Anda di halaman 1dari 51

2022

TEORI ATOM DAN IKATAN PADA MOLEKUL ORGANIK

ADHILLA AYU NUR AINNI (A28227100)


AHMAD ABDUL KHAFIDZ (A28227108)
AMALIA NUR UTAMI (A28227107)
DIAZ ANGGUN PRATIWI (A28227055)
FENY FEBRIANTI (A28227101)
NAILUL AMNA (A28227056)

DOSEN PENGAMPU :
HERY MUHAMMAD ANSORY, S.Pd., M.Sc.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
telah mengizinkan penulis untuk menyelesaikan naskah buku ini yang berjudul
TEORI ATOM DAN IKATAN KIMIA PADA MOLEKUL ORGANIK. Hal-hal
yang berhubungan pokok bahasan mengenai perbedaan unsur, senyawa dan
campuran, rumus kimia dan persamaan kimia, serta menjelaskan jenis-jenis reaksi
kimia.

Pada buku TEORI ATOM DAN IKATAN KIMIA PADA MOLEKUL


ORGANIK ini terdiri dari 2 Bab bahasan yang menyajika materi tentang seputar
teori atom dan macam-macam jenis ikatannya. Ilmu kimia dan kedudukan ilmu
kimia sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam, tabel periodic, atom, molekul
dan ion yang tersebar di sekitar lingkungan.

Semoga buku ini bermanfaat bagi kebanyakan orang terutama bagi


mahasiswa untuk bisa lebih memahami tentang mikroorganisme. Terimakasih
penulis ucapkan kepada semua kepada semua pihak yang terlibat dalam
membantu penulis untuk menyelesaikan buku ini. Akhir kata, saran dan kritik
sangat diharapkan oleh penulis dalam kesempurnaan penyusunan buku ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini mungkin masih terdapat
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna untuk perbaikan kualitas buku ini agar kedepannya lebih
baik lagi.

Surakarta, 10 November 2022

Penulis
BAB I
STRUKTUR ATOM DAN MOLEKUL

A. Pendahuluan
Atom merupakan partikel penyusun semua benda yang berukuran
sangat kecil. Di dalam atom juga terdapat subatom, yaitu partikel
penyusun atom yang ukurannya lebih kecil. Sulit untuk dibayangkan
seberapa kecil atom ini, setiap atom memiliki inti atom yang terdiri
dari proton dan neutron, serta elektron yang bergerak cepat disekitar
inti. Elektron-elektron ini terdapat pada tingkatan energi yang berbeda-
beda, yang biasa disebut kulit atom, tiap kulit atom memiliki jumlah
batas untuk elektron, apabila elektron di kulit pertama sudah
memenuhi kulit kedua dan seterusnya.
Istilah atom berasal dari kata Yunani tomos yang berarti tidak
dapat dipotong atau pun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Konsep atom sebagai komponen yang tidak dapat dibagi-bagi lagi dari
pertama kali diajukan oleh para Filsafat India dan Yunani. Pada abad
ke-17 dan ke-18, para ilmuan kimia meletakkan dasar-dasar pemikiran
ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi
lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, para ilmuan fisika berhasil menemukan
struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom, yang
membuktikan bahwa atom tidaklah dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-
prinsip mekanika kuantum yang tidak dapat digunakan para ilmuan
fisika kemudian berhasil memodelkan atom.
Istilah atom pertama kali digunakan oleh ilmuan kimia asal Inggris
bernama John Dalton (1766-1844), ketika itu Ia mengajukan teori
atomnya pada tahun 1807. Dalton menyatakan bahwa semua unsur
kimia tersebut tersusun dari partikel-partikel yang sangat kecil, yang
disebut atom, yang tidak bisa pecah saat zat-zat kimianya direaksikan.
Satu lagi pendapatnya yaitu semua reaksi kimia merupakan akibat
saling bergabungnya atau terpisahnya atom-atom. Teori atom Dalton
menjadi dasar untuk ilmu pengetahuan modern.
Berdasarkan penjelasan diatas, elektron, neutron dan proton
merupakan bagian terkecil dari atom, namun para ilmuan modern
berpendapat bahwa proton dan neutron tersusun atas partikel-partikel
yang lebih kecil lagi yang disebutkan oleh Kuark.
B. Struktur Atom
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti
atom beserta awan elektron bermuatan negative yang mengelilinginya.
Inti atom mengandung campuran proton yang bermuatan positif dan
neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hydrogen-1 yang tidak
memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada
inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom
dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom
yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat
netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang
berbeda bersifat positif atau negative dan merupakan ion. Atom
dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom
tersebut. Jumlah proton pada atom dan neutron pada inti atom tersebut,
dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep
atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali
diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18,
para ilmuan kimia meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan
menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh
lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, para ilmuan fisika berhasil menemukan struktur dan
komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa
atom tidaklah dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang digunakan para ilmuan fisika kemudian berhasil
memodelkan atom.
Relative terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek
yang sangat kecil dengan massa yang sama kecilnya pula. Atom hanya
dapat dipantau menggunakan peralatan khusus sperti mikroskop
penerowongan payaran. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada
inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama.
Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak
stabil yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron
pada inti. Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras
energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di
antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton
yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom
menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi sifat-
sifat mangnetis atom tersebut.
Atom terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron
berada di dalam inti atom. Sedangkan elektron terus bergerak
memutari mengelilingi inti atom karena muatan listriknya. Semua
elektron bermuatan negative (-) dan semua proton bermuatan (+).
Sementara itu, neutron bermuatan netral. Elektron yang bermuatan
negative (-) ditarik oleh proton yang bermuatan positif (+) pada inti
atom.
C. Model Atom
Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat
bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada saat tertentu
akan didapat bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian seperti ini
oleh Democritus disebut atom. Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani
“a” yang artinya tidak, sedangkan tomos yang artinya dibagi. Jadi,
atom artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Pengertian ini kemudian
disempurnakan menjadi, atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur
yang tidak dapat dibelah lagi namun masih memiliki sifat kimia dan
sifat fisika benda asalnya.
Atom dilambangkan dengan ZXA, dimana A = nomor massa
(menunjukkan massa atom, merupakan jumlah proton dan neutron), Z
= nomor atom (menunjukkan jumlah eketron atau proton). Proton
bermuatan positif, neutron tidak bermuatan (netral), dan elektron
bermuatan negatif. Massa proton = massa neutron = 1.800 kali massa
elektron. Atom-atom yang memiliki nomor atom sama dan nomor
massa berbeda disebut isotop, atom-atom yang memiliki nomor massa
sama dan nomor atom berbeda dinamakan isobar, atom-atom yang
memiliki jumlah neutron yang sama dinamakan isoton. Macam-macam
model atom terbagi sebagai berikut.
1. Model Atom John Dalton
Pada tahun 1808, John Dalton yang merupakan seorang guru di
Inggris, melakukan perenungan tentang atom. Hasil perenungan
Dalton menyempurnakan teori atom Democritus. Bayangan Dalton
dan Democritus adalah bahwa atom berbentuk pejal. Dalam
renungannya Dalton mengemukakan bahwa postulatnya tentang
atom :
a. Setiap unsur terdiri dari pratikel yang sangat kecil yang
dinamakan dengan atom.
b. Atom dari unsur yang sama memiliki sifat yang sama.
c. Atom dari unsur berbeda memiliki sifat yang berbeda pula.
d. Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom
unsur lain dengan reaksi kimia, atom tidak dapat
dimusnahkan dan atom juga tidak dapat dihancurkan.
e. Atom-atom dapat bergabung membentuk gabungan atom
yang disebut molekul.
f. Dalam senyawa, perbandingan massa masing-masing unsur
adalah tetap.
Teori atom Dalton mulai membangkitkan minat terhadap
penelitian mengenai model atom. Namun, teori atom Dalton
memiliki kekurangan, yaitu tidak menerangkan suatu larutan dapat
menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin bola pejal dapat
menghantarkan arus listrik padahal listrik adalah elektron yang
bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus
listrik, dibawah ini merupakan model atom John Dalton.

Gambar 1.1 Model atom John Dalton


2. Model Atom J.J. Thomson.
a. Kelemahan model atom Thomson
Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susuna muatan
positif dan negative dalam bola atom tersebut. Gambar model
atom J.J. Thomson dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.2 Model atom J.J. Thomson


3. Model Atom Rutherford.
Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar ᾳ pada
lempeng emas. Hasil pengamatan tersebut dikembangakan dalam
hipotesis model atom Rutherford, sebagian besar dari atom
merupakan permukaan kosong, atom memiliki atom bermuatan
positif yang merupakan pusat massa atom, dan elektron bergerak
mengelilingi inti dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sebagian
besar partikel ᾳ lewat tanpa mengalami pembelokan/hambatan.
Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan.
Kelemahan atom Rutherford adalah menurut hukum fisika klasik,
elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan energi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-
kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya
menempel pada inti dan model atom Rutherford ini belum mampu
menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya terhadap inti
atom, elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga
energi atom menjado tidak stabil serta tidak dapat menjelaskan
spektrum garis pada atom hydrogen (H). berikut adalah model
atom Rutherford.

Gambar 1.3. Model atom Rutherford


4. Model Atom Niels Bohr

Gambar 1.4. Model atom Niels Bohr


Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya
bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan-
lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Model atom Bohr
merupakan penyempurnaan dari model atom Rutherford.
Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr
dengan postulat Bohr :
a. Elektron-elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan
dan energi tertentu.
b. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron
akan menyerap energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar
dan akan membebaskan energi jika berpindah ke orbit yang
lebih dalam.
Kelebihan model atom Bohr, atom terdiri dari beberapa kulit
untuk tempat berpindahnya elektron. Kelemahan model atom
Bohr :
a. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack.
b. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan
kimia dengan baik, pengaruh medan magnet terhadap atom-
atom, dan spektrum atom yang berelektron lebih banyak.
5. Model Atom Modern
Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut
mekanika gelombang; diprakarsai oleh 3 ahli :
a. Louis Victor de Broglie, menyatakan bahwa materi
mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai
gelombang.
b. Werner Heisenberg, mengemukakan prinsip ketidakpastian
untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan gelombang.
Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya
dapat ditentukan dengan kemungkinan-kemungkinan saja.
c. Erwin Schrodinger (menyempurnakan model atom Bohr),
berhasil Menyusun persamaan gelombang untuk elektron
dengan menggunakan prinsip mekanika gelombang. Elektron-
elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital
yaitu 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi
tertentu dapat ditemukan dengan kemungkinan terbesar.
D. Percobaan mengenal struktur Atom
1. Elektron
Joseph John (JJ) Thomsom lahir di Inggris dan belajar di
Cambridge University, dimana ia kemudian menjadi professor. Pada
tahun 1906, ia memenangkan Hadiah Nobel dalam fisika untuk
penelitiannya tentang bagaimana gas listrik. Penelitian ini juga
menyebabkan penemuan electron.

Sejarah Penemuan Elektron


Dalam penelitiannya, Thomson melewatkan arus melalui tabung
sinar katoda, sebuah tabung sinar katoda adalah tabung gelas yang
hampir semua udara telah dihilangkan. Ini berisi sepotong logam
disebut elektroda bermuatan negative dan dikenal sebagai katoda.
Elektroda lainnya bermuatan positif dan dikenal sebagai anoda. Ketika
tegangan tinggi arus listrik diterapkan pada ujung play, sinar katoda
perjalanan dari katoda ke anoda.
Elektron adalah partikel penyusun atom yang bermuatan negative.
Penemuan elektron bermula dengan ditemukannya tabung sinar
katoda. Tabung sinar katoda terbuat dari dua kawat yang diberi
potensial listrik yang cukup besar dalam tabung kaca sehingga terjadi
pembendaharaan cahaya. JJ Thomson meneliti lebih lanjut tentang
sinar katoda merupakan partikel, sebab dapat memutar beling-baling
yang diletakkan diantara katoda dan anoda. Dari hasil percobaan
tersebut JJ Thomson menyatakan bahwa sinar katoda merupakan
partikel penyusun atom yang bermuatan negative yang disebut dengan
elektron.

Gambar 1.5. Pembelokan sinar katoda oleh medan listrik

Tabung sinar katoda dengan medan listrik tegak lurus dengan arah sinar
katode dan medan magnetic luar. Lambing U dan S menandakan kutub
utara dan selatan magnet. Sinar katoda yang menumbuk ujung tabung di A
dengan adanya medan listrik, di C adanya medan listrik dan di B dimana
tidak ada medan luar atau ketika pengaruh medan listrik dan medan
magnetic saling menghilangkan.
Pada tahun 1897, Thomson mengamati pelat katoda dan pelat anoda
dalam tabung hampa udara yang dialiri listrik tegangan tinggi.
Thomson menemukan bahwa pelat katoda (elektroda negative)
memancarkan sinar yang bergerak menurut garis lurus menuju pelat anoda
(elektroda positif). Selain bergerak lurus, sinar katoda juga memiliki sifat
yang unik, yaitu dapat dibelokkan oleh medan listrik menuju kutub positif.
Percobaan ini menunjukkan bahwa sinar dari pelat katoda merupakan
partikel penyusun atom bermuatan negative yang disebut electron.

Thomson juga mengukur massa partikel yang telah diidentifikasi. Dia


melakukan ini dengan menentukan berapa banyak sinar katoda yang
membelok ketika ia memberi variasi tegangan. Ia menemukan bahwa
massa partikel adalah 2000 kali lebih kecil dari massa atom terkecil, yakni
atom hidrogen. Singkatnya, Thomson telah menemukan keberadaan
partikel yang lebih kecil dari atom. Ini membantah klaim Dalton bahwa
atom adalah partikel terkecil dari materi. Dari penemuan tersebut,
Thomson juga menyimpulkan bahwa electron adalah partikel dasar dalam
atom. Massa electron = 9,11 x g.
Gambar 1.6. Pembelokan sinar katode dari medan listrik

Besarnya muatan atom dalam elektron ditemukan oleh Robet Andrew


Milikan melalui percobaan tetes minyak Milikan. Akibat gaya Tarik grafitasi
akan mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi
muatan negative maka akan tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil
percobaan Milikan dan Thomson diperoleh muatan elektron -1 dan massa
elektron 0.

Gambar 1.7. Diagram percobaan tetes minyak Milikan


Teori Roti Kismis

Gambar 1.8. Teori Kismis

Menurut Thomson, atom berbentuk bukat dimana muatan listrik


positif yang tersebar merata dalam atom dinetralkan oleh elektron-elektron
yang berada diantara muatan positif. Elektro-elektron dalam atom
diumpamakan seperti butiran kismis dalam roti, maka teori Atom
Thomson juga sering dikenal dengan Teori Roti Kismis.

2. Proton
Penemu Proton untuk pertama kalinya adalah seorang Fisikawan asal
Jerman. Nama penemu proton ini adalah Eugen Goldstein, dan ia lahir
pada tanggal 5 September tahun 1850 di kota Gleiwitz (Gliwice,
Polandia). Ia adalah penemu dari sinar anode dan juga disebut sebagai
penemu proton. Ia belajar di Bresiau dan nantinya di Helmholtz, di Berlin.
Goldstein bekerja di Observatorium Berlin dari tahun 1878-1890, tetapi
kebanyakan menghabiskan kariernya di Observatorium Potsdam, dimana
ia menjadi ketua dibagian astrofisika pada tahun 1927. Ia meninggal pada
tahun 1930 dan dikubur di Pemakaman Weibensee, Berlin.

Sejarah Penemuan Proton


Pada tahun 1886, Eugen Goldstein memodifikasi tabung sinar katode
dengan melubangi lempeng katodanya dan gas yang berada
dibelakang katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan
adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada
lempeng katode. Sinar ini disebut sinar anode atau sinar positif.
Sifat-sifat dari Sinar Anode
a. Merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-
baling.
b. Dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negative, jadi
merupakan radiasi bermuatan positif.
c. Partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Partikel terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Partikel ini
kemudian disebut dengan proton.
Massa dan Muatan dari Proton
Massa 1 proton = 1 sma = 1,66 x gram
Muatan 1 proton = 1,6 x C

Gambar 1.9. Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel positif


Ternyata pada saat terbentuk elektron yang menuju anoda terbentuk
pula jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai
massa. Namun pada kenyataan nya partikel materi mempunyai
massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom netral. Eugene
Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang
memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan
listrik. Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat
terbentuk elektron yang menuju anode, terbentuk pula sinar positif
yang menuju arah berlawanan melalui lubang pada katode. Setelah
berbagai gas dicoba dalam tabunh ini, ternyata gas hidrogenlah yang
menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa
maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut proton. Massa
proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1
Pada tahun 1910, Ernest Rytherford Bersama dua orang asistennya, yaitu
Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk
mengetahui kedudukan partikel-partikel didalam atom. Percobaan mereka
dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng tipis emas.

Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa:


 Partikel yang ditambahkan pada lempeng logam emas yang tipis
sebagaian besar diteruskan dan ada sebagian kecil yang
dibelokkan dan
bahkan ada juga beberapa diantaranya yang dipantulkan.
 Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson.
Partikel yang terpantul tersebut diperkirakan telah menabrak
sesuatu yang padat didalam atom. Dengan demikian atom tersebut
tidak bersifat homogen
seperti digambarkan oleh Thomson.
 Menurut pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa satu
diantara 20.000 partikel akan membelok dengan sudut bahkan
lebih.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan
antara lain :
 Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua
partikel
diteruskan. Berarti Sebagian besar volume atom merupakan ruang
kosong.
 Partikel yang mengalami pembelokkan ialah partikel yang
mendekati inti
atom. Hal tersebut disebabkan keduanya bermuatan positif.
 Partikel yang dipantulkan ialah partikel yang tepat menabrak inti
atom.
 Jumlah proton dalam int = jumlah electron yang mengelilingi inti
atom bersifat netral.
 Jari- jari atom kira-kira cm
 Jari-jari inti kira-kira cm
 Rutherford juga menduga bahwa didalam inti atom terdapat
partikel netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel
positif agar tidak saling menolak.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut,
Rutherford mengusulkan model atomnya yang menyatakan bahwa
atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif
yang dikelilingi oleh electron yang bermuatan negative.
3. Inti Atom
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan
penelitian penembakan lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel
yang bermuatan positif dan negative maka sinar menembus lempeng
sehingga muncullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh
Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan konsep inti atom
didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rotgen (1895) dan penemuan
zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai
berikut. Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan
hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif
dan dikelilingi elektron yang bermuatan negative, sehingga atom bersifat
netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang ada
dalam inti atom, sehingga dapat diprediksi bahwa ada partikel lain dalam
inti atom.
Gambar 1.10. Percobaan Rutherford, hamburan sinar alpha oleh lempeng tipis
Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa
atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi electron yang
bermuatan negative, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak
seimbang dengan massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapat
diprediksi bahwa ada partikel lain dalam inti atom.
4. Neutron
Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker melakukan
eksperimen penembakan partikel alpha pada inti atom Berilium (Be). Ternyata
dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi.
Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick. Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak
bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton. Partikel ini disebut
neutron dan dilambangkan dengan 01n.
James Chadwick seorang fisikawan Inggris dianugerahi Penghargaan
Nobel dalam fisika tahun 1935 untuk “penemuan neutron”.
Dia adalah kepala dari tim Inggris yang bekerja di Proyek Manhattan
selama Perang Dunia II. Dia mendapat gelar kebangsawanan di Inggris pada
tahun 1945 untuk prestasi dalam fisika.
Setelah Perang Dunia I, bergabung dengan Ernest Rutherford di
Cambridge. la memakai hamburan partikel sinar alfa untuk membuktikan bahwa
nomor atom suatu unsur kimia sama dengan muatan nuklir. la dan Rutherford
mengajukan usul yang menyatakan bahwa dalam inti terdapat partikel tak
bermuatan, namun mereka belum bisa mendeteksi pertikel itu secara
eksperimental samapi 1932. Pada tahun tersebut, Chadwick berhasil
memperlihatkan keberadaan neutron.
Sejarah penemuan Neutron
Neutron merupakan partikel atom yang tidak bermuatan atau netral
ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Percobaan Rutherford
yang berhasil menemukan proton dan inti atom masih menyimpan
misteri.
Jika atom tersusun atas proton dan electron, jumlah massa proton dan
electron seharusnya sama dengan massa atom. Namun, faktanya saat ini
justru memberikan informasi bahwa jumlah massa proton dan electron
lebih kecil dari massa atom.

Para ilmuan menduga dalam inti atom masih terdapat partikel dengan
muatan lainnya yaitu netral dan beratnya merupakan selisih antara massa
atom dan jumlah massa proton dan electron. Dan 20 tahun kemudian,
misteri itu akhrnya terpecahkan oleh seorang ilmuan Inggris yang
berhasil menemukan partikel neutron pada tahun 1932.

Percobaan tersebut dilakukan dengan cara menembakkan sinar alfa


bermuatan negative ke logam Berilium. Percobaan ini mendeteksi adanya
partikel tidak bermuatan yang disebut neutron. Masa dari neutron itu
sendiri adalah 1,67 x gram.
Gambar 1.11 percobaan partikel tidak bermuatan

E. Dasar Kuantum dan Model Atom Bohr


Secara linguistik, kuantum (jamak quanta), berasal dari bahasa

Latin, “quantus” yang berarti berapa banyak, atau ukuran banyak

sesuatu, yang juga menjadi asal kata kuantitas (quantity), memiliki arti

lebih-kurang sama dengan "qadarun" dalam bahasa Arab, yang berarti

kadar atau ukuran tertentu.

Secara terminology, kuantum [jamak: quantal dalam fisika,


mengandung arti kantong, kadut, paket, atau bungkusan. Berdasarkan
pada Teori Kuantum (Quantum Theory, QT, QUT) fisika, tenaga atau
energi hadir dalam satuan terpisah atau unit diskrit, sebagai paket
energi yang disebut kuantum. Sebagai missal, kuantum dari tenaga
cahaya atau energi radiasi elektromagnetik, dinamakan foton (photon).
sedangkan dalam konteks tertentu, kuantum dari energi nuklir,
dinamakan meson.
Teori Kuantum bermula di 1900 ketika fisikawan Jerman, Max
Karl Erns Ludwig Planck (1858-1947), menjelaskan fenomena badan
hitam (black body radiation, BBE, BABOR), bahwa energi tak
dipancarkan secara rata dan sinambung, tapi terputus-putus dalam paket-
paket dengan jeda tertentu, yang disebutkan kuantum, sehingga disebut
Teori Kuantu Planck (Planck Quantum Theory, PQT, PLAQUT), dimana
kuantitas energi sebanding dengan suatu konstanta dan sebanding dengan
frekuensi radiasi atau berbanding terbalik dengan periode waktu radiasi,
yang dapat dinyatakan secara matematika dalam formula fisika. pancaran

E=h.f=h/T

Keterangan:
E: kuantitas energi radiasi, dalam unit Joule (1), 5 dimensi
h: konstanta Planck = 6,625.196 x Joule/second (J/s) 6 dimensi
f: frekuensi radiasi, dalam unit Hertz (Hz) atau siklus per sekon
(cps), 1 dimensi.
T: perioda waktu radiasi, dalam unit second (s), 1 dimensi

F. Macam – Macam model Atom Bohr


1. Model Atom Bohr I
Niels Bohr menyempurnakan Teori Rutherford yang telah ada
sebelumnya. Kelemahan teori Rutherford yaitu : tidak mampu untuk
menerangkan mengapa electron tidak jatuh ke inti atom sebagai akibat
gaya elektrostatik inti terhadap partikel.
Berdasarkan asas fisika klasik, elektoron sebagai partikel
bermuatan bila mengitari inti yang muatannya berlawanan,
lintasannya akan berbentuk spiral sehingga akhirnya jatuh ke inti.
2. Model atom Bohr II
Pada tahun 1913, Niels Henrik David Bohr melalui percobaannya
tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan electron dalam menempati daerah
disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan
gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari
Planck.
3. Model atom Bohr
a. Model atom bohr mengemukakan bahwa atom terdiri dari inti atom
berukuran sangat kecil dan bermuatan positif di kelilingi oleh electron,
yang mempunyai orbit (kulit atom).

Gambar 1.13 Model atom Bohr III

 Huruf K, L, M dst menyatakan lintasan atau orbit electron pada setiap


tingkat.
 Tingkat 1 (n=1) disebut orbit K, n=2 disebut orbit L, dst
 Tiap tingkatan energi akan diisi oleh sejumlah electron tertentu
 Jumlah electron maksimal setiap tingkat energi adalah Misalnya: pada
tingkat energi 1. jumlah electron maksimalnya adalah 2 x 2, dst

b. Electron hanya boleh berada pada lintasan-lintasan tertentu yang


diperbolehkan (lintasan yang ada), dan tidak boleh berada diantara dua
lintasan.
c. Electron bisa berpindah dari suatu orbit lainnya. Apabila electron
berpindah dari kulit luar ke kulit yang lebih dalam, akan dibebaskan energi
dan sebaliknya akan menyerap energi.

Jika suatu atom dipanaskan atau disinari, electron akan menyerap energi
dalam bentuk foton cahaya yang sesuai sehingga berpindah ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Keadaan itu disebut keadaan tereksitasi.

Kelemahan teori atom Bohr


 Melanggar asas-asas ketidakpastian Heisenberg karena
electron mempunyai jari-jari dan lintasan yang
mengandung satu electron
 Model atom Niels Bohr hanya dapat menerangkan
spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu
electron
 Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman (tambahan garis-
garis spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakkan
dalam bidang magnet).
G. Model Atom Mekanika Kuantum
1.Dualisme Partikel.
Dalam fisika dan kimia, dualitas gelombang-partikel
menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan sifat gelombang
dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum, dualitas
menyatakan kekurangan konsep konvensional seperti "partikel" dan
"gelombang" untuk menjelaskan perilaku objek kuantum. Ide awal
dualitas berakar pada perdebatan tentang sifat cahaya dan benda sejak
1600-an, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan oleh
Christiaan Huygens dan Isaac Newton. Melalui hasil kerja Albert
Einstein, Louis de Broglie dan lainnya, sekarang ini diterima bahwa
seluruh objek memiliki sifat gelombang dan partikel (meskipun
fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom).

2. Prinsip Ketidakpastian
Adalah werner Heisenberg fisikawan asal jerman (1901- 1976)
yang mengajukan ide ini.selain dari teori ketidakpastian ini,
Heisenberg juga berjasa banyak bagi perkembangan teori kuantum.
Misalnya,disertai doctornya mengenai mekanika gelombang yang
diselesaikannya dalam usia 25 tahun. Heisenberg berhasil merumuskan
persamaan lain mekanika gelombang,sebuah persamaan baru
menggunakan matriks.Pada kemudian hari teorinya ini disebut
mekanika matriks Berkat jasanya dalam perkembangan Teori Kuantum
dan Teori Fisika lainnya,werner Heisenberg dianugrahkan hadiah
Nobel Fisika tahun 1932. Pada 1927, Heisenberg mengumumkan Teori
Ketidakpatian. Isinya adalah sebagai berikut:Ketika melakukan
pengamatan terhadap posisi atau kecepatan suatu objek, mustahil
untuk mengukurnya secara akurat. Ketidakpastian selalu akan muncul
dalam pengamatan dan pengukuran dan hasilnya tidak pernah melebihi
seperempat konstanta Planck Heisenberg’s Uncertainty Principle
(1927).
4. Model Atom Mekanika Kuantum
Sebelumnya kita sudah membalas tentang dualism gelombang-
partikel yang menyatakan bahwa sebuah objek dapat berperilaku baik
sebagai gelombang maupun partikel. Dalam skala atomik, electron
dapat kita tinjau sebagai gejala gelombang yang tidak memiliki posisi
tertentu di dalam ruang. Posisi sebuah electron diwakili oleh
kebolehjadian atau peluang terbesar ditemukannya electron di dalam
ruang. Demi mendapatkan penjelasan yang dilengkap dan umum dari
struktur atom, prinsip dualism gelombang partikel digunakan. Disini
gerak electron digambar sebagai gejala gelombang. Persamaan
dinamika Newton yang sedianya digunkan untuk menjelaskan gerak
electron digantikan oleh persamaan Schrodinger yang menyatakan
fungsi gelombang untuk electron. Model atom yang didasarkan pada
prinsip ini disebut model atom mekanika kuantum.

Persamaan Schrodinger untuk electron di dalam atom dapat


memberikan solusi yang dapat diterima apabila ditetapkan bilangan
bulat untuk tiga parameter yang berbeda yang menghasilkan tiga
bilangan kuantum. Ketiga bilangan kuantum ini adalah bilangan
kuantum utama,orbital,dan magnetik. Jadi, gambaran electron di dalam
atom diwakili oleh seperangkat bilangan kuantum ini.

Bunyi Postulat Teori Atom Bohr.

Teori atom Bohr kiranya dapat dijelaskan seperti berikut:

1) Elektron mengitari inti atom dalam orbit-orbit tertentu yang


berbentuk lingkaran. Orbit-orbit ini sering disebut sebagai kulit-
kulit elektron yang dinyatakan dengan notasi K, L, M, N... dst yang
secara berututan sesuai dengan n = 1, 2, 3, 4... dst.

2) Elektron dalam tiap orbit mempunyai energi tertentu yang


makin tinggi dengan makin besarnya lingkaran orbit atau makin
besarnya harga n. Energi ini bersifat terkuantisasi dan harga-harga
yang diijinkan dinyatakan oleh harga momentum sudut elektron
yang terkuantisasi sebesar n (h/2n) dengan n = 1, 2, 3, 4. dst.
3) Selama dalam orbitnya, elektron tidak memancarkan energi dan
dikatakan dalam keadaan stasioner. Keberadaan elektron dalam
orbit stasioner ini dipertahankan oleh gaya tarik elektrostatik
elektron oleh inti atom yang diseimbangkan oleh gaya sentrifugal
dari gerak elektron.

4) Elektron dapat berpindah dari orbit satu ke orbit lain yang


mempunyai energi lebih tinggi bila elektron tersebut menyerap
energi yang besarnya sesuai dengan perbedaan energi antara kedua
orbit yang bersangkutan. dan sebaliknya bila elektron berpindah ke
orbit yang mempunyai energi lebih rendah akan memancarkan
energi radiasi yang teramati sebagai spektrum garis yang besarnya
sesuai dengan perbedaan energi antara kedua orbit yang
bersangkutan.

5) Atom dalam molekul dikatakan dalam keadaan tingkat dasar


(ground state) apabila elektron-elektronnya menempati orbit-orbit
sedemikian sehingga memberikan energi total terendah. Dan
apabila elektron-elektron menempati orbit-orbit yang memberikan
energi lebih tinggi daripada energi tingkat dasarnya dikatakan atom
dalam tingkat tereksitasi (excited state). Atom dalam keadaan dasar
lebih stabil daripada dalam keadaan tereksitasi.

H. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron pada sebuah
atom, molekul, atau struktur fisik lainnya. Sama seperti partikel
elementer lainnya, elektron patuh pada hukum mekanika kuantum dan
menampilkan sifat-sifat bak-partikel maupun bak-gelombang. Secara
formal, keadaan kuantum elektron tertentu ditentukan oleh fungsi
gelombangnya, yaitu sebuah fungsi ruang dan waktu yang bernilai
kompleks. Menurut interpretasi mekanika kuantum Copenhagen, posisi
sebuah elektron tidak bisa ditentukan kecuali setelah adanya aksi
pengukuran yang menyebabkannya untuk bisa dideteksi. Probabilitas
aksi pengukuran akan mendeteksi sebuah elektron pada titik tertentu
pada ruang adalah proporsional terhadap kuadrat nilai absolut fungsi
gelombang pada titik tersebut.

Elektron-elektron dapat berpindah dari satu aras energi ke aras


energi yang lainnya dengan emisi atau absorpsi kuantum energi dalam
bentuk foton. Oleh karena asas larangan Pauli, tidak boleh ada lebih
dari dua elektron yang dapat menempati sebuah orbital atom, sehingga
elektron hanya akan meloncat dari satu orbital ke orbital yang lainnya
hanya jika terdapat kekosongan di dalamnya.Pengetahuan atas
konfigurasi elektron atom-atom sangat berguna dalam membantu
pemahaman struktur tabel periodikunsur-unsur. Konsep ini juga
berguna dalam menjelaskan ikatan kimia yang menjaga atom-atom
tetap bersama.

Konfigurasi elektron yang pertama kali dipikirkan adalah


berdasarkan pada model atom model Bohr. Adalah umum
membicarakan kelopak maupun subkelopak walaupun sudah terdapat
kemajuan dalam pemahaman sifat-sifat mekanika kuantum elektron.
Berdasarkan asas larangan Pauli, sebuah orbital hanya dapat
menampung maksimal dua elektron. Namun pada kasus-kasus tertentu,
terdapat beberapa orbital yang memiliki aras energi yang sama
(dikatakan berdegenerasi), dan orbital-orbital ini dihitung bersama
dalam konfigurasi elektron.
Gambar 1.13 Konfigurasi elektron

Kelopak elektron merupakan sekumpulan orbital-orbital atom yang


memiliki bilangan kuantum utaman yang sama, sehingga orbital 3s,
orbital-orbital 3p, dan orbital-orbital 3d semuanya merupakan bagian dari
kelopak ketiga. Sebuah kelopak elektron dapat menampung 2n elektron;
kelopak pertama dapat menampung 2 elektron, kelopak kedua 8 elektron,
dan kelopak 3 18 elektron dan begitu seterusnya.

Subkelopak elektron merupakan sekelompok orbital-orbital yang


mempunyai label orbital yang sama, yakni yang memiliki nilai n dan I
yang sama. Sehingga tiga orbital 2p membentuk satu subkelopak, yang
dapat menampung enam elektron. Jumlah elektron yang dapat ditampung
pada sebuah subkelopak berjumlah 2(2/+1); sehingga subkelopak "s" dapat
menampung 2 elektron, subkelopak "p" 6 elektron, subkelopak "d" 10
elektron, dan sub kelopak “f” 14 elektron.

Jumlah elektron yang dapat menduduki setiap kelopak dan subkelopak berasal
dari persamaan mekanika kuantum, [n-1] terutama asas larangan Pauli yang
menyatakan bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang bisa mempunyai
nilai yang sama pada keempat bilangan kuantumnya.

I. Asas Aufbau
Asas Aufbau (berasal dari Bahasa Jerman Aufbau yang berarti
(«membangun, konstruksi») adalah bagian penting dalam konsep konfigurasi
elektron awal Bohr. Terdapat maksimal dua elektron dapat diisi ke dalam orbital
dengan urutan peningkatan energi orbital: orbital berenergi terendah diisi terlebih
dahulu sebelum elektron diletakkan ke orbital berenergi lebih tinggi. Urutan
pengisian orbital- orbital atom mengikuti arah panah.
Asas ini bekerja dengan baik (untuk keadaan dasar atom-atom) untuk 18
unsur pertama; ia akan menjadi semakin kurang tepat untuk 100 unsur sisanya.
Bentuk modern asas Aufbau menjelaskan urutan energi orbital berdasarkan kaidah
Madelung, pertama kali dinyatakan oleh Erwin Madelung pada tahun 1936.

1. Orbital diisi dengan urutan peningkatan n+1;


2. Apabila terdapat dua orbital dengan nilai n+1 yang sama, maka orbital yang
pertama diisi adalah orbital dengan nilai n yang paling rendah.

Sehingga, menurut kaidah ini, urutan pengisian orbital adalah sebagai berikut:

1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p

Asas Aufbau dapat diterapkan, dalam bentuk yang dimodifikasi, ke proton dan
neutron dalam inti atom. seperti gambar dibawah ini
Gambar 1.13 kaidah asas Aufbau
Kelemahan asas Aufbau
Asas Aufbau begantung pada postulat dasar bahwa urutan energi orbital adalah
tetap, baik untuk suatu unsur atau di antara unsur-unsur yang berbeda. la
menganggap orbital- orbital atom sebagai "kotak-kotak" energi tetap yang mana
dapat diletakkan dua elektron. Namun, energi elektron dalam orbital atom
bergantung pada energi keseluruhan elektron dalam atom (atau ion, molekul, dsb).
Tidak ada "penyelesaian satu elektron" untuk sebuah sistem dengan elektron lebih
dari satu, sebaliknya yang ada hanya sekelompok penyelesaian banyak elektron,
yang tidak dapat dihitung secara eksak[n 4) (walaupun terdapat pendekatan
matematika yang dapat dilakukan, seperti metode Hartree-Fock).
Ionisasi logam transisi
Aplikasi asas Aufbau yang terlalu dipaksakan kemudan menghasilkan paradoks
dalam kimia logam transisi. Kalium da n kalsium muncul dalam tabel periodik
sebelum logam transisi, dan memiliki konfigurasi elektron [Ar] 4s dan [Ar] 4s
(orbital 4s diisi terlebih dahulu sebelum orbital 3d). Hal ini sesuai dengan kaidah
Madelung, karena orbital 4s memiliki nilai n+/ = 4 (n = 4, /= 0), sedangkan orbital
3d n+1 = 5 (n = 3,1 = 2). Namun kromium dan tembaga memiliki konfigurasi
elektron [Ar] 3d4s' dan [Ar] 3d 4s' (satu elektron melewati pengisian orbital 4s ke
orbital 3d untuk menghasilkan subkelopak yang terisi setengah). Dalam kasus ini,
penjelasan yang diberikan adalah «subkelopak yang terisi setengah ataupun terisi
penuh adalah susunan elektron yang stabil".

Paradoks akan muncul ketika elektron dilepaskan dari atom logam transisi,
membentuk ion. Elektron yang pertama kali diionisasikan bukan berasal dari
orbital 3d, melainkan dari 4s. Hal yang sama juga terjadi ketika senyawa kimia
terbentuk. Kromium heksakarbonil dapat dijelaskan sebagai atom kromium
(bukan ion karena keadaan oksidasinya 0) yang dikelilingi enam ligan karbon
monoksida; ia bersifat diamagnetik dan konfigurasi atom pusat kromium adalah
3d", yang berarti bahwa orbital 4s pada atom bebas telah bepindah ke orbital 3d
ketika bersenyawa. Pergantian elektron antara 4s dan 3d ini dapat ditemukan
secara universal pada deret pertama logam-logam transisi.[n 5]

Fenomena ini akan menjadi paradoks hanya ketika diasumsikan bahwa energi
orbital atom adalah tetap dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan elektron pada
orbital-orbital lainnya. Jika begitu, maka orbital 3d akan memiliki energi yang
sama dengan orbital 3p, seperti pada hidrogen. Namun hal ini jelas-jelas tidak
demikian.
J. Sifat gelombang benda mekanisme gelombang
Muatan listrik dan kutub magnetik menimbulkan gaya dalam jarak
tertentu,melalui medan listrik dan medan magnetik. Kedua medan ini saling
melengkapi. Jika partikel bermuatan listrik bergerak, dihasilkan medan listrik dan
magnetik berganti-ganti, yang terpancar diruang atau medium sekelliling partikel
tersebut. Cara penyebarannya dinamakan gelombang.

Gerakan gelombang sangat rumit, tetapi beberapa sifat gelombang dapat


dipikirkan sama dengan getaran pada sebuah tali. Gerakan yang menyebar melalui
tali adalah gerakan keatasdan kebawah sesuai gerakan tangan orang yang
memegang tali, dimulao dari t=0 (diatas) dan berlanjut selama beberapa waktu
(bawah). Gelombang merambat dari kiri ke kanan, tetapi medium yang bergetar
(tali) bergerak dari atas ke bawah, yaitu tegak lurus terhadap arah gelombang itu
sendiri. Kedudukan beberapa titik penting pada tali sebagai fungsi waktu ditandai
dengan titik. Tanda panah menunjukkan arah gerakan titk. Dalam waktu tertentu
gelombang tali akan menunjukkan titik- titik maksimum atau yang tertinggi.
Kedudukan iiii dinamakan puncak geombang. Ada pula daerah-daerah minimum
atau titik terendah yang dinamakan llembah gelombang. Jarak antara dua puncak
atau lembah yang berurutan dinamakan panjang gelombang. Sifat gelombang
yang khas lainnya adalah frekuensi yang berarti jumlah kejadian atau putaran
(siklus) per sekon. Hasil perkalian Panjang gelombang dengan frekuensi
menyatakan berapa jauh gelombang merambat pada tali dalam satu sekon.

K. Perputaran elektron (spin) dan prinsip pembatasan (pauli)

Pada tahun 1825, Uhlenbeck dan Goudsmit mengajukan bahwa sifat yang
tak dapat dijelaskan mengenai struktur dan garis-garis halus pada
spektrumhidrogen dapat dipahami apabila dianggap elektron mempunyai bilangan
kuantum keempat. Sifat-sifat elektron yang berkaitan dengan bilangan kuantum
keempat kemudian dikenal dengan spin elektron atau ligatan elektron. Elektron
digambarkan berotasi menurut sumbunya padawaktu ia bergerak mengelilingi inti,
terdapat dua kemungkinan rotasi elektron. Bilangan kuantum yang menyatakan
rotasi elektron yaitu m dapat mempunya nilai + atau.

Pada tahun 1926, Wolfgang Pauli menyelidiki tidak adanya garis pada spektrum
pancaranyang seharusnya ada menurut teori yang berlaku. la mengajukan bahwa
tidak ada dua buah elektron yang mempunyai keempat-empat bilanan kuantum
yang sama. Dua eletron dapat mempunyai kesamaan tiga bilangan kuantum
tersebut, atau mereka sapat mempunya lambang orbital yang sama, tetapi apabila
hal ini terjadi, mereka harus menggunakan nilai m yang berbeda, yaitu biloangan
kuantum rotasi (spin). Hanya dua elektron dapat berada dalam orbital yang sama,
dan keduanya harus mempunyai rotasi yang berlawanan.
Karena terbatas hanya dua elektron per orbital, isi maksimum suatu sub kuit dapat
diperoleh dengan menggandakan jumlah orbital dalam sub kulit. Misanya, sub
kulit x terdiri dari tiga orbital dan berkapasitas 6 elektron, dan selanjutnya. Isi
maksimum kulit utama juga dua kali lipat jumlah orbital yang dimilikinya, dengan
demikian pernyataanya menjadi jumlah elektron maksimum dalam kulit elektron
dengan bilangan kuantum utama.
Konfigurasi elektron unsur-unsur susunan berkala dan konfigurasi elektron
serta bentuk orbital atom. Telah mengetahui bahwa bentuk orbital ditentukan oleh
bilangan kuantum azimut. Bilangan kuantum ini diperoleh dari suatu persamaan
matematika yang mengandung trigonometri (sinus dan cosinus). Akibatnya,
bentuk orbital ditentukan oleh bentuk trigonometri dalam ruang

1. Orbital-s.
Orbital-s memiliki bilangan kuantum azimut, 1= 0 dan m= 0. Oleh karena
nilai m sesungguhnya suatu tetapan (tidak mengandung trigonometri) maka
orbital-s tidak memiliki orientasi dalam ruang sehingga orbital-s ditetapkan
berupa bola simetris di sekeliling inti. Permukaan bola menyatakan peluang
terbesar ditemukannya elektron dalam orbital-s. Hal ini bukan berarti semua
elektron dalam orbital-s berada di permukaan bola, tetapi pada permukaan bola itu
peluangnya tertinggi (≈ 99,99%), sisanya boleh jadi tersebar di dalam bola.

2. Orbital-p.
Orbital-p memiliki bilangan kuantum azimut, 1= 1 dan m= 0, +1. Oleh
karena itu, orbital-p memiliki tiga orientasi dalam ruang sesuai dengan bilangan
kuantum magnetiknya. Oleh karena nilai m sesungguhnya mengandung sinus
maka bentuk orbital-p menyerupai bentuk sinus dalam ruang, seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.
Ketiga orbital-p memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam
orientasinya. Orbital-px, memiliki orientasi ruang pada sumbu-x, orbital-py,
memiliki orientasi pada sumbu-y, dan orbital- pz, memiliki orientasi pada sumbu-
z. Makna dari bentuk orbital-p adalah peluang terbesar ditemukannya elektron
dalam ruang berada di sekitar sumbu x, y, dan z. Adapun pada bidang xy, xz, dan
yz, peluangnya terkecil.

3. Orbital-d.
Orbital-d memiliki bilangan kuantum azimut 1 = 2 dan m = 0, +1, +2.
Akibatnya, terdapat lima orbital-d yang melibatkan sumbu dan bidang, sesuai
dengan jumlah bilangan kuantum magnetiknya. Orbital-d terdiri atas orbital-dx2,
orbital-dxz, orbital-dxy, orbital-dyz, dan orbital-dx2-y2.

Orbital dxy, dxz, dyz, dan dx2-y2 memiliki bentuk yang sama, tetapi orientasi
dalam ruang berbeda. Orientasi orbital-dxy berada dalam bidang xy, demikian juga
orientasi orbital-orbital lainnya sesuai dengan tandanya. Orbital dx2-y2 memiliki
orientasi pada sumbu x dan sumbu y. Adapun orbital dz2 memiliki bentuk berbeda
dari keempat orbital yang lain. Orientasi orbital ini berada pada sumbu z dan
terdapat "donat" kecil pada bidang-xy.
Makna dari orbital-d adalah, pada daerah-daerah sesuai tanda dalam
orbital (xy, xz, yz, x2-y2, z2) menunjukkan peluang terbesar ditemukannya
elektron, sedangkan pada simpul-simpul di luar bidang memiliki peluang paling
kecil.
Bentuk orbital-f dan yang lebih tinggi dapat dihitung secara matematika,
tetapi sukar untuk digambarkan atau diungkapkan kebolehjadiannya sebagaimana
orbital-s, p, dan d. Kesimpulan umum dari hasil penyelesaian persamaan
Schrodinger dapat dirangkum sebagai berikut.
Setiap orbital dicirikan oleh tiga bilangan kuantum n, I, dan m yang memiliki
ukuran, bentuk, dan orientasi tertentu dalam ruang kebolehjadian. Elektron-
elektron yang menghuni orbital memiliki spin berlawanan sesuai temuan Stern-
Gerlach.

Secara lengkap, peluang keberadaan elektron dalam atom dapat sobat lihat
pada table berikut.
n l M orbital s Jumlah
maksimum
elektron
1 0 0 1s +½,-½ 2
2 0 0 2s +½,-½ 2
1 -1, 0, +1 2p +½,-½ 6
3 0 0 3s + ½, - ½ 2
1 -1, 0, +1 3p + ½, - ½ 6
2 -2, -1, 0, +1, +2 3d + ½, - ½ 10
4 0 0 4s + ½, - ½ 2
1 -1, 0, +1 4p + ½, - ½ 6
2 -2, -1, 0, +1, +2 4d + ½, - ½ 10
3 -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 4f + ½, - ½ 14
Tabel 1.1 keberadaan elektron
Kulit dan Subkulit
Konfigurasi elektron yang pertama kali diusulkan adalah Model Atom Bohr,
dan masih umum tentang kulit dan subkulit. Yang dimaksud kulit dalam
konfigurasi elektron adalah himpunan elektron yang dapat menempati
bilangan kuantum utama (n) yang sama. Atom ke n dapat menampung 2n²
elektron. Contoh, jika kulit pertama dapat menampung 2 elektron, kulit kedua
8 elektron, dan kulit ketiga 18 elektron. Sedangkan yang dimaksud subkulit
adalah sejumlah elektron yang mempunyai bilangan kuantum azimut ℓ dalam
suatu kulit. Nilai-nilai ℓ = 0, 1, 2, 3 melambangkan s, p, d, dan f. Masing-
masing subkulit maksimum dapat diisi dengan 2(2ℓ+1) elektron. Dengan
demikian, s berisi maksimum 2 elekron, p berisi maksimum 6 elekron, d berisi
maksimum 10 elekron, dan f berisi maksimum 14 elekron.

L. Sifat-Sifat Periodik Unsur


Sifat-sifat periodik unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan
letak unsur pada sistem periodik. Sifat-sifat tersebut berubah dan berulang secara
periodik sesuai dengan perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron.
1. Jari-jari atom. Jari-jari atom merupakan jarak elaktron terluar ke inti atom
dan menunjukan ukuran suatu atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga
pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara mengukur jarak inti antar
dua atom yang berikatan sesamanya. Dalam suatu golongan, jari-jari atom
semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin
ke atas, kulit elektron semakin kecil. Dalam suatu periode, semakin ke
kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena
semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron semakin banyak,
sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elekteron tetap sama sehingga
tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat.
2. Energi ionisasi. Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar
subkulit yang mantab, elektron ini cenderung mudah lepas. supaya
mempunyai konfigurasi seperti gas mulia. Namun, untuk melepaskan
elektron dari suatu atom dperlukan energi. Energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari suatu atom di namakan energi ionisasi. Dalam
suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik menarik
elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil) Akibatnya,
elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron semakin
besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar. Jika jumlah elektronnya sedikit,
gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari- jarinya semakain
besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih
kecil berarti energi ionisasi kecil. Unsur-unsur yang segolongan: energi
ionisasi makin ke bawah makin kecil, karena elektron terluar akin jauh
dari inti (gaya tarikinti makin lemah), sehingga elektron terluar makin
mudah di lepaskan. Unsur-unsur yan seperiode: energi ionisai pada
umumnya makin ke kanan makin besar, karena makin ke kanan gaya tarik
inti makin kuat. Kecuali,unsur-unsur golongan II A memiliki energi
ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III A dan energi ionisasi
golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.
3. Keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom
untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor y mempengaruhi
keelektronegatifan adalah gaya tarik dari int terhadap elektron dan jari-jari
atom. Unsur-unsur yang segolongan : keelektronegatifan makin ke bawah
makin kecil, karena gaya taik- menarik inti makin lemah. Unsur-unsur
bagian bawah dalam sistem periodik cenderung melepaskan
elektron.Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin kekanan
makin besar keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki oleh
golongan VII A (unsur-unsur halogen). Harga kelektronegatifan terbesar
terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga terkecil terdapat pada
fransium (Fr) yakni 0,7. Harga keelektronegatifan penting untuk
menentukan bilangan oksidasi (biloks) unsur dalam sutu senyawa. Jika
harga kelektronegatifan besar, berati unsur yang bersangkutan cenderung
menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga
keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan
membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat bergantung
pada elektron valensinya.
4. Sifat Logam. Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain :
mengkilap, menghantarkan panas dan listrik, dapat ditempa menjadi
lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat /kabel panjang.
Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur
bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin kebawah
makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang. Batas unsur-
unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan
logam di sebelah kanan pada system periodic sering digambarkan dengan
tangga diagonal bergaris tebal. Unsur-unsur yang berada pada batas antara
logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda.
5. Kereaktifan. Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada
system periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah
melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik,
makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap
electron. Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya
melepas atau menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah
golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-
mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA.
Golongan VIIA tidak rekatif. Kecenderungan berbagai sifat periodik
unsur-unsur periode ketiga diberikan pada gambar di bawah ini
6. Afinitas Elektron. Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau
yang apabila suatu atom menerima elektron. Jika ion negatif yeng
terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai
pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda
negative. Akan tetapi jika ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka
proses penyerapan elektron akan membutuhkan energi dan afinitas
elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai
afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar
menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda
positif. Makin negative nilai afinitas elektron berarti makin besar
kecenderungan menyerap elktron. Dalam satu periode dari kiri ke kanan,
jari-jari semkain kecil dan gaya tarik inti terhadap elektron semakin besar,
maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas
elektron semakin besar. Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari
atom makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil,
maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas
elektron semakin kecil.
Bentuk tabel periodic berhubungan dekat dengan konfigurasi electron
atom unsur-unsur. Sebagai contoh, semua unsur golongan 2 memiliki konfigurasi
electron [E] (dengan [E] adalah konfigurasi gas inert), dan memiliki kemiripan
dalam sifat-sifat kimia. Kelopak electron terluar atom sering dirunjuk sebagai
"kelopak valensi" dana menetukan sifat-sifat kimia suatu unsur. Perlu diingat
bahwa kemiripan dalam sifat- sifat kimia telah diketahui satu abad sebelumnya,
sebelum pemikiran konfigurasi electron ada

M. Menentukan struktur atom berdasarkan table periodic


Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat
unsur tersebut. Struktur atom menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam
atom tersusun, atom tersusun atas inti atom dan dikelilingi elektron-elektron yang
tersebar dalam kulit-kulitnya. Secara sistematis dapat digambarkan partikel-
partikel sub atom berikut.

Tabel 1.2 partikel- partikel sub atom


Sebagian besar atom terdiri dari ruang hampa yang dalamnya terdapat inti
yang sangat kecil di mana massa dan muatan positifnya dipusatkan dan dikelilingi
oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Inti atom tersusun atas sejumlah
proton dan neutron. Jumlah proton dalam inti atom menentukan muatan inti atom,
sedangkan massa atom inti ditentukan oleh banyaknya proton dan neutron.
Selanjutnya ketiga partikel sub atom (proton, neutron, dan elektron ) dangan
kombinasi tertentu membentuk atom suatu unsur yang lambangnya dapat
dituliskan :
X: lambang suatu unsur
Z: nomor atom
A: nomor massa

Memahami Susunan dari Sebuah Atom dangan cara lihatlah nomor dari
tabel periodik. Nomor atom selalu labih kecil dari nomor massa, nomor atom
merupakan jumlah proton. Oleh karena sifat atom netral, maka nomor atom juga
merupakan jumlah elekton dan susunan elektron-elektron dalam level-level
energi, selalu isi level terdalam sebelum mengisi level luar
Dua hal yang penting diperhatikan jika anda melihat susunan daam tabel
periodik.
1. Jumlah elektron tingkat terluar (atau kulit terluar)sama dengan nomor
golongan (kecuali helium yang memiliki 2 elektron. Gas mulia biasa
disebut dengan golonga 0 bukan golongan 8). Hal ini berlaku diseluruh
golongan unsur pada tabel periodik (kecuali unsur-unsur transisi). Jadi,
jika anda mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2, bearti
barium memiliki 2 elektron pada tingkat teluar.
2. Gas mulia memiliki elektron penuh pada tingkat terluar.

Nomor Atom dan Nomor Massa


Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan
penemuan partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor
massa (A)
Penulisan lombang atom unsur menyetarakan nomor atom dan nomor massa.
Dimana:
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
Nomor Massa (A) = Jumlah proton + Jumlah Neutron
Atau
Jumlah Neutron = Nomor massa - Nomor atom
Nomor Atom (Z) = Jumlah proton

1. Nomor Atom (Z)


Nomor atom (Z) menujukkan jumlah proton (muatan positif) atau
jumlah elektron dalam atom tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas
suatu unsur. Oleh karena atom bersifat netral maka jumlah proton sama
dengan jumlah elektronya, sehingga nomor atom juga menujukkan jumlah
elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu
unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur
2. Nomor Massa (A)
Massa elektron sangat kecil dan dianggap nol sehingga massa atom
ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron. Nomor massa (A)
menyatakan banyaknya proton dan neutron yang menyusun inti atom suatu
unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor sama tetapi memiliki
nomor massa berbeda. Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang
sama karena jumlah elektron valensinya sama. Isotop-isotop unsur ini
dapat digunakan untuk menetukan massa atom relatif (A) atom tersebut
berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda
tetapi nomor massa sama.
Isoton adalah atom-atom yang berbeda tetapi mempunyai jumlah
neutron yang sama

N. Menetukan Elektron Valensi


1. Konfigurasi Elektron.
Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit- kulit
atom tersebut. Setiap atom dapat terisi eletron maksimum 2n2, dimana n
merupakan letak kulit. Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya
dimulai dari yang terdekat dengan inti atom.
Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi
maksimum sesuai daya tampung kulit tersebut. Jadi masing ada sisa elektron
yang tidak dapat ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada kulit
selanjutnya.
Tabel 1.3 pengisian konfigurasi elektron
2. Elektron Valensi.
Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia
dan reaksi kimia adalah elektron pada kulit terluar atau elektron valensi.
Jumlah elektron valensi suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang
terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi elektron aton tersebut.
Perhatikan tabel untuk menentukan jumlah elektron valensi.

Tabel 1.4 elektron valensi


Perkembangan Tabel Periodik Unsur
Berdasarkan Sifat Logam dan Non Logam. Unsur-unsur yang ada di alam
dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu logam dan non logam.
Pengelompokan ini merupakan metode paling sederhana, dilakukan
dengan caramengamati ciri-ciri fisiknya.
Berdasarkan Hukum TriadeDobereiner, tahun 1817 Dobereiner
menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki
kemiripan sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom. Kelompok ini
di simpulkan bahwa berat atom unsur kedua hampir sama atau mendekati
berat rata- rata dari unsur sebelum dan sesudahnya.
Pengelompokkan unsur dari Dobereiner dapat di gambarkan sebagai
berikut:
1) Hukum Oktaf dari Newland
dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar).
Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur
ke-9 memiliki sifat yang mirip dengan unsur ke-2 dst. Sifat-sifat unsur
yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur disebut Hukum
Oktaf. Unsur H sifatnya sama dengan unsur F, unsur Li sifatnya sama
dengan unsur Na dan seterusnya .

2) Berdasarkan Periodik Mendeleev


Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur sedangkan
Mendeleev lebih mengutamakan kenaikan massa atom.
Menurut Mendeleev:
sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya.
Artinya: jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom
relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik.

3) Sistem Periodik Modern(Sistem Periodik Panjang)


Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-
sifat fisis dan kimia unsur merupakan fungsi periodik dari nomor
atomnya. Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor
atomnya bukan oleh massa atom relatifnya (Ar). Pengelompokkan ini
dikenal dengan sistem periodik panjang yang diketahui dengan nama
Sistem Periodik Modern. Sistem ini terdiri dari 2 hal yaitu golongan
(lajur vertikal) dan periode (lajur horisontal).

Golongan dan Periode Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik.

4) Golongan
Golongan adalah lajur tegak pada Tabel Peiodik Unsur. Unsur-unsur
yang ada dalam satu lajur tegak adalah unsur-unsur segolongan,
terdapat 8 golongan utama dan 8 golongan transisi.
Golongan utama tersebut adalah:

●Golongan IA (alkali) terdiri dari unsur-unsur H, Li, Na,K, Rb,Cs,Fr

●Golongan II A (alkali tanah) terdiri dari unsur-unsur Be, Mg,


K,Sr,Ba,Ra

●Golongan III A (aluminum) terdiri dari unsur-unsur B,AI,Ga,In,TI

●Golongan IV A (karbon) terdiri dari unsur-unsur C,Si,Ge,Sn, Pb


●Golongan VA (nitrogen) terdiri dari unsur-unsur N,P,As,Sb,Bi

●Golongan VI A (oksigen) terdiri dari unsur-unsur O,S,Se,Te,Po

●Golongan VII A (halogen) terdiri dari unsur-unsur F,Cl,Br,I,At

●Golongan VIII A (gas mulia) terdiri dari unsur-unsur


He,Ne,Ar,Kr,Xe,Rn

5) Periode
Periode adalah lajur horisontal dalam sistem periodik modern terdiri
dari 7 periode

● Periode 1 (periode sangat pendek) berisi 2 unsur


● Periode 2 (periode pendek) berisi 8 unsur
● Periode 3 (periode pendek) berisi 8 unsur
● Periode 4(periode panjang) berisi 18 unsur
● Periode 5 (periode panjang) berisi 18 unsur
● Periode 6 (periode sangat panjang) berisi 32 unsur
● Periode 7 (periode sangat panjang) berisi 28 unsur,belum lengkap
karena maksimum 32 unsur.

Sistem periodik modern (SPU) disusun berdasarkan kenaikan nomor atom


(lajur horizontal atau periode) dan kemiripan sifat (lajur vertikal atau
golongan). Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode dan 8 golongan.
Berdasarkan golongannya, unsur-unsur SPU dibedakan menjadi:Golongan
utama (Golongan A), Golongan transisi (Golongan B).
BAB II

IKATAN KIMIA

A. PENDAHULUAN
Ikatan kimia adalah ikatan antara dua atom atau lebih dapat saling
berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini selalu disertai
dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang menahan atom-atom
dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia.
Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur cenderung membentuk
struktur elektron stabil. Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun
1916 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia
dengan cara atom berikatan. Mereka mengemukakan bahwa jumlah
elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan berubah
sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron kedua atom tersebut
sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom-atom untuk
memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron
pada kulit terluar disebut kaidah oktet. Elektron yang berperan dalam
reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi.
Elektron valensi menunjukan kemampuan suatu atom untuk berikan
dengan atom lain.

B. JENIS JENIS IKATAN KIMIA

.1. Ikatan antar atom


a. Ikatan Elektrovalen atau lon. Ikatan ion terbentuk akibat
adanya melepas atau menerima elektron oleh atom-atom yang
berikatan. Atom-atom yang melepas elektron menjadi ion positif
(kation) sedang atom-atom yang menerima elektron menjadi ion
negatif (anion). Ikatan ion biasanya disebut ikatan elektrovalen.
Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik.
Senyawa ionik biasanya terbentuk antara atom-atom unsur
logam dan nonlogam. Atom unsur logam cenderung melepas
elektron membentuk ion positif, dan atom unsur nonlogam
cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif.
Contoh: NaCl, MgO, dan lain-lain.

Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah


elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam
aturan Lewis. Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:

•Senyawa ion berupa elektrolit


•Biasanya zat padat yang memiliki titik leleh yang tinggi
•Tidak larut dalam pelarut organik tetapi larut dalam pelarut air

b. Ikatan Kovalen. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang


terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh atom-atom
pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-
unsur nonlogam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam
pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik
elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.

Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan


tidak mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian
elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing- masing atom
memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian
untuk atom H yang menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom
dari yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron
bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan
bentuk dan geometri molekul. Ada beberapa jenis ikatan
kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan
elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal
merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron.
Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari
dua pasangan elektron, beitu juga dengan ikatan rangkap 3 yang
terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki
panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal.
Contohnya yaitu:

Gambar 2.1 Gambar Ikatan Kovalen pada metana

Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar


dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom- atom
pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap
elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda
keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya
terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada
senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton
persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang
kecil atau tidak ada.

c. Ikatan Kovalen Koordinasi. Ikatan kovalen koordinat


merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron
bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh
salah satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya
berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.

Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:

 Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas


 Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
 Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip
dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh
karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan
kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang
cenderung mirip kovalen.
d. Ikatan logam. Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus
dari logam, pada ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi
milik satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari
semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-
elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas
dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam.
Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat
logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan
logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya. terdiri
dari atom unsur-unsur logam semata. Sifat-sifat umum sebagai
berikut:

• Penghantar listrik dan panas yang baik


• Keras, mudah ditempa dan ditarik.
•Titik lebur dan titik didih tinggi
•Mengkristal dengan bilangan koordinasi tinggi, yaitu 12 atau
14 sifat-sifat diatas tidak dapat dijelaskan dengan ion atau
kovalen, hingga ikatan yang khusus, yang disebut ikatan
logam.
e. Ikatan Antara Molekul
1) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom
H dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan
besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan
hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan
dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih
lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun
ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H
dengan atom N, O, dan F yang memiliki pasangan elektron
bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan
pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan
hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan
hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari
atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya
semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya .

Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik.


didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan
keelektronegatifannya maka akan semakin besar. titik didih
dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk
H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya.
Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa
dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF
yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.

2) Ikatan Van Der Walls. Gaya Van Der Walls dahulu dipakai
untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar
molekul. Namun kini merujuk pada gaya- gaya yang timbul
dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini
merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah,
namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama
gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada
dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan negatif
berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul
dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan
atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul
sesaat ini merupakan gaya Van der Walls. Gaya tarik Van
Der Walls, tersusun dari beberapa gaya tarik antar molekul.
Gaya-gaya tersebut ialah: gaya orientasi (dalam Kiesom,
1912), gaya induksi (dalam Debey, 1920), dan gaya dispersi
(dalam London, 1930). Bila molekul-molekul yang
membentuuk kristal molekuler mempunyai momen dipol,
seperti molekul HCI, H₂O, dan NH3, maka akan terjadi
gaya tarik dipol-dipol, apabila molekul-molekul mempunyi
orientasi yang tepat. Gaya yang timbul dusebut gaya
orientasi.

Gaya tarik molekul atau atom non polar dengan molekul


polar cukup besar karena adanya induksi kepada molekul
atau atom yang non polar. Gaya tarik yang terjadi disebut
gaya induksi.

C. TEORI VSEPR
Teori tolakan antara pasangan elektron (VSEPR, Valence Shell Electron
Pair Repulsion), merupakan penjabaran sederhana dari rumusan Lewis yang
berguna untuk memprediksikan bentuk molekul poliatom berdasarkan
struktur Lewis-nya. Teori VSEPR pertama kali dikembangkan oleh Nevil
Sidgwick dan Herbet Powel pada tahun 1940, dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Ronald Gillespie dan Ronald Nyholm.
Ide dasar teori VSEPR adalah adanya tolakan antara pasangan elektron
sehingga pasangan elektron tersebut akan menempatkan diri pada posisi
sejauh mungkin dari pasangan elektron lainnya. Posisi pasangan elektron
satu dengan yang lain yang semakin berjauhan akan menyebabkan tolakan
antar mereka menjadi semakin kecil. Pada posisi yang paling jauh yang
dapat dicapai, tolakan antar pasangan elektron

Tolakan antar pasangan elektron terjadi antara pasangan elektron non-


ikat yang terlokalisasi pada atom pusat dan elektron ikat secara ikatan
koordinasi. Pasangan elektron non-ikat suatu atom tidak digunakan untuk
berikatan dengan atom lain, sedangkan pasangan elektron ikat digunakan
untuk berikatan dengan atom lain dengan cara pemakaian elektron secara
bersama-sama. Teori VSEPR mengasumsikan bahwa masing-masing
molekul akan mencapai geometri tertentu sehingga tolakan pasangan antar
elektron di kulit valensi menjadi minimal.

Karena ikatan kovalen terbentuk dari pemakaian pasangan elektron


secara bersama oleh dua atom yang berikatan, perubahan sudut ikat
menyebabkan perubahan posisi relatf pasangan elektron di sekitar atom
pusat. Bila dua elektron saling mendekat, maka akan terjadi gaya tolak
menolak di antara kedua elektron tersebut. Konsekuensinya, dalam
terminologi energi, kedua elektron akan saling menjauhi. Teori VSEPR,
memaparkan prosedur untuk memprediksi bentuk molekul dengan energi
potensial terendah sebagai akibat adanya tolakan pasangan elektron. Teori
VSEPR mengasumsikan bahwa setiap atom akan mencapai bentuk dengan
tolakan antar elektron yang dalam kulit terluar seminimal mungkin.

Peranan Ikatan Rangkap Dua dan Rangkap Tiga dalam Teori


VSEPR. Senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua atau tiga,
memainkan peranan yang penting pada penentuan bentuk molekul suatu
senyawa. Geometri di sekitar atom pusat ditentukan oleh banyaknya tempat
ditemukannya pasangan elektron, bukan ditentukan oleh banyaknya
pasangan elektron valensi.

Gambar 2.2 Struktur Lewis CO2 dan CO32-


Berdasar struktur Lewis ion karbonat, terdapat empat pasangan
elektron pada atom pusat (atom C). Pasangan elektron tersebut terlokalisasi
di tiga tempat, yaitu di dua ikatan tunggal C-O, dan 1 ikatan rangkap dua
C=O. Tolakan antar pasangan elektron diminimalkan dengan cara
mendistribusikan ketiga atom oksigen ke sudut-sudut segitiga ekuilateral.
Berdasarkan hal tersebut dapat diprediksikan bahwa ion karbonat
mengadopsi bentuk molekul segitiga datar (trigonal planar), seperti pada
BF3, dengan sudut ikat 120°.
1. Aturan Elektron Non-ikat Pada Teori VSEPR
Teori VSEPR memprediksikan elektron valensi atom pusat dalam.
Karena elektron non-ikat tidak bisa ditempatkan pada posisi yang akurat,
prediksi bentuk molekul tidak bisa dilakukan secara langsung. Tetapi
hasil yang dikemukakan oleh teori VSEPR dapat digunakan untuk
memprediksi posisi atom pusat dalam molekul. Posisi atom pusat ini
ditentukan secara eksperimental. Keberadaan pasangan elektron non-ikat
akan sedikit mengubah situasi pembentukan geometri molekul senyawa.
Tiga tipe tolakan yang terjadi, adalah:
a. Tolakan antara pasangan elektron ikat dengan pasangan elektron ikat
b. Tolakan antara pasangan elektron ikat dengan pasangan elektron non-
ikat
c. Tolakan antara pasangan elektron non-ikat dengan pasangan elektron
non-ikat.

2. Bilangan Sterik

Penentuan bentuk molekul yang diadposi oleh suatu senyawa dapat


dilakukan dengan cara menentukan bilangan sterik (steric number, SN)
atom pusat. Bilangan sterik (SN) didefinisikan sebagai penjumlahan atom
yang terikat pada atom pusat dan jumlah pasangan elektron non-ikat.

Bilangan sterik molekul ditentukan berdasarkan struktur Lewis


senyawa yang bersangkutan. Apabila pada senyawa ABn, dengan n
adalah atom yang terikat pada atom pusat, tidak terdapat pasangan
elektron non-ikat, maka bilangan sterik atom pusat sama dengan jumlah
atom yang terikat pada atom pusat, yaitu n. SN = +jumlah atom yang
terikat pada atom pusat jumlah pasangan elektron non-ikat pada atom
pusat. yaitu n. Ikatan rangkap dua dan tiga dalam penentuan bilangan
sterik dihitung sama dengan ikatan tunggal. Misalnya pada molekul CO2,
terdapat dua ikatan rangkap dua atom oksigen yang terikat pada atom
pusat C, sehingga tidak ada lagi pasangan elektron non-ikat pada atom C.
Maka bilangan sterik CO2, adalah 2.
Teori VSEPR digunakan untuk memprediksi bentuk molekul suatu
senyawa dengan mempertimbangkan:

• jumlah atom yang terikat pada atom pusat


• jumlah pasangan elektron non-ikat
•I katan rangkap dua dan rangkap tiga.

Anda mungkin juga menyukai