Anda di halaman 1dari 6

ANALISA GEMPA JEPANG UNTUK MENGETAHUI TITIK EPICENTRUM DAN MAGNITUDE

ABDURAHMAN WAFI 1109100056 JURUSAN FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan analisa gempa bumi yang terjadi di Jepang dengan tujuan menentukan titik episentrum dan kekuatan magnitudonya. Percobaan dilakukan dengan menganalisa 3 rekaman sesimogram dari 3 stasiun pencatat gempa yang berada di Pusan, Tokyo, dan Akita. Dengan rekaman seismogram tersebut dapat diketahui waktu interval antara gelombang P-S yang digunakan untuk mengetahui jarak masing-masing stasiun dengan episentrum, kemudian setelah digambarkan pada peta Jepang maka diperoleh tringulasi dari ketiga stasiun pengamatan. Kemudian dari rekaman seismogram tiap masing-masing stasiun didapatkan nilai amplitudo maksimumnya yang di bandingkan dengan jarak episentrum pada Nomogram Ritcher sehingga diperoleh nilai besar kekuatan magnitude gempa yang terjadi. Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titik episentrum dari gempa yang terjadi berada pada titik sekitar Jepang yang memiliki jarak 549 Km dari stsiun Pusan, 434 Km dari stasiun Tokyo, dan 697 Km dari stasiun Akita dan kekuatan gempa/magnitude gempa yang terjadi adalah sebesar 6.7 skala Ritcher.

I.

Pendahuluan Indonesia yang terdiri dari banyak gunung api yang merupakan penyebab seringnya terjadi gempa di Indonesia. Gempa yang terjadi rata-rata adalah gempa vulkanik. Pada masyarakat tidak mengetahui proses untuk mengetahui besarnya kekuatan gempa yang terjadi. Virtual Earthquake adalah salah satu metode pengenalan pada masyarakat mengenai konsep mengetahui pusat gempa dan proses mengetahui kekuatan gempa yang terjadi yang berbasis web interaktif.

Virtual Earthquake akan menampilkan rekaman gelombang seismik gempa bumi yang dideteksi oleh alat instrumen(Seismogram). Hasil dari rekaman ini berupa sebuah titik yang mempunyai informasi titik asal gempa disebut fokus dan titik di permukaan bumi tepat di atas fokusnya adalah pusat gempa. Untuk mengetahui kekuatan dari gempa yang ada adalah membuat pengukuran sedrhana pada ketiga seismogram yang terletak berjauhan yang nantinya akan dikirim ke program Virtual Earthquake. Dari rekaman ini bisa diketahui jumlah energy yang dilepas saat

terjadinya gempa atau yang lebih dikenal Magnitude. II. Tinjauan Pustaka Gelombang seismic adalah strain dinamik dan elastic yang berubah terhadap waktu yag merambat melalui material elastik misalnya batuan sebagai respon terhadap suatu gangguan dinamik. Gelombang seismic ini terdiri dari dua jenis gelombang yakni gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Untuk pengamatan yang menjadi perhatian utama adalah gelombang tubuh, karena gelombang ini merupakan gelombang yang energinya ditrasfer melalui medium di dalam bumi. Sedangkan gelombang permukaan itu transfer energinya terjadi di permukaan bumi, tidak terjadi penetrasi energi di dalam medium bumi yang hanya merambat di permukaan saja. Di dalam bumi gelombang P dapat berjalan di padatan dan cairan sedangkan gelombang permukaan hanya bias berjalan di padatan. Kecepatan gelombang tidak konstan tetapi bervariasi dengan banyak faktor, misalnya kedalaman dan jenis batuan. Gelombang P kecepatanya antara 6 dan 13 km / detik. Gelombang S lebih lambat yakni antara 3,5 dan 7,5 km / detik.
Body wave dibagi menjadi dua macam, yaitu: P-wave atau gelombang-P/gelombang primer. Gelombang ini adalah gelombang longitudinal dimana arah pergerakan partikel akan searah dengan arah rambat gelombang. Pada gelombang P ini terdiri dari gelombang tekana dan longutudinal. Kecepatan gelombang P tergantung pada medium tempat gelombang menjalar sesuai

dengan

persamaan

berikut:

di mana k adalah modulus inkompresibilitas adalah modulus geser; dan adalah kerapatan bahan di mana gelombang yang dimaksud merambat Umumnya, variasi kerapatan tidaklah terlalu besar, dengan demikian kecepatan gelombang hampir sepenuhnya bergantung pada nilai k dan . S-wave atau gelombang S /gelombang sekunder. Gelombang ini adalah gelombang transversal dimana arah pergerakan partikel akan tegak lurus dengan arah rambat gelombang. Jika bumi yang 'tenang' diberikan gangguan, misalnya diganggu dengan diledakannya sebuah dinamit, maka partikel-partikel material bumi tersebut akan bergerak dalam berbagai arah. Fenomena pergerakan partikel material bumi ini disebut dengan gelombang. Jika pergerakan partikel tersebut tegaklurus dengan arah penjalaran gelombang, maka disebut dengan gelombang geser (gelombang sekunder atau secondary wave atau gelombang S). Gambar dibawah menunjukkan karakter gelombang sebelum diganggu

Gambar 1. Gelombang S

Sebagai fungsi dari modulus geser (u), dan densitas (r), kecepatan gelombang S (Vs) adalah: Vs=[u/r]^0.5. Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktivitas gempa bumisebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh seismometer. Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam di tempat lain, kita dapat menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.

1. metode homeoseista, yaitu dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada suatu homeoseista. Homeoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat - tempat yang mengalami / mencatat gelombang primer pada waktu yang sama; 2. metode episentrum, yaitu dengan menggunakan rumus laksa; 3. jika diketahui tiga stasiun, dapat ditentukan dimana letak pusat gempa itu. Magnitudo gempa adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan berharga sma, meskipun dihitung dari tempat yang berbeda. Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah Skala Richter (Richter Scale). Mengukur kekuatan gempa dapat menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Maka berdasarkan pendekatannya, skala pengukuran gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu 1) magnitudo (magnitude) yang merupakan skala kuantitatif, dan 2) intensitas (intensity) yang merupakan skala kualitatif. Ada bermacam - macam jenis magnitude gempa, diantaranya adalah: Magnitudo lokal ML (local magnitude) Magnitudo gelombang badan MB (body-wave magnitude) Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-wave magnitude) Magnitudo momen MW (moment magnitude) Magnitudo gabungan M (unified magnitude) Namun yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain adalah Magnitudo Skala Richter (SR). Magnitudo ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1935 oleh seorang seismologis Amerika, Charles F. Richter, untuk mengukur kekuatan gempa di

Gambar 2. Rekaman Seismogram

Dari seismogram ini terdapat : Gelombang P dan waktu tiba gelombang P Gelombang S dan waktu tiba gelombang S Interval S-P (dinyatakan dalam detik) Amplitudo gelombang S maksimum (diukur dalam mm) Untuk mengetahui episentrum gempa perlu melihat data seismogram pada tiga stasiun pengukuran seismic yang berbeda. Hal yang harus di ukur pada ketiga stasiun adalah selang waktu antara gelombang S dan P. interval waktu yang telah diketahui ini nantinya akn digunakan untuk menentukan jarak gelombang yang telah menjalar. Lokasi sebaran gempa pada masingmasing seismogram akan ditampakkan berupa lingkran yang nantinya harus ditringulasi untuk bisa mengetahui episentrum gempa. Letak episentrum gempa bumi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:

California. Richter mengukur magnitudo gempa berdasarkan nilai amplitudo maksimum gerakan tanah (gelombang) pada jarak 100 km dari episenter gempa. Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf. Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x10-5 mm) hingga 1 m. Untuk menyederhanakan rentang angka yang terlalu besar dalam skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti setiap kenaikan 1 angka pada skala Richter menunjukkan amplitudo 10 kali lebih besar. III. Metodelogi Percobaan Dalam melakukan percobaan kali ini dengan menggunakan Virtual Earthquake

Gambar 4 hasil data pada Stasiun Pusan

Masukkan nilai interval antara gelombang P ke S yakni 54 sekon pada stasiun Pusan.

yang harus masuk website http://www.sciencecourseware.org/VirtualE arthquake. kemudian klik negara Japan.
Percobaan kali ini gempa yang akan diamati adalah gempa yang terjadi di Jepang , dengan 3 stasiun gempa yang berada di Pusan, Tokyo, Akita.
Gambar 5 hasil data pada Stasiun Tokyo

Masukkan nilai interval antara gelombang P ke S yakni 44 sekon pada stasiun Tokyo.

Gambar 6 hasil data pada Stasiun Akita

Masukkan nilai interval antara gelombang P ke S yakni 70 sekon pada stasiun Akita.
Gambar 3. Peta Jepang

Setelah itu akan diperoleh 3 data dari masing-masing stasium yang telah dibaca. Seperti gambar dibawah ini:

Kemudian stelah ini dilanjutkan dengan mengetahui jarak gempa dengan cara memebaca grafik hubungan ketiga data dari stasiun yang berbeda

Gambar 6 peta episentrum dari ke 3 stasiun pengamatan

Pada gambar diatas terlihat terjadi triangulasi di daera Kobe yaki pertemuan ketiga lingkaran dari sumber tersebut. Dimana titik pertemuan dari tiga lingkaran itu merupakan episentrum dari gempa yang terjadi. Setelah mengetahui epicentrum dari gempa ini, dilanjutkan dengan mengetahui seberapa besar energy yang dilepaskan saat terjadi gempa ini. Untuk bisa mengetahui kekeuatan gempa yang terjadi diharuskan untuk mengukur dua jenis variable yaitu interval SP waktu dan amplitudo maksimum dari gelombang seismik. Meskipun hubungan IV. Pembahasan
antara magnitude ritcher, amplitude yang terukur, dan interval gelombang S-P sangat kompleks, grafik Ritcher Nomogram dapat digunakan untuk menyederhanakan prosesnya dan mengestimasi magnitude dari jarak dan amplitude maksimum. Pada grafik Ritcher Nomogram pada gambar terdapat garis putus-putus yang merupakan gempa ritcher standar. Gempa standar adalah pada saat jarak 100 Km dan menghasilkan 1mm amplitude maksimum pada seismogram tersebut dan Magnitudo yang dihasilkan adalah 3, dan gempa bumi lain yang mungkin terjadi dapat menjadikanya sebagai referensi. Untuk pengukuran hal ini

Dari jarak yang telah diketahui kemudian pada peta Japanakan terlihat lingkaran yang menggambarkan penjalaran gelombang dengan stasiun sebagai pusat lingkaran dan jaraknya sebagai jari-jarinya, sehingga ditemukan titik perpotongan sebagai titik pusat gempa pada permukaan yang disebut dengan titik episentrum yang tergambar pada Peta berikut :

dimasukan data interval SP, untuk mempermudah proses dimana sudah mendapatkan ke dua variable yakni dengan perangkat grafis (nomogram). Berikut merupakan bagan nomogram dari ketiga stasiun yang sudah diamati:

Tyler M. Schau (1991). The Richter Scale (ML). USGS. Retrieved 2008-09-14 William L. Ellsworth (1991). SURFACE-WAVE MAGNITUDE (Ms) AND BODY-WAVE MAGNITUDE (mb). USGS. Retrieved 2008-09-14. http://eqseis.geosc.psu.edu/~cammon/HTML/Cl asses/IntroQuakes/Notes/seismometers.html http://id.shvoong.com/books/dictionary/2266625 -cara-mengukur-kekuatangempa/#ixzz1pvaKYdId http://www.sciencecourseware.org/VirtualEarth quake
Gambar 7 digram nogram ke 3 stasiun

Dari diagram diatas sudah bisa diketahui nilai magnitude gempa yang terjadi yakni 6.7 SR. V. Kesimpulan

Dari percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimplan sebagai berikut : Titik episentrum dari gempa yang terjadi berada pada titik sekitar jepang yang memiliki jarak 549 Km dari stsiun Pusan, 434 Km dari stasiun Tokyo, dan 697 Km dari stasiun Akita. Kekuatan gempa/magnitude gempa yang terjadi adalah sebesar 6.7 skala Ritcher.

Daftar Pustaka
Fuis, Gary; Wald, Lisa. "Rupture in SouthCentral AlaskaThe Denali Fault Earthquake of 2002". USGS. Retrieved 2008-04-20. Ramalis, T.R. (2001). Gelombang dan Optik. Common Textbook pada Jurdik.Fisika FPMIPA UPI. Telford, W.M., Geldart, L.P dan Sheriff, R.E. (1990). Applied Geophysics. Second Edition. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai