Anda di halaman 1dari 2

2.

A. Magnitudo Lokal (ML); Ini merupakan skala magnitudo yang pertama sekali dikembang oleh Charles
Richter pada tahun 1935. Ide dasar beliau mengembangkan skala Magnitudo Lokal ini adalah untuk
mengukur kekuatan gempa bumi yang kerap terjadi di California berdasarkan skala sebuah alat dan bukan
berdasarkan skala yang dirasakan oleh manusia. Skala berdasarkan pengukuran alat (instrumen) in sangat
bergantung kepada jarak alat terhadap sumber gempa yang dapat dibaca berdasarkan simpangan
Amplitudo maksimumnya yang terekam pada seismogram. Data gempa yang terjadi di California ini akan
terus dikumpul oleh Pak C. Ricther sehingga menjadi data gempa dalam jangka waktu tertentu yang disebut
katalog gempa. Skala Magnitudo yang dikembangkan oleh C. Richter inilah yang saat ini kita kenal sebagai
Skala Richter (SR). Skala Richter atau Magnitudo Lokal ini cuma cocok digunakan untuk gempa-gempa
lokal saja atau gempa bumi yang berjarak kurang dari 600 Km dan gempa-gempa kecil. Apabila jaraknya
sudah melebihi 600 Km dan skala gempanya juga besar, maka skala Richter ini sudah tidak sesuai lagi
digunakan. Saat ini, stasiun pengamat gempa yang ada di seluruh dunia sudah sangat jarang menggunakan
skala magnitudo ini.

B. Magnitudo Gelombang Badan (Mb); Magnitudo gelombang badan ini dibuatkan untuk mengatasi
kelemahan skala gempa Magnitudo lokal yang sangat terbatas pada jarak (kurang dari 600 Km). Pada
gempa-gempa yang jauh, fasa-fasa gelombang badan primer terekam sangat jelas sehingga Magnitudo Mb
ini memanfaatkan gelombang badan primer ini. Seperti yang saya jelaskan di atas, babwa fasa gelombang
ini sangat bergantung terhadap jarak dan makin jauh dengan sumber maka akan ada efek pelemahan
gelombang. Untuk mengatasi efek peluruhan/pelemahan gelombang ini, pada perumusan dasar untuk
menghitung magnitudo harus adanya fungsi kalibrasi jarak dan kedalaman gempa sehingga stasiun
pengamat gempa yang berjarak 700 Km dengan stasiun pengamatan 900 Km mendapatkan skala yang
sama yang satu kejadian gempa yang sama.

C. Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms); Apabila magnitudo Mb memanfaatkan gelombang badan, maka
Magnitudo gelombang permukaan atau disingkat Ms menggunakan simpangan/amplitudo gelombang
permukaan. Penggunakan skala gempa dengan magnitudo gelombang permukaan ini dikarenakan gempa
yang berjarak lebih dari 600 Km dimana pusat gempanya dangkal, maka gelombang gempa yang akan
terekam didominasi oleh gelombang permukaan. Nilai perioda gelombang gempa bumi yang digunakan untuk
mengukur magnitudo gelombang permukaan adalah perioda 20 detik dari gelombang Rayleigh
dari seismometer komponen vertikal.

D. Magnitudo Momen (Mw); Magnitudo ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Hiroo Kanamori
dan Tom Hanks dan paling banyak digunakan saat ini. Magnitudo ini mengukur “seismic moment” atau momen
seismik yang menunjukkan seberapa besar energi yang dilepaskan untuk menghasilkan gempa bumi
berdasarkan luas rekahan, panjang slip dan sifat rigiditas (kekakuan) batuan. Saat ini, hampir semua stasiun
pengamat gempa bumi yang ada di seluruh dunia menggunakan skala ini. Kawan-kawan dari media massa
harusnya lebih sering menggunakan skala ini apabila meliput berita gempa bumi dari luar negeri. Untuk
memahami lebih detail tentang skala gempa Magnitudo Momen (Mw), berikut ini saya tampilkan video animasi
yang dibuat oleh IRIS (Incorporated Research Institutions for Seismology).

4.isoseismic lines adalah yang telah ditarik melalui tempat-tempat yang telah mengalami kerusakan yang hampir sama.
Garis-garis ini menunjukkan ketidakteraturan dalam bentuknya. Hal ini terjadi karena kerusakan sebagian bergantung pada
sifat dasar bangunan dan sebagian pada jaraknya membentuk fokus.
Garis-garis ini bisa melampirkan area lingkaran atau elips kasar, sesuai tempat asal gempa adalah titik atau daerah yang
memanjang.
Terlepas dari kenyataan bahwa jumlah kerusakan yang lebih besar dapat diperkirakan di pusat gempa itu sendiri, tidak selalu
demikian. Di pusat gempa, memang benar bahwa ada intensitas maksimum gerakan kerak, tapi di sini gerakannya naik turun
dengan akibat bahwa ada sedikit luka pada bangunan daripada goyangan dari sisi ke sisi.
jika gelombang gempa terjadi sangat mendekati titik asal, ia mampu mempertahankan sebagian besar energi yang
mengakibatkan kerusakan bangunan dan struktur buatan manusia yang lebih besar.
Selain itu, tingkat intensitas gempa bergantung pada gangguan asli pada fokus, sudut di mana gelombang mencapai
permukaan tanah, dan pada jarak dari fokus ke tempat manapun di permukaan bumi.

Atenuasi (attenuation)

Atenuasi dilambangkan dengan Q, dimana 1/Q adalah fraksi dari energi gelombang yang
hilang setiap cycle saat gelombang tersebut merambat. Sehingga ‘Q rendah’ berarti lebih
teratenuasi dan ‘Q tinggi’ berarti sedikit teratenuasi. 
Umumnya, didalam aplikasi seismik eksplorasi, besaran Q diprediksi untuk memberikan
kompensasi terhadap amplitudo gelombang seismik yang hilang dalam perambatannya.
Didalam mendeterminasi besaran Q, terdapat beberapa macam metoda. Metoda yang cukup
sering digunakan di dalam industri migas adalah metoda rasio spektral, yakni Q merupakan
slope (kemiringan) rasio natural logaritmik (ln) spektral ’gelombang dalam’ dengan ’gelombang
dangkal’.

Anda mungkin juga menyukai