Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Nilai Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2010), tujuan dari pihak

manajemen adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Mengacu pada hal tersebut pihak manajemen akan berusaha

memaksimalkan harga saham yang merupakan perwujudan dari nilai

perusahaan.

Menurut Sartono (2010) nilai perusahaan adalah nilai jual sebuah

perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Adanya kelebihan

nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai dari organisasi manajemen yang

menjalankan perusahaan itu. Menurut Harmono (2009) nilai perusahaan

adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang

dibentuk oleh permintaan dan penawaran dipasar modal yang merefleksikan

penilaian masyarakat terhadap kinerja suatu perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2013) nilai perusahaan dinilai

dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila

harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan yang diambil oleh

manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui

peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang

tercermin pada harga saham.

10
11

Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai perusahaan yaitu

price to book value (PBV). Menurut Brigham dan Houston (2010) rasio ini

mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan pada manajemen dan

organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Perusahaan yang dipandang baik oleh investor adalah perusahaan yang

dijual dengan rasio nilai buku lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan

pengembalian yang rendah.

Jenis-jenis nilai perusahaan :

a. Nilai nominal

Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum secara formal dalam

anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca

perusahaan, dan juga ditulis dengan jelas dalam surat saham kolektif.

b. Nilai pasar

Nilai pasar atau sering juga disebut dengan kurs adalah harga yang

terjadi dari proses tawar menawar dipasar saham. Nilai ini hanya bisa

ditentukan bila saham perusahaan dijual dipasar saham.

c. Nilai intrinsik

Nilai intrinsik adalah konsep yang paling abstrak karena mengacu

pada perkiraan nilai rill suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep

nilai intrinsik ini bukan harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai

perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan

keuntungan dikemudian hari.


12

d. Nilai buku

Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar

konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar

total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

e. Nilai likuidasi

Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah

dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuiditas dapat

dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu

berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan

dilikuidasi.

2. Pertumbuhan Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2009) pertumbuhan perusahaan

adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aset yang dimiliki oleh

perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam pecking order theory memiliki

hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan. Dalam hal ini,

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang cepat harus lebih

banyak mengandalkan dana eksternal. Semakin tinggi pertumbuhan

perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembelanjaan

ekspansi.

Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh banyak pihak

baik internal maupun eksternal, karena pertumbuhan yang baik memberi

tanda bagi perkembangan perusahaan. Pertumbuhan suatu perusahaan

merupakan tanda memiliki aspek yang menguntungkan, karena dianggap


13

mampu menghasilkan keuntungan yang lebih dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu :

a. Pertumbuhan dari luar (external growth) secara umum bila kondisi

pengaruh dari luar ini positif, maka akan meningkatkan peluang

perusahaan untuk semakin bertumbuh dari waktu ke waktu.

b. Pertumbuhan dari dalam (internal growth) ini adalah menyangkut

tentang produktivitas perusahaan tersebut. Secara umum, semakin

meningkat produktivitas perusahaan, maka pertumbuhan perusahaan juga

diharapkan meningkat dari waktu ke waktu.

c. Pertumbuhan karena pengaruh dari iklim dan situasi usaha lokal jika

infrastruktur dan iklim usaha mendukung usaha tersebut, maka

pertumbuhan perusahaan akan terlihat baik dari waktu ke waktu.

Menurut Kasmir (2012) rasio pertumbuhan adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi

ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

Menurut Fahmi (2012) rasio pertumbuhan adalah rasio yang mengukur

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di

dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum, rasio ini

dilihat dari berbagai segi sales (penjualan), earning after tax (EAT), laba

perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.


14

3. Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh

laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal

sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat

berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini (Sartono, 2010).

Menurut Brigham dan Houston (2006) rasio profitabilitas adalah

hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas

merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari

likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap nilai operasi.

Menurut Kasmir (2014) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukan dari laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi dari suatu perusahaan.

Rasio profitabilitas dapat diukur dengan:

a. Net Profit Margin (NPM)

Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap

total penjualannya. Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum

pajak penghasilan dikurangi pajak penghasilan. Penjualan bersih

menunjukan besarnya hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan dari

hasil penjualan hasil produksi.


15

b. Gross Profit Margin (GPM)

Merupakan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan

bersih. Laba kotor (gross profit) dapat dihitung dengan mengurangi

penjualan bersih dengan harga pokok produksi.

c. Return On Asset (ROA)

Merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan jumlah

aktiva. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

d. Return On Equity (ROE)

Yaitu rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang

mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa.

4. Likuiditas

Menurut Riyanto (2010) menyatakan likuiditas berhubungan

dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya yang harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat

likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan

kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Sawir (2009) Current ratio yang rendah biasanya

dianggap menujukan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya rasio

lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukan banyaknya

dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan dalam

mengolah laba perusahaan.


16

Likuiditas merupakan salah satu faktor menentukan sukses atau

kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-

sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai mana

perusahaan memegang risiko, atau bagaimana kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban atau utang yang harus segera dibayar dengan

harta lancarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka

pendek yang harus segera dipenuhi pada saat di tagih untuk

mempertahankan likuiditasnya, hal ini akan berdampak positif terhadap

kelangsungan perusahaan. Adapun jenis-jenis pengukuran rasio likuiditas

menurut Kasmir (2014) adalah sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (current ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban

jangka pendek yang segera jatuh tempo. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa

rasio lancar sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu

perusahaan.

b. Quick ratio

Quick ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Hal ini
17

dilakukan karena nilai sediaan dianggap memerlukan waktu lebih laba

diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar

kewajibannya dibandingkan dngan aktiva lancar lainnya.

c. Cash ratio

Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

besarnnya ketersediaan uang kas yang digunakan untuk membayar utang.

Ketersediaann uang kas dapat ditunjukan dari tersediannya dana kas atau

yang setara dengan kas rekening giro atau tabungan di bank (dapat ditarik

setiap saat).

d. Rasio perputaran kas

Rasio perputaran kas berungsi untuk mengukur kecukupan modal

kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai

penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas

untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan

penjualan.

e. Inventory to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada

dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari

pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.

Akan tetapi dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukuran

Current Ratio (CR), karena menurut Kasmir (2014) Semakin tinggi current

ratio perusahaan juga menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam


18

memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja. Modal kerja

tersebut berperan dalam menjaga kinerja perusahaan yang kemudian

mempengaruhi harga saham, dengan begitu investor semakin yakin dan

tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut.

5. Struktur modal

Menurut Harjito Agus dan Martono (2011) Struktur modal adalah

perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang

ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal

sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri

berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam

pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami

kekurangan maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang

berasal dari luar, yaitu hutang. Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana,

perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien.

Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur

modal yang optimal.

Menurut Riyanto (2008) Struktur modal adalah perimbangan atau

perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

Menurut Sudana (2011) struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan

jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan pembanding utang

jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila sebuah perusahaan

memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber pendanaan


19

dari dalam perusahaan maka perusahaan dapat mengurangi ketergantungan

pada pihak luar.

a. Teori Struktur Modal

Beberapa teori struktur modal Menurut Hanafi (2012) adalah sebagai

berikut :

1) Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal

yang optimal. Dengan kata lain struktur mempunyai pengaruh terhadap nilai

perusahaan, dimana struktur modal dapat diubah-ubah agar bisa diperoleh

nilai perusahaan yang optimal. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai

perusahaan sampai pada tingkat tertentu. Setelah melewati titik tersebut,

penggunaan utang mengakibatkan nilai perusahaan menurun.

2) Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)

Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom menentang pandangan

tradisional struktur modal. Mereka menilai bahwa struktur modal tidak

mempengaruhi nilai perusahaan. kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua

ekonom tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka.

Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan utang lebih

tinggi adalah tidak relevan dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang.

Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak dari penggunaan

utang.
20

3) Teori Trade Off

Teori Trade Off merupakan gabungan antara teori struktur modal

Modigliani dan Miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya

keagenan yang mengindikasikan adanya penghematan pajak dari utang

dengan biaya kebangkrutan.

4) Model Modigliani dan Miller

Dengan Pajak Perusahaan dan Personal Modigliani dan Miller

mengembangkan model struktur modal tanpa pajak dan dengan pajak. Nilai

perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan

tanpa pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena

bunga bisa dipakai untuk mengurangi pajak. Miller kemudian

mengembangkan model struktur modal dengan memasukan pajak personal.

Pemegang saham dan pemegang utang harus membayar pajak jika

menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang

utang). Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah tidak

hanya meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak

yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan

pajak atas pemegang utang)

5) Pecking Order Theory

Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang

mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang


21

yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut bukan karena perusahaan

mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak

membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan

dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.

6) Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori

asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan

tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko

perusahaan. pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik

dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi

asimetri informasi antara manajer dengan investor. Teori signaling adalah

model dimana struktur modal (pengguna utang) merupakan signal yang

disampaikan oleh manajer ke pasar. Perusahaan yang meningkatkan utang

bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan

di masa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut

berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan

menangkap signal tersebut, sebagai signal bahwa perusahaan mempunyai

prospek yang baik. Dengan demikian utang merupakan tanda atau signal

positif.
22

b. Rasio Struktur Modal

Menurut Sjahrial dan Purba (2013) rasio struktur modal dijelaskan

sebagai berikut:

1) Rasio Total Utang Terhadap Total aktiva (Total Debt to Total

Asset Ratio/DAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva

guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

2) Rasio Total Utang Terhadap Modal (Total Debt to Equity

Ratio/ DER)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perimbangan antara

kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini juga

dapat berarti sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

membayar utangnya dengan jaminan modal sendiri.

3) Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term

Debt to Equity Ratio/ LDER)

Rasio ini digunakan untuk menunjukan hubungan antara jumlah

pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal

sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan

untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara utang jangka panjang


23

dengan modal sendiri atau seberapa besar utang jangka panjang dijamin

oleh modal sendiri.

B. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

analisis pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan

struktur modal terhadap nilai perusahaan. Adapun penelitian terdahulu

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peneliti Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian


Data
1. Ayu (2019) Pengaruh 1. Profitabilitas Analis regresi Profitabilitas,
2. Ukuran
Profitabilitas, linear berganda Ukuran
Perusahaan
ukuran 3. Struktur Perusahaan,
Modal
perusahaan, Struktur Modal,
4. Likuiditas
Struktur Modal, 5. nilai dan Likuiditas
perusahaan
dan likuiditas berpengaruh
terhadap nilai positif dan
perusahaan pada signifikan
perusahaan terhadap nilai
makanan dan perusahaan.
minuman di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
tahun 2014-
2017
2. Pengaruh 1. pertumbuhan Analisis regresi Pertumbuhan
Gustian perusahaan
24

(2017) pertumbuhan 2. keputusan linier berganda perusahaan


investasi
perusahaan, berpengaruh
3. keputusan
keputusan pendanaan. positif terhadap
4. nilai
investasi, dan nilai perusahaan,
perusahaan
keputusan keputusan
pendanaan investasi tidak
terhadap nilai berpengaruh
perusahaan pada terhadap nilai
perusahaan perusahaan,
manufaktur keputusan
yang terdaftar di pendanaan
Bursa Efek berpengaruh
Indonesia 2010- signifikan negatif
2014 terhadap nilai
perusahaan.
3. Isabella Pengaruh 1. Pertumbuhan Analisis regresi Pertumbuhan
perusahaan
(2017) pertumbuhan linier berganda perusahaan tidak
2. Struktur
perusahaan, modal berpengaruh
3. Profitabilitas
struktur modal, terhadap nilai
4. Nilai
dan perusahaan perusahaan,
profitabilitas struktur modal
terhadap nilai tidak berpengaruh
perusahaan pada terhadap nilai
perusahaan perusahaan,
manufaktur profitabilitas
periode 2013- berpengaruh
2015 terhadap nilai
perusahaan.
4. Suryandani Pengaruh 1. Pertumbuhan Analisis regresi Pertumbuhan
Perusahaan
(2018) Pertumbuhan linier berganda perusahaan,
2. Ukuran
perusahaan
25

Perusahaan, 3. Keputusan Ukuran


Investasi
ukuran Perusahaan, dan
4. Nilai
perusahaan, dan perusahaan Keputusan
Keputusan Investasi
Investasi berpengaruh
terhadap nilai positif dan
perusahaan pada signifikan
perusahaan terhadap nilai
sektor property perusahaan.
dan real estate
5. Muhammad( Analisis Return 1. Return On Analisis regresi Return On Asset
Asset
2016) On Asset, linier berganda dan Net Profit
2. Current Ratio
Current Ratio, 3. Net Profit Margin
Margin
dan Net Profit berpengaruh
4. Nilai
Margin terhadap perusahaan positif terhadap
nilai perusahaan nilai perusahaan
pada perusahaan sedangkan
manufaktur Current Ratio
sektor consumer tidak berpengaruh
goods yang terhadap nilai
tercarat di BEI perusahaan.
periode 2011-
2014
6. Apriada Pengaruh 1. Struktur Analisis regresi Struktur
kepemilikan
(2016) struktur linier berganda kepemilikan
saham
kepemilikan 2. Struktur modal saham dan
3. Profitabilitas
saham, struktur struktur modal
4. Nilai
modal dan perusahaan berpengaruh
profitabilitas positif terhadap
terhadap nilai nilai perusahaan
26

perusahaan pada sedangkan


perusahaan profitabilitas
manufaktur berpengaruh
periode 2011- negatif terhadap
2012 nilai perusahaan
7. Kemara Pengaruh 1. Profitabilitas Analisis regresi Profitabilitas dan
2. Aktiva tidak
(2017) profitabilitas, linier berganda aktiva tidak
terwujud
aktiva tidak 3. Ukuran terwujud
perusahaan
terwujud, berpengaruh
4. Struktur modal
ukuran positif terhadap
perusahaan dan nilai perusahaan
struktur modal sedangkan
terhadap nilai struktur modal
perusahaan pada dan ukuran
perusahaan perusahaan tidak
farmasi yang memiliki
terdaftar di BEI pengaruh
terhadap nilai
perusahaan

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas maka

salah satu yang menjadi acuan peneliti adalah milik Ayu (2019) yang berjudul

pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur modal, dan likuiditas

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2014-2017.

Terdapat perbedaan dan persamaan dari penelitian ini dengan peneliti

terdahulu. Perbedaan tersebut terletak pada salah satu variabel independen yang
27

digunakan, penelitian terdahulu menggunakan empat variabel yaitu profitabilitas,

ukuran perusahaan, struktur modal, dan likuiditas, sedangkan penelitian ini

menggunakan variabel independen pertumbuhan perusahaan, profitabilitas,

likuiditas, dan struktur modal. Tahun yang digunakan oleh penelitian terdahulu

2014-2017 dan penelitian ini menggunakan 2015-2018. Sedangkan persamaannya

terletak pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang di prosikan dengan

price to book value (PBV), dan teknik analisis yang digunakan adalah regresi

linier berganda.

C. Hubungan Antar Variabel

1. Pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan

Menurut Kasmir (2012) rasio pertumbuhan adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi

ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

Pertumbuhan yang baik akan mencerminkan bagaimana usaha perusahaan

dalam mengembangkan perusahaan dengan baik. Menurut sudut pandang

dari investor perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang baik akan

menghasilkan tingkat pengembalian (rate of return) yang baik dari investasi

yang telah terhadap perusahaan yang dipilih.

Suryandani (2018) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil serupa

juga diungkapkan oleh Gustian (2017) bahwa pertumbuhan perusahaan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi perusahaan

menghasilkan keuntungan atau laba maka semakin tinggi minat investor


28

untuk menanamkan modalnya atau membeli saham perusahaan tersebut.

Dengan demikian pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

2. Pengaruh profitabilitas dan nilai perusahaan

Menurut Husnan (2001) profitabilitas adalah gambaran

keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan kata lain

perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dapat menggambarkan prospek

yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan

permintaan saham. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan

berarti semakin baik prospek perusahaan di masa yang akan datang hal ini

dinilai baik dimata investor.

Meningkatnya profitabilitas dari suatu perusahaan mencerminkan

efesiensi perusahaan, sehingga hal tersebut dapat menunjukan bahwa

baiknya kinerja dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik

dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan, sehingga hal tersebut dapat

meningkatkan kepercayaan investor yang menginginkan tingkat

pengembalian (return) dari investasi yang telah dilakukan. Ayu (2019)

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian , Isabella

(2017), dan Dharma (2016). Calon investor akan memilih perusahaan

dengan kinerja yang baik kemudian akan memutuskan investasi pada suatu

perusahaan, sehingga nilai perusahaan akan dilihat sebagai faktor penentu.


29

3. Pengaruh likuiditas dan nilai perusahaan

Menurut Sartono (2010) Likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek

tepat pada waktunya. Likuiditas sering digunakan untuk mengetahui tingkat

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Likuiditas yang

tinggi menunjukan kekuatan perusahaan dari segi kemampuan untuk

memenuhi utang lancar dari harta lancar yang dimiliki sehingga hal ini

meningkatkan kepercayaan dari investor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2019), mendapatkan hasil

bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, Hasil berbeda ditemukan Muhammad (2016) dan Astutik

(2017) bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi

dianggap memiliki prospek yang baik dikalangan investor, karena para

investor menilai perusahaan yang memiliki kinerja yang baik sehingga bisa

meningkatkan harga saham yang berarti nilai perusahaan juga meningkat.

4. Pengaruh Struktur modal dan nilai perusahaan

Menurut Sartono (2010) Struktur modal adalah perimbangan

jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, jangka panjang dengan

sifat preferen dan saham biasa. Salah satu keputusan yang diambil untuk

meningkatkan nilai perusahaan adalah keputusan pendanaan , perusahaan

akan menentukan struktur modal yang terbaik untuk mencapai tujuan

perusahaan tersebut. Besarnya penggunaan dana eksternal maupun internal


30

akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Bagi perusahaan, adanya

utang dapat membantu untuk mengendalikan penggunaan dana kas secara

bebas dan berlebihan oleh pihak manajemen perusahaan. selama manfaat

dan biaya yang ditimbulkan seimbang hutang perusahaan tidak akan

menjadi masalah.

Hasil penelitian yang dilakukan Kemara (2017) mengenai struktur

perusahaan terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa struktur

perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hasil yang berbeda ditemukan Isabella (2017) struktur modal

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini

dapat mencerminkan bagaimana usaha perusahaan dalam mengembangkan

dan mempertahankan perusahaan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian menjelaskan pengaruh

pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan struktur modal

terhadap nilai perusahaan. Maka kerangka konseptual untuk menyelidiki

penelitian ini yang ditunjukan pada gambar sebagai berikut:


31

H1 H1
Pertumbuhan
perusahaan (X1)
H2
H1
Profitabilitas (X2)
H3

H4 Nilai Perusahaan
Likuiditas (X3) (Y)

H5

Struktur Modal
H1
(X4)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Keterangan

Y = Variabel Dependen Nilai Perusahaan

X1 = Variabel Independen Pertumbuhan Perusahaan

X2 = Variabel Independen Profitabilitas

X3 = Variabel Independen Likuiditas

X4 = Variabel Independen Struktur Modal


32

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran maka
hipotesis yang akan diajukan dipenelitian ini adalah:

H1 : pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan struktur modal


secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

H2 : pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai


perusahaan

H3 : profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

H4 : likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

H5 : struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

Anda mungkin juga menyukai