Anda di halaman 1dari 8

XLAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ILMU KEBUMIAN

PENENTUAN LOKASI EPISENTRUM GEMPA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Rizqi Agustiana

NIM : 19312244031

KELAS : Pendidikan IPA A 2019

SEMESTER : 3

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
A. Judul Percobaan
Penentuan Lokasi Episentrum Gempa
B. Tujuan
Menentukan letak episentrum suatu gempa bumi
C. Dasar Teori
Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam bumi yang kemudian
merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi pecah dan begeser dengan keras. Penyebab
gempa bumi dapat berupa dinamika bumi (tektonik), aktivitas gunung api, akibat meteor jatuh,
longsoran ( di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir di bawah permukaan (Arief M, 67-68).

Menurut (Bambang Utoyo, 2007: 56-57) berpendapat bahwa, Berdasarkan faktor penyebabnya,
gempa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut

a. Gempa tektonik yaitu getaran gempa yang diakibatkan proses tektonik, baik lipatan atau
patahan muka Bumi sehingga mengakibatkan pergeseran (dislokasi) lapisan-lapisan batuan
pembentuk litosfer. Pusat gempa tektonik tersebar di sepanjang rona penyusupan (subduksi)
lempeng samudra ke bawah lempeng benua.
b. Gempa vulkanik, yaitu getaran gempa yang menyertai aktivitas gunungapi, baik sebelum
maupun pada sat terjadi erupsi.
c. Gempa terban (runtuhan), yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya massa batuan mengisi
ruang yang kosong dalam litosfer Gempa ini sering terjadi akibat ambrukmya gua-gua kapur
atau terowongan pertambangan bawah tanah

Penggolongan gempa juga didasarkan atas karakteristik hiposentrum dan episentrumnya.


Hiposentrum (pusat gempa) adalah titik atau garis dalam litosfer yang meniadi tempat terjadinya
gempa. Adapun Episentrum adalah titik atau garis di permukaan Bumi sebagai tempat gelombang
gempa dirambıtkan ke wilayah di sekitamya. Letak episentrum adalah tegak lurus terhadap
hiposentrum. Berdasarkan kedalaman hiposentrum dikenal tiga macam gempa yaitu sebagai
berikut:

a. Gempa dalam, jika jarak hiposentrumnya berkisar antara 300-700 km dari permukaan bumi
b. Gempa pertengahan, ika jarak hiposentrumnya berkisar antara 100-300 km dari permukaan
bumi
c. Gempa dangkal, jika jarak hiposentrumnya kurang dari 100 km dari permukan bumi

(Bambang Utoyo, 2007: 57).


Dari hiposentrum (pusat gempa), gelombang seismik dirambatkan ke permukaan bumi berupa
gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S). Gelombang primer, yaitu getaran yang kali
pertama dirasakan di muka bumi oleh seismograf, sedangkan getaran-getaran yang dirasakan
selanjutnva dinamakan gempa sekunder. Setelah sampai ke permukaan bumi, getaran gempa
tersebut kemudian dirambatkan ke segala arah dalam bentuk gelombang permukaan dengan cepat
rambat antara 3,5-3,9 km/detik. Gelombang permukaan inilah yang sering kali menghancurkan
wilayah yang dilaluinya (Bambang Utoyo, 2007: 57).

Adapun berdasarkan letak episentrumnya, gempa dibedakan menjadi dua, yaitu gempa yang
episentrumnya di darat dan di dasar laut Ada kalanya gempa di dasar laut dapat mengakibatkan
gelombang pasang air laut secara tiba-tiba. Gelombang pasang semacam ini dinamakan Tsunami
(Bambang Utoyo, 2007:57).

Terdapat beberapa metode dalam penentuan lokasi episenter, yaitu metode Single Station,
Multiple Station, Grid Search, dan Iterative. Penentuan lokasi episenter menggunakan metode
Multiple Station yaitu Ketika gempabumi terjadi, pengamat di stasiun seismik mencatat jeda waktu
antara kedatangan gelombang Pdan S. Dari rekaman tersebut ditentukan jarak ke pusat gempabumi
dari lokasi stasiun. Seismolog kemudian memplot lingkaran dengan jari-jari dari jarak ini dari setiap
stasiun, yang titik atau area perpotongannya merupakan lokasi episenter (Teguh R, 2020: 40).

Gambar. Multiple Station


D. Metode Percobaan
a. Alat dan Bahan
1. Jangka
2. Penggaris
3. Kertas putih beberapa lembar
b. Prosedur Kerja
1. Tetapkan titik a pada salah satu bagian kertas, setelah kertas dibagi menjadi 4 bagian.

2. Tandai stasiun A, B, dan C pada kertas. Mulailah dengan menandai sebuah titik 2,5 cm di
atas titik tengah kertas. Inilah stasiun A. Gambar B dan C menggunakan gambar a sebagai
petunjuk, Anda telah membuka peta untuk menemukan episentrum.
3. Ilmuwan mengetahui seberapa cepat gelombang P dan S berjalan. Mereka dapat
menghitung jarak episentrum gempa dengan mengukur perbedaan waktu datangnya dua
gelombang P dan S pada stasiun mereka. Perbedaan waktu datangnya dua gelombang 120
s di stasiun A; 80 s pada stasiun B; dan 80 s pada stasiun.
Tabel 1. Jarak ke episentrum berdasarkan perbedaan waktu datang gelombang P dan S

Perbedaan waktu datangnya gelombang


Jarak ke episentrum (km)
P dan S (s)
200 40
300 60
400 80
500 100
600 120

4. Konversikan setiap jarak dengan cm, sehingga data dapat digunakan pada peta anda.
Gunakan skala 1 cm = 100 km. Data ini akan menjadi nilai radius setiap lingkaran pada
langkah 5.
5. Pada peta anda, buatlah sebuah lingkaran sekeliling stasiun A, seperti gambar berikut.

6. Ulangi langkah 5 untuk stasiun b dan c.


7. Lokasi episentrum gempa bumi adalah titik dimana 3 lingkaran berpotongan. Tandailah
titik itu dengan X (titik episentrum).

E. Tabulasi data
Perbedaan
waktu Jarak ke Jarak titik
Stasiun datangnya episentrum episentrum ke Gambar
gelombang P (km) stasiun (km)
dan S (s)

A 120 600 580

B 80 400 380

C 80 400 380

F. Pembahasan
Praktikum ilmu pengetahuan bumi dan antariksa yang berjdudul “ Penentuan Lokasi
Episentrum Gempa” dilaksanakan pada hari Jumaa, 11 September 2020 di rumah praktikan,
bertujuan untuk menentukan letak episentrum suatu gempa. Menurut (Bambang U, 2007: 57)
menjelaskan bahwa, episentrum adalah titik atau garis di permukaan bumi sebagai tempat
gelombang gempa yang dirambatkan ke wilayah di sekitanrnya. Didukung oleh teori menurut (Ella
Y dan Usman S, 2008: 78) yang berpendapat Istilah episentrum dan hiposentrum hiposentrum
adalah tempat pusat gempa letaknya sudah pasti di dalam bumi sedangkan episentrum adalah satu
titik di permukaan bumi yang letaknya tepat di atas hiposentrum episentrum itulah guncangan
gempa terasa paling kuat.
Dalam praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu kertas HVS sebagai wilayah
permukaan (gambaran), jangka untuk membuat lingkaran (wilayah yang terkena gempa), penggaris
dan alat tulis.
Metode yang digunakan praktikum kali ini adalah dengan membuat 3 stasiun kemudian
menentukan lingkaran (daerah yang kemungkinan terkena gempa) dan pusatnya merupakan
perpotongan 3 lingkaran. Metode ini sesuai dengan dasar teori menurut (Teguh R, 2020: 40) yang
berpendapat bahwa penentuan lokasi episenter menggunakan metode Multiple Station yaitu ketika
gempa bumi terjadi, pengamat di stasiun seismik mencatat jeda waktu antara kedatangan
gelombang P dan S. Dari rekaman tersebut ditentukan jarak ke pusat gempa bumi dari lokasi
stasiun. Seismolog kemudian memplot lingkaran dengan jari-jari dari jarak ini dari setiap stasiun,
yang titik atau area perpotongannya merupakan lokasi episenter.

Gambar. Metode Multiple Station


Langkah kerja yang dilakukan oleh praktikan yaitu pertama, menyiapkan alat dan bahan.
Kemudian praktikan membagi kertas menjadi 4 bagian yaitu dengan melipat menjadi 2 bagian,
vertikal dan horizontal. Setelah kertas dibagi menjadi 4 bagian, praktikan menentukan stasiun A
yang berjarak 2,5 cm dari titik tengah pada sisi atas, stasiun B 4 cm diatas kertas lipat dengan jarak
lipat ke pusat lipatan kertas sebesar 4 cm dan stasiun C dengan titik 3 cm di bawah kertas lipatan
sejauh 3 cm juga sebelah kiri lipatan tengah.
Setelah diperoleh stasiun A,B dan C. Praktikan menggambar lingakaran dengan menggunakan
jangka yang berpedoman pada tabel jarak episentrum gempa dengan mengukur perbedaan waktu
datangnya dua gelombang P dan S pada stasiun yang sudah ditentukan oleh para ahli. Praktikan
mengkonversikan setiap satuan jarak dengan aturan skala 1 cm : 100 km, nilai ini yang akan menjadi
radius lingkaran.
Pada percobaan dengan selisih waktu datangnya gelombang P dan S pada stasiun A 120 sekon,
stasiun B 80 sekon dan stasiun C 80 sekon. Dari perbedaan datangnya gelombang tersebut
berdasarkan tabel ketetapan jarak episentrum berdasarkan perbedaan datang gelombang P dan S
didapat radius masing-masing linkgaran setelah dikonversikan 1 cm = 100 km, pada stasiun A
adalah 6 cm, stasiun B 4 cm dan stasiun C 4 cm. Sehingga diperoleh titik hasil perpotongan ketika
lingkaran yang menjadi lokasi episentrum.
Dari praktikum kali ini, Titik dimana ketiga lingkaran berpotongan adalah perkiraan lokasi
terjadinya gempa. Sehingga, dapat diperoleh data bahwa, stasiun A memiliki jarak dengan pusat
gempa sebesar 5,8 cm, jarak stasiun B dengan pusat gempa sebesar 3,8 cm dan pada jarak stasiun
C dengan pusat gempa sebesar 3,8 cm. Setelah dikonversikan diperoleh jarak titik pusat gempa
dengan stasiun A 580 km, stasiun B 380 km dan stasiun C 380 km.

Jawaban Pertanyaan

1. Kapan ilmuwan perlu menggunakan metode ini untuk menentukan episentrum gempa?
Ilmuwan menggunakan metode lingkaran dengan tiga stasiun/metode multiple
station, ketika terjadi gempa yang saat itu tidak ada alat seismograf. Sehingga untuk
menemukan episentrum, diperlukan data saat terdapat kejadian gempa minimal dari tiga
stasium pengamatan. Untuk memudahkan penentuan pusat gempa nya.
2. Suatu hari terjadi gempa bumi dengan episentrum di dasar laut. Gempa ini memicu
terjadinya gelombang tsunami dengan kecepatan 400 mil/jam. Jika jarak pesisir pantai A ke
episentrum gempa tersebut adalah 1200 km, berapa lama gelombang tsunami akan tiba di
wilayah A?
Diketahui :
v = 400 mill/jam = 643,6 km/jam
s = 1200 km
Ditanya : t (waktu) ?
Jawab :
𝑠
𝑡=𝑣
𝑠 1200 𝑘𝑚
𝑡= = = 1,9 𝑗𝑎𝑚
𝑣 643,6 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
Jadi, lama gelombang tsunami akan tiba di wilayah A adalah 1,9 jam.
G. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan Multiple Station
(metode lingkaran dengan tiga stasiun), diketahui pusat gempanya dengan jarak
episentrumnya adalah :

E (km)
EA EB EC
580 380 380

H. Daftar pustaka
Arief M. 2010. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya Vol 7 diakses melalui Journal.unnes.ac.id
pada 13 September 2020.
Bambang Utoyo. 2007. Geografi: membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT. Setia Purna
Inves.
Ella Y dan Usman S. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Grasindo.
Teguh R, dkk. 2020. Wajah Tektonik Sumatra Bagian Barat. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai