Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH INDONESIA MASA KOLONIAL

Depresi Ekonomi Dunia 1930 dan Dampaknya Terhadap Belanda


ARTIKEL
Renol Parubak_A31121031
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNTAD

PENDAHULUAN

Depresi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang terburuk dan berkepanjangan.
Dalam ilmu ekonomi, depresi umumnya disebut sebagai resesi ekstrem yang berlangsung selama
tiga tahun atau lebih. Dalam depresi Dunia 1930-an menimbulkan situasi yang sulit bagi
ekonomi di seluruh dunia dan Hindia Belanda dan terutama pada industri perdagangan ekspor.
Menjelang tahun 1930, perekonomian dunia kembali diguncang krisis yang lebih besar.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai depresi ekonomi yang meluas pada tahun 1930an dalam tempo
yang lebih lama dan dampak yang lebih hebat dari krisis sebelumnya. Susanto Zuhdi (2002: 67)
menerangkan bahwa konsep reses: dan depresi memiliki perbedaan, di mana resesi berlangsung
lebih pendek dari depresi. Sedangkan Ingleson (2013; 211) menyebutkan bahwa tahun 1930an
adalah dekade depresi ekonomi yang panjang, yang terjadi di seluruh dunia dengan dampak
pengangguran yang sebelumnya belum pernah terjadi. Depresi ekonomi dikenal pula dengan
sebutan zaman meleset atau malaise. Istilah tersebut banyak digunakan oleh pers bumiputra pada
tahun 1930an untuk menyebut masa depresi ekonomi yang serba sulit. Harga komoditi
perdagangan di pasar dunia merosot tajam demikian pula permintaannya. Dengan demikian,
jumlah keseluruhan nilai ekspor dari Tanah Jajahan menurun, meskipun demikian bunga dari
hutang luar negeri yang tetap tinggi masih harus dibayar, yang menciptakan sisa pembayaran
luar negeri yang sangat sedikit. Dengan demikian import barang-barang hasil industri merosot
tajam dan masih tetap rendah selama depresi, terutama periode 1931 1935. Hal itu menimbulkan
kesulitan ekonomi yang berat di seluruh daerah jajahan. Hal itu juga mengakibatkan bangkrutnya
banyak perusahaan perkebunan baik di Jawa maupun di Sumatra Timur. Situasi yang makin
membaik terjadi pada 1936 1937. meskipun hanya membawa sedikit perbaikan pada kurun
waktu menjelang Perang Dunia II, yang menciptakan situasi yang jauh lebih parah bagi ekonomi
perkebunan secara keseluruhan. Dalam artikel ini akan dibicarakan tentang interpretasi Depresi
1930-an dari berbagai dimensinya, serta dampak yang ditimbulkannya terhadap Hindia Belanda.

1|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


PEMBAHASAN
Depresi Ekonomi Dunia 1930 produk pertanian, khususnya terigu,
Perkembangan ekonomi dunia rasionalisasi dalam industri khususnya di
memasuki dekade 1930-an dikejutkan Amerika Serikat, dan sebagai pemicunya
dengan suatu krisis yang berawal di pasar adalah spekulasi saham dalam pusat
bursa New York, Amerika Serikat. keuangan internasional terutama di Wall
Spekulasi para pialang perdagangan saham Street New York dan bursa di London.
di bursa Wall Street menyebabkan jatuhnya Berbagai tindakan penyelamatan
indeks kumulatif yang menyeret harga dilakukan baik secara bersama maupun oleh
saham hingga menurun tajam. Kegiatan masing-masing pemerintahan. Salah satu
bursa saham terhenti dan hari itu dikenal peristiwa penting dalam masa depresi sejak
sebagai The Black Tuesday atau Selasa 24 Oktober 1929 adalah tindakan Bank of
Kelabu. Perekonomian Amerika Serikat England untuk melepaskan mata uangnya
segera merasakan imbasnya. Kegiatan (poundsterling) dari standar emas (20
ekonomi menjadi lesu, harga barang jatuh September 1931). Langkah ini diikuti oleh
dan pemutusan hubungan kerja menjadi banyak negeri yang kemudian terkenal
marak. sebagai "blok sterling". Yang masuk di
Kejatuhan perekonomian Amerika dalamnya adalah Australia, India, dan
Serikat itu memengaruhi perekonomian negeri-negeri lainnya dalam lingkungan
internasional. Perdagangan dunia menjadi kolonialisme kerajaan Inggris. Kemudian
lesu yang memukul negara negara produsen, menyusul negeri-negeri Skandinavia dan
terutama komoditas pertanian dan Jepang melakukan tindakan serupa pada
perkebunan. Berbagai cara dan kebijakan bulan Desember 1931. Namun, kerajaan
ditempuh berbagai negara untuk mengatasi Belanda dan Hindia Belanda masih
krisis itu. Krisis global itu berkaitan dengan mempertahankan standar emas dan tidak
beberapa proses perkembangan ekonomi mendevaluasi guldennya. Akibat politik
yang tidak terduga saling berkonvergensi moneter ini sangat luas dan makin menyeret
pada tahun 1929. Faktor-faktor penyebab itu perekonomian masyarakat Indonesia ke
antara lain adalah mekanisasi pertanian di dalam penderitaan selama beberapa tahun.
negeri-negeri maju yang menimbulkan Konsekuensinya adalah bahwa pada
pengangguran, mempertahankan nilai tinggi umumnya harga-harga komoditas menjadi

2|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


turun, termasuk produksi kolonial, an yang kompleks bertujuan memperbesar
sedangkan biaya produksi termasuk upah, jumlah ekspor hasil-hasil pertanian dan
turunnya lambat sekali. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan material masyarakat
tercipta ketegangan antara faktor biaya dan daerah perdesaan ala kadamya. Kesulitan
harga produksi. Dengan melakukan yang dialami Hindia Belanda dalam
devaluasi mata uangnya, Inggris, Amerika melakukan ekspor saat Depresi adalah
Serikat, dan negara-negara lainnya mampu kesukaran mencari daerah ekspor (pasar)
menyesuaikan diri dan menurunkan biaya dan malah muncul pesaing-pesaing negara
biaya tersebut. Sebaliknya, karena dapat ekspor baru, seperti yang dialami ekspor
mempertahankan kepercayaan pada nilai gula, teh, tembakau, dan nila.
mata uang baru itu, kenaikan harga yang Kemudian sisi lain dari zaman
cepat dapat dicegah. Belanda lebih condong malaise adalah mengungkapkan betapa
melakukan "penekanan" ke dalam terutama eratnya jalinan hubungan kepentingan
terhadap Hindia Politik deflasi perkebunan dengan kepentingan pemerintah.
mengakibatkan kesulitan dan kerugian Pada waktu itu, kemerosotan di pasar dunia
terutama Serikat terhadap rakyat. Di antara melanda hampir semua hasil pertanian yang
tindakan yang dijalankan pemerintah menyebabkan berbagai industri mengalami
kolonial adalah seperti menurunkan gaji dan krisis. Dari tahun 1929 hingga 1930, rata-
upah, mengadakan pajak-pajak baru, dan rata harga barang ekspor Hindia Belanda
menurunkan berbagai tarif dan lainnya. menurun sebesar 28%. Tahun berikutnya
Politik deflasi dapat dijalankan karena di harga itu kembali menurun sebesar 25%,
jajahan tidak ada serikat buruh. Ekonomi yang disusul kejatuhan berturut-turut sebesar
perdesaan juga terkena mukul ne depresi 21% dan 11%. Pada tahun 1933, harga-
dengan menurunnya harga hasil bumi, harga itu hanya menjadi 35% dari keadaan
ketela, jagung, dan padi, sedangkan harga tahun 1929 dan kurang dari 31% terhadap
komoditas praktis tidak turun. Masyarakat harga rata-rata masa 1923-1927. Volume
menderita kerugian karena berkurangnya ekspor, yang dihitung dalam satuan ton,
sewa tanah, upah buruh, dan pembayaran pada tahun 1931-1933 merosot hingga rata-
beberapa pelayanan. rata tidak lebih dari 17% menurut jumlah
Gambaran Hindia Belanda tahun 1929. Akibatnya, tampak pada
menjelang malaise adalah suatu perekonomi pendapatan rata-rata. Selama 5 tahun

3|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


pertama masa 1930-an, pendapatan ekspor sulam, apa saja yang tampaknya menolong
tinggal 37% dari pendapatan rata-rata ekspor keadaan, seperti menyetujui pemberhentian
selama 5 tahun bagian kedua masa 1920-an. kaum pekerja, pengurangan upah dan gaji
Angka pendapatan di tahun 1935 adalah walaupun ini berarti pelanggaran kontrak,
kurang dari setengah yang diperoleh satu membantu pengusaha perkebunan
dekade sebelumnya. mengadakan perjanjian untuk memperoleh
Kebijakan Hindia Belanda adalah tenaga kerja yang murah dan kesepakatan
perdagangan bebas, standar emas, anggaran dengan pemilik lahan masyarakat Indonesia
berimbang, dan persaingan terbuka. Pada berkenaan dengan lahan yang dikontrak,
masa 1930-1936 pemerintah Hindia Belanda yang tidak diinginkan lagi.
selalu defisit dalam neraca keuangan Industri gula yang menghadapi
sehingga harus berutang, yang bertambah persaingan produksi gula tebu dari Filipina
besar jumlahnya. Keadaan itu menyebabkan dan Kuba dan gula bit Eropa, pada awalnya
pengambilan kebijakan untuk pengurangan berusaha mengimbangi jatuhnya harga
tenaga pegawai, gaji dikurangi, penghentian dengan memperluas areal penanaman tebu
penambahan pegawai di Eropa, pensiun dan meningkatkan produktivitas. Masalah
lebih awal, pengurangan biaya pengeluaran yang dihadapi di masa malaise bukanlah
belanja pemerintah, dan pengenaan cukai rendahnya harga melainkan gula dalam
tambahan untuk menambah kas negara jumlah besar tidak dapat dijual dengan harga
kolonial. Namun, pada tahun 1930-an berapa pun. Gula menanti pembeli.
pertumbuhan industri sekunder berjalan Pemerintah campur tangan dalam hal ini,
dengan cepat yang menjadi periode lahirnya dengan mendorong pengusaha gula Hindia
industri modern di Hindia Belanda. Belanda ikut serta dalam persetujuan
Selanjutnya pemerintah Hindia Chadbourne, mengenai pembentukan kartel
Belanda tidak hanya mengalami penyusutan di antara negara-negara pengekspor gula
pendapatan yang mengkhawatirkan, tetapi agar harga gula tetap terjaga melalui
juga menghadapi kelompok usahawan pembatasan penawaran. Di dalam negeri
pertanian, yang dahulunya angkuh, setiap pengusaha gula wajib menjadi
mengetuk pintunya untuk memohon anggota Perserikatan Penanam Gula Hindia
bantuan. Dalam keadaan demikian, Belanda (NIVAO), suatu organisasi yang
pemerintah mengambil tindakan tambal bertanggung jawab mengenai produksi,

4|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


penimbunan, dan penjualan gula di Hindia pembuat gudang untuk perkebunan
Belanda. Namun, harga gula tidak pernah tembakau, pembuka lahan untuk perkebunan
pulih dan gula kehilangan keunggulannya di daerah berbukit dan leveransir bahan-
sebagai komoditas eskpor utama. bahan pengepakan untuk semua perkebunan.
Permintaan kopi juga menurun. Untuk Jenis pekerjaan ini dapat muncul dan
membantu para pengusaha kopi, pemerintah menghilang sejalan dengan perkembangan
Hindia Belanda menetapkan pajak impor ekonomi. Jelas bahwa dampak depresi besar
kopi yang hasilnya digunakan untuk terhadap sektor perkebunan sangat
membantu pengusaha kopi. Zaman kopi dan mendalam dan berjangka panjang terutama
gula telah berlalu. pada perekonomian masyarakat Indonesia.
Penanaman karet termasuk sektor Depresi 1930-an, adalah penting
yang sangat terpukul akibat depresi. untuk dicatat faktor yang dianggap paling
Perkebunan karet besar memperlihatkan penting oleh berbagai penulis, pertama:
overhead dan cost yang tinggi, sedangkan Herbert Heaton (1936) dalam salah satu
perkebunan rakyat tidak memerlukan modal buku pertama tentang sejarah ekonomi
selain tenaga mereka sendiri. Untuk itu, para Eropa, yang menempatkan krisis 1930
pengusaha perkebunan menuntut campur dalam perspektif; kemudian kita mempunyai
tangan pemerintah Hindia Belanda dalam dua karya oleh W. Arthur Lewis (1949) dan
menetapkan kuota ekspor untuk perusahaan Furnivall (1944) tentang akibatnya pada
perusahaan Barat agar suplainya turun untuk negara sedang berkem bang dan Indonesia.
mendongkrak harga. Terhadap perkebunan Akhirnya, satu karya yang masih relatif
rakyat, pembatasan dilakukan dengan baru, yang merupakan revisi kesejarahan
mengenakan pajak penjualan dan biaya dari Brown (1986) tentang akibat sosio
untuk pabrik perantara cukup kecil sehingga ekonomis pada masyarakat pedesaan di Asia
gairah untuk berproduksi akan menurun. Tenggara pada 1930-an, yang menentang
Sektor perkebunan dapat pendapat tentang hal ini yang selama ini
menciptakan lowongan-lowongan bagi diterima.
pekerja baru dan bahkan kategori-kategori Heaton mulai dengan memberikan
pekerjaan yang baru untuk bangsa uraian tentang situasi ekonomi dunia pada
Indonesia, seperti pekerjaan tukang pedati 1929, ketika harga-harga komoditi pertanian
untuk perkebunan-perkebunan gula, sampai pada tingkat yang sama dengan

5|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


ketika arus modal ke negara penghasil kerja secara pelan-pelan mulai meningkat
barang primer dikurangi. Dengan demikian lagi.
penghasil barang primer, yang semuanya Menurut Sir Arthur Lewis, penyebab
adalah negara yang berhutang, harus malaise adalah kemerosotan harga bahan
membayar barang import dan memperoleh mentah sehingga sangat memukul ekonomi
bunga bagi hutangnya dengan cara menjual Hindia Belanda yang bertumpu pada ekspor
komoditi yang harganya menurun tajam dan bahan mentah. Meskipun pemerintah
mengusahakan dengan cara lain seperti Belanda dan Hindia Belanda menjalankan
menjual emas dari jaminan banknya. la juga politik moneter baru dengan mendevaluasi
menyebutkan bahwa kekalutan di Wall gulden, harapan untuk memulihkan produksi
Street sebagai satu penyebabnya di samping dan ekspor komoditas perkebunan ternyata
dampak yang ditimbulkannya berupa tidak berhasil. Nilai ekspor beberapa
kejatuhan yang drastis pada keseluruhan komoditas penting ternyata menurun terus
sistem ekonomi dunia. Selama tiga tahun, dari tahun 1930-1939. Memang tahun 1920
sampai dengan musim panas 1932, masa telah dicapai puncak kejayaan yang tidak
suram berkembang semakin dalam di setiap dapat diraih kembali. Sementara itu Lewis
pelosok dunia. Bukan saja jatuhnya dalam memberikan daftar delapan faktor yang
index penjualan partai besar, seperlima dari secara bersama-sama serta saling terkait
pemakan gaji kehilangan pekerjaan di merupakan penyebab terjadinya Depresi,
banyak negara, meskipun produksi bahan (yaitu keterbatasan cadangan emas dunia,
pangan hampir tak mengalami penurunan semakin ketatnya sistem ekonomi dunia
sama sekali. Guna menghindari dampak yang membuat upah, biaya, dan harga
negatif lebih jauh beberapa negara menjadi kurang fleksibel, inflasi kredit di
mengambil langkah-langkah darurat dalam Amerika Serikat, tingkat konsumsi yang
bidang keuangan, seperti Inggris yang lebih rendah, keletihan dalam penanaman
melepaskan standard emas dan Jepang modal, krisis bank pada 1930-1932, tingkat
mendevaluasi mata uang yen. Pada bagian hutang yang tinggi, serta kebijaksanaan
kedua 1932, berbagai tanda terlihat yang sistem penggajian yang ketat yang
memberikan harapan bahwa masa yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
suram telah berlalu, seperti harga, produksi, pengusaha), yang sebagian besar telah pula
dan jumlah perdagangan dan kesempatan ditekankan oleh penulis lain untuk

6|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


menerangkan mengapa hal itu terjadi meningkatnya secara perlahan pada harga
sedemikian mendalam dan berakhir untuk dan produksi yang terjadi pada 1935-1936.
jangka waktu yang relatif lama dibanding Dengan demikian, dua faktor utama yang
fluktuasi siklus perdagangan yang telah lalu. ditekankan oleh Lewis sebagai penyebab
Tetapi turunnya harga komoditas pertanian depresi adalah inten sifikasi terhadap
pada 1929-1930 merupakan uraian nya yang tekanan deflasi dalam ekonomi hampir
pokok. Dari segi kepentingan negara setiap negara di dunia serta tingkat
penghasil barang primer. seperti Indonesia, pengangguran yang tinggi di negara industri.
Australia serta Hindia Barat, Hasilnya adalah harga barang yang tetap
diketengahkannya faktor kunci tersebut rendah, yang mengakibatkan masalah yang
sangat bisa dimengerti. Lewis meneruskan selalu muncul bagi negara seperti Hindia
uraiannya dengan menunjukkan jatuhnya Belanda.
harga komoditi yang menuju terhentinya Furnivall juga memberikan
penanaman modal pada beberapa tahun penekanan pada dampak ekonomis Hindia
disebabkan oleh sikap wait and see dari para Belanda, terutama menurunnya harga
pengusaha, dan juga karena diberlakukannya komoditi pertanian pada 1929 - 1930 dan
tariff barrier oleh banyak negara di dunia memburuknya keadaan di tanah jajahan
untuk melindungi industri dalam negeri terutama dalam bidang perdagangan, yang
mereka dari kompetisi dari luar. Kemudian, disebabkan oleh menurunnya harga ekspor
pada 1931, depresi menjadi semakin dalam daripada impor. Tetapi reaksi yang pertama-
disebabkan oleh jatuhnya sistem moneter tama diberikan oleh pengusaha perkebunan
internasional, yang mengontrol setiap Belanda, ia mengatakan, adalah
langkah menuju pulihnya usaha dan meningkatkan produksi agar pendapatan
perdagangan inter nasional. Pada 1933, dipertahankan sehingga pada tahun 1930
usaha untuk merundingkan pengurangan volume ekspor lebih tinggi daripada 1928,
tarip mengalami kegagalan ketika meskipun harga merosot tajam pada 1929-
pemerintah Amerika Serikat menolak untuk 1930 dan bahkan terus berlanjut pada 1931
berpartisipasi, sehingga tak ada pemulihan 1932, dan mencapai titik terendah pada
dalam perdagangan internasional bisa terjadi 1933. Furnivall memberi perhatian lebih
dan waktu beberapa tahun diperlukan untuk sedikit pada analisa terhadap faktor
mencapai suatu perkembangan berupa penyebab yang lebih luas dari depresi dunia

7|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


atau dampak yang ditimbulkan terhadap sangat buruk pada pendapatan yang berupa
Hindia Belanda daripada yang ia kerjakan uang dan permintaan di Hindia Belanda,
berupa penjelasan tentang kebijaksanaan dengan demikian memperpanjang masa
yang dilaksanakan oleh penguasa Belan da depresi menjadi lebih panjang daripada yang
yang berusaha untuk menangkal dampak seharusnya.
negatif dengan intervensi oleh negara Artikel terbaru ditulis oleh Brown
dengan cara membatasi jumlah ekspor tidak bersangkut paut dengan menganalisa
(Perjanjian Chadbourne un tuk gula serta sebab dari depresi tetapi dengan mencoba
perjanjian lain) dan mendorong kegiatan mengkaji pan dangan yang selama itu
industri pada dasawarsa 1930-an. diterima tentang bagaimana buruk yang
Furnivall menulis buku tersebut dialami oleh penduduk asli di berbagai
sebelum sebagian besar orang memahami negara di Asia Tenggara, dimana Hindia
implikasi teori ekonomi Keynesian tentang Belanda hanya merupakan salah satunya.
pentingnya kebi jaksanaan keuangan untuk Apakah benar bahwa keadaan sedemikian
menata kembali tingkat pendapatan dan daya buruk, ia bertanya, bahwa keresahan di
beli dalam keadaan pasar yang sedang pedesaan adalah dampak yang ditemui di
menurun. Dengan demikian ia menerima mana-mana, ataukah keresahan itu
prinsip umum dalam kebijaksanaan moneter mempunyai sebab lain? Empat hal yang ia
ortodox, yang menekankan pada pembatasan sebutkan yang mempunyai implikasi yang
pada keseimbangan tingkat harga untuk penting bagi diskusi tentang pengaruh
membawa mekanisme penawaran dan depresi terhadap ekonomi petani di berbagai
permintaan untuk barang pada tingkat yang bagian di Asia Tenggara. Pertama, terdapat
seimbang serta menanggulangi kelebihan variasi yang luas di tingkat regional dalam
produksi. Ia mungkin tak memahami intensitasnya; tak ada keseragaman, ia
bagaimana hebat dampak yang ditimbulkan mengatakan dan di beberapa kasus, dampak
pada Hindia Belanda kebijakan keuangan yang ditimbulkan tak seburuk seperti yang
pemerintah Belanda yang tetap ber tahan selama ini digambarkan orang. Kedua,
pada standar emas sampai dengan 1937, menurunnya tingkat kemakmuran petani
lama setelah sebagian besar negara lain telah terjadi pada waktu itu adalah lebih modest
meninggalkannya. Keadaan tersebut daripada yang selama ini diperkirakan.
mempunyai dampak pada tingkat yang Ketiga, di beberapa tempat, termasuk Jawa,

8|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


terdapat beberapa bukti bahwa pendapat riil, bagi Hindia, dua Gubernur Jenderal, yaitu
secara rata-rata, hanya jatuh pada tingkat Bonifacius C. De Jonge (1931-1936) dan Sta
marginal. Keempat, ia mengutip angka yang chouwer W.L.T. van Starkenborgh (1936-
menunjukkan bahwa konsumsi kalori 1945), terus mempertahankan kebijakan
makanan menurun relatif kecil di Jawa, pemberangusan. Saat dilantik pada bulan
sementara itu im por barang industri turun September 1931, De Jonge memperingatkan
hanya sekitar 15 persen pada 1931 - 1932. para aktivis politik: "Slogan-slogan politik,
Sektor perekonomian ekspor yang yang memiliki manfaat tertentu pada masa-
tidak terlalu banyak terpengaruh adalah masa makmur, sekarang tak ada lagi
pertambangan terutama perminyakan. gunanya" (Dikutip dalam Ingleson, 1979:
Strategi mengatasi krisisnya adalah 177). Dalam pandangannya, agitasi politik
menambah jumlah volume ekspor sehingga yang tak realistis di tengah-tengah kesulitan
pemasukan bertambah besar. Walau ekonomi, hanya akan memperburuk kondisi
demikian, kegiatan perusahaan tetap tidak ekonomi, Penerusnya, Van Starken borgh,
dapat mengelak akibat depresi. yang yang lebih bersifat fleksibel, juga tak
Perusahaan perminyakan mengalami krisis melakukan perubahan yang signifikan
keuangan sehingga harus melakukan (Ricklefs, 1993: 188). Di bawah kekuasaan
efisiensi dan pengetatan anggaran. Salah dari dua Gubernur Jenderal itu, hal yang
satu jalan keluar diambil, yang dianggap terpenting buat mereka ialah
paling mudah dan manfaatnya segera terasa, mempertahankan "ketenteraman dan
adalah pemutusan hubungan kerja. Jadi, ketertiban" (rust en orde) publik secara lebih
perusahaan perminyakan dapat terus tegas lagi. Sepanjang periode ini, media
menjalankan ekspornya di masa krisis, massa disensor ketat, rapat-rapat umum
walau akibatnya tetap langsung dirasakan dikontrol dengan ketat oleh para agen
oleh masyarakat Indonesia yang kebanyakan rahasia, dan beberapa tokoh politik yang
bekerja sebagai pekerja biasa. terkemuka ditangkap dan diasingkan. Maka,
Dampak Depresi Ekonomi Dunia 1930 ruang publik yang masih belia itu pun segera
Terhadap Belanda "terpenjara" oleh sangkar besi dari rezim
Dalam keadaan depresi ekonomi rust en orde.
dunia terus berlanjut sepanjang 1930-an Akibat langsung yang dirasakan oleh
yang membawa dampak-dampak yang berat masyarakat Indonesia adalah kehilangan

9|Deprsi Ekonomi Dunia 1930


pekerjaan, usaha, dan pendapatan. perdesaan dan bekerja di lapangan pertanian,
Masyarakat petani di perdesaan kehilangan yang menghasilkan sendiri pangan dan
atau turunnya penghasilan ketika hasil sedikit untuk barter. Di samping
pertanian mereka tidak dapat dijual. Reaksi perekonomian yang dikuasai modal asing di
terhadap krisis pada awalnya, yang satu pihak dan perekonomian desa di lain
tampaknya masuk akal adalah bahwa petani pihak, ada kelas menengah yang terdiri atas
hendak mengurangi ketergantungan mereka pengusaha pertanian luar Jawa, pedagang
pada impor beras karena telah kehilangan eceran, pengusaha swasta, pegawai bergaji
daya beli, dan menggantikan panen tanaman tetap, dan penyedia jasa perseorangan.
komersial dengan meningkatkan usaha Mereka menjadi perantara bagi kedua sektor
menanam tanaman pangan untuk memenuhi itu. Kelompok ini bertambah dengan cepat.
kebutuhan hidup sendiri. Jika mereka Dampak depresi terhadap
menanam sejumlah tanaman, mereka akan perekonomian masyarakat selanjutnya dapat
memberikan usaha lebih terhadap tanaman- dilihat pada keadaan di sejumlah daerah dan
tanaman itu yang harganya relatif tidak kota, terutama tempat-tempat yang menjadi
berubah. Selain itu, mereka akan berusaha sentra ekonomi. Walau penanaman tebu dan
mengurangi biaya produksi untuk pabrik gula telah bertahun-tahun beroperasi,
meningkatkan keuntungan mereka, seperti perekonomian Yogyakarta tidak sepenuhnya
yang akan dihadapi oleh setiap pengusaha. tergantung pada usaha perkebunan.
Penurunan upah di Pulau Jawa Masyarakat Yogyakarta mengenal usaha
langsung dirasakan oleh buruh industri pembuatan seperti batik, kerajinan perak,
gula.Masyarakat perkotaan yang bekerja di dan kerajinan anyaman bambu. Usaha-usaha
perusahaan atau membuka usaha mengalami ini memiliki arti ekonomi yang penting
kehilangan pekerjaan atau jatuh dalam kehidupanmasyarakat sebagai sumber
bangkrut.Kemudian pada tahun 1930 dari penghasilan walau bukan menjadi sandaran
jumlah 12.898 pekerja Indonesia yang utama. Akan tetapi, fungsinya menjadi
mencari pekerjaan pada Kantor Perburuhan penting ketika malaise atau krisis ekonom
(Kantoor van Arbeid), besar-besaran melanda perekonomian
Sensus penduduk tahun 1930 Hindia Belanda termasuk Yogyakarta pada
memperlihatkan 30% dari angkatan kerja di tahun 1930-an. Akibat langsung dari kondisi
Pulau Jawa sebesar 20.279.642 tinggal di ini sangat terasa di bidang perkebunan yang

10 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
terkait langsung dengan lalu lintas keseluruhan 8,3 juta gulden menurun hingga
permintaan pasar dunia yang menjadi lesu. 2,3 juta gulden pada tahun 1933.
Perusahaan perkebunan menanggapi Kemerosotan itu sedikit banyak ditopang
penurunan itu dengan pengurangan dan oleh pemasukan dari sektor lainnya, yakni
penghematan di bidang produksi dan penghasilan dari penanaman tanaman
pengeluaran. Luas penanaman tebu yang pangan di lahan-lahan tebu yang
telah mencapai 17.594 hektare menyusut ditinggalkan. Walau pendapatan sampingan
menjadi 13.697 hektare pada tahun 1931, itu tidak menggantikan sepenuhnya
yang menyempit lagi hingga 6.449 hektare pendapatan yang hilang. Sektor kerajinan
pada tahun 1932 dan tinggal hanya 1.110 perak justru tidak terkena imbas langsung
hektare pada tahun 1933. Angka itu sempat akibat kelesuan perekonomian itu. Di masa
meningkat sedikit pada tahun 1934 menjadi malaise sektor kerajinan perak mampu
2.000 hektare, tetapi merosot lagi ke sekitar melalui keadaan yang paling buruk untuk
setengahnya pada tahun berikutnya. Ketika bertahan dan justru pada tahun tahun 1930-
keadaan perekonomian kolonial mulai an makin berkembang. Namun, usaha
berangsur-angsur pulih, luas penanaman kerajinan lainnya mengalami keterpurukan.
tidak mencapai setengah keseluruhannya
pada saat sebelum depresi. Lahan-lahan Industri batik berada dalam keadaan
yang ditelantarkan itu dikembalikan ke yang tidak menguntungkan karena
kesultanan dan pakualaman, yang mencapai menghadapi harga bahan baku yang
5.000 hektare. Masa kejayaan "emas putih" meningkat menjadi mahal dan per mintaan
telah berlalu. pasar yang menurun. Pada tahun 1935
Dengan kemunduran usaha perusahaan batik menciut hingga tersisa
perkebunan, yang membawa akibat penu sepertiga dibandingkan masa sebelum krisis.
runan penggunaan tanah dan jumlah Bidang usaha pertenunan, kerajinan logam,
penyerapan tenaga kerja, berdampak bagi dan penyamakan menghadapi keadaan yang
pendapatan masyarakat yang terkait di serupa. Akan tetapi, usaha anyaman bambu
dalamnya, baik secara langsung maupun dan rajutan bergeliat mengem bangkan
tidak langsung, berupa kehilangan atau sayapnya. Masyarakat Yogyakarta
pengurangan pendapatan. Sebelumnya menyikapi kebuntuan itu dengan merambah
pendapatan masyarakat yang berkisar ke usaha-usaha kerajinan dan pembuatan

11 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
lainnya. Banyak usaha kerajinan baru yang pengawas 42%. Amandemen Blaine dari
timbul, seperti cerutu, sigaret, dan Kongres Amerika Serikat pada tahun 1929
pembuatan sabun. Di lapangan pendidikan, dan berlaku tanggal 1 Juni 1932,
kemerosotan itu tidak menghalangi kegiatan mengakibatkan pemulangan kuli secara
belajar-mengajar. Tidak ada sekolah yang besar-besaran ke Pulau Jawa.
ditutup. Perkembangan yang tampak adalah Keadaan kegiatan perekonomian di
pembukaan sekolah-sekolah baru. Sebuah Surabaya pada akhir tahun 1930 adalah
sekolah teknik tingkat menengah membuka bahwa industri logam memberhentikan
pengajaran, yakni Prinses Juliana School 1.073 pekerjanya, dan industri lainnya
yang berbahasa Belanda pada tahun 1929. sebanyak 1.350 pekerja. Banyak pemilik
Kemudian pada tahun 1932 sekolah perusahaan yang mengambil kesempatan
menengah atas berbahasa Belanda memulai pada masa depresi untuk melakukan
kegiatannya. Sebuah pendidikan persiapan penghematan pengeluaran dengan
calon mahasiswa perguruan tinggi dibuka melakukan penggantian pegawai. Para
pada tahun 1937, yakni Hoge Burger School pegawai yang telah lama bekerja dan bergaji
(HBS). Menghadapi kesulitan keuangan tinggi diganti dengan pekerja yang lebih
Kesultanan mengurangi pengeluaran kraton. muda dan mau dibayar lebih rendah. Pada
Kemudian Sultan mengambil alih semua tahun 1931 perusahaan kereta api Hindia
pengelolaan tanah terutama atas lahan yang Belanda di Surabaya juga melakukan
tidak digarap untuk dioptimalkan pemutusan hubungan kerja terhadap
pemanfaatannya guna menunjang sejumlah pegawai dan buruhnya. Tindakan
penyediaan pangan masyarakat. serupa juga terjadi di kantor-kantor
Dampak di Sumatra Timur pemerintah seperti Pegadaian yang
tampaknya lebih mendalam. Kehancuran melakukan pemutusan hubungan kerja untuk
sendi-sendi ekonomi ekspor dari hasil pekerja Indonesia berturut-turut selama 1931
perkebunan seperti teh, karet, kopra, dan hingga 1934. Keseluruhan pekerja yang
tembakau karena kemerosotan harga dan dipecat itu adalah 2.158 orang. Mereka
kelesuan permintaan. Akibatnya adalah memperoleh uang tunggu (wachtgeld)
pengurangan tenaga kuli sebesar 80%, atau sebesar 60 sen gulden. Selain itu, banyak
sejumlah 335.000 pada tahun 1930 dan tenaga terampil dan berpendidikan baik
pengurangan pegawai administrasi dan mencari pekerjaan di bawah tingkatan

12 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
kualitas mereka yang bergaji lebih kecil. menanggulangi akibat krisis ekonomi itu.
Perusahaan rokok penanaman modal asing, Salvation Army dan perkumpulan lainnya
British American Tobacco Co. (BAT), menyediakan bantuan sosial untuk kalangan
menutup pabriknya di Surabaya pada tahun yang memerlukannya. Namun, upaya
1931. Tindakan itu memutuskan hubungan mereka hanya bersifat sementara dan tidak
kerja terhadap 2.000 pekerjanya. Para mampu menjangkau seluruh lapisan
pekerja yang kehilangan pekerjaan itu masyarakat.86
mencari pekerjaan ke bidang pertanian untuk Di daerah luar Pulau Jawa petani
menjadi pemotong padi atau tebu. Di karet sulit untuk berpindah ke tanaman
Bandung dan Semarang banyak pekerja ekspor lainnya. Hal ini disebabkan harga
kasar yang kembali ke kampung halaman ke fluktuatif yang berkaitan dengan produksi.
tengah-tengah keluarga mereka Kampung Petani kopra lebih stabil dengan adanya
halaman dan keluarga menjadi katup kontrak kopra yang menjamin harga dan
penyelamat (savety valve) dalam kesulitan pasokan, walau peran pedagang perantara
ekonomi. Walau belum tentu di tempat asal Cina sangat kuat. Di Minahasa petani kecil
mereka memperoleh pekerjaan, pemenuhan kopra menghabiskan uangnya di sektor
kebutuhan untuk menyambung hidup tidak pendidikan dan membangun rumah. Juga
sulit untuk diperoleh melalui bantuan pranata sosial Mapalus ikut memainkan
keluarga dan kerabat. perannya sebagai katup penyelamat dari
Pemerintah kolonial menanggapi keguncangan sosial dan ekonomi. Selama
pemutusan hubungan kerja di antara depresi perekonomian Minahasa mengalami
masyarakat Indonesia yang berdiam di kemerosotan sehingga petani-petani kecil
perkotaan dan perdesaan Pulau Jawa adalah membutuhkan pekerja-pekerja kontrak yang
dengan menciptakan lapangan pekerjaan murah dan memotong pengeluaran untuk
yang padat karya untuk pekerjaan umum. keperluan yang tidak perlu seperti pembelian
Selain itu, pemerintah mendorong barang mewah dan biaya perjalanan."
pembukaan lahan-lahan tersisa yang tidak Langkah-langkah pemerintah antara lain
digarap untuk dikerjakan dan menggalakkan membentuk koperasi penjualan kopra tahun
transmigrasi. Di samping itu, sejumlah 1926 dan Peraturan Kontrak Kopra tahun
perkumpulan sukarela dalam pekerjaan 1939.
sosial ikut ambil bagian dalam

13 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
Zaman malaise membantu pengepakan untuk semua perkebunan yang
mengungkapkan betapa eratnya jalinan dapat muncul dan menghilang sejalan
hubungan kepentingan perkebunan dengan dengan waktu.
kepentingan pemerintah. Di waktu Industri minyak bumi untuk ekspor
kemerosotan di pasar dunia untuk hampir hanya sedikit terganggu oleh malaise.
semua hasil pertanian menghadapi krisis, Industri yang padat modal dalam proses
pemerintah Hindia Belanda tidak hanya eksploitasinya itu baik dalam penemuan
mengalami penyusutan pendapatan yang sumber pengeboran, penyulingan dan
mengkhawatirkan, tetapi juga menghadapi penyebarannya, dikuasai oleh modal raksasa
kelompok usahawan pertanian yang dahulu asing dan pemerintah. Namun, kendala
serta angkuh, mengetuk pintunya untuk keuangan akibat krisis 1930-an memaksa
memohon bantuan. Dalam keadaan pemberlakuan pengurangan tenaga kerja
demikian, pemerintah mengambil tindakan Menjelang tahun 1933 tidak lebih dari 3.300
tambal sulam apa saja yang kelihatan pekerja seluruhnya di pengeboran BPM
berguna, menyetujui pemberhentian kaum Sumatra Utara.
pekerja serta pengurangan upah dan gaji Pusat produksi kedua di Pulau
walaupun ini berarti pelanggaran kontrak, Sumatra adalah di Palembang. Sejak tahun
serta membantu pengusaha perkebunan 1905 ladang minyak Muara Enim dan Musi
mengadakan perjanjian yang murah serta Hilir mulai menyalurkan hasilnya.
kesepakatan dengan pemilik lahan Kemudian sebuah kilang berdiri di Plaju.
masyarakat Indonesia berkenaan dengan Pada tahun 1920-an proses perluasan
lahan yang dikontrak, yang tidak diinginkan meningkat di Palembang sebagai akibat
lagi. Padahal di masa jayanya perkebunan- kelimpahan minyak mentah pengeboran
perkebunan ikut menciptakan kesempatan NIAM dari Jambi dan pendirian kilang
kerja, bahkan untuk jenis-jenis pekerjaan di Standard Oil di Sungai Gerong. Kelimpahan
luar pertanian untuk masyarakat pribumi, itu mendorong peningkatan jumlah tenaga
seperti pekerjaan tukang pedati untuk kerja di ketiga perusahaan perminyakan itu,
perkebunan-perkebunan gula, pembangun tetapi keadaan itu berubah pada saat masa
gudang untuk perkebunan tembakau, depresi. Masyarakat Kutai di Kalimantan
pembuka lahan untuk perkebunan di daerah mengalami kelimpahan sejak Koninklijke
berbukit serta leveransir bahan-bahan dan Shell bergabung untuk menggarap

14 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
ladang minyak di delta Mahakam dan Balikpapan. Tarakan juga terimbas hebat
sekitarnya. Juga Balikpapan muncul sebagai oleh depresi, tetapi segera diatasi dengan
kota minyak yang makmur dan menjadi meningkatkan produksi untuk menjamin
pusat industri yang dikuasai oleh BPM. pemasokan. Walau menjadi tempat
Kemajuan di kota ini melampaui penemuan awal, Pulau Jawa tidak pernah
perkembangan Samarinda dan Banjarmasin. menjadi pusat produksi yang besar seperti di
Sebelum tahun 1920 ada pabrik asam sulfur Sumatra dan Kalimantan. Produksi minyak
Edeleanu, pabrik minyak pelumas dan ada di Cepu yang dikelola oleh BPM, di
parafin, dan pabrik lilin, yang kemudian Wonokromo juga oleh BPM dan Kapuan
pindah ke Shanghai. Menjelang tahun 1929 oleh Colonial Petroleum. Pengeboran Cepu
serapan tenaga kerjanya mencapai 9.300 menyerap 5.000 tenaga kerja. Namun,
pekerja di pengilangan dan 8.400 di ladang perusahaan ini terimbas juga oleh depresi.
minyak. Namun, kembali depresi Kebijakan perusahaan yang bersifat segera
mengharuskan pengurangan tenaga kerja adalah pengurangan tenaga kerja.
hingga setengahnya pada tahun 1937. Depresi ekonomi dunia pada dekade
Tarakan berlokasi sekitar 500 1930an membuat per ekonomian Hindia
kilometer di sebelah utara Balikpapan. Belanda semakin merosot. Antara Oktober
Daerah ini didiami setelah penemuan 1932 sampai Februari 1933, ribuan rapat-
cadangan yang besar, berupa lapisan aspal rapat protes diorgani sir di seluruh Jawa dan
yang cocok untuk digunakan sebagai bahan Sumatera, bukan saja oleh golongan non-
bakar cair. Pulau ini digarap sepenuhnya kooperatif sekuler tetapi juga oleh hampir
oleh BPM dan hasilnya mulai memuncak setiap organisasi yang ada di Hindia.
tahun 1908, mencapai 1 juta ton sasaran Luasnya berbagai protes dan kenyataan
tahunan pada tahun 1924. mentah Tarakan bahwa berbagai aksi protes itu akan
dikirim langsung dengan kapal yang melahirkan suatu ancaman potensial yang
berlabuh di pelabuhan alam Lingkas, di sangat besar merupakan tanda bahaya bagi
tempat ini berdiam sekitar 12.000 orang pe merintah kolonial. Pemerintah takut jika
yang sebelumnya merupakan daerah tidak partai-partai politik radikal seperti Partindo,
berpenghuni. Kapal-kapal yang datang PNI Baroe, dan PSII (Partai Sarekat Islam
berasal dari Jepang, Singapura, dan Hong Indonesia) akan memperoleh pengaruh yang
Kong. Sebagian hasil itu juga diolah di tidak bisa dibendung dan memanfaatkan hal

15 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
tersebut untuk menggalang kekuatan Bahkan terjadi penel oleh anggota secara
melawan pemerintah kolonial. Untuk itu, besar-besaran hingga lebih dari 50 per
pada De sember 1932 Jaksa Agung anggota. Hal ini terjadi tidak hanya akibat
mengambil langkah untuk meng akhiri dari kebijakan p gaji pegawai negeri tetapi
berbagai protes yang terjadi dengan juga banyak pemegang polis yang pekerjaan.
melarang pawai pawai atau pertemuan Sementara harga harga kebutuhan pokok
terbuka yang dilakukan oleh organisasi terus naik.
organisasi radikal yang berusaha menentang Akibat depresi ekonomi OL Mij
pemerintah." Bumi Putera mengalami kerugian sebesar f
Sebagai dampak depresi ekonomi, 57.139,65 tahun 1931. Sekalipun masih
banyak perusahaan Belanda gulung tikar. mampu bertahan, namun periode ini menjadi
Saat itu yang paling menderita adala ujian yang sangat berat bagi OL Mij Bumi
Madura. Kerugian menimpa pabrik pabrik Putera. Beruntung pimpinan perusahaan
gula yang menj pendapatan pemerintah telah menerapkan kehati hatian dalam
Hindia Belanda hingga dampak terasa pengelolaan keuangan perusahaan dengan
sampai tahun 1936. disiplin tinggi sehingga dampak depresi
Kelompok masyarakat yang paling ekonomi dapat diatasi dengan baik.
terkena dampa ekonomi adalah kelompok
klas menengah seperti pega dan KESIMPULAN
cendekiawan. Mereka mengalami penurunan Depresi ekonomi dunia ini dapat
stan dibanding masa masa sebelumnya. diketahui mulai memasuki dekade 1930-an
Pemerintah banyak pegawai sebagai upaya yang berawal dari pasar Bursa New York,
penghematan. Upaya penghematan Amerika Serikat yang kemudian
memangkas gaji pegawai negeri, anggaran mempengaruhi perekonomian internasional.
untuk kesehatan dan pembangunan Salah satu dampak depresi ekonomi dunia
infrastruktur seperi jalan, saluran perluasan 1930 yaitu, banyak perusahaan Belanda
lahan pertanian. gulung tikar. Saat itu yang paling menderita
Kondisi depresi ekonomi tidak adalah Madura. Kerugian menimpa pabrik
terkecuali mengimbas OL Poetra. Selama pabrik gula yang menj pendapatan
hampir empat tahun bisa dikatakan OL MIJ pemerintah Hindia Belanda hingga dampak
B tidak mengalami kemajuan apapun. terasa sampai tahun 1936.

16 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
Dari beberapa penelitian yang telah terhadap perkebunan tembakau tak sebesar
dilakukan oleh para ahli ilmu ilmu sosial dan yang diberikan kepada kedua perkebunan
sejarawan dapat diketahui bahwa telah itu.
terjadi reinter pretasi dari gambaran historis
tentang depresi yang diketengahkan oleh DAFTAR PUSTAKA
beberapa peneliti dan dianggap sebagai bisa Abdul Wahid, 2009. Bertahan di Tengah
diterima sebagai kebenaran. Dinamika Krisis : Komunitas Tionghoa dan
semacam ini merupakan sesuatu yang Ekonomi Kota Cirebon pada Masa
diharapkan bisa berkembang secara terus Depresi Ekonomi, 1930-1940.
menerus dalam kehidupan akademis di Ombak.
Perguruan Tinggi. Depresi 1930-an Dr. J. Stroombreng, 2018. Hindia Belanda,
mempunyai dampak terhadap segala aspek 1930. Yogyakarta : IRCiSoD.
kehidupan manusia di berbagai bagian dunia R. Z. Leirissa, G. A. Manilet - Ohoella,
meskipun dengan gradasi yang berbeda Yuda B. Tangkilisan, 1996. Sejarah
untuk daerah yang satu dengan daerah yang Perekonomian Indonesia.
lain. Di Hindia Belanda, dampak dari Universitas Michigan: Departemen
kebijaksanaan moneter penguasa di Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Nederland, yang masih bertahan dengan Yuli Kristian, M,Hum, 2019. Politik
menggunakan standard emas. terhadap Ekonomi Belanda Terhadap
berlangsungnya resesi justru lebih hebat Lampung Pada Tahun 1800-1942.
daripada yang seharusnya terjadi. Di dalam Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia
mengatasi pertambahan penduduk, sebagai ( Anggota IKAPI).
akibat dari kem balinya buruh perkebunan di Boediono, 2016. Ekonomi Indonesia dalam
Sumatra Timur dan dari kota, masyarakat Lintasan Sejarah. Bandung: PT
pedesaan di Jawa mempunyai kelenturan Mizan Pustaka.
yang oleh Geertz disebut sebagai shared Abdul Rasyid Asba, 2007. Kopra Makassar:
proverty itu. Dampak depresi pada Perebutan Pusat dan Daerah:
perkebunan tembakau ternyata tak sehebat Kajian SEjarah Ekonomi Politik
seperti yang dialami oleh perusahaan karet Regional di Indonesia. DKI Jakarta :
dan gula. Hal ini disebabkan karena Yayasan Obor Indonesia
dukungan dan perhatian pemerintah kolonial

17 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0
Irvan Rahardjo, 2020. Robohnya Asuransi
Kami: Senjakala AJB Bumiputera
1912–Jalan Terjal Menjaga Warisan
Bangsa. Bogor: PT Penerbit IPB
Press.
Mulki Mulyadi, 2021. Petani dan
Pergerakan Nasional: Keterlibatan
Organisasi Tirtayasa dalam
Peristiwa Batu Ceper 1934.
Guepedia The First On-Publisher In
Indonesia.
Drs. Anwar Kurnia, Drs. H. Moh. Suryana,
2007. Sejarah 2. Ghalia Indonesia.

18 | D e p r s i E k o n o m i D u n i a 1 9 3 0

Anda mungkin juga menyukai