Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Kharits Hammami Al-Hikam

175090807111003

FISIKA D
Proses Penemuan Elektron, Proton dan Neutron
1. Penemuan Elektron

Setelah John Dalton (1766-1844) pada tahun 1803 mengemukakan teori atom yang pertama kali, maka
tidak lama setelah itu dua orang ilmuwan yaitu Sir Humphry Davy (1778-1829) dan muridnya Michael
Faraday (1791-1867), menemukan metode elektrolisis, yaitu cara menguraikan senyawa menjadi
unsur-unsurnya dengan bantuan arus listrik. Dengan metode baru itulah akhirnya mereka menemukan
bahwa atom mengandung muatan listrik.

Sejak pertengahan abad ke-19, para ilmuwan banyak meneliti daya hantar listrik dari gas-gas pada
tekanan rendah. Tabung lampu gas pertama kali dirancang oleh Heinrich Geissler (1829-1879) dari
Jerman pada tahun 1854. Rekannya, Julius Plucker (1801-1868), membuat eksperimen sebagai berikut.
Dua pelat logam ditempatkan pada masing-masing tabung Geissler yang divakumkan, lalu tabung
gelas itu diisi dengan gas pada tekanan rendah. Salah satu pelat logam (disebut anode) membawa
muatan positif, dan pelat yang satu lagi (disebut katode) membawa muatan negatif. Ketika muatan
listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui gas dalam tabung, muncullah nyala berupa sinar dari katode
ke anode. Sinar yang dihasilkan ini disebut sinar katode.

Sifat sinar katode, antara lain :

1. merambat tegak lurus dari permukaan katode menuju anode;


2. merupakan radiasi partikel sehingga terbukti dapat memutar baling-baling;
3. bermuatan listrik negatif sehingga dibelokkan ke kutub listrik positif;
4. dapat memendarkan berbagai jenis zat, termasuk gelas.

Plucker ternyata kurang teliti dalam pengamatannya dan menganggap sinar tersebut hanyalah cahaya
listrik biasa. Pada tahun 1875, William Crookes (1832-1919) dari Inggris, mengulangi eksperimen
Plucker tersebut dengan lebih teliti dan mengungkapkan bahwa sinar katode merupakan kumpulan
partikel-partikel yang saat itu belum dikenal.

Hasil-hasil eksperimen Crookes dapat dirangkum sebagai berikut.

1. Partikel sinar katode bermuatan negatif sebab tertarik oleh pelat yang bermuatan positif.
2. Partikel sinar katode mempunyai massa sebab mampu memutar baling-baling dalam tabung.
3. Partikel sinar katode dimiliki oleh semua materi sebab semua bahan yang digunakan (padat,
cair, dan gas) menghasilkan sinar katode yang sama. Partikel sinar katode itu dinamai
“elektron” oleh George Johnstone Stoney (1817 – 1895) pada tahun 1891.

Saat masa itu para ilmuwan masih diliputi kebingungan dan ketidaktahuan serta ketidakpercayaan
bahwa setiap materi memiliki elektron karena mereka masih percaya bahwa atom adalah partikel
terkecil penyusun suatu materi. Kalau atom merupakan partikel terkecil, maka di manakah keberadaan
elektron dalam materi tersebut?

Pada tahun 1897, Joseph John Thompson (1856 – 1940) dari Inggris melalui serangkaian
eksperimennya berhasil mendeteksi atau menemukan elektron yang dimaksud Stoney. Thompson
membuktikan bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom, bahkan Thompson mampu
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759 x 108 coulomb/gram.

Kemudian pada tahun 1908, Robert Andrew Millikan (1868-1953) dari Universitas Chicago
menemukan harga muatan elektron, yaitu 1,602 x 10-19 coulomb. Dengan demikian massa sebuah
elektron dapat dihitung.

Massa satu elektron = e/(e/m) = (1,602 x 10-19) / (1,759 x 108) = 9,11 × 10–28gram

Pernahkah Anda memperhatikan tabung televisi? Tabung televisi merupakan tabung sinar katode.
Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil
eksperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode
yang disebut sinar katode.

George Johnstone Stoney (1891) yang mengusulkan nama sinar katode disebut "elektron". Kelemahan
dari Stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat antara atom suatu
unsur dengan atom dalam unsur lainnya. Antoine Henri Becquerel (1896) menentukan sinar yang
dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif yang sifatnya mirip dengan elektron.

Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik
dan medan magnet dalam tabung sinar katode.

Pembelokan sinar katode oleh medan listrik. [1]


Keterangan :

C = katode
A = anode
E = lempeng kondensor bermuatan listrik
F = layar yang dapat berpendar (berfluoresensi)

Hasil percobaan J.J. Thomson menunjukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub positif
medan listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu atom. Besarnya
muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan (1908) melalui percobaan tetes minyak
Milikan seperti gambar berikut.
Diagram percobaan tetes minyak Milikan. [1]
Minyak disemprotkan ke dalam tabung yang bermuatan listrik. Akibat gaya tarik gravitasi akan
mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif maka akan
tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan Milikan dan Thomson diperoleh muatan
elektron –1 dan massa elektron 0, sehingga elektron dapat dilambangkan (0-1e).

2. Penemuan Proton

Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataannya
partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom itu netral. Bagaimana
mungkin atom itu bersifat netral dan mempunyai massa, jika hanya ada elektron saja dalam atom? [1]

Keberadaan partikel bermuatan positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen Goldstein
(1850-1930) pada tahun 1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin yakin bahwa
dalam atom pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif dari elektron.
Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya elektron-elektron, maka jumlah massa
elektron terlalu kecil dibandingkan terhadap massa sebutir atom.

Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang diberi
lubang-lubang dan diberi muatan listrik. [1]
Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut
menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode.
Sinar ini disebut sinar anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain : [2]

1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;


2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan
positif;
3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel positif. [1]
Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode,
terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang pada katode. Setelah
berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogen lah yang menghasilkan sinar muatan
positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan proton.
Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1. [1]

Keberadaan partikel penyusun atom yang bermuatan positif itu semakin terbukti ketika Ernest
Rutherford (1871-1937), orang Selandia Baru yang pindah ke Inggris, pada tahun 1906, bersama dua
orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk
mengetahui kedudukan partikel-partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan
sinar alfa terhadap lempeng tipis emas. Mereka berhasil menghitung bahwa massa partikel bermuatan
positif itu kira-kira 1.837 kali massa elektron. Kini kita menamai partikel itu proton, nama yang baru
dipakai mulai tahun 1919.

Massa 1 elektron = 9,11 × 10–28 gram


Massa 1 proton = 1.837 × 9,11 × 10–28 gram = 1,673 × 10–24 gram

Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel α yang ditembakkan pada lempeng logam
emas yang tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang dibelokan bahkan ada juga
beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat mengejutkan bagi Rutherford. Penemuan
ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson. Partikel α yang terpantul tersebut diperkirakan telah
menabrak sesuatu yang padat di dalam atom. Dengan demikian atom tersebut tidak bersifat homogen
seperti digambarkan oleh Thomson. Bahkan menurut pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa satu
di antara 20.000 partikel α akan membelok dengan sudut 90o bahkan lebih.

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:

1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa ( α) diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.
2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel α yang mendekati inti atom. Hal tersebut
disebabkan keduanya bermuatan positif.
3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel α yang tepat menabrak inti atom.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model
atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif
yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam inti sama dengan jumlah
elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. Rutherford juga menduga bahwa di
dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel positif agar
tidak saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan jari-jari atom kira-
kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm.

3. Penemuan Neutron

Setelah para ilmuwan mempercayai adanya elektron dan proton dalam atom, maka timbul masalah
baru, yaitu jika hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron sangat kecil dan
dapat diabaikan), ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk sesuai dengan massa
atom. Jadi, dalam inti pasti ada partikel lain yang menemani proton-proton.

Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen penembakan
partikel alfa pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi.
Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang menimbulkan radiasi
berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama dengan
proton. Massa sebutir neutron adalah 1,675 × 10–24 gram. Partikel ini disebut neutron dan
dilambangkan dengan 10n .

Jadi sekarang diketahui dan dipercayai oleh para ilmuwan bahwa inti atom tersusun atas dua partikel,
yaitu proton (partikel yang bermuatan positif) dan neutron (partikel yang tidak bermuatan). Proton dan
neutron mempunyai nama umum, nukleon-nukleon, artinya partikel-partikel inti.

Referensi :

Utami, B. A. N. Catur Saputro, L. Mahardiani, dan S. Yamtinah, Bakti Mulyani.2009. Kimia : Untuk
SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 250.

Referensi Lainnya :

[1] Setyawati, A. A. Kimia : Mengkaji Fenomena Alam Untuk Kelas X SMA/MA. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 186.

[2] Permana, I. 2009. Memahami Kimia 1 : SMA/MA untuk Kelas Semester 1 dan 2. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 175.

Anda mungkin juga menyukai