Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH KUALITAS PRODUK , CITRA MEREK , DAN

KEPERCAYAAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN


SEPATU OLAHRAGA SPECS PADA KALANGAN MAHASISWA
MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UPN VETERAN
YOGYAKARTA”

PROPOSAL

Disusun Oleh:

Dias Pratiwi

141160225

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diera sekarang ini tanpa disadari sebenarnya olahraga merupakan suatu


kebutuhan yang harus dipenuhi oleh semua orang. Salah satu olahraga yang
masih banyak di minati adalah sepakbola dan futsal. Karna keduanya merupakan
contoh olahraga yang tidak bnayak memakan waktu tetapi juga tetap ada
manfaatnya. Salah satu produk yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan
olahraga adalah sepatu. Penggunaan Sepatu membuat seseorang lebih nyaman
saat melakukan aktivitas salah satunya olahraga. Selain itu penggunaan sepatujuga
digunakan untuk membuat kaki lebih terlindungi . Biasanya sepatu olahraga
dipilih karna memiliki kenyamanan dan juga kualitas yang baik hal tersebut akan
membuat seseorang melakukan olahraga dengan efektif.

Kebutuhan sepatu sebagai pengaman dalam berolahraga membuat


produsen sepatu berlomba-lomba untuk menciptakan produk sepatu olahraga yang
dapat menarik minat konsumen dengan membuat produk yang berkualitas baik
pada kualitas produk dan kesesuaian produk dengan minat konsumen
yangberubah-ubah. Hal yang paling diperhatikan oleh produsen sepatu adalah
bagaimana bisa membuat konsumen loyal akan produk mereka. Karena dengan
loyalnya konsumen terhadap produk tertentu akan mempermudah produsen dalam
menguasai pangsa pasar.

Menurut Hurriyatih (2005), loyalitas adalah komitmen pelanggan untuk


bertahan secara mendalam, untuk berlangganan kembali atau untuk melakukan
pembelian ulang barang/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang,
meski pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi yang
mengakibatkan perubahan perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas
konsumen terhadap suatu produk diantaranya kualitas produk, citra merek dan
gaya hidup. Fungsi dari variable-variabel tersebut sebagai tolak ukur sejauh mana
keefektifan produk dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang
berujung pada loyalitas konsumen nantinya. Kualitas produk mempunyai nilai jual
lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Kualitas harus diukur melalui sudut
pandang konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, sehingga selera
konsumen disini sangat menentukan. Jadi, didalam mengelola kualitas suatu
produk harus sesuai dengan kegunaan yang diinginkan oleh konsumen.
Pengertian kualitas produk menurut Kotler & Armstrong (2008) adalah
“karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan”.
Kualiatas mempunyai arti sangat penting dalam loyalitas konsumen. Apabila
kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan
pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang
diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembelian pada produk sejenis
lainnya. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi loyalitas konsumen adalah citra
merek. Menurut Kotler & Keller, (2009) “citra merek adalah persepsi dan
keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin dalam asosiasi
yang terjadi dalam ingatan konsumen”. Selain kualitas produk yang baik citra
merek juga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen dikarenakan selain sebagai
pembeda dan identitas sebuah produk ditengah banyaknya persaingan produk
sejenis, sebuah brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa
dimata konsumen.

kepercayaan merek (brand trust). Lau dan Lee (1999) menyatakan bahwa
kepercayaan terhadap merek adalah kemauan mempercayai merek dengan segala
resikonya karena adanya harapan yang dijanjikan oleh merek dalam memberikan
hasil yang positif bagi konsumen.
Jika suatu merek mampu memenuhi harapan konsumen atau bahkan melebihi
harapan konsumen dan memberikan jaminan kualitas pada setiap kesempatan
penggunaannya serta merek tersebut sebagai bagian dari dirinya. Dengan
demikian kesetiaan merek akan lebih mudah dibentuk, kepercayaan merek (brand
trust) akan menentukan kesetiaan konsumen terhadap merek dan kepercayaan
berpotensi menciptakan hubungan-hubungan yang bernilai tinggi.

Specs merupakan sebuah perusahaan sepatu asal indonesia yang


menghasilkan berbagai macam perlengkapan olahraga. Specs menjadi pemimpin
sepatu dipangsa pasar indonesia. specs menjadi sponsor sepatu bagi para pemain
tim nasional Indonesia. pada tahun 1997 specs diposisikan sebagai perusahaan
yang memproduksi sepatu olahraga dengan kualitas yang tinggi dengan
manajemen yang pastinya pun berkualitas pada akhirnya hal itu pila menambah
kepercayaan masyarakat terhadap produk specs. Specs berhasil meraih pasarnya
dikalangan mahasiswa serta remaja. Selain menjadi perusahaan sepatu pioner
didalam negri specs pun mengembangkan pasarnya hingga dapat menembus pasar
diluar indonesia .

Dalam mempromosikan produknya specs menggunakan media, sponsor


klub-klub sepak bola, brand ambassador. specs sering melakukan event olahraga
yang secara tidak langsung juga mempromosikan produk-produknya. Dari
berbagai kegiatan tersebut specs mempromosikan produk-produknya agar tetap
digemari oleh kalangan luas, khususnya pecinta olahraga. Dengan demikian,
semakin baik citra merek sebuah produk, maka semakin banyak konsumen yang
tertarik untuk membeli produk tersebut. Selain memproduksi sepatu olahraga
sepakbola dan futsal yang sudah eksis dipasar Indonesia, Specs juga telah
memproduksi kebutuhan sepatu olahraga lainnya seperti lari dan badminton.

Tabel 1.1
Data Penjualan Specs
Tahun
Peningkatan Penjualan
2014 36%
2015 4%
2016 32%
(Sumber: PT. Panatrade Caraka, 2017)
Berdasarkan 1.1 data yang dikeluarkan oleh PT. Panatrade Carakapada
tahun 2017, memperlihatkan kenaikan penjualan dari tahun 2014 sampai tahun
2016. Terlihat pada tahun 2014 mengalami kenaikan penjualan mencapai 36%,
angka tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi pada
tahun 2015 mengalami penurunan angka penjualan yang hanya 4%, menurut PT.
Panatrade Caraka hal ini terjadi karena salah satunya faktor lesunya ekonomi di
Indonesia pada tahun 2014cukup mempengaruhi penjualan sepatu Specs. Pada
tahun 2016mengalami kenaikan penjualan mencapai angka 32% walaupun masih
dibawah presentasi pada tahun 2014.Di pasar Indonesia, Specs merupakan produk
lokal buatan Indonesia yang mampu menyaingi produk luar yang sudah mendunia
seperti Adidas, Nike dan Puma. Hingga kini produk Specs terus berkembang
sangat populer dan diminati di Indonesia dengan pengalamannya membuat produk
sepatu olahraga, teknologi untuk meningkatkan kualitas produk, citra merek yang
baik, varian model yang disesuaikan kebutuhan dan stylishdengan kombinasi
warna yang dan kepercayaan konsumen terhadap sepatu specs sehingga
kenyamanan yang didapat membuat konsumen loyal pada produk ini.
Definisi kualitas produk menurut Pride dan Ferrel (2010:317) bahwa
kualitas produk mengacu pada keseluruhan karakteristik dari sebuah produk yang
menggambarkan peforma produk sesuai yangdiharapkan oleh pelanggan dalam
memenuhi dan memuaskan keinginan pelanggan.

Kualitas produk yang baik yang harus dipertahankan oleh perusahaan


specs tentu akan membuat persepsi baik dibenak konsumen menganai citra merek
Adidas. Artinya, semakin baik dan semakin bisa perusahaan specs
mempertahankan kualitas produknya tentu akan membuat pengaruh baik terhadap
persepsi konsumen mengenai citra merek specs. Selainkualitas produk dan citra
merek yang baik sepatu merek specs dikatakan sesuai
dengan kepercayaan merek karena persepsi seseorang ketika menggunakan sepatu
dengan kualitas dan citra merek yang baik akan dapat mempengaruhi kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk.
Selain kualitas produk dan citra merek , faktor kepercayaan merek juga perlu
diperhatikan sebagai salah satu bauran pemasaran. Kepercayaan konsumen
merupakan
faktor penting dalam mewujudkan loyalitas konsumen terhadap suatu produk.
Dengan kepercayaan konsumen perusahaan dapat selalu menjaga kualitas
produknya dan citra mereknya dengan baik. Sehingga konsumen loyal terhadap
produk perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk sepatu futsal merek Specs
yang meliputi: kualitas produk,citra merek dan kepercayaan konsumen,

maka penelitian ini berjudul “PENGARUH KUALITAS PRODUK, CITRA


MEREK DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS
KONSUMEN SEPATU OLAHRAGA SPECS PADA KALANGAN
MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UPN
VETERAN YOGYAKARTA”

1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas Produk, Citra


Merek dan kepercayaan konsumen terhadap Loyalitas Konsumen terhadap
sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UPN VETERAN Yogyakarta ?
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas produk terhadap
Loyalitas Konsumen sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta ?
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Citra Merek terhadap
Loyalitas Konsumen sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta ?
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepercayaan konsumen
terhadap Loyalitas Konsumen sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan-masukan yang
berharga bagi merek specs tersebut, sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan dan mengembangkan kebijakan yang
berhubungan dengan indikator-indikator yang peneliti sajikan agar terus
selalu di percaya konsumen untuk selalu menggunakan produknya.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan
kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori dari dalam bidang
pemasaran, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi Loyalitas Konsumen.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti
lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pemasaran
Menurut Kotler, (2005) pemasaran adalah proses sosial yang dengan
proses
itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian tersebut bertumpuh pada konsep
inti
dalam pemasaran antara lain kebutuhan, keinginan dan permintaan, pasar sasaran,
positioning, dan segmentasi, penawaran dan merek, nilai dan kepuasan, saluran
pemasaran, rantai pasokan, pesaing dan lingkungan pemasaran.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008;62), bauran pemasaran adalah
kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkannya dipasar sasaran. Bauran pemasaran
terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok variabel disebut “empat P” Product, (Produk), price (Harga),
place (Tempat) dan promotion (Promosi).
2.1.3 Pengertian Produk
Kotler dan Amstrong (2008: 231) mendefinisikan bahwa produk adalah
suatu sifat yang kompleks dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi
perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap
memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa suatu benda ( object),
rasa ( service ), kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ), organisasi
dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen,
jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.
Kotler dan Amstrong (2008:266) menyatakan bahwa produk adalah
semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian,
akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan
atau kebutuhan. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli dan digunakan atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan (Tjiptono, 2008).
2.1.3.1 Klasifikasi Produk
Menurut Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran, (2013)Pemasar
mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristiknya yang meliputi
ketahanannya (durability), keberwujudannya (tangibility) dan penggunaannya
(barang konsumen atau barang industri).
1. Ketahanan dan keberwujudan (Durability and Tangibility), meliputi:
a. Barang tidak tahan lama (Nondurable goods)
Barang berwujud yang biasanya habis dipakai sekali atau lebih seperti
air, sabun, dan shampo.
b. Barang tahan lama (Durable goods)
Barang berwujud yang dapat bertahan untuk berkali-kali pemakaian
seperti kulkas (refrigerator), alat-alat mesin dan pakaian.
c. Jasa (service)
Tidak berwujud, tidak dapat dibagi-bagi, berubah-ubah dan tidak dapat
disimpan. Karena itu, biasanya membutuhkan lebih banyak pengendalian
kualitas, kredibilitas pemasok dan kemudahan adaptasi. Contohnya
potong rambut dan perbaikan.
2. Klasifikasi Barang Konsumen (Consumer Goods Classification), meliputi:
a. Barang sehari-hari (Convenience goods)
Dibeli secara rutin, cepat dan dengan usaha minimum. Contohnya
termasuk sabun, koran, dan sampo.
b. Produk shopping (Shopping goods)
Barang-barang konsumen dimana proses pemilihan dan pembelian
biasanya dibandingkan atas dasar kecocokannya, kualitas, harga, dan
gaya (style). Contohnya funiture, pakaian dan sepatu yang dipakai.

c. Produk spesial (Speciality goods)


Memiliki karakteristik unik atau identifikasi merek dimana jumlah
pembeli bersedia membeli dengan usaha-usaha tertentu. Speciality goods
tidak membuat perbandingan, pembeli menginvestasikan waktu hanya
untuk mencapai dealer yang menyediakan produk yang diinginkan.
Dealer tidak butuh lokasi yang nyaman namun mereka harus membiarkan
pembeli potensial mengetahui lokasi mereka.
d. Produk yang tidak dicari (unsought goods)
Konsumen tidak tahu atau tidak pernah terpikirkan untuk membelinya.
Contohnya asuransi jiwa, dan peti mati.
e. Klasifikasi Barang-barang Industri (Industrial Goods Classification)
Industrial goods dapat diklasifikasikan berdasarkan pada bagaimana
mereka memasuki proses produksi dan biaya-biaya yang berhubungan.
Tiga kelompok industrial goods dapat dibedakan menjadi bahan dan
suku cadang (materials and parts), barang modal (capital items) dan
layananan bisnis dan pasokan (supplier and business service).
2.1.4 Kualitas Produk
Pengertian kualitas produk menurut Kotler dan Armstrong (2008:272)
adalah “karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan”.
Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen.
Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung
melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan
yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk
sejenis lainnya. Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk
perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas dari pada produk pesaing dan konsumen
akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen
mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya
konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya.
2.1.4.1 Dimensi Kualitas Produk
Dimensi kualitas produk menurut (Tjiptono F. , 2009)adalah :
1. Kinerja (performance) yaitu karakteristik atau fungsi utama suatu produk
yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita dalam
membeli suatu produk.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik atau ciri
tambahan yang melengkapi produk.
3. Keandalan (reliability) yaitu kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan
fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam
kondisi tertentu juga.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability) berkaitan berapa lama produk tersebut dapat
secara terus digunakan.
6. Estetika (Asthethic) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
7. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu persepsi konsumen
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya,
karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri produk yang
akan dibeli maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga,
nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatanya.
8. Kemudahan perbaikan (serviceability), meliputi kecepatan, kemudahan,
penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak
terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan
hingga purna jual mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan
komponen yang dibutuhkan.
2.1.5 Citra Merek
2.1.5.1 Pengertian Merek
Menurut Kotler (2009:258) merek adalah sebuah nama, istilah, tanda,
lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok
penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Menurut Ferrinadewi,
(2008) “merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen
yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh
perusahaan tertentu”.
Adapun elemen–elemen Merek menurut Durianto & Sitinjak, (2004)
memiliki tiga bagian penting, yaitu:
1. Brand Platform
Brand Platform adalah suatu blue print perencanaan merek yang strategis
yang meliputi visi dan misi merek, serta wilayah kekuasaan dari suatu
merek dan lain-lain.
2. Identitas merek (Brand identity and naming)
Identitas Merek mengidentifikasikan keunikan dan differensiasi suatu merek,
sehingga suatu merek akan diidentifikasikan berbeda dengan merek pesaing.
Berikut adalah tugas penting dalam mengelola brand identity.
a. Mengembangkan nama merek yang tepat dan berbeda dan
mencerminkan strategi.
b. Mengembangkan sistem identifikasi visual yang komprehensif yang
meliputi grafik, lingkungan dan produk.
c. Mengembangkan brand identity dalam proses pembedaan dengan merek
pesaing terutama dikaitkan dengan brand association.
3. Komunikasi merek (Brand Communication)
Suatu merek harus dapat dikomunikasikan dengan terencana dan stratejik,
artinya bahwa seluruh aspek kreatif dalam komunikasi harus disesuaikan dengan
platform merek, sehingga komunikasi merek in-line dengan platform mereknya.
Jadi, komunikasi harus diarahkan untuk melayani merek, bukan produknya
sehingga tercipta brand differentiation, bukan product differentiation.
2.1.5.2 Manfaat Merek
Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah
menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan kepada konsumen.
Situmorang, (2011) juga menyatakan bahwa “selain sebagai pembeda dan
identitas sebuah produk di tengah-tengah lautan produk sejenis, sebuah brand
mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata konsumen”.
Beberapa faktor yang membuat merek menjadi sangat penting saat ini
menurut Durianto,dkk (2004 : 2) adalah sebagai berikut :
a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil.
b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar.
c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.
d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen.
e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen.
f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Saat ini merek memainkan peran penting yang meningkatkan hidup
konsumen dan meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Adapun peran merek
menurut Kotler dan Keller (2009:259), antara lain:
1. Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan
konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan
atau distributor tertentu.
2. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi.
3. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur
atau aspek unik produk. Hal ini dapat dilakukan melalui nama dagang
terdaftar untuk melindungi nama merek, hak paten untuk melindungi proses
manufaktur, hak cipta dan rancangan hak milik untuk melindungi kemasan.
Perlindungan hukum ini memastikan bahwa perusahaan dapat berinvestasi
dengan aman dalam merek tersebut dan mendapatkan keuntungan dari sebuah
aset yang berharga.
4. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat
dengan mudah memilih produk kembali. Hal ini menciptakan loyalitas merek.
5. Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat
diperkirakan bagi perusahaan dan menciptakan penghalang yang mempersulit
perusahaan lain untuk memasuki pasar.
2.1.5.3 Membangun Merek Yang Kuat
Situmorang (2011:193) menyatakan bahwa “dari sebuah produk dapat
lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai
keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang
diinginkan konsumen (image brand), serta membangkitkan pengalaman tertentu
ketika konsumen berinteraksi dengannya (experiental brand). (Rangkuti, 2002)
juga menyatakan suatu merek disebut kuat apabila merek tersebutmemiliki brand
equity yang tinggi, seperti brand preference, brand loyalty, brand assosiation dan
brand assets yang didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai
dengan nilai–nilai yang terdapat dalam diri pelanggan.
Ada sepuluh pedoman membangun merek yang dinyatakan oleh
Rangkuti (2002:229), yaitu:
1. Brand Identity
Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan
oleh ahli strategi merek. Asosiasi–asosiasi ini mewakili arti dari suatu merek dan
secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen.
2. Value Proposition
Nilai proposisi merek adalah sebuah pertanyaan secara fungsional, emosional
dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan.
3. Brand Position
Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang
selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat
memperoleh keuntungan melalui persaingan merek.
4. Execution
Pelaksanaan program komunikasi, yang tidak hanya ditargetkan pada
identitas dan posisi, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara
terus-menerus.
5. Consistency Over Time
Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki
merek yang kuat.
6. Brand System
Sebuah brand systemdapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi
produk-produk baru atau merek baru.
7. Brand Leverage
Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah menciptakan dan
mengembangkan aset-aset yang ada. Mengidentifikasi jarak antarmerek, serta
membangun identitas masing-masing merek sesuai dengan perbedaan produk.
8. Tracking Brand Equity
Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk brand awarness,
perceived quality, brand loyalty dan khususnya brand association.
9. Brand Responsibility
Mempunyai seseorang yang bertanggung jawab atas merek, sehingga ia dapat
selalu memelihara, menciptakan dan menjaga identitas dari posisi merek serta
mengkoordinasikan keputusan-keputusan yang akan dilakukan oleh
masingmasing
fungsi manajemen.
10. Invest in Brands
Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan
finansial perusahaan belum terpenuhi.
2.1.5.4 Asosiasi Merek (Brand Association)
Asosiasi Merek (Brand Association) adalah segala kesan yang muncul di
benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Menurut
Durianto,dkk (2004:69) berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan
menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Asosiasi-asosiasi yang
terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:
1. Atribut Produk (Product attributes)
Mengembangkan asosiasi atribut produk ini efektif karena jika atribut
tersebut bermakna.
2. Atribut tak berwujud (Intangibles attributes)
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi
kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan
serangkaian atribut yang objektif.
3. Manfaat bagi pelanggan (Customer’s benefits)
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan,
maka biasanya terdapat hubungan antarkeduanya.
4. Harga relatif (Relative price)
Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan
penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.
5. Penggunaan (Application)
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu
penggunaan atau aplikasi tertentu.
6. Pengguna/pelanggan (User/customer) Pendekatan ini adalah dengan
mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah
tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.
7. Orang terkenal/khalayak (Celebrity/person)
Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer
asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.
8. Gaya hidup/kepribadian (Life style/personality)
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi
para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik
gaya hidup yang hampir sama.
9. Kelas produk (Product class)
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.
10. Para pesaing (Competitors)
Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan
mengungguli pesaing.
11. Negara/wilayah geografis (Country/geographic are)
Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuatasalkan memiliki hubungan
yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.
2.1.5.5 Pengertian Citra Merek
Feldwick dalam Tjiptono F. , (2005) menyatakan bahwa “Brand image
atau brand description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen
terhadap merek tertentu". Kotler dan Keller (2009:346) juga menyatakan bahwa
“citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen,
seperti yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen”. Dari
kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah
sekumpulan asosiasi merek yang terjadi dalam ingatan konsumen.
2.1.5.6 Indikator Citra Merek
1. Mudah Dikenali
Merek merupakan elemen kunci strategi perusahaan. Sebuah merek pada
hakikatnya merupakan janji pemasar untuk menyerahkan kinerja produk atau
jasa yang bisa diramal dimana merek adalah janji perusahaan untuk secara
konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para pelanggan.
Janji inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut lebih dari
merek yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:266).
2. Selalu diingat
Untuk menjadi sukses dan menguntungkan, merek ahrus memiliki reputasi
positif, dimana merek yang sudah terkenal dan memiliki citra positif
seringkali menjadi andalan dalam menentukan nilai akhir atau kesuksesan
suatu produk (Kertajaya, 2004).
3. Reputasi yang baik
Reputasi adalah persepsi agregat dari pihak luar pada karakteristik perusahaan
yang menonjol. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan
lebih mudah dijual dan sebuah produk dengan persepsi memiliki kualitas yang
tinggi akan mempunyai reputasi yang baik (Kertajaya, 2004:484).
2.1.6 Perilaku Konsumen
Menurut (Kotler dan Keller 2008:166), Perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk
memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka. The America Marketing Association (Setiadi,
2003:3) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis
antara afeksi dan kognisi perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan
kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
Sementara itu, Mowen & Minor, (2002) mengatakan perilaku konsumen
adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta
ide-ide. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen
adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong
tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
2.1.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kotler dan Keller (2009:166) menyatakan bahwa perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Budaya (Cultural Factor)
Budaya merupakan penentu keinginan perilaku paling mendasar. Masing -
masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih memperlihatkan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya
menjadi semakin besar dan cukup makmur, perusahaan sering merancang
program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka.
2. Faktor Sosial (Social Factor) Selain faktor budaya, perilaku konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran, dan status sosial.
3. Faktor Pribadi (Personal Factor)
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik pribadi tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup,
pekerjaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai
dan gaya hidup pembeli.
4. Faktor Psikologi (Psychological Factor)
Psikologi penting meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori dapat
mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai ransangan pemasaran.
diperkirakan bahwa kepercayaan akan mempunyai hubungan yang positif dengan
niat ulang dan loyalitas.
2.1.7. Kepercayaan
Kepercayaan didefinisikan oleh Moorman, Deshpande dan Zalthman
( 1993 :
82 ) sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang
dipercayai. Green (dalam Peppers and Rogers, 2004:73) menyatakan bahwa
komponen-komponen kepercayaan adalah:
1. Kredibilitas. Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur dan kata-katanya dapat
dipercaya. Kredibilitas harus dilakukan dengan kata-kata, “ saya dapat
mempercayai apa yang dikatakannya mengenai ….” bentuk lain yang
berhubungan adalah believability dan truthfulness.
2. Reliabilitas. Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat reliable atau dapat
dihandalkan. Ini berarti berhubungan dengan kualitas individu / organisasi.
Reliabilitas harus dilakukan dengan tindakan; “ saya dapat mempercayai apa
yang akan dilakukannya . ….” Bentuk lain yang berhubungan adalah
predictability dan familiarity
3. Intimacy. Kata yang berhubungan adalah integritas yang berarti karyawan
memiliki kualitas sebagai karyawan yang memiliki prinsip moral yang kuat.
Integritas menunjukkan adanya internal consistency, ada kesesuaian antara apa
yang dikatakan dan dilakukan, ada konsistensi antara pikiran dan tindakan. Selain
itu integritas juga menunjukkan adanya ketulusan.
Kepercayaan secara jelas sangat bermanfaat dan penting untuk membangun
relationship, walaupun, menjadi pihak yang dipercaya tidaklah mudah dan
memerlukan usaha bersama.
Penelitian Margon dan Hunt (1994). Mereka berhasil mengungkapkan bahwa
perilaku keterhubungan yang terjadi antara perusahaan dengan mitra – mitranya
banyak yang ditentukan oleh kepercayaan dan komitmen sehinggan dapat
Penelitian yang telah dilakukan oleh Bloemer dan Odekerken-Schroder
(2002) dalam Ririn Ratnasari (2008) menemukan bahwa kepercayaan dan
komitmen
yang dibangun oleh pelanggan merupakan mediator atau perantara dari hubungan
antara kepuasan dengan loyalitas pelanggan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kepuasan secara positif menguatkan kepercayaan pelanggan dan mengarahkan
komitmen mereka hingga akhirnya mampu meningkatkan word of mouth, niat
membeli / loyalitas pelanggan dalam bentuk purchase intention, dan
ketidakpekaan
terhadap harga (price insensitivity).
Penelitian I Made Swastawa (2005) dengan judul Pengaruh Kepercayaan,
Komitmen
Pelanggan dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Bengkel
Sepeda
Motor Ahass di Kendal. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya pengaruh
yang
signifikan variabel bebas komitmen pelanggan dan kualitas layanan terhadap
loyalitas pelanggan, sedangkan variabel kepercayaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
2.1.8 Loyalitas Konsumen
2.1.8.1 Definisi Loyalitas Konsumen
Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan
pembelian secara berulang-ulang. Untuk membangun kesetiaan pelanggan
terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, memakan
waktu yang lama dan melalui proses pembelian berulang-ulang. Loyalitas
merupakan konsep multidimensional yang kompleks. Salah satu penyebabnya
adalah beragamnya defenisi dan operasional dari konsep tersebut.
Hurriyati (2005:128), mengungkapkan defenisi loyalitas pelanggan
sebagai berikut: loyalitas adalah komitmen pelanggan untuk bertahan secara
mendalam, untuk berlangganan kembali atau untuk melakukan pembelian ulang
barang/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meski pengaruh
situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi yang mengakibatkan
perubahan perilaku.
Seorang pelanggan dapat dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan
tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu
kondisi yang mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang
waktu tertentu. Menurut Griffin, (2005) adapun keuntungan-keuntungan yang
diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal, antara lain :
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan
yang baru lebih mahal).
2. Dapat mengurangi biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen
lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa
pasar perusahaan.
5. Mendorong worth of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka merasa puas.
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan.
2.1.8.2 Tahapan Loyalitas Konsumen
Brown (dalam Hurriyati 2005: 138) mengungkapkan bahwa loyalitas
konsumen terdiri atas tiga tahap sebagai berikut :
1. The Courtship
Pada tahap ini, hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pelanggan
sebatas transaksi, pelanggan masih mempertimbangkan produk dan harga.
Apabila penawaran produk dan harga yang diberikan pesaing lebih baik, maka
mereka akan berpindah.
2. The Relationship
Pada tahap ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan
pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan
harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan pelanggan tidak akan melihat
produk pesaing. Selain itu pada tahap ini terjadi hubungan yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. The Marriage
Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak
dapat dipisahkan. Loyalitas tercipta akibat adanya kesenangan dan
ketergantungan pelanggan pada perusahaan.
2.1.8.3 Jenis-jenis Loyalitas Konsumen
Empat jenis loyalitas yang berbeda yang akan muncul apabila
keterikatan rendah dan tinggi, yang diklasifikasikan silang dengan pola
pembelian ulang yang rendah dan tinggi.
1. Tanpa loyalitas
Berdasarkan alasan tertentu, pelanggan mungkin tidak mengembangkan
loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Perusahaan harus menghindari
membidik para pembeli jenis ini, karena mereka tidak akan pernah
menjadi pelanggan yang loyal, mereka hanya memberikan sedikit
kontribusi terhadap keuangan perusahaan. Tantangannya adalah menghindari
membidik orang-orang seperti ini, dan lebih memilih
pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan (Griffin, 2005:22).
2. Loyalitas Lemah
Pelanggan yang memiliki loyalitas yang lemah terhadap perusahaan,
membeli karena kebiasaan. Keterkaitan yang rendah dikombinasikan
dengan pembeian berulang yang lebih tinggi, akan menghasilkan loyalitas
yang lemah (inertia loyalty). Pembeli ini merasaka tingkat kepuasan
tertentu dengan perusahaan atau minimal tiada kepuasan yang nyata.
Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli dan
barang yang paling diminati (Griffin, 2005:23).
3. Loyalitas tersembunyi
Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabungkan dengan tingkat pembelian
berulang yang rendah, menunjkkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Adalah
pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, maka yang menentukan
pembelian berulang adalah pengaruh situasi, dan bukan pengaruh sikap. Dengan
memahami faktor situasi yang berkontribusi pada loyalitas tersembunyi, maka
perusahaan dapat menggunakan strategi untuk mengatasinya walaupun begitu
perusahaan tetap harus mencari cara lain untuk mendapatan pelanggan
potensial(Griffin, 2005:23).
4. Loyalitas premium
Loyalitas premium adalah jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, yang
terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian yang
berulang yang juga tinggi. Ini merupakan loyalitas yang lebih disukai untuk
semua pelanggan di setiap perusahaan. Pada tingkat preferensi yang paling
tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk
tertentu dan senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga
(Griffin, 2005:23). Pada tahap ini perusahaan sangat berada pada posisi yang
sangat menguntungkan karena loyalitas premium tidak perlu diragukan
keloyalitasan konsumen terhadap suatu produk dan perusahaan tidak perlu
melakukan promosi yang berebihan.
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penelitian ini, antara lain.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
. analisis
1. marchiani, Pengaruh Gaya Gaya Analisis Berdasarkan pengujian
Hidayat, & Hidup, Citra Merek, Hidup (X1), Regresi secara simultan (uji F),
dewi, dan Kualitas Produk Citra Linear ternyata hasil penelitian
(2014) Terhadap Merek Berganda membuktikan Bahwa
Keputusan (X2), variabel independen
Pembelian Sepatu Kualitas gaya hidup, citra merek
Sneakers Merek Produk dan kualitas produk
Converse (Studi (X3) dan memiliki Pengaruh
pada Mahasiswa Keputusan terhadap variabel
Universitas Pembelian dependen (keputusan
Diponegoro (Y) pembelian) produk
Semarang) sepatu sneakers.
2. Septian, Pengaruh Brand Brand Analisis Hasil penelitian ini
(2016) Image terhadap Image (X1) Regresi menunjukkan bahwa
loyalitas konsumen dan Linear ada pengaruh brand
produk sepatu Loyalitas Berganda image terhadap
converse Konsumen loyalitas
(Y) konsumen yang artinya
bahwa semakin bagus
brand image sepatu
Converse maka
semakin
tinggi loyalitas
konsumen.
3. Dwiyana, Pengaruh Citra Citra Merek Analisis Citra merek
Rizky, Merek Terhadap (X1) dan Regresi berpengaruh
Sularso, Loyalitas Melalui Loyalitas Linear signifikan terhadap
& Irawan, Kepuasan (Y) Berganda kepuasan konsumen
(2016) Konsumen Pada Citra merek
Distro3Second Di berpengaruh
Kabupaten Jember signifikan terhadap
loyalitas konsumen
Kepuasankonsumen
berpengaruh
signifikan terhadap
loyalitas konsumen
padaDistro Second di
Kabupate Jember

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Hasil penelitian


. Analisis
4. Owusu, Influence Of Price, Harga (X1), Analisis Hasil penelitian ini
(2013) and Product Quality Kualitas Regresi menunjukkan bahwa
On Purchase Produk (X2) Linear secara simultan fakor
Decision Of Mobile dan Berganda harga dan kualitas
Phone In the Keputusan produk berpengaruh
Kumasi Metropolis Pembelian positif dan signifikan
In Gahana (Y) terhadap keputusan
AComparative pembelian Mobile
Study Phone
5. Romadh Pengaruh Citra Brand Analisis Hasil penelitian ini
oni, Merek Terhadap Image Regresi menunjukkan bahwa
(2015) Pengambilan (X1) dan Linear ada pengaruh brand
Keputusan Loyalitas Berganda image terhadap
Pembelian Sepatu Konsumen loyalitas konsumen
Nike (Y) yang artinya bahwa
semakin bagus brand
image sepatu
Converse maka
semakin tinggi
loyalitas konsumen.
Sumber: Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah suatu pondasi utama dimana sepenuhnya
proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar
variabel yang secara logis diterangkan, dikembangakan, dan elaborasi dari
perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,
observasi, dan survei literatur.
Loyalitas konsumen merupakan efek akhir dari suatu pembelian yang
diartikan sebagai suatu sikap dan minat untuk berperilaku dimasa depan. Hurriyati
(2005:128), mengungkapkan loyalitas adalah komitmen pelanggan untuk bertahan
secara mendalam, untuk berlangganan kembali atau untuk melakukan pembelian
ulang barang/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meski
pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi yang
mengakibatkan perubahan perilaku. Beberapa variabel yang mempengaruhi
loyalitas konsumen adalah kualitas produk, citra merek dan gaya hidup.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 354) kualitas produk adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Kualitas produk memiliki hubungan yang sangat erat dengan loyalitas
pelanggan, yaitu kualitas produk memberikan suatu dorongan kepada pelanggan
untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan suatu produk. Apa bila
hubungan ini berjalan terus dalam jangka waktu yang panjang bisa di pastikan
bahwasanya seseorang tersebut loyal akan produk tersebut. Kualitas produk
merupakan komponen penting dalam suatu produk, dimana konsumen akan
membeli, menggunakan atau mencari manfaat atas produk atau jasa yang
memberikan kualitas yang berada di atas ekspektasi pelanggan.
Kotler dan Keller (2009:346) menyatakan bahwa “citra merek adalah
persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin
dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen”. Persepsi dan keyakinan
konsumen atas suatu merek yang baik akan menjadi hal yang positif yaitu akan
terjadinya pembelian ulang terhadap produk tersebut. Selain melakukan
pembelian ulang konsumen juga tidak segan untuk mengeluarkan harga yang
mahal demi mendapatkan citra merek produk tersebut. Hal ini menunjukan
prilaku konsumen yang terjadi setelah konsumen mempunyai persepsi dan
keyakinan dengan suatu produk. Citra merek juga berpengaruh terhadap loyalitas
konsumen dan juga kesediaan membayar mahal. Dengan adanya citra merek,
konsumen akan mengetahui dan percaya bahwa produk yang dikonsumsi
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan sehingga konsumen akan bersedia
membayar mahal terhadap produk tersebut.
Kepercayaan secara jelas sangat bermanfaat dan penting untuk membangun
relationship, walaupun, menjadi pihak yang dipercaya tidaklah mudah dan
memerlukan usaha bersama.
Penelitian Margon dan Hunt (1994). Mereka berhasil mengungkapkan bahwa
perilaku keterhubungan yang terjadi antara perusahaan dengan mitra – mitranya
banyak yang ditentukan oleh kepercayaan dan komitmen sehinggan dapat
Menurut pernyatan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara kualitas produk, citra merek dan kepercayaan konsumen
berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen.

Kualitas Produk
(X1)

Citra Merek Loyalitas


(X2) Konsumen
(Y)

Kepercayaan
Konsumen (X3)

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat Tanya (Sugiyono, 2010). Berdasarkan rumusan masalah dan
kerangka konseptual yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis sementara
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Kualitas produk, citra merek dan kepercayan konsumen secara serempak
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Loyalitas Konsumen terhadap sepatu specs pada
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN
Yogyakarta.
H2 : Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
Loyalitas Konsumen terhadap sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta.
H3 : Citra merek berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
Loyalitas Konsumen terhadap sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta .
H4 : kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan secara parsial
terhadap
Loyalitas Konsumen terhadap sepatu specs pada Mahasiswa Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UPN VETERAN Yogyakarta
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode

survey.Menurut Sugiyono (2015:35) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan Metode penelitian

survei menurut Sugiyono (2015:81) adalah metode penelitian kuantitatif yang

digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini,

tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk

menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel

yang diambil dari populasi tertentu teknik pengumpulan data dengan pengamatan

(wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam dan hasil penelitian cenderung

untuk digeneralisasikan.Hasil pengolahan data bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kualitas produk, citra merek, kepercayaan konsumen, terhadap loyalitas

konsumen sepatu olahraga specs pada kalangan mahasiswa manajemen fakultas

ekonomi dan bisnis upn veteran yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan

mengambil data primer dan sekunder dengan cara membagikan kuisioner terhadap

konsumen sepatu olahraga specs di fakultas ekonomi dan bisnis upn veteran

yogyakarta.
B. Populasi

Menurut Sugiyono (2015:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan

memakai sepatu olahraga specs khususnya mahasiswa manajemen di upn veteran

yogyakarta.

C. Sampel dan Teknik Sampling

1. Sampel

Menurut Sugiyono (2015:149) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan harus bersifat representatif

(mewakili).Sampel yang diambil harus benar-benar menggambarkan populasi

yang sebenarnya. Sampel pada penelitian adalah konsumen yang membeli dan

memakai sepatu olahraga specs khususnya mahasiswa manajemen di upn veteran

yogyakarta.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non

probability sampling dengan teknik purposive sampling yang mana sampel yang

dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Alasan

penulis menggunakan teknik purposive sampling karena tidak semua sampel

memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Karena populasi konsumen sepatu


olahraga specs. tidak diketahui secara pasti jumlahnya, maka rumus yang

digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan rumus Lemeshow (dalam Riduwan & Akdon,

2010)

Rumus Lemeshow:

Z α2 x P x Q
n=
L2

Gambar 3.1 Rumus Lameshow

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Zα = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai α= 5% = 1.96

P = Prevalensi outcome, karena data belum didapat, maka dipakai

50%

Q =1–P

L = Tingkat ketelitian 10%

Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan sampel sebesar:

1,96 2 x 0,5 x 0,5


n= 2
(0,1)

n=96,04
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah 96,04 namun akan dibulatkan menjadi 100 responden. Kuisioner akan

disebar kepada 110 responden untuk menjadi cadangan apabila terdapat

kekurangan data yang valid terhadap 100 responden yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Konsumen yang pernah menggunakan dan membeli sepatu specs secara

berulang

b. Mahasiswa manajemen di upn veteran yogyakarta

c. Usia 19-24 tahun

d. Bersedia menjadi responden

D. Klasifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua klasifikasi variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Uma Sekaran (2017:77) variabel terikat adalah variabel yang menjadi

fokus peneliti yang bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan variabel

terikat.Dalam penelitian ini variabel terikat disimbolkan menjadi “Y”.Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah ini adalah loyalitas konsumen yang

disimbolkan menjadi (Y).


2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Uma Sekaran (2017:79) variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat, baik secara posotif atau negatif. Maka dapat

dikatakan jika variabel bebas berubah maka variabel terikat juga akan berubah

sesuai dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas disimbolkan

menjadi “X”. variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualita produk (X1), citra

merek yang disimbolkan menjadi (X2),kepercayaan konsumen yang disimbolkan

menjadi (X3).

Tabel 3.1

Tabel Operasional Variabel

No Variabel Defisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran
1. Loyalitas Hurriyati(2005:128), 1.Melakukan pembelian Diukur
konsumen
mengungkapkan defenisi
ulang sepatu olahraga melalui
(Y) loyalitas pelanggan
merek specss kuesioner
sebagai berikut: loyalitas
adalah komitmen pelanggan 2.Merekomendasikan dengan
untuk bertahan secara
merek sepatu
mendalam, untuk berlangganan menggunakan
specss kepada orang
kembali atau untuk melakukan Skala Likert
pembelian ulang lain.
1 s/d 5
barang/jasa terpilih secara
3. Tidak akan pindah ke
konsisten dimasa yang akan
merek lain
datang, meski pengaruh
situasi dan usaha-usaha 4. Juga membeli lini
pemasaran mempunyai potensi
produk
yang mengakibatkan
perubahan perilaku.

2. Kualitas Kualitas produk adalah 1. Ciri khas Diukur

Produk (X1) karakteristik dari suatu produk 2. Kesesuaian dengan melalui

dalam kemampuannya untuk spesifikasi kuesioner


memenuhi kebutuhan- 3. Keandalan dengan
kebutuhan yang telah 4. Daya Tahan
menggunakan
ditentukan dan mempunyai 5. Estetika
Skala Likert
sifat laten”.
1 s/d 5
David Garvin dalam Fandy

Tjiptono (2016:134)
3. Citra Merek Deskripsi tentang 1. Brand Platform Diukur

(X2) asosiasi
2. Identitas Merek melalui
( merupakan
3. Track Record kuesioner
atribut yang ada
didalam merek itu 4. Mudah dikenali dengan

dan memiliki menggunakan


suatu tingkat
Skala Likert
kekuatan dan
keyakinan 1 s/d 5

konsumen tentang
merek tertentu )
4. Kepercayaan Kepercayan 1. Rasa percaya Diukur

Konsumen merupakan perusahaan melalui

kepercayaan dari memberikan kuesioner

para konsumen informasi yang dengan


dalam menggunakan benar menggunakan

produk tersebut. 2. Rasa percaya Skala Likert

perusahaan 1 s/d 5

menanggapikeluha

n nasabah

3. Rasa percaya

Perusahaan

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh langsung (dari tangan

pertama) oleh peneliti terkait dari variabel ketertarikan untuk tujuan tertentu dari

studi (Uma Sekaran, 2017).Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil dari

penyebaran kuisioner yang diperoleh langsung dari responden sebagai tangan

pertama.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung kelengkapan data

primer, seperti buku, literature yang berkaitan dan menunjang penelitian

(Sugiyono, 2015).

F. Prosedur Pengambilan Data


Prosedur pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan Metode

kuisioner. Menurut Sugiyono (2015:230) kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden, selain itu kuesioner

juga cocok untuk digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di

wilayah yang luas. Dalam penelitian ini kuisioner akan dilakukan secara langsung

dengan membagikan kuisioner kepada mahasiswa manajemen upn veteran

yogyakarta. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah model tertutup

karena jawaban telah disediakan dan pengukurannya menggunakan skala Likert.

Menurut Sekaran dan Bougie (2013), Likert Scale merupakan skala yang

dirancang untuk menilai seberapa besar sikap setuju responden terhadap sebuah

pernyataan.Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur dengan rentang

pembobotan dari Sangat Setuju (5) Setuju (4) Netral (3) Tidak Setuju (2) Sangat

Tidak Setuju (1).

G. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan ukuran dari sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika benar-benar mampu mengungkapkan

dengan pasti apa yang menjadi jawaban dari pertanyaan yg diteliti. Jadi validitas

ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-

betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2016). Pengujian

validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Korelasi Pearson. Apabila
nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka butir pertanyaan tersebut valid dan

apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka butir pertanyaan tersebut

tidak valid (Ghozali, 2016). Signifikansi Korelasi Pearson yang dipakai dalam

penelitian ini adalah 0,05.

2. Uji Realibilitas

Menurut Ghozali (2016) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu.Uji realbilitas dalam penelitian ini menggunakan

Cronbach Alpha. Menurut Imam Ghozali (2011:48) suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.

Rumus Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:

S2
n
r 11 =[ ][1− i ]
n−1 S2
t

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir soal

Si2 = jumlah varians skor tiap butir

St2 = varians skor total

H. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang dibuat diterima atau
tidak maka perlu dilakukan analisis pada data yang telah diperoleh. Berikut adalah

alat analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013:206) yang dimaksud dengan metode analisis deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Dalam penelitian ini berupa uraian tentang masalah loyalitas

mahasiswa feb upn veteran yogyakarta terhadap sepatu specss. berdasarkan

pengaruh pada kualitas produk, citra merek, dan kepercayaan merek.

2. Analisis Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2012) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang

dilandaskan pasa filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif atau statistic , dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan. Analisis kuantitatif pada penelitian ini untuk menguji pengaruh

kualita produk, citra merek, dan kepercayaan merek terhadap loyalitas konsumen

sepatu specss dikalangan mahasiswa feb upn veteran yogyakarta. dengan

menggunakan model regresi berganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Keterangan :

Y = loyalitas konsumen

a = konstanta

b1 = koefisien regresi dari variabel kualitas produk

b2 = koefisien regresi dari variabel citra merek

b3 = koefisien regresi dari variabel kepercayaan konsumen

X1 = kualitas produk

X2 = citra merek

X3 =kepercayaan konsumen

e = error

3. Uji Hipotesis

Menurut Ghozali (2011) Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen.Dalam menggunakan analisis regresi berganda maka harus terdapat dua

atau lebih variabel berganda.Analisis regresi berganda dapat digunakan untuk

menerangkan hubungananatara variabel independen yang meliputi kualitas

produk, citra merek, dan kepercayaan konsumen. terhadap variabel dependen

yaitu loyalitas konsumen. Selanjutnya dalam penelitian ini akan menggunakan Uji

t, Uji F, dan koefisien determinasi

a. Uji t
Menurut Ghozali (2011) Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan

sejauh mana pengaruh satu variabel independen secara parsial (individual) dalam

menerangkan variabel dependen.Uji t yaitu merupakan pengukuran untuk

mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen yaitu kualitas produk, citra

merek, dan kepercayaan konsumen terhadap variabel dependen yaitu loyalitas

konsumen. Pengambilan keputusan pada uji t yaitu dengan nilai signifikansi 0,05

dan membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila tingkat signifikansi < α

(0,05) dan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya

variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Begitu pula sebaliknya apabila tingkat signifikansi > α (0,05) dan t hitung < t

tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji F

Menurut Ghozali (2011) Uji F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan

apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian

mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel

dependen. Jika taraf signifikansi < 0,05 dan F hitung lebih > dari F tabel, maka

dapat disimpulkan terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).


c. Uji Determinasi

Menurut Ghozali (2011) Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengetahui prosentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R2

dimana untuk menginterpretasikan besarnya nilai koefisien determinasi harus

diubah kedalam bentuk persentase. Koefisien determinasi bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen Nilai koefisien determinasi adalah 0 < R2 < 1. Apabila nilai koefisien

determinasi (R2 ) semakin mendekati angka 1, maka model regresi dianggap

semakin baik karena variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini

mampu menjelaskan variabel dependennya.

Anda mungkin juga menyukai