiap kejadian pada masa lalu. Para
ilmuwan pun memberikan berbagai definisi tentang sejarah.

B. Kritik dan Saran

Dalam mengulas dan membahas makalah ini, penulis banyak mengambil literatur-literatur
dari buku-buku bacaan dan sumber-sumber lainnya. Namun analisa penulis terhadap sumber
yang dimaksudkan memungkinkan terjadinya bias interpretasi dan kemungkinan tidak persis
sama dengan pendapat yang dikutip.

Oleh karena itu, demi memperkaya khazanah pengetahuan dan keilmuan seputar sejarah
Pemikiran Islam, penulis mengharapkan saran-saran dan kritik untuk membudayakan tradisi
ilmiah. Atas masukan saran dan kritik yang disampaikan, penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sulasman, M.Hum. & Setia Gumilar, M.Si., Teori-Teori Kebudayaan “Dari Teori Hingga
Aplikasi” (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013)

Iyus jayusman, Historiografi Tradisional dan Modern. www.google.com

Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Tiara Wacana: Yogyakarta,2008)

Nina H Lubis, Historiografi Barat (Bandung: Satia Historika, 2008)

Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A., Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat & Iptek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999)

Anda mungkin juga menyukai