selang
waktu tiba
gelombang
Tp Ts
kecepatan
gelombang
primer
Vp
kecepatan
gelombang
sekunder
Vs
mil
km
mnt:dtk
mnt:dtk
mnt:dtk
km/dtk
km/dtk
100
161
0:27
0:47
0:20
5,96
3,43
1.000
1.610
3:20
6:00
2:40
8,05
4,47
2.000
3.220
5:56
10:48
4:52
9,04
4,07
3.000
4.830
8:00
14:30
6:30
10,06
5,55
4.000
6.440
9:50
17:50
8:00
10,92
6,02
5.000
8.050
11:26
20:51
9:25
11,73
6,43
6.000
9.660
12:43
23:27
10:44
12,66
6,87
7.000 11.270
13:50
25:39
11:49
13,58
7,32
10,25
5,63
Skala Gempa
Skala yang dimaksud diatas adalah skala kekuatan gempa-bumi yang
digunakan dalam seismologi dan geofisika. Skala ini merupakan tingkat ukuran
kekuatan (intensity) dan besaran (magnitude) gempa, yang menyatakan besar
energi kandungan goncangan tersebut. Selanjutnya disini disebut sebagai MS
(Mercalli Scale) dan RS (Richter Scale). Berikut ini adalah perbedaan
mendasar antara dua skala ini. MS merupakan skala kekuatan kentara
(apparent intensity) yang diukur secara visual dan subyektiv, berdasarkan pada
akibat atau efek tampak ketika gempa berlangsung. MS dinyatakan dalam
angka romawi dari I sampai XII.
Sedangkan RS merupakan skala kekuatan mutlak (absolute intensity) yang
diukur secara obyektif, berdasar pada pengukuran gerak tanah, sebagaimana
ditentukan oleh rekaman gelombang seismik, yang dihasilkan oleh seismograf
yang dipasang pada suatu jarak diketahui dari episentrum (pusat gempa pada
permukaan bumi) yang tegaklurus terhadap hiposentrum (sumber gempa
didalam bumi). RS dinyatakan dalam angka arabik dari 1 sampai 9, selebihnya
skala dibawah 1 dan diatas 9 merupakan skala ektensi untuk gempa ekstra.
MS dikatakan sebagai skala subyektif karena disusun berdasarkan pada akibat
gempa dirasakan atau tampak oleh manusia pada suatu area episentral. Jadi
MS tak menentukan berapa besar kekuatan goncangan sebenarnya pada
hiposentrum. Karena penyusunan kekuatan gempa yang tak obyektif pada MS,
maka pemakaian skala MR lebih memuaskan untuk referensi ilmiah, dan
mengingat bahwa MR juga disusun berdasarkan pada amplitudo runutan (trace
Skala Mercalli
Skala pertama kekuatan subyektif gempa bumi, terdiri dari 10 skala,
diperkenalkan pada 1883, merupakan perbaikan skala yang diajukan pada
1874 oleh M.S. Rossi dan F.A. Forrel. Skala ini disempurnakan lagi pada 1902
oleh G. Mercalli, Cancani, dan Sieberg, sehingga menjadi 12 skala, yang diatas
disebut sebagai MS. Namun skala ini kemudian diperbaiki lagi pada 1931 oleh
Wood dan Newman, dan versi termodifikasi yang disebut sebagai MMS
(Modified Mercalli Scale) ini, secara otomatis menggantikan MS. Pada 1950 di
Jepang, para seismologis Jepang juga membuat ukuran objektif gempa dalam
7 skala dapat disesuaikan dengan MS.
Skala Richter
Karena MMS masih memiliki referensi yang subyektif, maka skala kekuatan
obyektif gempa bumi diajukan pada 1935 oleh Charles F. Richter dan Benno
Guttenberg, seismologist Amerika Serikat, di California Institute of Technology,
skala mana hingga kini kita kenal sebagai skala Richter atau RS.
Untuk menghubungkan efek RS terhadap MMS, pada 1956 Richter melakukan
penyesuaian besaran pada MMS yang sesuai dengan besaran pada RS,
sehingga diperoleh hubungan skala subyektif dan skala obyektif. MMS yang
dimodifikasi oleh Richter ini disebut sebagai MMS 56. Namun Pada 1964 MMS
56 diperbaiki lagi oleh Medvedev, Sponheuer, dan Karnik, dan disebut MSK
MMS 56. Istilah MS atau MMS yang digunakan sekarang merujuk pada skala
modifikasi terahir ini. Deskripsi lengkap tentang skala intensitas seismik ini
mengacu pada buku-teks Richter (Richter, Charles F., Elementary Seismology.
Freeman, San Francisco, USA, 1958).
Pengukuran Skala
Dalam MS, intensitas gempa membesar sesuai dengan nomor skala. Getaran
paling lemah dinyatakan pada skala I, berada dibawah ambang batas
kepekaan manusia, disebut getaran infra-seismik, hanya dapat dideteksi oleh
sensor seismograf. Getaran sangat lemah pada skala II, dapat dirasakan oleh
sebagian orang yang tengah berada pada keadaan diam ketika gempa sedang
berlangsung. Getaran lemah pada Skala III, dapat dirasakan oleh sebagian
orang yang berada pada tempat diam, seperti rumah, tapi tidak bagi mereka
yang tengah berada pada kendaraan bergerak. Pada skala III ini, air pada
bejana sudah mulai bergoyang. Pada skala IV, getaran merambat keseluruh
rumah. Skala V akan membanting daun pintu dan jendela rumah. Skala VI
akan menggeser perabotan rumah.
Skala VII akan mendentangkan lonceng gereja, dan orang yang sedang
mengendarai mobil dapat merasakan getarannya. Skala VIII akan
menumbangkan pohon dan melongsorkan tanah. Skala IX akan merekahkan
tanah beberapa cm dan membengkokkan rel kereta-api. Skala X merekahkan
tanah hingga beberapa meter dan mengambrukkan jembatan. Pada skala XI,
bangunan gedung runtuh total. Sedangkan pada skala XII, tanah merekah
hingga beberapa km, sebagian permukaan tanah terangkat dan sebagian lagi
terhentak, dan terjadi pengrusakan total permukaan bumi. Deskripsi MS adalah
seperti pada tabel 1.
skala Rossi-Ferrel
1874 - 1883
skala Jepang
1950
skala Mercalli
termodifikasi
1902 - 1964
II
II
III
III
IV
2,3
IV
V-VI
VII
VI
VII-VII
4,25
VI-VII
VIII
4,5
VII
IX
VIII
IX
XI
XII
integral, kekuatan gempa meningkat 10 kali lipat: 1 (log 0), 10 (log 1), 100 (log
2), 1.000 (log 3), dan seterusnya. Deskripsi RS adalah seperti tampak pada
tabel 2.
skala Richter
1935
deskripsi
analog
intensitas
/
kekuatan
dan
kandungan
energi
pada skala Richter
0 - 0,9
tak terdeteksi
1 - 1,9
tak terasa
2 - 2,9
3 - 3,9
mengayunkan
4 - 4,9
mengguncangkan
5 - 5,9
merusakan
6 - 6,9
menghancurkan
7 - 7,9
meruntuhkan
8 - 8,9
memporakperandakan
9 - 9,9
menengelamkan
10 -10,9
tak terperikan
faktor perbesaran 2.800 dan faktor peredaman 0,8, berjarak 100 km dari
episentrum. Untuk jarak berebeda seismograf terhadap episentrum, Richter
membuat tabel koreksi. Secara matematis, magnitudo skala Richter dihitung
dengan formula Richter.
Formula Richter adalah sebagai berikut : M Richter scale = log (A / T) + F (g,h)
+ Cs + Cr, dimana M = magnitudo atau besaran skala Richter, A = amplitudo
maksimum pada seismogram dalam unit mikrometer, T = tempo atau periode
waktu gelombang seisimik dalam detik per siklus, F (g,h) = fungsi koreksi jarak
dari episentrum ke geosensor seismograf (g), dan dari episentrum ke
hiposentrum (h), Cs = koreksi stational, dan Cr = koreksi regional.
Tenaga Gempa
Besar energi seismik terkandung dalam gucangan gempa dihitung dengan
formula matematis sebagai berikut : 10 log E = 11,3 + 1,8 x M Richter scale,
dimana E = energi dalam unit Erg, atau 10 Log E = (11,3 + 1,8 x M Richter
scale) / 10^7, untuk E = energi dalam unit Joule. 1 Joule setara dengan energi
dibutuhkan untuk memindahkan batu seberat 1 kg sejauh 1 meter. Berarti
gempa berkekuatan 6 skala Richter memiliki energi sebesar 10^22 erg (10 log
E = 22,1) atau 10^15 Joule. Energi mana mampu menggeser batu seberat
sejuta kg (10^6 kg) sejauh sejuta km (10^9 m) dalam waktu 1 detik.
Efek Gempa
Efek gempa besar paling jelas adalah guncangan (shock). Ada tiga macam
guncangan terjadi, khususnya di episentrum. Pertama, guncangan awal (foreshocks, initial shocks), merupakan gempa kecil disebut tremor, biasanya terjadi
beberapa kali, dan makin lama makin kuat. Kedua guncangan utama (main
shock), merupakan gempa merusak. Bisa cukup sekali, tapi bisa juga beberapa
kali. Ketiga guncangan ahir (after-shock, final shocks), juga merupakan tremor
yang terjadi beberapa kali, tapi makin lama makin lemah. Pada gempa besar,
guncangan ahir ini baru meredam setelah beberapa bulan.
Efek utama gempa adalah suara keras. Sebagian besar suara ini justeru bukan
berasal dari hiposentrum, melainkan dari episentrum dan radius efektifnya
pada permukaan bumi sebagai akibat benturan dan keruntuhan. Efek kedua
adalah api dan kebakaran. Api terjadi jika dari dalam bumi disemburkan gas
panas, khususnya jika terjadi ledakan gunung berapi, tapi juga bisa berasal
dari instalasi pipa gas dan listrik dibawah tanah. Ketiga adalah efek terhadap
air laut, terlebih jika sumber gempa berada dibawah permukaan samudera,
maka akan terjadi gelombang seismik lautan yang mirip gelombang pasang,
yang populer dengan nama tsunami. Panjang-gelombang tsunami dari puncak
ke puncak bisa mencapai 200 km dan tinggi puncak amplitudo gelombangnya
Frekuensi gempa bumi belakang ini cukup tinggi. Terjadi di berbagai tempat di
belahan bumi, dengan kekuatan bervariasi. Banyak ahli geofisika mencoba
menjelaskan fenomena ini, sejak berabad-abad lalu: Mengapa gempa terjadi?
Orang awam umumnya tahu bahwa ledakan gunung berapi menimbulkan
gempa bumi. Tapi gempa juga bisa terjadi tanpa ada sebuah gunung pun yang
meletus. Orang pun berasumsi bahwa mungkin ada gunung meledak dibawah
permukaan laut, atau peristiwa seperti Krakatau tengah terjadi. Tulisan ini
mencoba sedikit menelesuri berbagai penyebab gempa bumi.
Sebab Gempa
Berdasarkan penyebabnya, ada dua macam gempa. Gempa alami (natural
quake) yang terjadi secara alami, dan gempa buatan atau gempa tiruan
(artificial quake) yang sengaja dibuat manusia untuk tujuan teknis atau ilmiah.
Gempa buatan-manusia dilakukan misalnya seperti akibat percobaan bom
atom, dan penelitian untuk mengetahui komposisi lapisan-lapisan tanah
dibawah permukaan bumi, untuk pemetaan geologis, khususnya untuk
keperluan pertambangan seperti eksplorasi minyak dan gas bumi. Sudah tentu
gempa buatan-manusia merupakan gempa terkendali yang tak merusak dan
membahayakan. Namun ternyata kita bisa belajar banyak dari gempa tiruan.
Dengan mensimulasi gempa, kita bisa lebih banyak tahu tentang cara
bagaimana mendeteksi sumber gempa alami berikut kandungan energi seismik
dilepaskannya. Berdasar asalnya, gempa alami dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu yang berasal dari dalam bumi (internal origin), dan yang berasal
dari luar bumi (external origin, extra-terrestrial) seperti gempa karena benturan
meteor atau komet dari angkasa luar. Sedangkan gempa berasal dari dalam
bumi sendiri masih dapat dibedakan atas dua macam berdasarkan sumbernya,
Isostasi
Apapun teori dikemukakan untuk menjelaskan gempa alami berasal dari
dalam bumi, yang jelas dapat kita garisbawahi bahwa tiap saat bumi selalu
berupaya mencapai tahana keseimbangan sementara (quasi equilibrium state),
penyesuaian-kembali isostatik (isostatic readjusment), atau restorasi isostasi
(restoration of isostacy) dalam medan gravitasi dan medan elektromagnetik
buana, keseimbangan mana disebut isostasi (isostacy) oleh Dutton, geologis
Amerika, pada 1889. Karenanya bumi tak pernah diam. Bumi kita sesungguh
adalah benda yang memiliki kecerdasan kosmik (cosmic intelligence), sebagai
salah satu benda angkasa yang turut menjaga keseimbangan kosmik secara
keseluruhan.
Penulis:
Achmad Firwany MSc MIEEE CDP CCP CSP
ahli seismologi dan geofisika eksplorasi minyak dan gas bumi,
elektronika, komputer, teknologi informasi dan komunikasi.
http://www.firwany.net
mobile: 081.2991.3951