Anda di halaman 1dari 7

Makalah Seismologi

Menentukan Posisi Pusat Gempa

DISUSUN OLEH :

1. Pradita Ajeng Wiguna (4211412011)


2. Taufik Nur Fitrianto (4211412013)
3. Indah Nur Pratiwi (4211412022)

Universitas Negeri Semarang


2013

1
A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam sebagai manifestasi


perilaku bumi yang dinamis yang mengubah kenampakan permukaan bumi
seperti sekarang ini. Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi secara
tiba-tiba oleh kulit bumi yang patah untuk kembali ke keadaan semula akibat
adanya gaya tegangan dan regangan yang sedemikian besar sehingga
melampaui kekuatan kulit bumi. Hal tersebut disebabkan oleh pergerakan
lempeng, aktivitas vulkanik, runtuhan dalam kulit bumi, ledakan nuklir, atau
yang lainnya. Energi yang terlepas tersebut disebarkan ke segala arah dalam
bentuk gelombang
seismik.

Akibat
utama gempa bumi
adalah hancurnya
bangunan-bangunan
karena goncangan
tanah. Jatuhnya
korban jiwa biasanya
terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran.
Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan
gelombang tsunami yang menghantam daratan. Karena itu, ketika terjadi
gempa bumi, perlu ditentukan parameter-parameter dari gempa tersebut yaitu :
waktu (origin time), pusat gempa (episenter dan hiposenter), kedalaman
gempa, kekuatan gempa (magnitude), dan intensitasnya.

Gempa
memancarkan energi
seismik berupa
gelombang tubuh dan

2
gelombang permukaan. Gelombang tubuh (body wave) terdiri dari gelombang
primer (primary/P wave) dan gelombang sekunder (secondary/Swave).

Gelombang permukaan (surface wave) terdiri dari gelombang Rayleigh (R


wave) dan gelombang Love (L wave). Penentuan pusat gempa dimulai oleh
pembacaan seismogram (catatan gelombang seismik) yang mengandung beberapa
informasi penting yaitu waktu kedatangan gelombang P, S, L dan R dan rata-rata
kecepatannya. Informasi ini yang dapat digunakan untuk menentukan jarak dari
stasiun ke pusat gempa. Titik pusat tempat bermulanya gempa bumi di dalam bumi
disebut Hiposenter sedangkan proyeksi tegak lurus hiposenter di permukaan bumi
disebut Episenter.

b. Tujuan
Mengetahui metode yang digunakan untuk menentukan posisi pusat gempa.

B. PEMBAHASAN

Untuk menentukan posisi pusat gempa dapat dilakukan dengan beberapa


metode. Metode-metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a. Metoda Lingkaran Dengan Tiga Stasiun

Dianggap ada tiga stasiun pencatat , masing–masing S1, S2, dan S3. Dengan
menggunakan dua data stasiun pencatat , S2 dan S3 sebagai pusatnya, dibuat
lingkaran-lingkaran dengan jari-jari :

r2 = v ( t 2 – t1 )

3
r3 = v ( t 3 – t1 )

dengan :

r = jari-jari lingkaran.

v = kecepatan gelombang

t = waktu tiba gelombang

Episenter yang dicari adalah pusat sebuah lingkaran yang melalui S1 dan
menyinggung kedua lingkaran yang berpusat di S2 dan S3 tersebut.

Pada penggunaan praktis, metode ini dilakukan dengan cara berulang-ulang


mencoba membuat lingkaran ketiga sehingga didapatkan titik E yang terbaik. Dengan
demikian metode ini kurang dapat diandalkan, karena kualitas penentuannya
tergantung pada ketelitian penggambaran ketiga lingkaran tersebut.

Gambar 11. Penentuan episenter gempabumi, menggunakan 3 stasiun pemantau. Dalam


gambar stasiun pemantau berada di titik A,B dan C. Titik D,E,F,G,H dan P adalah titik bantu.
Titik O adalah episenter gempabumi(Sumber : Geologi dan Perubahan, Tiara Pustaka).

4
b. Metode Hiperbola

Bila dianggap kecepatan gelombang seismik v konstan dengan tiga stasiun


S1, S2 dan S3 diukur waktu tiba gelombang seismik pada ketiga stasiun itu adalah
jam t1, t2, dan t3 dimana t3 > t2 > t1, maka dengan menggunakan pasangan stasiun
S1 dan S2, episenternya harus terletak pada sebuah kurva dengan harga t2 – t1
konstan. Kurva semacam ini berupa hiperbola dengan S1 dan S2 sebagai titik
fokusnya. Karena telah diketahui t2 > t1 maka kurva hiperbolanya cekung kearah titik
titik S1. Dengan cara yang sama dilakukan lagi untuk pasangan stasiun S2, S3 dan
S3, S1. Ketiga hiperbola ini berpotongan pada suatu titik dan titik potong ini adalah
episenternya.

c. Metode Titik Berat

Dalam metode ini selain didapat koordinat episenter, kedalaman fokusnya


juga dapat ditentukan. Dengan menggunakan tiga stasiun pencatat S1, S2, dan S3

dapat dibuat masing-masing lingkaran dengan pusat stasiun dan jari jari r1, r2 dan r3.
Jari-jari lingkaran adalah jarak hiposenter d = (s-p) k, dimana k adalah konstanta
Omori yang besarnya tergantung pada kondisi geologi setempat dan besarnya sekitar
7,8.

Sedangkan (s-p) adalah beda waktu tiba gelombang S dan P. Koordinat


episenter E merupakan perpotongan garis berat ketiga lingkaran tersebut. Garis berat
lingkaran 1 dan 2 adalah garis yang menghubungkan perpotongan lingkaran 1 dan
lingkaran 2 (garis AB). Garis berat lingkaran 1 dan 3 adalah garis yang
menghubungkan perpotongan lingkaran 1

5
dan lingkaran 3 (garis CD). Sedang Garis berat lingkaran 2 dan 3 adalah garis
yang menghubungkan perpotongan lingkaran 2 dan lingkaran 3 (garis EF).

Kedalaman hiposenter (h) dapat diperoleh dengan rumus Pythagoras,

h1 = (r12 –(S1 Ep)2)1/2

h2 = (r22 –(S2 Ep)2)1/2 , dan h3 = (r32 –(S3 Ep)2)1/2 dimana h merupakan

rata- rata dari h1, h2 , dan h3 .

Dengan metode ini dapat pula ditentukan waktu kejadian gempa (origin
time). Untuk menentukan origin time dengan pendekatan (s-p) digunakan grafik
Wadati seperti terlihat pada gambar berikut.

d. Metode Gerak Partikel

Metode Gerak Partikel (particle motion) dipakai untuk menentukan


hiposenter (episenter dan kedalamannya) dengan menggunakan satu stasiun yang
memiliki 3 komponen. Dalam penentuan ini arah awal impuls ketiga komponen
(kompresi atau dilatasi) harus jelas. Variabel yang dipakai adalah setengah amplitude
awal impuls gelombang P ketiga komponen dan beda waktu gelombang S dan P atau
(s-p). Prosedur penentuannya adalah sebagai berikut:

Tentukan dahulu arah impuls awal ketiga komponen (kompresi atau dilatasi).

Perhatikan rekaman komponen vertikal: jika komponen vertikal kompresi,


maka pada komponen horizontalnya tandanya harus dibalik (C = minus, D = plus),

6
sebaliknya jika komponen vertikal dilatasi maka komponen horizontalnya tandanya
tetap ( C = plus, D = negatif).

Dari bacaan ½ amplitude komponen horizontal dibuat vektor resultannya,


misalnya AH.

Dari bacaan ½ amplitude komponen vertikal (AV) dan AH dibuat vektor


resultannya, misalnya AR.

C. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui posisi pusat
gempa dapat digunakan empat metode, yaitu:
a. Metoda Lingkaran Dengan Tiga Stasiun
b. Metode Hiperbola
c. Metode Titik Berat
d. Metode Gerak Partikel

D. DAFTAR PUSTAKA
id.scribd.com/doc/4751203/gempa-tektonik
Dimas-salomo.blogspot.com/2012/02/gempa-bumi-earthquake.html

Anda mungkin juga menyukai