Anda di halaman 1dari 14

1.

Teori asam basa dan ph larutan asam basa

 Berdasarkan pada teori Arrhenius, dinyatakan bahwa senyawa asam


adalah sebuah senyawa yang dapat digunakan untuk melepaskan ion
H+ atau ion hydronium H3O+ Ketika larut dengan air. Sementara itu
pada senyawa basa, berupa pelepasan ion OH- Ketika larut dalam air.

 Berdasarkan pada teori asam basa Bronsted Lowry, asam adalah


senyawa yang dapat memberikan proton untuk senyawa lainnya atau
dapat juga disebut dengan donor proton. Sementara itu basa,
didasarkan pada teori Bronsted Lowry merupakan senyawa yang dapat
menjadi penerima proton dan juga senyawa lainnya, dan dapat disebut
sebagai akseptor proton.

 Asam Monoprotic merupakan senyawa asam yang dapat


menghasilkan satu ion hydrogen per molekulnya, hal ini berdasarkan
pada teori Arrhenius. Asam Diprotic merupakan senyawa asam yang
dapat menghasilkan dua ion hydrogen per molekulnya. Asam
Triprotik merupakan senyawa asam yang dapat menghasilkan tiga ion
hydrogen per molekulnya. Asam Poliprotik merupakan asam yang
dapat menghasilkan lebih dari satu hydrogen. Sebutan-sebutan
tersebut juga berlaku pada senyawa basa yang memiliki ion hidroksida
per molekul. Monoprotic merupakan senyawa asam yang memiliki satu
ion hidroksida per molekul.

Catatan : H20 atau air yang memiliki sifat amfoter merupakan air yang
memiliki sifat asam dan juga basa. Teori ini merupakan
penyempurnaan dari teori Arrhenius, karena pada teori Arrhenius
terdapat kekurangan yaitu tidak dapat berlaku untuk pelarut lain selain
air.

 Menurut Gilbert Newton Lewis, asam adalah molekul atau ion yang
dapat menerima pasangan elektron. Basa adalah molekul atau ion
yang memiliki kemampuan untuk menyumbangkan pasangan
elektronnya. Lewis juga mampu menjelaskan teori asam basa dengan
menjelaskan sifat asam dan basa dalam pelarut
sebagai air atau non-air, dan bahkan mampu menjelaskan sifat asam
dan basa tanpa pelarut sekalipun.

 Sifat senyawa asam :

Senyawa asam memiliki beberapa sifat sebagai berikut.

1. Cenderung memiliki rasa yang masam atau asam.


2. Memiliki sifat yang merusak atau korosif.
3. Mampu mengubah warna kertas lakmus biru menjadi berwarna
merah.
4. Memiliki sifat elektrolit serta mampu menghantarkan arus listrik.
5. Asam mampu menghasilkan gas hidrogen ketika bereaksi dengan
unsur maupun senyawa logam.
6. Senyawa asam dapat menghasilkan ion H+ atau ion hidrogen
apabila dilarutkan dalam air.

 Sifat senyawa basa


Berikut beberapa sifat senyawa basa yang dapat
membedakan dari senyawa asam.

1. Cenderung memiliki rasa yang pahit.


2. Memiliki sifat kaustik serta dapat merusak kulit.
3. Basa memiliki tekstur licin serta bersabun.
4. Senyawa basa mampu mengubah warna kertas lakmus
merah menjadi warna biru.
5. Senyawa basa memiliki sifat elektrolit atau mampu
menghantarkan arus listrik.
6. Basa akan menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil apabila
dilarutkan dalam air.
 Rumus dan Besaran dalam Teori Asam Basa

Perlu diketahui bahwa rumus atau besaran yang digunakan dalam


teori asam basa adalah derajat dari keasaman serta dinotasikan
sebagai pH yang merupakan konsentrasi dari ion H+ yang ada
pada larutan tersebut. Huruf p dalam notasi pH berasal dari kata
potenz yang berarti pangkat, sedangkan H dalam notasi pH untuk
menyatakan atom hidrogen. Berikut persamaan yang dapat
digunakan untuk menentukan nilai pH.

pH = – log [H+]

Itulah penjelasan dari teori-teori asam basa yang dicetuskan


oleh beberapa ahli terkemuka lengkap dengan contoh serta
rumus untuk menentukan nilai pH.

 Konsentrasi ion hydrogen dan ion hidroksida niasa nya sangat kecil
sehingga untuk kemudahan oerhitingan digunakan notasi ilmiah.
Ungkapan yang digunakan adalah ph dan poh
 Kekuatan asam dan basa berguna Ketika mempertimbangkan
reaksi asam sebagai kompetisi dengan proton. Dari sudut pandang
ini, asam dan basa dapat disusun menurut kekuatan relatifnya.
Asam terkuat adalah asam yang melepaskan protonnya lebih
mudah daripada asam lainnya. Hal serupa, basa yang lebih kuat
adalah basa yang dapat menarik proton lebih kuat dari pada basa
yang lain.
 Asam okso adalah asam yang mengandung atom oksigen,
hydrogen dan atom pusat nonlogam. Asam okso suatu larutan
dikenal menurut jumlah atom oksigen yang ada pada atom pusat
 Asam biner adalah asam yang tersusun dari unsur hydrogen dan
unsur nonlogam Lin yang menghasilkan ion hydrogen dalam larutan
air.
 Dalam larutan netral atau air murni, ph = poh=7,0 . jika ph lebih
kecil dari 7 maka larutan bersifat asam. Jika ph lebih besar dari 7
maka larutan bersifat basa. Kegunaan praktis dari ph adalah untuk
menunjukan keasaman dan kebasaan suatu larutan.

2. Buffer
 Larutan penyangga adalah larutan yang mampu mempertahankan
perubahan pH ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan ke
dalam larutan.
 Kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan ph dilakukan
dengan cara menggeser posisi kesetimbangan asam dan basa
konjugatnya guna mengurangi efek penambahan ion H+ atau ion OH-
 Larutan penyangga adalah larutan yang mengandung asam lemah dan
basa konjugatnya atau basa lemah dan asam konjugatnya dalam
keadaan setimbang.
 Karakteristik penting dari larutan penyangga adalah ph dan
kemampuan (kapasitas) menyangganya, dimana larutan penyangga
dapat bereaksi dengan sejumlah asam dan basa memberikan
perubahan ph yang kurang signifikan.
 Ada dua masalah utama dalam membahas penambahan asam atau
basa ke dalam larutan penyangga. Pertama, diasumsikan bahwa oion
H+ dari asam kuat dan basa konjugat dari penyangga bereaksi secara
sempurna, ini adalah masalah stoikiometri. Kedua, fakta menunjukan
bahwa ion H+ yang ditambahkan dan basa konjugat membentuk
kesetimbangan sebelum reaksi mencapai sempurna, ini adalah
masalah kesetimbangan sebelum reaksi mencapai sempurna , yang
dapat diselesaikan menggunakan konsentrasi dari perhitungan
stoikiometri, sebab konsentrasi ini tidak jauhdari keadaan
kesetimbangan.
 Rumus larutan bersifat basa:
(OH¯) = kb . mol basa lemah / mol asam konjugasinya
Keterangan:
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

 Rumus larutan bersifat asam:


(H⁺ ) = ka . mol asam lemah / mol basa konjugasinya

 pH Larutan Penyangga Larutan penyangga asam

 Larutan penyangga basa

 Suatu penyangga dengan kapasitas tinggi mengandung konsentrasi


komponen penyangga yang besar sehingga dapat menetralkan sejumlah
besar proton atau ion hidroksida tanpa menunjukan perubahan ph yang berati.
3. Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah keadaan saat kedua reaktan dan produk hadir
dalam konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk
berubah seiring berjalannya waktu.

 Kesetimbangan kimia terdiri atas dua macam, yaitu kesetimbangan statis dan
kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis terjadi jika reaksi kimia yang
dihasilkan merupakan reaksi kimia satu arah atau reaksi kimia yang tidak
dapat kembali lagi seperti semula. Sedangkan kesetimbangan dinamis terjadi
jika reaksi kimia yang dihasilkan merupakan reaksi kimia dua arah atau reaksi
kimia yang bisa kembali lagi seperti semula.
 Saat di dalam reaksi kesetimbangan dilakukan aksi, maka kesetimbangan
akan bergeser dan sekaligus mengubah komposisi zat-zat yang ada untuk
kembali mencapai kesetimbangan. Secara umum dapat dikatakan tetapan
kesetimbangan merupakan perbandingan hasil kali molaritas produk
dengan hasil kali molaritas reaktan yang masing-masing dipangkatkan
dengan koefisiennya
 Secara matematis, tetapan kesetimbangan konsentrasi atau Kc adalah
perbandingan hasil kali konsentrasi dari produk yang dipangkatkan
koefisiennya dengan hasil kali konsentrasi dari reaktannya yang dipangkatkan
koefisiennya. Tetapan yang satu ini dibagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu:
kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.

 kesetimbangan homogen terjadi pada saat produk dan juga reaktan nya
berasal dari fase yang sama, yaitu seluruhnya gas (g) atau seluruhnya cairan
(aq), seperti dibawah ini.

aA(g) + bB(g) ⇄ cC(g) + dD(g)


(Reaktan) (Produk)
Kc = tetapan kesetimbangan
A = Molaritas zat A (M)
B = Molaritas zat B (M)
C = Molaritas zat C (M)
D = Molaritas zat D (M)

 kesetimbangan heterogen merupakan jenis kesetimbangan yang terjadi pada


saat produk dan reaktan memiliki fase yang berbeda. Di mana yang hanya
mempengaruhi tetapan kesetimbangan hanya unsur yang berwujud gas (g)
dan cairan (aq). Misalnya sebagai berikut:

aA(aq) + bB(s) ⇄ cC(s) + dD(g)


(Reaktan) (Produk)
Maka, nilai kesetimbangan disusun sebagai berikut:
Di mana,
Kc = tetapan kesetimbangan
A = Molaritas zat A (M)
D = Molaritas zat D (M)

 Berbeda dengan kesetimbangan konsentrasi atau Kc, pada tetapan


kesetimbangan kimia tekanan parsial atau Kp hanya fase dalam wujud gas
yang diperhitungkan mempengaruhi tetapan keseimbangannya. Untuk
menentukan tekanan parsial suatu zat dari tekanan parsial totalnya digunakan
persamaan sebagai berikut:

Reaksi Homogen

Reaksi Heterogen
Karena reaksi heterogen hanya memperhitungkan fase berwujud gas (g) yang
mempengaruhi tetapan kesetimbangan, maka susunan Kp terhadap reaksi
heterogen adalah sebagai berikut:

 hubungaan antara Kc dan Kp

Di mana, R = konstanta 0,082 L atm/mol K T = suhu Kelvin (K)


4. Kelarutan dan hasil kali kelarutan

 Pengertian kelarutan

Definisi atau istilah kelarutan (solubility) di gunakan untuk


menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam
sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat
yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan Mol/L. Jadi,
kelarutan (s) sama dengan molaritas (M). Faktor – faktor
yang mempengaruhi kelarutan yaitu : luas permukaan zat,
jenis zat terlarut, suhu, dan pengadukan.

 Pengertian Hasil Kali Kelarutan


Definisi hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion –
ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air,
dengan di pangkatkan koefisien menurut persamaan
ionisasinya. Jika senyawa AxBy terionisasi menjadi xAy+
dan yBx- , di dalam air akan mengalami reaksi
kesetimbangan.

Secara umum, hasil kali kelarutan di nyatakan dengan


rumus :
 Hubungan kelarutan (s) dengan Ksp

a. Untuk n (jumlah ion) = 2, contoh : larutan NaCI, KCI, dan


AgCI.

b. b. Untuk n (jumlah ion) = 3, contoh : larutan MgCI2,


CaCI2, dan Ag2CrO4.

c. Untuk n (jumlah ion) = 4, contoh : larutan AICI3 dan BCI3

d. Untuk n (jumlah ion) = 5, contoh : AI2(SO4)3

 Pengaruh ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu


senyawa karena dengan adanya ion sejenis tersebut akan
menyebabkan pengendapan.

 Hubungan antara Ksp dan pH larutan


Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu
basa yang sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa
dapat di gunakan untuk menentukan pH larutan. Kelarutan
suatu zat dapat di pengaruhi oleh tingkat keasaman (pH).
 Konsep Ksp dalam pemisahan zat
Harga Ksp suatu elektrolit dapat di pergunakan untuk
memisahkan 2 atau lebih larutan yang bercampur dengan
cara pengendapan. Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku
persamaan

Ksp = [M+ ] [A- ]

Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), .
Sebaliknya jika Qsp , hal ini berarti larutan itu lewat jenuh,
sehingga MA akan mengendap.

a. Jika Qsp < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi
endapan).
b. Jika Qsp = Ksp, maka larutan tepat jenuh (mulai terjadi
endapan).
c. Jika Qsp > Ksp, maka larutan lewat jenuh (mengendap).
Keterangan : Qsp = hasil kali ion.

Contoh : Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05


M, dapatkah terjadi endapan PbCI2? (Ksp PbCI2 = 6,25 . 10-
5 ) Jawab :

Menentukan Qsp :
Karena Qsp PbCI2 (1,25 . 10-4 ) > Ksp PbCI2 (6,25 . 10-5 ),
maka terjadi endapan.

5. Hidrolisis

 Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti
peruraian. Sehingga definisi hidrolisis garam adalah reaksi peruraian yang
terjadi antara kation dan anion garam dengan air dalam suatu larutan

 Hidrolisis garam dapat diartikan sebagai reaksi reversible penguraian garam


oleg air. Sehingga, hidrolisis garam adalah reaksi antara salah satu ion ion
graam (kation dan anion) dengan air dan membentuj larutan bersifat asam
ataubasa.

 Beberapa sifat dan karakteristik dari hidrolisis garam adalah sebagai berikut: -
Menghasilkan asam dan basa pembentuk garam. -Kation dan anion dari
asam-basa kuat tidak dapat terhidrolisis karena terionisasi sempurna. -Garam
tidak terhidrolisis jika tidak ada kation maupun anion yang bereaksi. -Garam
terhidrolisis sebagian jika salah satu kation atau anion bereaksi. -Garam
terhidrolis sempurna jika kation dan anion bereaksi.

 Ada 3 reaksi yang terjadi pada Hidrolisis Garam yaitu Hidrolisis sempurna,
Hidrolisis sebagian, dan tidak terhidrolisis. Hidrolisis sempurna terjadi dari
senyawa asam lemah dan basa lemah, Hidrolisis sebagian terjadi dari
senyawa basa kuat dan asam lemah, reaksi yang tidak terhidrolisis terjadi dari
asam kuat dan basa kuat

 Pada reaksi hidrolisis, jumlah garam yang mengalami hidrolisis hanya sedikit,
tetapi tetap menyebabkan perubahan nilai pH larutan. Karena itu reaksi
hidrolisis juga disebut reaksi kesetimbangan. Tetapan keseteimbangan reaksi
hidrolisis disebut tetapan hidrolisis (Kw).
 pH larutan garam dari asam kuat dan basa kuat yang tepat habis bereaksi
adalah pH = 7 (netral). Nilai suatu pH larutan garam dari asam dan basa
bukan kuat dihitung berdasarkan nilai tetapan hidrolisis (Kh), dan tetapan
ionisasi asam dan basa (Ka dan Kb). Nilai garam dari asam kuat dan basa
lemah pH < 7. Garam ini bersifat asam.

 garam dapat terbentuk dari 4 reaksi kimia sebagai berikut:

 Garam dari asam kuat dan basa kuat, dimana garam ini akan memiliki pH
= 7 alias bersifat netral, yang artinya tidak terjadi hidrolisis.
 Garam dari asam kuat dan basa lemah, dimana garam ini akan memiliki
pH < 7 alias bersifat asam.
 Garam dari asam lemah dan basa kuat, dimana garam ini akan memiliki
pH > 7 alias bersifat basa
 Garam dari asam lemah dan basa lemah, dimana sifat asam atau basanya
bergantung pada besarnya Ka/Kb -nya.

 ketentuan dari Ka dan Kb pada garam terhidrolisis sempurna:

Ka = Kb, maka garam bersifat netral


Ka > Kb, maka garam bersifat asam
Ka < Kb, maka garam bersifat basa
Hidrolisis

Anda mungkin juga menyukai