Anda di halaman 1dari 13

Atom 

adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan


negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang
bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron
pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian
pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan
berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada
atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur
tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang
tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17
dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-
zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi.
Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan
atom.[1]
Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil yang
memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat dipantau dengan
menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom
berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap
unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil, yang dapat
mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah
proton dan neutron pada inti.[2] Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi,
ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap
ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada
atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom
tersebut.

Sejarah
Artikel utama: Teori atom dan Atomisme

Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan
yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah bersifat
abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis,
deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi tersebut, dan sering
kali pula mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar
mengenai atom dapat diterima oleh para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan
dapat menjelaskan penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.[3]
Referensi paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada
tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah
filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu.[4][5] Aliran
mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana atom-atom
bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks.[6] Satu abad kemudian muncul Referensi
mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh
muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM,
Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat dipotong"
ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk
menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba untuk
memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.[1] Filosofi serupa juga
terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan istilah
"atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.[3] Demokritos juga mengatakan bahwa atom dalam air
sangat licin sehingga air bisa mengalir ke mana-mana sementara atom dalam garam ditutupi duri-
duri tajam sehingga terasa asin dilidah.
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia.
Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen
bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu atom-atom yang
berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa materi terdiri dari
unsur-unsur udara, tanah, api, dan air.[7] Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh
seorang bangsawan dan peneliti Prancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat
dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.[8]
Aristoteles mengatakan bahwa ada 4 elemen dasar dibumi dan bila semuanya digabungkan akan
menjadi senyawa-senyawa yang kita lihat. Saat itu muridnya bertanya: "Apakah bisa kita membuat
emas bila menggabungkan semua elemen dasar tadi?" Aristoteles menjawab "Iya". Itu membuat
penasaran para ilmuwan semana 200 tahun setelah itu. Pada tahun 1669, ahli kimia Jerman Hennig
Brand menyuling 60 ember air kencing karena ia mengira didalamnya ada emas betulan (karena air
kencing berwarna kuning keemasan) dan hasilnya peralatan kimianya perpendar dalam gelap. Dia
menamainya Fosforus (Fosfor) yang diambil dari kata Yunani "Fosforos" yang berarti bintang senja.
Dia adalah orang pertama pada era Masehi, yang sebelumya adalah penemuan Arsenik 300 SM.[9]

Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical
Philosophy (1808).

Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa unsur-
unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu
lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa setiap
unsur mengandung atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung
untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.[10][11]
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu
ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang
mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak secara acak.
Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx mengajukan
pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan pada tahun
1905 Albert Einstein membuat analisis matematika terhadap gerak ini.[12][13][14] Fisikawan Prancis Jean
Perrin kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom
secara eksperimen, yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.[15]
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson menemukan
elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi.[16] Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di
seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model
puding prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion helium
ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan
sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford
kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya
terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet mengitari
matahari. Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut
pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan
radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi
tabel periodik.[17] Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat
untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya
menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas
yang terionisasi.[18]

Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan
energi foton dengan frekuensi tertentu.

Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford dan
mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang terkuantisasi serta
dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan bebas
berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi.[19] Suatu elektron haruslah
menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan transisi antara
orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia
menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil
dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.[20]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai
interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[21] Atas adanya keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam
tabel periode kimia,[22] kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919 berpendapat bahwa hal ini
dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul
dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak
elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut
terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin adalah
acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya berkas ini
terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun
ke bawah.[23]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku
seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom matematis yang
menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel.
Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah
tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara
bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner
Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya
bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun
model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang
terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom
yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan
digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana elektron paling berkemungkinan berada.[24]
[25]

Diagram skema spetrometer massa sederhana.

Perkembangan pada spektrometri massa mengizinkan dilakukannya pengukuran massa atom


secara tepat. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori
berkas ion, dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya.
Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop
mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia
disebut sebagai kaidah bilangan bulat.[26] Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil
dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral dengan massa yang
hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop kemudian
dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki jumlah neutron yang
berbeda dalam inti atom.[27]
Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel mengizinkan para
ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi.
[28]
 Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang
disebut sebagai kuark. Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk
menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal interaksi partikel subatom ini.[29]
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk
menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan
yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam perangkap
magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan kedua teknik tersebut untuk
mendinginkan sejumlah kecil atom sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini mengizinkan ilmuwan
mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya membawa para ilmuwan
menemukan kondensasi Bose-Einstein.[30]
Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah.
Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang
dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat.[31] Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan memperlambat laju atom
menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-
sifat atom.[32]

Komponen-komponen atom
Partikel subatom
Artikel utama: Partikel subatom

Walaupun awalnya kata atom berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong lagi menjadi
partikel yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas
berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom ini adalah elektron, proton, dan neutron.
Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan massa elektron
sebesar 9,11 × 10−31 kg dan mempunyai muatan negatif. Ukuran elektron sangatlah kecil
sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur ukurannya.[33] Proton
memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 × 10−27 kg).
Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali massa elektron[34] atau
(1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel elementer yang
disebut kuark. Kuark termasuk ke dalam golongan partikel fermion dan merupakan salah satu dari
dua bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton). Terdapat enam jenis kuark dan
tiap-tiap kuark tersebut memiliki muatan listrik pecahan sebesar +2/3 ataupun −1/3. Proton terdiri
dari dua kuark naik dan satu kuark turun, manakala neutron terdiri dari satu kuark naik dan dua
kuark turun. Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi perbedaan massa dan muatan antara dua
partikel tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya nuklir kuat yang diperantarai oleh gluon. Gluon
adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya fisika.[35][36]

Inti atom
Artikel utama: Inti atom
Energi pengikatan yang diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai isotop.

Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara kolektif,
proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti). Diameter inti atom
berkisar antara 10−15 hingga 10−14 m.[37] Jari-jari inti diperkirakan sama dengan   fm, dengan A adalah
jumlah nukleon.[38] Hal ini sangatlah kecil dibandingkan dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon
tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada
jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan
proton saling tolak menolak.[39]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom. Inti atom
yang mempunyai nomor atom, nomor massa, dan waktu paruh tertentu disebut nuklida. Suatu unsur
dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop. Isobar adalah
unsur-unsur yang mempunyai nomor massa sama tetapi nomor atom berbeda. Isoton unsur-unsur
yang mempunyai jumlah elektron yang sama tetapi nomor massa dan nomor atom berbeda. Jumlah
proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom tersebut, sedangkan jumlah neutron
relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti atom, dengan isotop unsur tertentu
akan menjalankan peluruhan radioaktif.[40]
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli melarang
adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton berganda) menduduki suatu
keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton dalam inti
atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan aras energinya masing-masing.
Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron yang
menduduki keadaan kuantum yang sama.[41]
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih banyak
daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah melalui peluruhan radioaktif
yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena itu, atom dengan jumlah
proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung tidak meluruh. Namun, dengan
meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar proton membuat inti atom memerlukan
proporsi neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio
neutron per proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.[41]
Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu neutron).
Satu positron (e+) dipancarkan bersamaan dengan neutrino elektron.

Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan energi yang
sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak partikel atom
bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari, proton memerlukan
energi sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar sesamanya dan bergabung
menjadi satu inti.[42] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah
menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga
dapat diubah melalui penembakan partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah
jumlah proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.[43][44]
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel awal
penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi (misalnya sinar
gama), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-energi Einstein, E = mc2,
dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan bagian
dari energi pengikatan inti yang baru.[45]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik, yang
berarti bahwa proses ini melepaskan energi.[46] Adalah proses pelepasan energi inilah yang membuat
fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih berat, energi pengikatan
per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses fusi akan bersifat endotermik.[41]

Awan elektron
Artikel utama: Orbital atom dan Konfigurasi elektron
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-tiap posisi x.
Suatu partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.

Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik. Gaya
ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti bahwa energi
luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu elektron dalam inti,
semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat sumur potensi
memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti gelombang
(dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam sumur potensi di mana
tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang yang tidak bergerak
relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu fungsi
matematika yang menghitung probabilitas suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu
ketika posisinya diukur.[47] Hanya akan ada satu himpunan orbital tertentu yang berada di sekitar inti,
karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih stabil.[48]

Fungsi gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang simpul.

Tiap-tiap orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat


berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton. Selain dapat
naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron dapat pula turun ke keadaan energi yang
lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.[48]
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi pengikatan
elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai contohnya, hanya
diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom hidrogen.[49] Bandingkan dengan energi
sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti deuterium.[50] Atom bermuatan listrik netral
oleh karena jumlah proton dan elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun kelebihan
elektron disebut sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat ditransfer ataupun
dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom dapat
saling berikatan membentuk molekul.[51]

Sifat-sifat
Sifat-sifat nuklir
Artikel utama: Isotop dan Isotop stabil

Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk ke
dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun dengan
jumlah neutron berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai contohnya,
semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu isotop hidrogen yang tidak memiliki
neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu neutron (deuterium), dua neutron (tritium), dll.
Hidrogen-1 adalah bentuk isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai
protium.[52] Semua isotop unsur yang bernomor atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.[53][54]
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah
terpantau meluruh.[55] Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu atau lebih isotop
stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop stabil. Dua puluh
tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil yang paling banyak
terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.[56]

Massa
Artikel utama: Massa atom dan Bobot atom

Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan partikel ini
dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam sering diekspresikan
menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da). Satuan ini didefinisikan
sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar 1,66 × 10−27 kg.
[57]
 Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan hidrogen memiliki bobot atom 1,007825 u.[58] Atom
memiliki massa yang kira-kira sama dengan nomor massanya dikalikan satuan massa atom.[59] Atom
stabil yang paling berat adalah timbal-208,[53] dengan massa sebesar 207,9766521 u.[60]
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol
didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini adalah
sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan demikian suatu
unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang bermassa 0,001 kg. Sebagai
contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon atom memiliki massa
0,012 kg.[57]

Ukuran
Artikel utama: Jari-jari atom

Atom tidak memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya dideskripsikan
sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama dalam ikatan kimia. Jari-jari
ini bervariasi tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di sekitarnya, dan
spin atom.[61] Pada tabel periodik unsur-unsur, jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya periode (atas ke bawah). Sebaliknya jari-jari atom akan cenderung meningkat
seiring dengan menurunnya nomor golongan (kanan ke kiri).[62] Oleh karena itu, atom yang terkecil
adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar adalah sesium dengan jari-jari
225 pm.[63] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil daripada gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga
atom tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop optik biasa. Namun, atom dapat dipantau
menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung sekitar
1 juta atom karbon.[64] Satu tetes air pula mengandung sekitar 2 × 1021 atom oksigen.[65] Intan satu
karat dengan massa 2 × 10-4 kg mengandung sekitar 1022 atom karbon.[catatan 2] Jika sebuah apel
diperbesar sampai seukuran besarnya Bumi, maka atom dalam apel tersebut akan terlihat sebesar
ukuran apel awal tersebut.[66]

Peluruhan radioaktif
Artikel utama: Peluruhan radioaktif
Diagram ini menunjukkan waktu paruh (T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah proton N
(dalam satuan detik).

Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami peluruhan
radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik. Radioaktivitas
dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan dengan jari-jari gaya kuat (hanya bekerja
pada jarak sekitar 1 fm).[67]
Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif yang paling umum adalah:[68][69]

 Peluruhan alfa, terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium yang terdiri dari
dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah unsur baru dengan nomor atom yang
lebih kecil.
 Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi neutron menjadi
proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi neutron menjadi proton akan diikuti oleh
emisi satu elektron dan satu antineutrino, manakala transformasi proton menjadi neutron diikuti
oleh emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi positron disebut
sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun menurunkan nomor atom
inti sebesar satu.
 Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan yang lebih
rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat terjadi setelah emisi partikel
alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron dan proton dari
inti, emisi lebih dari satu partikel beta, ataupun peluruhan yang mengakibatkan produksi elektron
berkecepatan tinggi yang bukan sinar beta, dan produksi foton berenergi tinggi yang bukan sinar
gama
Tiap-tiap isotop radioaktif mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu paruh) yang
merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh setengah jumlah sampel untuk meluruh habis.
Proses peluruhan bersifat eksponensial, sehingga setelah dua waktu paruh, hanya akan tersisa 25%
isotop.[67]

Momen magnetik
Artikel utama: Momen dipol magnetik elektron dan Momen magnetik nuklir

Setiap partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal dengan
nama spin. Spin beranalogi dengan momentum sudut suatu objek yang berputar pada pusat
massanya, walaupun secara kaku partikel tidaklah berperilaku seperti ini. Spin diukur dalam
satuan tetapan Planck tereduksi (ħ), dengan elektron, proton, dan neutron semuanya memiliki spin
½ ħ, atau "spin-½". Dalam atom, elektron yang bergerak di sekitar inti atom selain memiliki spin juga
memiliki momentum sudut orbital, manakala inti atom memiliki momentum sudut pula oleh karena
spin nuklirnya sendiri.[70]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik) ditentukan oleh
kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar tetap berasal dari
spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni tiada dua elektron yang dapat
ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang terikat satu sama lainnya
memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin naik, dan yang satunya lagi berspin turun.
Kedua spin yang berlawanan ini akan saling menetralkan, sehingga momen dipol magnetik totalnya
menjadi nol pada beberapa atom berjumlah elektron genap.[71]
Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang tak berpasangan
menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling atom tersebut
saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai ketika spin elektron yang tak
berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini disebut sebagai interaksi pertukaran. Ketika
momen magnetik atom feromagnetik tersusun berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat
menghasilkan medan makroskopis yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang
bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen magnetik yang tersusun acak, sehingga tiada
medan magnet yang dihasilkan. Namun, momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan
tersusun berjajar ketika diberikan medan magnet.[71][72]
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh
karena kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah
mungkin untuk memolarisasi keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin tersebut
tersusun berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai hiperpolarisasi. Fenomena ini
memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi magnetik.[73][74]

Aras-aras energi
Artikel utama: Aras energi dan Garis spektrum atom

Ketika suatu elektron terikat pada sebuah atom, ia memiliki energi potensial yang berbanding
terbalik terhadap jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh besarnya energi yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari atom dan biasanya diekspresikan dengan satuan elektronvolt (eV).
Dalam model mekanika kuantum, elektron-elektron yang terikat hanya dapat menduduki satu set
keadaan yang berpusat pada inti, dan tiap-tiap keadaan berkorespondensi terhadap aras energi
tertentu. Keadaan energi terendah suatu elektron yang terikat disebut sebagai keadaan dasar,
manakala keadaan energi yang lebih tinggi disebut sebagai keadaan tereksitasi.[75]
Agar suatu elektron dapat meloncat dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah menyerap
ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan perbedaan energi potensial antar dua
aras tersebut. Energi foton yang dipancarkan adalah sebanding dengan frekuensinya.[76] Tiap-tiap
unsur memiliki spektrum karakteristiknya masing-masing. Hal ini bergantung pada muatan inti,
subkelopak yang terisi dengan elektron, interaksi elektromagnetik antar elektron, dan faktor-faktor
lainnya.[77]

Contoh garis absorpsi spektrum.

Ketika suatu spektrum energi yang berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas ataupun plasma,
beberapa foton diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah aras energi. Elektron yang
tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini sebagai foton dan jatuh kembali ke aras
energi yang lebih rendah. Oleh karena itu, atom berperilaku seperti bahan penyaring yang akan
membentuk sederetan pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap kekuatan dan lebar pita
spektrum mengizinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat fisika suatu zat.[78]
Pemantauan cermat pada garis-garis spektrum menunjukkan bahwa beberapa memperlihatkan
adanya pemisahan halus. Hal ini terjadi karena kopling spin-orbit yang merupakan interaksi antara
spin dengan gerak elektron terluar.[79] Ketika suatu atom berada dalam medan magnet eksternal,
garis-garis spektrum terpisah menjadi tiga atau lebih komponen. Hal ini disebut sebagai efek
Zeeman. Efek Zeeman disebabkan oleh interaksi medan magnet dengan momen magnetik atom
dan elektronnya. Beberapa atom dapat memiliki banyak konfigurasi elektron dengan aras energi
yang sama, sehingga akan tampak sebagai satu garis spektrum. Interaksi medan magnet dengan
atom akan menggeser konfigurasi-konfigurasi elektron menuju aras energi yang sedikit berbeda,
menyebabkan garis spektrum berganda.[80] Keberadaan medan listrik eksternal dapat menyebabkan
pemisahan dan pergeseran garis spektrum dengan mengubah aras energi elektron. Fenomena ini
disebut sebagai efek Stark.[81]

Valensi dan perilaku ikatan


Artikel utama: Valensi (kimia) dan Ikatan kimia

Kelopak atau kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi disebut sebagai
kelopak valensi dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron valensi. Jumlah elektron
valensi menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya. Atom cenderung bereaksi
dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun pengosongan) elektron valensi terluar atom.
[82]
 Ikatan kimia dapat dilihat sebagai transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang
terpantau pada natrium klorida dan garam-garam ionik lainnya. Namun, banyak pula unsur yang
menunjukkan perilaku valensi berganda, atau kecenderungan membagi elektron dengan jumlah
yang berbeda pada senyawa yang berbeda. Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini
cenderung berupa pembagian elektron daripada transfer elektron. Contohnya meliputi unsur karbon
dalam senyawa organik.[83]
Unsur-unsur kimia sering ditampilkan dalam tabel periodik yang menampilkan sifat-sifat kimia suatu
unsur yang berpola. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang sama dikelompokkan secara
vertikel (disebut golongan). Unsur-unsur pada bagian terkanan tabel memiliki kelopak terluarnya
terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur tersebut cenderung bersifat inert (gas mulia).[84][85]

Keadaan
Artikel utama: Keadaan materi dan Fase benda
Gambaran pembentukan kondensat Bose-Einstein.

Sejumlah atom ditemukan dalam keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik
benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut, materi dapat berubah-ubah
menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[86] Dalam tiap-tiap keadaan tersebut pula materi dapat
memiliki berbagai fase. Sebagai contohnya pada karbon padat, ia dapat berupa grafit maupun intan.
[87]

Pada suhu mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat Bose-Einstein, di mana efek-
efek mekanika kuantum yang biasanya hanya terpantau pada skala atom terpantau secara
makroskopis.[88][89] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan ini berperilaku seperti satu atom
super.[90]

Anda mungkin juga menyukai