Anda di halaman 1dari 6

Dengan ditemukannya elektron oleh Thomson, para ahli semakin yakin bahwa atom

tersusun oleh partikel-partikel yang lebih kecil. Pada tahun 1886, Eugen Goldstein memodifikasi
tabung sinar katode dengan melubangi lempeng katodenya dan gas yang berada di belakang
lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal
dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode. Sinar ini disebut sinar anode atau
sinar positif.

Sifat sinar anode, antara lain:

1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;

2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan
positif;

3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung. Partikel terkecil diperoleh dari
gas hidrogen. Partikel ini kemudian disebut proton.

Massa 1 proton = 1 sma = 1,66 × 10-24 gram

Muatan 1 proton = +1 = 1,6 × 10-19 C

Pada tahun 1910, Ernest Rutherford bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan
Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui kedudukan partikel-
partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap
lempeng tipis emas.

Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel yang ditembakkan pada lempeng
logam emas yang tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang dibelokan
bahkan ada juga beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat mengejutkan bagi
Rutherford. Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson. Partikel yang terpantul
tersebut diperkirakan telah menabrak sesuatu yang padat di dalam atom. Dengan demikian
atom tersebut tidak bersifat homogen seperti digambarkan oleh Thomson. Bahkan menurut
pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa satu di antara 20.000 partikel akan membelok
dengan sudut 90o bahkan lebih.

Percobaan Rutherford. Penembakan lempeng logam tipis


Emas dengan sinar

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:


1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.

2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel yang mendekati inti atom. Hal tersebut
disebabkan keduanya bermuatan positif.

3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel yang tepat menabrak inti atom.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan


model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan
bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam
inti sama dengan jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
Rutherford juga menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi
untuk mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling menolak.

Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan jari-jari atom kira-kira 10 –8 cm dan
jari-jari inti kira-kira 10-13cm.

massa elektron nol (0) berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada
kenyataannya partikel materi atau zat mempunyai massa yang dapat diukur dan atom itu
bersifat netral. Bagaimana mungkin atom itu bersifat netral dan mempunyai massa, jika hanya
ada elektron saja dalam atom?

Keberadaan proton dibuktikan melalui percobaan tabung Crookes yang digunakan untuk
membuktikan adanya elektron, hanya saja tabung tersebut dimodifikasi. Tabung Crookes diisi
gas hidrogen dengan tekanan rendah. Percobaan ini dikembangkan oleh Eugen Goldstein pada
tahun 1886
Eugene Goldstein melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang diberi
lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Jika tabung Crookes dihubungkan dengan sumber arus listrik di bagian belakang katode yang
dilubangi maka akan terbentuk berkas sinar. Goldstein menamakan sinar itu sebagai sinar
terusan. Oleh karena sinar terusan bergerak menuju katode maka disimpulkan bahwa sinar
terusan bermuatan positif. Menurut Goldstein, sinar terusan tiada lain adalah ion hidrogen. Ion
ini terbentuk akibat gas hidrogen bertumbukan dengan sinar katode.

Oleh karena ion hidrogen hanya mengandung satu proton maka disimpulkan bahwa
sinar positif adalah proton. Penggantian gas hidrogen oleh gas lain selalu dihasilkan sinar yang
sama dengan sinar terusan yang dihasilkan oleh gas hidrogen. Hal ini dapat membuktikan
bahwa setiap materi mengandung proton sebagai salah satu partikel penyusunnya.
Hasil eksprerimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang
menuju anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang
pada katode. Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang
menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga
partikel ini disebut dengan proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan
proton = +1.
Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun
pada kenyataannya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur
dan atom bersifat atom itu netral. Bagaimana mungkin atom itu bersifat
netral dan mempunyai massa, jika hanya ada elektron saja dalam atom? [1]

Keberadaan partikel bermuatan positif yang dikandung oleh atom


diisyaratkan oleh Eugen Goldstein (1850-1930) pada tahun 1886. Dengan
ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin yakin bahwa dalam atom
pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif dari
elektron. Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya elektron-
elektron, maka jumlah massa elektron terlalu kecil dibandingkan terhadap
massa sebutir atom.

Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang


memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik
Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng katode menjadi
berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari
anode yang menerobos lubang pada lempeng katode. Sinar ini disebut sinar
anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain : [2]

1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;

2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi


merupakan radiasi bermuatan positif;

3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.

Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel positif. [1]


Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron
yang menuju anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah
berlawanan melewati lubang pada katode. Setelah berbagai gas dicoba
dalam tabung ini, ternyata gas hidrogen lah yang menghasilkan sinar
muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga
partikel ini disebut dengan proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa
atom) dan muatan proton = +1. [1]

Keberadaan partikel penyusun atom yang bermuatan positif itu semakin


terbukti ketika Ernest Rutherford (1871-1937), orang Selandia Baru yang
pindah ke Inggris, pada tahun 1906, bersama dua orang asistennya, yaitu
Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk
mengetahui kedudukan partikel-partikel di dalam atom. Percobaan mereka
dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng tipis emas.
Mereka berhasil menghitung bahwa massa partikel bermuatan positif itu
kira-kira 1.837 kali massa elektron. Kini kita menamai partikel itu proton,
nama yang baru dipakai mulai tahun 1919. [2]

Massa 1 elektron = 9,11 × 10–28 gram


Massa 1 proton = 1.837 × 9,11 × 10–28 gram = 1,673 × 10–24 gram

Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel α yang


ditembakkan pada lempeng logam emas yang tipis, sebagian besar
diteruskan, dan ada sebagian kecil yang dibelokan bahkan ada juga
beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat mengejutkan
bagi Rutherford. Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson.
Partikel α yang terpantul tersebut diperkirakan telah menabrak sesuatu yang
padat di dalam atom. Dengan demikian atom tersebut tidak bersifat
homogen seperti digambarkan oleh Thomson. Bahkan menurut pengamatan
Marsden, diperoleh fakta bahwa satu di antara 20.000 partikel α akan
membelok dengan sudut 90o bahkan lebih. [2]

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara


lain:

1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa
(α) diteruskan. Berarti, sebagian besar volume atom merupakan ruang
kosong.

2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel α yang mendekati


inti atom. Hal tersebut disebabkan keduanya bermuatan positif.

3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel α yang tepat menabrak inti


atom.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut,


Rutherford mengusulkan model atomnya yang menyatakan bahwa atom
terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif yang dikelilingi
oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam inti sama
dengan jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat
netral. Rutherford juga menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel
netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel positif agar tidak
saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan
jari-jari atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm. [2]

Anda mungkin juga menyukai