Anda di halaman 1dari 13

Miskonsepsi Atas Konsep....

(Sugiyarto & Heru) 41

MISKONSEPSI ATAS KONSEP ASAM-BASA, KESETIMBANGAN


KIMIA, DAN REDOKS DALAM BERBAGAI BUKU-AJAR KIMIA
SMA/MA

THE MISCONCEPTIONS OF CONCEPTS OF ACID-BASE, EQUILIBRIUM, AND


REDOX IN TEXTBOOKS OF CHEMISTRY FOR SMA/MA

Sugiyarto, Heru Pratomo Al.


Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY

E-mail : kristiansugiyarto@yahoo.com

Abstrak
Analisis isi buku-buku Kimia SMA/MA telah dilakukan untuk mengungkap miskonsepsi atas bebe-
rapa konsep, yakni asam-basa, kesetimbangan kimia, dan redoks. Sampel penelitian dengan teknik
purposesive sampling yang dilakukan terhadap berbagai buku yang beredar di pasaran di DIY diperoleh 9
macam buku. Metode analisis dilakukan berdasarkan kisi-kisi kebenaran konsep yang terdapat dalam tiga
konsep, asam-basa, kesetimbangan kimia, dan redoks. Hasilnya menunjukkan adanya miskonsepsi yang
berlaku secara umum pada semua sampel perihal pemahaman terhadap formula larutan basa amonia
dalam air yang dipahami sebagai NH4OH dengan tanpa adanya penjelasan lanjut terkait dengan formula
NH3(aq), rumusan pH dalam hubungannya dengan konstanta kesetimbangan asam lemah poliprotik, dan
penyetaraan reaksi redoks dalam suasana basa dengan melibatkan ion penunjuk asam H+ yang kemudian
dinetralkan dengan ion OH-. Secara khusus ditemui adanya miskonsepsi asam-basa model Bronsted-
Lowry pada reaksi amonia dengan asam klorida membentuk amonium klorida dalam pelarut benzena, dan
ketergantungan nilai konstanta kesetimbangan pada koefisien persamaan reaksi kesetimbangan yang
boleh dilipatgandakan secara sembarangan. Ditinjau dari isi buku-buku tersebut ada kecenderungan yang
nampak bahwa para penulis buku dipengaruhi oleh referensi buku-teks Kimia Umum (General
Chemistry) tanpa pendalaman buku-teks yang lebih advanced.

Kata kunci : miskonsepsi, asam-basa, kesetimbangan, redoks

Abstract
Concepts of acid-base, equilibrium, and redox in textbooks of chemistry for High School were
analysed to reveal particular misconceptions. The sample with purposive technique sampling for the text-
books distributed at the “market” and commonly recommended by chemistry teachers of Yogyakarta
resulted in nine textbooks. The analysis of the concepts in the books were then carefully done based on
the “true corresponding concepts” normally accepted by chemistry experts. The findings shows that some
types of misconceptions were identified. In general, all sample indicate a misconception on understanding
in aqueous solution of ammonia, NH3(aq), as ammonium hydroxide, NH4OH, without further clarify-
cation. In formulating the pH value associated with stepwise equilibrium constants on weak polyprotic
acids, no detailed explanation were stated, and thus resulted in a potential misconception by applying the
overall equilibrium constant other than the only the highest constant value of Ka1. In balancing the
coefficients of redox equation in basic condition, all sample copied the method foracid, involving H+ ion
and H2O, and then followed by the neutralization with OH- ion. In particular, a misconception on
Bronsted-Lowry acid-base model in the case of reaction of ammonia with hydrogen chloride to produce
ammonium chloride in benzene solution was identified. A striking misconception on equilibrium constant
value which changes due to the arbitrary multiplication of coefficients was found. It seems the authors
are influenced strongly by some General Chemistry, and no advanced references are considered.
42 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

PENDAHULUAN maupun yang berisifat ”advanced” hanya


Latar Belakang menuliskan salah satu atau sekaligus kedua
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulisan konfigurasi elektronik tersebut tan-
Sugiyarto, Heru Pratomo, dan Togu Gultom pa ada ”pembahasan” atau komentar sama se-
menunjukkan dengan jelas terjadinya miskon- kali. Oleh sebab relatif sedikitnya referensi,
sepsi pada guru-guru SMA di DIY yang ter- penulis buku-teks Kimia SMA, lalu mencoba
kait dengan adanya miskonsepsi atas Bilangan merangkum keduanya menurut pemahaman-
Kuantum dan Konfigurasi Elektronik pada nya sendiri. Tak seorang pun penulis mencoba
Buku-Ajar Kimia SMA yang dipakai sebagai mempertanyakan mengapa demikian, lalu
acuannya (Sugiyarto, dkk, 2010). Penelitian mencari referensi lebih lanjut. Penulis buku-
ini mengungkap bahwa adanya miskonsepsi teks tidak menyadari bahwa aufbau yang di-
dalam buku teks disebabkan oleh ”pemaha- pahami adalah model Madelung yang menda-
man” penulis terhadap konsep yang bersang- sarkan atas nilai (n + l). Menurut Scerri
kutan terlalu ”sederhana” atau ”elementer”, (1989) urutan energi orbital aufbau tersebut
yang mungkin disebabkan oleh ”terbatasnya” tidak berdasarkan pada mekanika kuantum,
sumber referensi yang ia terima dan atau ia dan energi orbital (n-1)d selalu lebih rendah
miliki. Lalu ia berusaha membuat ”konklusi” daripada energi orbital ns; Greenwood (1968)
atas pemahamannya sendiri yang kemudian menyatakan bahwa prinsip aufbau hanya be-
berusaha menjabarkannya secara detil, namun nar secara eksak hingga 18-20 atom pertama.
akibatnya terjadi penyimpangan. Sebagai con- Jadi jelas telah terjadi miskonsepsi pada diri
toh yang paling mencolok adalah pemahaman semua penulis buku teks Kimia SMA ter-
perihal prinsip aufbau. Semua buku teks yang sebut.
menjadi sampel penelitian tersebut menyaji- Oleh sebab itu tindak lanjut dalam ben-
kan diagram aufbau sebagai urutan energi or- tuk penelitian yang lebih luas diperlukan guna
bital bagi semua atom unsur, untuk menulis- memperoleh data yang lebih akurat untuk
kan konfigurasi elektronik setiap atom unsur. mengambil kesimpulan dan langkah-langkah
Sekalipun menyebutkan adanya beberapa pe- “pelurusan” yang diperlukan untuk berbagai
nyimpangan banyaknya elektron pada bebera- konsep yang lain. Konsep lain yang menjadi
pa atom unsur terkait dalam orbital ..... ns1-2 perhatian berikutnya adalah Asam-Basa, Ke-
(n-1)dx, teks dengan tegas menyebutkan bah- setimbangan Kimia, dan Redoks dalam berba-
wa energi orbital ns selalu lebih rendah dari- gai Buku-Ajar Kimia SMA/ MA di Kota Yog-
pada energi (n-1)dx, sebagaimana dinyatakan yakarta.
oleh prinsip aufbau. Oleh karena fakta (eks-
perimen) mengungkap bahwa energi ionisasi Miskonsepsi dan Pembelajaran
bagi (n-1)dx > ns1-2, sehingga elektron pertama Banyak (maha)siswa pada berbagai
(hingga kedua) yang dilepaskan selalu pada tingkatan mengalami suatu pergulatan yang
ns1-2 baru kemudian (n-1)dx, maka dipahami cukup berat dalam belajar IPA pada umum-
lebih lanjut bahwa penulisan konfigurasi elek- nya dan kimia pada khususnya. Berbagai usa-
tronik ...... (n-1)dx ns1-2 juga diijinkan. Akibat- ha penelitian telah dilakukan oleh banyak pi-
nya ada semacam dua pilihan penulisan konfi- hak terkait baik secara perorangan maupun
gurasi elektronik, satunya berdasarkan aufbau lembaga (seperti guru, dosen, pemerhati pen-
yang dipahami sebagai urutan energi, satunya didikan, dan sebagainya) untuk menemukan
lagi berdasarkan urutan kulit. alasan-alasan yang tepat. Salah satu jawaban
Memang banyak sumber referensi yang paling mungkin yaitu bahwa banyak
”asing” baik yang bersifat elementer-general (maha)siswa tidak membangun pemahaman
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 43

"konsep-konsep dasar" IPA (kimia) secara buah inti". Oleh karena itu, konsep dipertim-
"benar" mulai sejak awalnya mereka belajar bangkan sebagai seperangkat proposisi yang
(Gabel, et al., 1987: 695), sehingga mereka dipakai untuk mengartikan suatu topik terten-
tidak memahami sepenuhnya "konsep-konsep tu misalnya "inti atom". Berbagai konsep ke-
(lebih) lanjut" yang dibangun di atasnya. mudian dihubungkan dengan konsep lain
Osborne dan Wittrock (1983: 489) me- yang telah dimiliki pelajar membentuk struk-
lakukan penelitian pengetahuan konseptual tur kognitif terintegrasi tentang pengetahuan
siswa dalam kimia yang didasarkan pada mo- kimiawi.
del belajar di mana siswa membangun (meng- Informasi yang digunakan pelajar untuk
konstruksi) konsep yang dimilikinya. Menu- membangun konsep berasal dari dua sumber
rut model-belajar kognitif, selama pembelaja- yaitu, pengetahuan publik seperti ditampilkan
ran, pelajar membangun pemahamannya ber- dalam buku-teks dan pengajaran klasikal /
dasarkan pada latarbelakang (background), kuliah, dan pengetahuan informal yang men-
sikap (attitude), kemampuan (ability), dan pe- dahuluinya seperti pengalaman sehari-hari,
ngalaman (experience). keluarga, produk perdagangan, dan istilah-
Dalam siklus belajar, pelajar secara se- istilah umum. Lebih lanjut Nakhleh menekan-
lektif hadir pada aliran informasi yang dipre- kan bahwa model struktur kognitif sejalan
sentasikan, dan pre-konsepsi yang dimilikinya dengan model konstruktivistik, dan peran
menentukan perhatian pada informasi terse- miskonsepsi dalam belajar telah dibahas oleh
but. Kemudian otak secara aktif menginter- Bodner (1986: 873) atas dasar paham konst-
pretasi informasi pilihan dan menarik penga- ruktivisme.
ruh berdasarkan informasi simpanannya. Pe-
ngertian baru yang diturunkan kemudian seca- Miskonsepsi dalam Pembelajaran Kimia
ra aktif dihubungkan dengan basis pengetahu- Materi pembelajaran atau perkuliahan
an yang dimiliki sebelumnya. Osborne dan umumnya disampaikan secara lisan-ceramah
Wittrock (1983: 489) berpendapat bahwa dan menunjuk pada beberapa buku sebagai
menurut model kognitif, pelajar membangun daftar pustaka yang disarankan untuk dibaca
pemahaman yang sensibel dan koheren atas oleh (maha)siswa. Fungsi guru (dosen) yang
berbagai peristiwa dan gejala di dalam dunia- dominan yaitu mentransfer konsep-konsep
nya sendiri berdasarkan pandangannya sendi- (IPA-kimia) ke dalam diri (maha)siswa.
ri. Oleh West, Fensham, dan Garrad (dalam Pelajar benar-benar membangun konsep-kon-
Nakhleh, 1992: 191), pemahaman koheren sepnya sendiri. Bangun konsep (kimiawi)
menunjuk pada struktur kognitif. Kata-kata yang dimiliki pelajar sering berbeda dari ba-
seperti "atom", dan "netralisasi" misalnya, ngun konsep yang dimiliki instrukturnya dan
sesungguhnya adalah lambang yang menun- yang telah dicoba dipresentasikan. Perbedaan
juk pada struktur kognitif terelaborasi yang konsep ini oleh para ahli peneliti pendidikan
tersimpan dalam otak. (Nakhleh, 1992: 191) dilukiskan secara varia-
Berbagai struktur kognitif terelaborasi, tif sebagai "prekonsepsi", miskonsepsi",
olehnya terdiri atas berbagai konsep yang sa- "kerangka-kerja alternatif", "pengetahuan
ling berhubungan. Setiap konsep dibangun anak", "sistem deskriptif pelajar" dan "sistem
oleh seperangkat pernyataan sederhana-dekla- ekplanatori".
ratif yang disebut "proposisi" yang mewakili Nakhleh (1992 : 191) menyatakan bah-
bangun pengetahuan perihal konsep yang di- wa "misconception means any concept that
miliki pelajar. Sebagai contoh proposisi ada- differs from the commonly accepted scientifict
lah pernyataan "sebuah atom mengandung se- understanding of the term" ; Novak & Gowin
44 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

(1986) menyatakan hal yang sejalan bahwa Kesulitan pemahaman konsep-konsep


"misconception is the term commonly used to (IPA) kimia tertentu hingga mengakibatkan
describe an unaccepted (and not necessarily terjadinya miskonsepsi, barangkali bergan-
wrong) interpretation of a concept illustrated tung pada karakteristik konsep-konsep itu
in the statement in which the concept is em- sendiri disamping kultur (maha)siswa. Berda-
bedded.” Tetapi, van den Berg (1991) mene- sarkan teori konstruktivistik, ilmu pengeta-
gaskan bahwa dalam bidang IPA, "miskon- huan dibangun dalam pikiran (maha)siswa
sepsi" umumnya identik dengan "kesalahan". (Bodner: 1986); pembentukan konsep dalam
Jadi, istilah miskonsepsi diartikan sebagai pikiran ini dipengaruhi oleh prekonsep yang
konsep apa saja yang berbeda dari pemaha- ada sebelumnya. Dengan demikian "kekeliru-
man ilmiah/saintifik yang umumnya diterima an" pembentukan konsep yang ditransfer
untuk konsep yang bersangkutan. Sekali terin- dapat saja menghasilkan konsep yang berbeda
tegrasi ke dalam struktur kognitif pelajar, mis- (bahkan "salah") dari kebenaran konsep yang
konsepsi mempengaruhi proses belajar selan- diharapkan; jadi miskonsepsi adalah hal yang
jutnya. Informasi baru yang masuk ke dalam sangat mungkin. Tentu saja miskonsepsi diya-
struktur kognitif tidak terkoneksi secara tepat, kini ada hubungannya dengan rendahnya
sehingga terjadilah pemahaman yang lemah prestasi hasil belajar khususnya jika alat eva-
atau pemahaman-salah (misunderstanding) luasi belajar benar-benar menuntut kebenaran
terhadap konsep yang bersangkutan. Namun konsep.
demikian, Novak&Gowin (1986) berpenda- Tidak ada satu pun materi pembelajaran
pat bahwa makna yang terungkap bukanlah khususnya sains yang sampai kepada kita tan-
suatu miskonsepsi pada (maha)siswa, melain- pa masalah baik dalam pembelajaran maupun
kan pada makna fungsional. Hal ini didukung pemahaman sains itu sendiri. Dalam pembela-
oleh kanyataan bahwa miskonsepsi dapat ber- jaran Kimia, miskonsepsi tertentu selalu mun-
langsung dalam kurun waktu cukup lama, na- cul tidak hanya bagi (maha)siswa melainkan
mun jika "konsep-konsep penghubung" diin- juga para guru, bahkan saya yakin juga para
tegrasikan ke dalam kerangka konseptual kimiawan termasuk dosen. Berbagai tipe mis-
seseorang, ternyata "miskonsepsi' menjadi konsepsi telah dilaporkan misalnya oleh
hilang. Griffiths dan Preston (1992). Mengapa?
Berbagai usaha telah dilakukan oleh gu- Penyebab umum adalah karena penyederhana-
ru (dosen) agar "transfer ilmu" berlangsung an konsep pokok bahasan. Model matematika
dengan "benar" dan lancar, misalnya dengan abstrak terlibat secara khusus, dan ini menam-
model-model yang dapat divisualisaikan, de- bah munculnya gambaran model yang tidak
monstrasi dan atau kegiatan laboratorium, dan tepat, yang pada gilirannya mengakibatkan
sebagainya. Namun demikian kenyataan me- miskonsepsi lanjut yang rumit.
nunjukkan bahwa (maha)siswa tidak hanya
mendapat kesulitan dalam belajar kimia me- Miskonsepsi dalam Buku-Teks dan pada
lainkan terjadi miskonsepsi. Terjadinya mis- Guru Kimia
konsepsi dalam kimia baik bagi siswa SMU Siswa memperoleh pengetahuan berba-
maupun hingga tingkat universitas pada ber- gai konsep Kimia (Anorganik) baik melalui
bagai macam konsep dalam bidang Kimia Da- Dosen/ Guru maupun buku teks dan pihak la-
sar, Kimia Anorganik, Kimia Fisik, maupun in; sementara itu para guru memperoleh pe-
Ikatan Kimia telah banyak dilaporkan oleh ngetahuan konsep dari ”mantan” dosennya
para ahli pendidikan kimia (sebagaimana di- dan berbagai buku teks acuan. Penyederhana-
nyatakan dalam daftar pustaka ini). an materi Kimia adalah hal yang wajar dalam
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 45

teks maupun pembelajaran. Tuntutan sebagai penerbit (dan penulis) maupun para guru
guru untuk mengembangkan materi pembela- pengguna. Pelurusan atas miskonsepsi terse-
jaran secara mandiri dimungkinkan terjadinya but dapat dilakukan tidak hanya pada tingkat
”penyimpangan” sebagai akibat ”penyederha- mahasiswa baru produk pembelajaran di ting-
naan” materi yang pernah diterima sebelum- kat (SMA) sebelumnya maupun pada setiap
nya. Informasi yang diterima dibangun seba- kesempatan pertemuan dengan para guru
gai kumpulan bangunan berbagai konsep lain- SMA.
nya dalam pikirannya. "Benar" tidaknya kons- Tuntutan sebagai guru untuk mengem-
truksi bangunan konsep dapat diketahui mela- bangkan materi pembelajaran secara mandiri
lui pengungkapan kembali pemahaman kon- dimungkinkan terjadinya ”penyimpangan” se-
sep itu yang dapat diidentifikasi melalui alat bagai akibat ”penyederhanaan” materi yang
uji yang sesuai. Dengan demikian, terjadinya pernah diterima sebelumnya. Informasi yang
miskonsepsi atas konsep-konsep kimia dapat diterima dibangun sebagai kumpulan bangu-
dimunculkan melalui berbagai alat uji yang nan berbagai konsep lainnya dalam pikiran-
menuntut pengungkapan konsep yang ber- nya. Benar tidaknya konstruksi bangunan
sangkutan. konsep dapat diketahui melalui pengungkapan
Cara yang paling umum untuk meng- kembali pemahaman konsep itu yang dapat
identifikasi adanya kemungkinan miskonsepsi diidentifikasi melalui alat uji yang sesuai. De-
atau setidaktidaknya ”berpotensi” terjadinya ngan demikian, terjadinya miskonsepsi atas
miskonsepsi adalah mencermati secara total konsep-konsep kimia dapat dideteksi melalui
isi materi yang bersangkutan kemudian mem- berbagai alat uji yang menuntut pengungka-
bandingkan atau mengidentifikasi berbagai pan konsep yang bersangkutan.
aspek yang seyogyanya dimunculkan secara
benar menurut acuan yang diterima oleh para METODE PENELITIAN
ahli kimia. Akan tetapi buku teks-acuan Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
sering nampak normatif, dan baru menjadi Dalam penelitian ini populasi sekaligus
mudah ketika identifikasi dilakukan melalui sebagai sampel; oleh karena itu, teknik sam-
pemeriksaan soal-soal latihan untuk konsep pling bersifat population sampling, yakni bu-
yang bersangkutan, sebab soal-soal latihan se- ku Kimia SMA Kelas 10, 11, dan 12 dari ber-
ring mampu “mengelaborasi” lebih jauh ide bagai Penerbit yang dipakai sebagai acuan
penulis, sehingga terbuka kemungkinan pe- oleh 10 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta di
mahaman penulis yang lebih komprehensif Kota Yogyakarta berdasarkan prioritas peng-
atau sebaliknya miskonsepsi. gunaannya dari sekitar 30 Guru SMA/MA.
Sekolah yang dipilih yakni SMA Negeri 1-10,
Tujuan dan Manfaat Penelitian dan SMA Swasta BOPKRI 1, 2, de Brito, Ste-
Tujuan utama dalam penelitian ini ada- la Duce, MUH 1, 2. Masing-masing sekolah
lah untuk (a) mengkaji jenis buku Kimia (pe- diambil 2 guru kimia untuk memberikan res-
nulis dan penerbitnya) yang telah menyajikan pon atas jenis buku yang dipakai sebagai
miskonsepsi atas konsep Asam-Basa, Kese- acuan pembelajaran dan atas materi terkait da-
timbangan Kimia, dan Redoks, (b) mereko- lam buku acuannya.
mendasikan bentuk “pelurusan” konsep terha-
dap bagian yang terjadi miskonsepsi. Instrumen Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah disusun- Instrumen kebenaran konsep untuk kon-
nya rekomendasi “pelurusan” terhadap temu- sep Asam-Basa, Kesetimbangan Kimia, dan
an miskonsepsi yang ditujukan kepada para Redoks disusun oleh peneliti dalam bentuk
46 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

kisi-kisi ”kebenaran konsep” atas konsep ter- H H


O
sebut lalu dibandingkan dengan yang termuat
dalam buku acuan yang bersangkutan. lemah H
H kuat H

Metode Pengumpulan dan Analisis Data O H N H O

Penelitian ini adalah content analysis– H H H


kuat
analisis buku, bersifat deskriptif yang berusa- lemah O
ha memperoleh gambaran pemahaman kon- O H
sep-konsep Asam-Basa, Kesetimbangan Ki- H H
mia, dan Redoks dari masing-masing sampel Gambar 1. Struktur amonia terhidrat
Buku-Teks acuan Kimia SMA berdasarkan
Data dianalisis secara diskriptif ber-
standar kebenaran konsep menurut ahlinya.
dasarkan asumsi bahwa responden (guru) su-
Data dikelompokkan menurut kesalahan-
dah seharusnya memahami konsep secara be-
konsep sejenis kemudian dihitung persentase
nar sebab mereka sudah pernah mengalami
terjadinya miskonsepsi. Konsep-konsep yang
pembelajaran yang memadai dan tersedia pula
mengalami miskonsepsi selanjutnya dibahas,
berbagai macam referensi yang dapat diper-
baik mengenai dugaan penyebabnya maupun
tanggungjawabkan kualitasnya.
pelurusan yang dapat dilakukan.

HASIL PENELITIAN DAN


Desain Penelitian
PEMBAHASAN
Penelitian ini bersifat deskriptif nonsta-
Asam-Basa
tistik, dikenakan pada berbagai buku-ajar
Beberapa aspek ditemui secara miskon-
Kimia SMA dari berbagai penerbit (seperti
sepsi sebagaimana diuraikan berikut ini:
Erlangga, Yudistira, Intan Pariwara, Grasin-
Larutan amonia (NH3) dalam air,
do) yang biasa dipakai sebagai buku-acuan
dituliskan secara miskonsepsi sebagai
para guru kimia SMA.
NH4OH.
Amonia, pada temperatur kamar, berupa
Metode Pengumpulan dan Teknik Analisis
gas yang berbau khas tidak enak, dengan air
Data
dalam segala perbandingan. Pada temperatur
Penelitian ini bersifat deskriptif yang
kamar, lebih dari 50 gram amonia dapat larut
berusaha memperoleh gambaran pemahaman
dalam 100 gram air menghasilkan larutan de-
konsep-konsep materi Asam-Basa, Kesetim- -1
bangan Kimia, dan Redoks, dalam masing- ngan rapatan 0,880 g mL , yang dikenal seba-
masing sampel Buku-Teks Kimia SMA/MA gai amonia 880. Larutan ini sangat tepat dise-
berdasarkan standar kebenaran konsep. Data but larutan amonia (aqueous ammonia), tetapi
dikelompokkan menurut jenis/bagian kesala- sering secara menyesatkan disebut amonium
han konsep. Selanjutnya data dianalisis me- hidroksida. Amonia perdagangan dalam air
ngapa atau dugaan apa penyebab terjadinya biasanya berisi sekitar 28% berat (~ 14,8 M).
miskonsepsi. Selain dapat berperan sebagai basa Lewis se-
perti dalam senyawa kompleks, amonia juga
bersifat sebagai basa Brønsted-Lowry, yaitu
dapat mengikat proton dari air sehingga
menghasilkan larutan alkali atau basa menurut
persamaan reaksi:
 )  NH4+(aq) + OH-(aq) K25 = 1,77 x 10-5
NH3(aq) + H2O (
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 47

Walaupun larutan amonia dalam air se- molekul-molekul NH4OH dengan ikatan ko-
ring diberi label amonium hidroksida, senya- valen dalam struktur kristalnya. Bahkan bila
wa NH4OH sesungguhnya belum pernah dii- molekul NH3 dan H2O (dalam larutan NH3
solasi atau dideteksi di dalam larutan. Bukti dalam air) ditekan mendekat dengan cara kris-
bahwa pemberian label NH4OH ini tidak te- talisasi, ternyata tidak ada transfer proton dari
pat, dijelaskan dalam uraian berikut ini: molekul air ke molekul amonia menjadi NH4+.
(1) Bila diketahui pH larutan amonia dalam Namun demikian, jelas terdapat gaya tarik
air misalnya berharga 10, maka dapat dikata- intermolekular yang kuat dalam bentuk ikatan
kan tentulah terdapat ion OH- dalam larutan hidrogen yang membuat gas NH3 mudah larut
yang bersangkutan. Ini berarti bahwa 1,00 M dalam air. Model ikatan ini seperti dilukiskan
larutan amonia dalam air akan menghasilkan pada Gambar 1., setiap molekul NH3 dikelili-
10-4 mol ion OH- (pOH = 4), atau setiap 104 ngi oleh satu ikatan kuat N.....H–O–H dan ti-
(sepuluh ribu) molekul NH3 dalam larutan air, ga ikatan lemah H2O.....H–N.
hanya ada satu molekul NH3 saja yang mam- Oleh karena bersifat basa, amonia bere-
pu mengikat satu proton dari air untuk meng- aksi dengan asam menghasilkan garam amo-
hasilkan satu ion NH4+ dan satu ion OH-; nium, dan dengan gas HCl menghasilkan asap
sungguh merupakan suatu perbandingan jum- putih amonium klorida menurut persamaan
lah yang terlalu kecil untuk menyatakan bah- reaksi:
wa larutan ini adalah NH4OH. NH3 (g)+ HCl (g) NH4Cl (s)
(2) Baik NH3 dalam fase gas maupun dalam
larutan air, keduanya menghasilkan bau yang Demikian juga hampir semua garam amonium
sama, dan gas NH3 sangat mudah lepas me- larut dalam air dan larutannya bersifat asam
nguap dari larutannya. Jadi, larutan amonia karena hidrolisis amonium yang bertindak se-
dalam air tetap berbau karakteristik sebagai bagai asam lemah Brønsted-Lowry menurut
NH3, dan tidak berbau sebagai ion NH4+ (mi- persamaan reaksi:
salnya, NH4Cl tidak berbau). )
NH4+(aq) + H2O( NH3(aq) + H3O+(aq)
(3) Bila NH4+OH- benar-benar ada, tentunya Oleh karena itu, kemampuan mengikat proton
diharapkan dapat dikristalkan pada pendingi- antara molekul NH3 dan H2O dapat pula dira-
nan. Kenyataannya, dua macam hidrat yaitu sionalisasi melalui peristiwa melarutnya ga-
NH3.H2O dan (NH3)2.H2O dapat dihasilkan
o
ram amonium, misalnya NH4+Cl-, tersebut di
pada temperatur –100 C. Struktur kristalnya dalam air. Kenyataan bahwa larutan menjadi
telah dapat ditentukan yaitu bahwa tiap mole- bersifat asam menyarankan bahwa molekul
kul NH3 terlibat oleh empat ikatan hidrogen H2O justru mampu memaksa ion NH4+ mele-
yang terdiri atas tiga dengan atom-atom H pas H+ untuk diikat menjadi ion H3O+ yang
yang dekat dengan atom N (jarak ikatan memberikan sifat asam.
kovalen 1,0 Å) dan satunya dengan atom H
yang relatif jauh dari atom N tetapi relatif de-
Miskonsepsi nilai pH dengan konstanta, K,
kat terikat menjadi molekul air.
untuk asam poliprotik
Demikian juga molekul air ini terlibat dalam Nilai konstanta total untuk asam poli-
ikatan hidrogen dengan dua atom H relatif de- protik dinyatakan sebagai perkalian dari
kat pada atom O dan satu atom H yang lain konstanta ”parsialnya”, yakni dengan rumu-
relatif jauh. Tidak ada gugus atau spesies san Ktot = Ka1 x Ka2 x .... Padahal untuk asam
NH4+ maupun OH- dan sangat nyata tidak ada (lemah) monoprotik dipahami bahwa pH =
48 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

(Ka x M)½; meskipun penulis sadar bahwa jika


NH3 (g) + HCl (g) → NH4+ (aq) + Cl- (aq)
nilai Ka1>>Ka2>...., maka nilai pH hanya di- Perlu ditegaskan pula bahwa keberada-
tentukan oleh Ka1, namun penulis tidak men- an ketiga zat, NH3(g), HCl(g) dan NH4Cl(s),
jelaskan bahwa pengabaian ini terkait dengan dalam pelarut non polar benzena sangat me-
banyaknya ion H+ yang hanya bergantung pa- nyesatkan.
da Ka1. Jadi hal ini berpotensi terjadinya mis-
konsepsi ketika terjadi anggapan analog bah- Miskonsepsi definisi asam-basa model
wa pH = (Ktot x M)½. Lewis
Pernyataan bahwa ”Lewis memberikan
Miskonsepsi atas wujud asam-basa pengertian asam-basa berdasarkan serah (teri-
Dalam menguraikan pemahaman reaksi ma pasangan elektron ......”, benar-benar mis-
asam-basa model Bronsted-Lowry antara konsepsi. Tidak pernah ada proses ”serah teri-
asam klorida dengan amonia membentuk ma” (kecuali pembentukan ikatan ionik), me-
amonium klorida, penulis menduga telah lainkan pembentukan pasangan elektron ”pa-
terjadi semacam ”serah-terima” H+ ketika ke- tungan” namun hanya berasal dari satu pihak.
duanya masing-masing dengan menggunakan
pelarut benzena dapat bereaksi sebagaimana Miskonsepsi atas ionisasi senyawa kovalen
dalam persamaan reak-sinya: Dalam menguraikan sifat asam sebagai
NH3(benzena) + HCl (benzena) NH4Cl (benzena)
proton donor terjadi benar-benar miskonsepsi
dengan mengekspresikan kedalam bentuk per-
Penulis tidak memahami bahwa HCl da- samaan ionisasi berikut:
pat diperoleh dalam keadaan murni yang be-
rupa gas, sebagaimana juga NH3, dan ketika HCl H+ + Cl-
H2O H+ + OH-
keduanya bergabung membentuk “asap”
NH3 H+ + NH2-
(solid) putih menurut persamaan reaksi:
H2SO4 2H+ + SO42-

NH3 (g)+ HCl (g) → NH4Cl (s) Persamaan reaksi kesetimbangan terse-
Hal ini sangat mudah didemonstrasikan but tidak pernah ada. HCl adalah senyawa ko-
dengan mengenakan batang pengaduk kaca valen. Ia tidak akan pernah dituliskan dalam
yang dibasahi dengan HCl pekat pada uap persamaan kesetimbangan ionisasi H+ dan Cl-,
NH3 (yang dapat diperoleh dari reaksi antara kecuali dalam pelarut air misalnya; andaikata
KOH agak pekat dengan garam NH4Cl). berada dalam larutan air, ionisasinya dapat di-
Munculnya asap-putih pada seputar batang anggap sempurna menjadi H+(aq) + Cl-(aq),
pengaduk membuktikan terbentuknya garam sebab ia tergolong asam (elektrolit) kuat. Jika
NH4Cl. ingin menyatakan dalam bentuk persamaan
Jadi dalam reaksi asam-basa tersebut kesetimbangan seharusnya ditegaskan peran-
sama sekali tidak ada serah-terima H+, sebab nya sebagai pelarut:
memang ketiganya adalah senyawa polar, jadi 2H2O(l) H3O+(aq) + OH-(aq)
tidak mungkin terion dalam pelarut non polar, 2NH3(l) NH4+ (NH3) + NH2- (NH3)
benzena; justru contoh reaksi tersebut hanya 2H2SO4(l) 2H+ (H2SO4) + SO42- (H2SO4)
dapat dijelaskan me-nurut model Lewis.
Serah-terima ion H+, artinya model asam-basa Penulis tidak memahami bahwa konsep
Bronsted-Lowry, hanya akan terjadi ketika re- asam-basa menurut Bronsted-Lowry berkaitan
aksi berlangsung dengan pelarut polar, misal- dengan sistem pelarut; jadi ketika mengguna-
nya air, sehingga terjadi reaksi ion: kan pelarut bukan air, asam tetap sebagai
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 49

penghasil H+ oleh sebab interaksinya dengan KESETIMBANGAN KIMIA


pelarut. Dengan demikian pelarut sendiri Miskonsepsi keadaan setimbang secara
akan mengalami “swa-ionisasi” seperti halnya kinetik
air, dan ion H+ diekspresikan tersolvasi dalam Tidak ada satu bukupun yang menjelas-
pelarutnya yang ditulis italic dalam tanda kan bahwa reaksi reversibel akan mencapai
kurung. keadaan setimbang apabila secara kinetika re-
Miskonsepsi berlanjut ketika asam kuat aksinya mengikuti mekanisme sederhana, pa-
(asam sulfat) dicampur dengan asam lemah dahal semua buku menurunkan nilai tetapan
(asam asetat) tetapi diekspresikan dalam pela- kesetimbangan dengan pendekatan kinetika,
rut air. Asam sulfat dipahami berperan seba- yaitu laju pembentukan produk sama dengan
gai asam sedangkan asam asetat sebagai basa laju peruraian kembali dari produk.
menurut persamaan reaksi:
Miskonsepsi satuan ketetapan kesetimba-
CH3COOH(aq)+ 2H2SO4(aq) CH3COOH2+(aq)+HSO4-(aq)
ngan
Tentu saja reaksi tersebut tidak Hampir semua buku menuliskan bahwa
mungkin terjadi dalam air, sebab air lebih ber- ketetapan kesetimbangan memiliki satuan
sifat basa dibandingkan asam asetat; jadi ke- yang berbeda-beda bergantung pada koefisien
duanya tetap asam, sehingga persamaan reaksi reaksinya bahkan dijumpai juga dalam buku
tersebut menyesatkan. General Chemistry (Brady, 1990) yang sangat
Miskonsepsi yang sama ditunjukkan dikenal oleh banyak penulis Buku Kimia
oleh contoh reaksi antara asam nitrit denga SMA. Pendapat ini jelas keliru. Munculnya
asam asetat: satuan pada harga tetapan kesetimbangan ka-
rena penulis tidak menurunkan satuan itu dari
HNO2 + CH3COOH NO2- + CH3COOH2+
awal pada persamaan laju reaksi.
Tanpa penyebutan kondisinya, persama- Sesungguhnya yang memiliki satuan itu
an reaksi tersebut menyesatkan. Jika kedua- justru tetapan laju reaksi, karena tetapan laju
nya dalam keadaan murni (uap) maupun cai- reaksi satuannya sangat tergantung ordenya.
ran dapat dipastikan tidak mungkin mengha- Satuan untuk laju reaksi adalah sama, yaitu
silkan ion-ion. molar per satuan waktu. Pada saat terjadi ke-
setimbangan, laju reaksi ke kanan sama de-
Berbagai miskonsepsi dalam bentuk soal ngan ke kiri, dengan demikian maka satuan
Miskonsepsi terindikasi dalam bentuk itu sudah dieliminasi pada saat merumuskan
soal. Sebagai contoh dalam soal dituliskan laju ke kanan sama dengan laju kiri, jadi yang
P(OH)3; penulis di bagian lain sebelumnya tersisa tanpa satuan. Penjelasan ini diberikan
menuliskan bahwa asam fosfit sebagaimana dalam buku-buku Physical Chemistry (Atkins
umumnya H3PO3, mengalami 2 tahap ionisasi and Julio de Paula: 2006) dan General
pelepasan ion H+, yang mengindikasikan Chemistry (Burdge: 2011), yang sangat
asam diprotik. Dengan demikian penulisan mungkin lolos dari referensi para penulis Bu-
P(OH)3, menyesatkan (kecuali rumus empi- ku Kimia SMA. Hal ini akan lebih jelas apa-
rik), sebab rumus kimia ini mengindikasikan bila penurunan rumus tetapan kesetimbangan
adanya 3 OH, padahal sesungguhnya asam melalui sudut pandang termodinamika, tetapi
fosfit mengadopsi geometri tetrahedron, sayangnya di SMA pendekatan termodinami-
sehingga lebih informatif dituliskan ka tidak diajarkan.
(HO)2P(O)H. Tetapan kesetimbangan sama sekali ti-
dak bergantung koefisien reaksinya. Reaksi
50 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

kesetimbangan dituliskan sebagai reaksi pa- Aktivitas, a CaCO3dan a CaO = 1, sehingga


ling sederhana dengan koefisien bilangan bu- K = a CO2. Oleh karena pada tekanan rendah,
lat, sesuai dengan hukum Gay Lussac yang a CO2 = [CO2] maka Kc = [CO2].
menyatakan bahwa perbandingan gas-gas
yang terlibat dalam reaksi merupakan bila- Miskonsepsi koefisien reaksi kesetim-
ngan yang bulat dan sederhana, jadi mestinya bangan
dihindari penggunaan bilangan pecahan atau Jika koefisien reaksi kesetimbangan di-
koefisien yang masih bisa disederhanakan. ubah, pangkat konsentrasi juga akan berubah,
Hukum Gay Lussac ini diperluas oleh Avoga- sehingga dimaknai harga tetapan kesetimba-
dro untuk reaksi yang tidak hanya melibatkan ngan juga akan berubah. Pemahaman ini jelas
gas. Dengan demikian tetapan kesetimbangan “menyesatkan” sebagaimana dinyatakan da-
semestinya juga hanya satu harga, dan tidak lam contoh soal hitungan berikut:
ada tetapan kesetimbangan lain bila koefisien Pada suhu tertentu, diketahui Kc reaksi:
digandakan atau dibagi. Penjelasan ini diberi-
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
kan dalam buku-buku Physical Chemistry
(Atkins and Julio de Paula: 2006) dan General adalah 16. Berapakah Kc untuk reaksi:
Chemistry (Burdge: 2011) seperti berikut ini.
½ N2(g) + 1½ H2(g) ⇌ NH3(g)?
Misalnya:
Jawab: Kc = 4.
CH3COOH(aq) ⇌ H+(aq) + CH3COO(aq)
Konsep ini jelas “menyesatkan” dalam
maka:
banyak hal; (1) penulisan persamaan reaksi
[ H  ][CH 3COO  ]
K = 1,8 x 105 apapun termasuk kesetimbangan mengikuti
[CH 3COOH ]
kaidah tertentu dalam hal koefisien yakni bi-
Andaikata koefisiennya diduakalikan men- langan bulat paling sederhana; (2) harga K te-
jadi: tap selama kondisi suhu-tekanan (volume gas)
tetap, sehingga konsekuensinya adalah (3) ti-
2CH3COOH(aq) ⇌ 2H+(aq) +2 CH3COO (aq)
dak boleh sembarangan memberikan contoh
Apakah harga K berubah menjadi, nilai K, apalagi perbedaan yang sangat drama-
tik, ¼.
[ H  ]2 [CH 3COO ]2
K  1,8 x 105? Sangat mungkin yang dimaksudkan
[CH 3COOH ]2
oleh pembuat soal adalah volume sistem di-
Tentu tidak demikian. perbesar (dua kali lipat) yang lalu dimaknai
konsentrasi reaktan (dan juga produk) menge-
Miskonsepsi kesetimbangan heterogen cil menjadi setengah dari semula; kemudian
Pada kesetimbangan heterogen, penjela- hal ini dipahami menjadi:
san mengenai fase yang menentukan harga te-
Kc reaksi:
tapan kesetimbangan tidak jelas, mengapa? (a) 1mol/liter N2(g) + 3mol/liter H2(g) ⇌ 2mol/liter
Mestinya harus sudah dimulai dengan konsep NH3(g), adalah 16
aktivitas, yaitu aktivitas padatan atau cairan Berapakah Kc untuk reaksi:
murni berharga satu. Contoh: (b) ½ mol/liter N2(g) + 1½ mol/liter H2(g) ⇌ 1
mol/literNH3(g)? Jawab: Kc = 4.
aCaO  aCO2
CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g); K
aCaCO3 Kondisi (b) tidak mungkin terjadi jika ini ber-
asal dari kondisi (a), sebab peningkatan volu-
me 2 kali lipat tidak hanya mengecilkan kon-
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 51

sentrasi zat melainkan akan mengakibatkan Miskonsepsi pada penyetaraan reaksi


reaksi bergeser ke reaktan, sehingga perbandi- redoks dalam suasana basa
ngan konsentrasi reaktan/produk pada (a) dan Dalam menyetarakan persamaan redoks
(b) tidak sama. dalam suasana basa, ini selalu ditempuh de-
ngan cara seperti dalam suasana asam, baru
REDOKS kemudian hadirnya ion H+ dihilangkan de-
Istilah bilangan/tingkat oksidasi ngan cara penambahan ion OH- yang diikuti
Bilangan/tingkat oksidasi suatu spesies “penggabungan” keduanya menjadi air. Con-
adalah bilangan yang menyatakan “kelebihan” toh berikut melukiskan tahapan penyetaraan
elektron (jadi bertanda negatif) atau “kekura- ini dalam suasana basa.
ngan” elektron (jadi bertanda positif) relatif
-
terhadap keadaan netralnya. Tanda negatif- Fe2+(aq) + MnO4 (aq)  Fe3+(aq) + Mn2+(aq)
positif hanya terjadi ketika memang ada Urutan tahapan:
serah-terima elektron, yang berarti hanya ber- (1) Oksidasi : Fe2+(aq)  Fe3+(aq)
laku pada ionik murni. Faktanya ia juga untuk -
Reduksi : MnO4 (aq)  Mn2+(aq)
menyatakan dari yang kovalen parsial, dan (2) Seperti dalam suasana asam:
polar. Oksidasi : Fe2+(aq)  Fe3+(aq)
Tidak ada satu bukupun yang menjelas- -
Reduksi : MnO4 (aq) + 4H+(aq)  MnO2(s) +
kan bahwa istilah bilangan/tingkat oksidasi 2H2O( )
didasarkan pada “anggapan” terjadinya trans- (3) Oksidasi : Fe2+ (aq)  Fe3+(aq) + e
- +
fer elektron antar atom-unsur dengan beda Reduksi : MnO4 (aq) + 4H (aq) + 3e  MnO2(s)
+ 2H2O( )
elektronegativitas sekalipun dalam senyawa
(4) Oksidasi : {Fe2+(aq)  Fe3+ (aq) + e} x 3
kovalen. Sebagai contoh, senyawa HCl me- - +
Reduksi : MnO4 (aq) + 4H (aq) + 3e  MnO2(s)
mang kovalen polar, namun sama sekali tidak + H2O( )
ada transfer atau serah-terima elektron, aneh- __________________________________________________+
nya atom H dinyatakan dengan tingkat oksi- -
MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 4H+(aq) 
dasi +1 dan Cl dengan bilangan oksidasi -1. )
MnO2(s) + 3Fe3+(aq) + 2H2O(
Lebih mencolok lagi misalnya atom Mn da- (5) Oleh karena dalam suasana basa, maka
lam KMnO4; ia memiliki bilangan oksidasi kedua ruas ditambah ion OH- (4) seba-
+7, suatu hal yang tidak mungkin terjadi ada- nyak ion H+ (4) untuk menetralkannya:
-
nya pelepasan 7 elektron oleh Mn kepada ke- MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 4H +(aq)  MnO2(s) +
3Fe3+(aq) + 2H2O()
empat atom O. - -
4OH (aq)  4OH (aq)
Konsep bilangan oksidasi sesungguhnya _________________________________________________+
kebalikan sama sekali dengan konsep muatan - + -
MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 4H (aq) + 4OH (aq) 
formal yang menganggap pasangan elektron
MnO2(s) + 3Fe3+(aq) + 2H2O(  ) + 4OH-(aq)
(patungan) ikatan selalu terbagi sama (seperti (6) Terjadi “penggabungan” 4H+ (aq) + 4OH-
kovalen murni) sekalipun perbedaan elektro- (aq) menjadi 4H2O ( ), diperoleh:
negativitas sangat besar. Jadi kedua konsep -
 )  MnO2(s) +
MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 4H2O(
menjadi berimpit untuk molekul-molekul 3+
3Fe (aq) + 2H2O(  ) + 4OH-(aq)
yang tersusun oleh mono atomik, seperti H2,
(7) Eliminasi H2O diperoleh hasil akhir:
N2, O2, O3, dan seterusnya, masing-masing -
 )  MnO2(s) +
MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 2H2O(
memiliki bilangan oksidasi dan muatan for- 3+ -
3Fe (aq) + 4OH (aq)
mal yang sama yakni nol.
Tahap (2) dengan konsekuensinya hing-
ga tahap (4) jelas mencerminkan terjadinya
52 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun ke-1 2013

miskonsepsi, sebab dalam suasana basa tidak Contoh redoks ion nitrat dengan logam
mungkin justru melibatkan ion H+ meskipun zink menjadi ion zinkat dan amonia dalam
selanjutnya akan dihilangkan pada tahap (5). suasana basa berikut ini melibatkan H2O pada
Demikian juga tahap (6) tidak dibenarkan se- ruas yang secara bersamaan kelebihan atom O
cara matematis, sebab reaksi “penggabungan” dan kekurangan atom H (Ahmad H. Sidiq,
mestinya diekspresikan dengan produk H2O, Sugiyarto & Budimarwanti, 2006: 66-67).
dan ini tidak akan memperoleh hasil akhir (7).
-
Andaikata cara-asam ini akan ditempuh, seca- Zn(s) + NO3 (aq)  ZnO22-(aq) + NH3(g)
ra matematis hasil akhir mestinya langsung Tahapan penyelesaian.
(1) Oksidasi : Zn(s)  ZnO22-(aq)
dapat diperoleh dengan cara mengubah tahap -
Reduksi : NO3 (aq)  NH3 (g)
(5) menjadi bukan penambahan ion 4OH-(aq), -
(2) Oksidasi : Zn(s) + 4OH (aq)  ZnO22-(aq) +
melainkan reaksi “penguraian” 4H2O( )  2H2O()
4H+(aq) + 4OH-(aq), yang tentu saja menjadi -
Reduksi : NO3 (aq) + 6H2O(  )  NH3(g) +
“ganjil”. -
9OH (aq)
Oleh karena reaksi berlangsung dalam -
(3) Oksidasi : Zn(s) + 4OH (aq)  ZnO22-(aq) +
suasana basa, mestinya yang berperan domi- 2H2O( ) + 2e
nan adalah ion OH- dan H2O. Hal ini dapat -
Reduksi : NO3 (aq) + 6H2O(  ) + 8e  NH3(g) +
langsung diterapkan mulai pada tahap (2) de- -
9OH (aq)
ngan penambahan H2O pada ruas yang kelebi- -
(4) Oksidasi : Zn(s) + 4OH (aq)  ZnO22-(aq) +
han atom O dan atau atom H yang diimbangi 2H2O( ) + 2e} x 4
-
dengan penambahan ion OH- pada ruas la- Reduksi : NO3 (aq) + 6H2O(  ) + 8e  NH3(g) +
-
wannya, dan seterusnya menyetarakan muatan 9OH (aq)
___________________________________________________+
listrik, seperti berikut. - -
4Zn(s) + NO3 (aq) + 7OH (aq)  4ZnO22-(aq) +
(1) Oksidasi : Fe2+(aq)  Fe3+(aq) NH3(g) + 2H2O()
-
Reduksi : MnO4 (aq) + 2H2O(  )  MnO2(s) +
- SIMPULAN DAN SARAN
4OH (aq)
(2) Oksidasi : Fe2+(aq)  Fe3+(aq) + e Secara ringkas dapat disimpulkan bah-
-
Reduksi : MnO4 (aq) + 4H2O(  ) + 3e  MnO2(s) wa telah terjadi miskonsepsi dalam berbagai
- buku teks, baik dalam konsep asam-basa, re-
+ 8OH (aq)
(3) Oksidasi : Fe2+(aq)  Fe3+(aq) + e} 3 x doks, dan kesetimbangan kimia. Cukup men-
- cengangkan, terjadinya miskonsepsi untuk
Reduksi : MnO4 (aq) + 4H2O(  ) + 3e  MnO2(s)
-
+ 8OH (aq) konsep asam-basa yang sangat mendasar,
___________________________________________________+ bahkan termasuk dalam mengekspresikan
-
 )  MnO2(s) +
MnO4 (aq) + 3Fe2+(aq) + 2H2O( “definisi” asam menurut Lewis. Bahkan laru-
3+ -
3Fe (aq) + 4OH (aq) tan NH3 dipahami sebagai NH4OH. Miskon-
Dengan demikian tahapan berlangsung sepsi pada pokok bahasan Kesetimbangan
jauh lebih simpel dan tidak menimbulkan berkaitan dengan munculnya satuan yang ver-
miskonsepsi. Tahapan demikian ini sebenar- beda-beda untuk harga ketetapan kesetimba-
nya sudah diusulkan oleh Sugiyarto (1982: 2- ngan dan sangat mencengangkan bahwa harga
8) dalam Majalah IPA, PPPG Bandung ketika ketetapan kesetimbangan berkaitan dengan
menanggapi tahapan lewat suasana asam yang “kelipatan” koefisien persamaan reaksinya.
ditulis oleh Djoko Pitoyo Guru SMA N 3 Sementara itu secara umum untuk konsep
Yogyakarta dalam majalah yang sama. Redoks telah terjadi miskonsepsi pada penye-
taraan reaksi redoks dalam suasana basa na-
Miskonsepsi atas Konsep.... (Sugiyarto, Heru) 53

mun melibatkan ion H+ sebagai penunjuk Greenwood, N.N., 1968. Principles of Atomic
asam. Orbitals (Revised Edition). London,The
Berdasarkan paparan simpulan tersebut Royal Institute of Chemistry.
mudah diduga bahwa para penulis buku-ajar Griffiths, A. K. and Preston, K. R.(1992).
Kimia SMA hanya mengandalkan acuan teks “Grade-12 Students’ Misconceptions
setingkat “General Chemistry”. Sementara itu Relatingto Fundamental Characteristics
para guru Kimia SMA sebagai penggunanya of Atoms and Molecules”, Journal of
hanya mengandalkan buku-buku ajar ini. De- Research in Science Teaching, 29, 611-
628.
ngan demikian baik penulis buku-ajar Kimia
SMA/MA maupun para guru penggunanya je- Nakhleh, M.B., (1992) "Why Some Students
las tidak memiliki kemandirian yang secara Don't Learn Chemistry : Chemical
“berani” mengkonfrontasikan dengan referen- Misconceptions". Journal of Chemical
Education, 69, 191-196.
si-referensi khusus atau dengan materi-materi
Novak, J. D., and Gowin, D. B., (1986),
kuliah yang terkait yang barangkali pernah di- Learning How to Learn, Cambridge,
terimanya. Oleh karena itu saran-rekomendasi Cambridge University Press.
“pelurusan” konsep terkait melalui berbagai
“media” perlu ditingkatkan. Osborne, R.J., and Wittrock, M.C., Sci.
Educ., 1983, 67, 489-508
DAFTAR PUSTAKA Scerri, E.R. (1989) “Transition Metal
Ahmad H. Sidiq, K. H. Sugiyarto, dan C. Configurations and Limitations of the
Budimarwanti. 2006. Replicativ: Redox OrbitalApproximation”. Journal of
Application and Motivation, 66-67. Chemical Education, 66, 481-483.

Atkins, P . and Julio de Paula. 2006. Physical Sugiyarto, K. H., (1982) "Mempelajari cara
Chemistry 8th ed. Oxford: Oxford penyetaraan reaksi redoks", Majalah
University Press. Pendidikan IPA, Bandung, No. 57/V,
hal. 2-8.
Bodner, G.M. (1986) "Contrustructivism : A
Theory of Knowledge", Journal of Sugiyarto, K. H., Heru Pratomo, A.L., dan
Chemical Education, 63, 873-878. Togu Gultom, 2010. Miskonsepsi
Pokok Bahasan Bilangan Kuantum dan
Brady, J. E. 1990. General Chemistry 5th Ed. Konfigurasi Elektronik pada Berbagai
New York : John Wiley & Sons. Buku-Ajar Kimia SMA dan Para Guru
Penggunanya (Laporan Penelitian)
Burdge, Julia. 2011. Chemistry 2nd ed. New
York: MacGraw Hill
Gabel, D.L., and Samuel, K.V. (1987)
"Understanding the Particulate Nature
of Matter". Journal of Chemical
Education, 64, 695-697.

Anda mungkin juga menyukai