Anda di halaman 1dari 5

MASA PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA

Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus


1811. Perjanjian Tuntang Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles
berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang ditandai
dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian Tuntang dilakukan pada 18 September
1811 yang berisi sebagai berikut:
1. Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di
Kalkuta,India
2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris.
3. Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
4. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
5. Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan
kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas.
Meski keberadaan Inggris tetap menindas rakyat Indonesia.
Atas jasanya merebut Nusantara dari Belanda, Raffles diganjar Gubernur
Jenderal Lord Minto penghargaan dengan menjabat sebagai Letnan Gubernur
Jawa. Ia tinggal dan memerintah dari Buitenzorg (Bogor). Kebijakan di bidang
pemerintahan Raffles menegosiasikan perdamaian dan beberapa operasi
militer kepada sejumlah penguasa lokal yang dianggap menentang Kerajaan
Inggris.
Kebijakan di bidang pemerintahan
Salah satu operasi militer terjadi pada 21 Juni 1812 ketika Raffles
memerintahkan serangan ke Yogyakarta. Ketika itu, Keraton Yogyakarta
merupakan salah satu dari dua kerajaan lokal terkuat yang ada di Pulau
Jawa. Serangan Inggris membuat keraton rusak parah.
Raffles juga memerintahkan ekspedisi militer ke Palembang untuk
menggulingkan pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II dan merebut
Pulau Bangka.
Padahal, Sultan Mahmud Badaruddin II telah membantu Inggris mengusir
Belanda.
Raffles bermaksud menjadikan Bangka sebagai markas tentara Inggris untuk
menahan Belanda pasca-berakhirnya Perang Enam Koalisi untuk
menghancurkan Napoleon.
Pembagian Keresidenan
Di bawah penjajahan Inggris, Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan. Kebijakan
ini diambil agar Inggris lebih mudah dalam mengawasi daerah-daerah di pulau
Jawa.
Setiap residen tersebut dikepalai oleh seorang residen dan asisten residen.
Keenam belas keresidenan yakni:
1. Karesidenan Banten
2. Karesidenan Banyumas
3. Karesidenan Besuki
4. Karesidenan Bogor
5. Karesidenan Cirebon
6. Karesidenan Jakarta
7. Karesidenan Karawang
8. Karesidenan Kediri
9. Karesidenan Kedu
10. Karesidenan Madiun
11. Karesidenan Madura
12. Karesidenan Pati
13. Karesidenan Priangan
14. Karesidenan Rembang
15. Karesidenan Semarang
16. Karesidenan Surakarta
17. Prinsip Kebijakan Raffles

Prinsip Kebijakan Raffles


Selama masa pemerintahannya, Raffles melakukan reformasi massal untuk
mengubah sistem kolonial Pemerintah Hindia Belanda. Ia membuat kebijakan
dengan berpegang pada tiga prinsip yakni:
1. Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti
penanaman bebas oleh rakyat.
2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para
bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial.
3. Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat
penggarap dianggap sebagai penyewa.
Selain meningkatkan kondisi penduduk lokal, dia memperkenalkan sistem
pencatatan bangunan-bangunan kuno yang ada di Jawa.
Kebijakan di bidang ekonomi
Raffles berusaha menjalankan beberapa kebijakan untuk memajukan
perekonomian di Hindia. Tetapi program itu tujuan utamanya untuk
meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial. Beberapa kebijakan yang
dijalankan Raffles yakni :

1. Melaksanakan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang
kemudian meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian
uang.
2. Penghapusan penyerahan wajib hasil bumi.
3. Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
4. Penghapusan sistem monopoli.
5. Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.
Kebijakan land rent yang dicanangkan Raffles tersebut hasil dari
pandangannya mengenai status tanah sebagai faktor produksi
Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya pemilik tanah yang sah.
Oleh karena itu, sudah selayaknya rakyat menjadi penyewa dengan membayar
pajak sewa dari tanah yang diolahnya.
Pajak dipungut perorangan, meski dalam praktiknya per desa. Jumlah
pungutannya disesuaikan dengan jenis dan produktivitas tanah.

 Hasil sawah kelas satu dibebani pajak 50 persen


 Hasil sawah kelas dua dibebani pajak 40 persen
 Hasil sawah kelas tiga dibebani pajak 33 persen
 Hasil tegalan kelas satu dibebani pajak 40 persen
 Hasil tegalan kelas dua dibebani pajak 33 persen
 Hasil tegalan kelas tiga dibebani pajak 25 persen
Beban pajak ini memberatkan rakyat. Yang tak sanggup membayar dengan
uang, membayar dengan beras.

Pajak yang dibayar dengan uang diserahkan kepada kepala desa untuk
kemudian disetorkan ke kantor residen. Sedangkan pajak yang berupa beras
dikirim ke kantor residen setempat oleh yang bersangkutan atas biaya sendiri.
Kebijakan pemungutan pajak ke residen itu untuk mengurangi ulah penguasa
setempat yang sering memotong atau mengurangi penyerahan hasil panen.
Sebab, para pejabat pribumi sudah dialihfungsikan menjadi pegawai
pemerintah yang digaji.

Raffles dicopot
Namun, segala reformasi yang dilakukan Raffles dianggap terlalu mahal bagi
East Indian Company (EIC), kongsi dagang yang mencari untung.
Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan oleh John Fendall. Keputusan
tersebut dilakukan karena Inggris bersiap menyerahkan kembali Jawa ke
Belanda.
Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada 1814
menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa.
Pada 15 Oktober 1817, Raffles mendapat mandat sebagai Gubernur Jenderal
di Bencoolen atau kini disebut Bengkulu.
Saat itu, Bencoolen merupakan koloni yang hasil ekspornya hanyalah lada.
Raffles yang melihat tempat itu acak adut, langsung melakukan reformasi
seperti yang dia perbuat di Jawa, seperti menghapuskan perbudakan.
KELOMPOK 4:
Muhammad Rizqal Aditiya
Alita Eka Naurah
Muh. Ariel Irawan
Sitti Nurul Ainun
Muh. Alfredo Buburanda
Nelawati
Erni

Anda mungkin juga menyukai