Anda di halaman 1dari 36

Statistik

Gempabumi
Iktri Madrinovella,
M.Si
11204
Statistik Gempabumi
Frekuensi kumulatif kejadian gempabumi yang
berkaitan dengan gradien logaritmik magnitudo
gempabumi disebut dengan istilah b-value.
Log N

Hubungan tersebut memberikan hipotesis tentang low friction

korelasi positif antara asperity (wilayah dimana high friction


gempabumi besar terjadi berdasarkan akumulasi
stress) dan nilai b-value.
M
Hukum Omori
Hukum Omori (1894) menyatakan bahwa frekuensi kejadian
aftershock berkurang secara umum terhadap waktu setelah
terjadinya mainshock.

Hukum Omori yang telah dimodifikasi oleh Utsu (1961):

Fusakichi Omori
= jumlah kejadian aftershock
= waktu setelah mainshock
& adalah suatu konstanta
= konstanta sebagai laju peluruhan dalam kisaran 0.7 – 1.5
Hukum Bath
Hukum Bath (1965) menyatakan bahwa perbedaan dari
magnitudo mainshock dan aftershock terbesar diperkirakan
konstan dan tidak bergantung terhadap besarnya magnitudo
mainshock, biasanya 1 – 1.2 (skala magnitudo momen).

Markus Bath
Hukum Gutenberg-Richter
Hukum Gutenberg-Richter (GR Law) menyatakan bahwa hubungan antara
magnitudo dengan jumlah kejadian total gempabumi pada suatu wilayah dalam
periode waktu tertentu adalah:

= jumlah gempabumi dengan magnitudo ≥ M


& adalah suatu konstanta
Hukum Gutenberg-Richter
Nilai & mengindikasikan property medium seismik yang berkaitan dengan
kondisi material atau kondisi stress wilayah tersebut.

menunjukkan aktivitas seismik dan ditentukan oleh jumlah kejadian gempabumi


(event), selama periode waktu (window) tertentu.

Parameter nilai bergantung kepada:


Periode waktu observasi
Wilayah observasi
Seismisitas (aktivitas seismik) wilayah observasi
Hukum Gutenberg-Richter
a-value merepresentasikan index seismisitas total suatu wilayah.

Sehingga jumlah total kejadian gempabumi pada periode waktu tertentu adalah
10a dan probabilitas kejadian gempabumi dengan magnitudo tertentu untuk
terjadi adalah N.

a-value dianggap tinggi apabila nilainya diatas 7.


Hukum Gutenberg-Richter
merupakan parameter tektonik yang menunjukkan angka relatif guncangan
(biasanya nilainya sekitar 1).

Parameter bergantung pada karakteristik tektonik suatu wilayah.

Nilai b-value bervariasi tergantung wilayah dan kedalaman gempabumi, dan juga
bergantung pada heterogenitas dan distribusi stress dari volume batuan sumber
gempabumi.
Hukum Gutenberg-Richter
b-value juga berkaitan dengan kejadian gempabumi dan stress tektonik.

b-value tinggi mengindikasikan seismisitas aktif. Jika nilainya terlalu besar yaitu
diatas 1.2 (Alabi et al, 2013), atau diatas 2 (Bhattacharaya et al, 2002), maka
karakteristik wilayah tersebut adalah seringnya terjadi gempabumi dengan
magnitudo kecil, atau disebut dengan earthquake swarms.

b-value tinggi juga mengartikan stress rendah, biasanya karena gempabumi


besar telah terjadi, sehingga akumulasi stress menjadi rendah. Hal ini berarti
pada wilayah tersebut, probabilitasnya rendah untuk terjadi gempabumi besar.

Hal ini menyebabkan bahwa nilai b-value dapat menjadi studi precursor
gempabumi.
Hukum Gutenberg-Richter
b-value = 1 menunjukkan hubungan antara jumlah kejadian gempabumi dengan
magnitudo ≥ (M-1) terjadi sebanyak 101 kali lipat dari jumlah kejadian
gempabumi dengan magnitudo ≥ M.

Contoh:
Di suatu daerah selama periode 1 tahun, gempabumi dengan magnitudo = 7
terjadi sebanyak 1x. Daerah tersebut memiliki b-value = 1, sehingga gempabumi
dengan magnitudo = 6 terjadi sebanyak 10x, dan gempabumi dengan magnitudo
= 5 terjadi sebanyak 100x, dan seterusnya.

Jika b-value bukan 1, maka jumlah kejadian gembabumi dengan magnitudo = (M-
1) terjadi sebanyak 10b kali lipat dari jumlah kejadian gempabumi dengan
magnitudo = M.
Hukum Gutenberg-Richter
Sementara nilai a-value merupakan faktor untuk menghitung probabilitas kejadian
gempabumi besar (yang lebih besar dari data) di masa yang akan datang.

Contoh:
Histogram magnitudo terhadap jumlah kumulatif gempabumi di suatu daerah
menunjukkan hubungan linier untuk gempabumi dengan magnitudo 1-5, dengan a-
value = 3 dan b-value = 0.9. Berapakah probabilitas kejadian gempa dengan magnitudo
= 6 yang akan terjadi di daerah tersebut?

Probabilitas terjadi gempabumi dengan magnitudo = 6 adalah 0.004 per tahun, atau 4
kali dalam 1000 tahun.
Hukum Gutenberg-Richter
Dalam analisis statistik gempabumi, data yang digunakan biasanya adalah data
magnitudo lokal.

Namun, magnitudo lokal sulit untuk didefinisikan pada gempabumi besar M L > 8
dan juga pada gempa teleseismik.

Sehingga, lebih direkomendasikan untuk menggunakan magnitudo momen


dengan definisi sebagai berikut:

Dimana Mw adalah magnitudo momen dan Mo adalah momen seismik dalam


satuan J atau Nm.
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)
M ≥ 2,
N = 45.000
Pada grafik di samping, ditunjukkan jumlah
kejadian gempabumi untuk setiap
magnitudo 0 – 7 dengan interval 0.1,
beserta grafik kumulatifnya.

Contoh: M = 2,
N = 3500
Gempa dengan M = 2 berjumlah 3500
Gempa dengan M ≥ 2 berjumlah total
45.000
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)

Mc merupakan magnitudo threshold atau


magnitude of completeness.

Nilai Mc merupakan nilai magnitudo


minimum saat perekaman lengkap baik
secara ruang dan waktu, dan regresi linier
untuk penentuan a- dan b-value dilakukan
untuk magnitudo > Mc.
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)
b-value tinggi muncul saat gempabumi kecil jauh lebih sering terjadi
dibandingkan gempabumi menengah (gradien curam), dan tidak ada gempabumi
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat stress di wilayah tersebut cukup
rendah.
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)
b-value rendah muncul saat jumlah kejadian gempabumi kecil dan menengah
tidak terlalu jauh berbeda (gradien landai), dan adanya kejadian gempabumi
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat stress di wilayah tersebut cukup
tinggi, dan adanya kemungkinan terjadi kembali gempabumi besar di masa
depan.
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)

Untuk menemukan nilai b-value, hitunglah jumlah kejadian gempabumi untuk


masing-masing magnitudo .

Kemudian, carilah dengan regresi linier menggunakan metode:


Simple linear regression
Least-squares
Maximum likelihood
Simple Linear Regression

Simple linear regression merupakan model regresi linier dengan variabel tunggal.

Untuk persamaan

Diketahui slope antara dua titik, dapat diselesaikan dengan:


Simple Linear Regression

Untuk persamaan

juga dapat dihitung menggunakan persamaan:

Kemudian dapat dihitung dari


Simple Linear Regression

Contoh:

x y ()* ()
2 4
3 5
5 7
7 10
9 15 = =
= =
Least-Square
Metode least-square merupakan pendekatan standar regresi linier untuk
menganalisis solusi perkiraan.
Least-square berarti solusi untuk meminimalisasi jumlah dari kuadrat residual
yang dibuat oleh hasil dari setiap persamaan.

Persamaan umum least-square:

adalah jumlah dari residual.


Least-Square

Residual merupakan nilai perbedaan antara nilai


sebenarnya (true value) dengan nilai prediksi (predicted
value) dari model.

adalah residual dari data i


adalah true value data i
adalah predicted value dari model regresi linier data i.
Least-Square
Untuk persamaan

Langkah metode least-square:


Hitung nilai dan
Jumlahkan seluruh , , dan yang memberikan nilai , , dan
Hitung nilai slope dengan persamaan:

Hitung nilai intercept dengan persamaan:


Least-Square

x y x2 xy
2 4
3 5
5 7
7 10
9 15 = =
= =
Least-Square
Koefisien korelasi disimbolkan oleh

Untuk dua parameter memiliki hubungan liniear, maka koefisien korelasi harus berada
pada nilai:
Statistik Gempabumi
Hitunglah nilai a-value dan b-value menggunakan metode simple linear regression atau
least-square untuk gempa berikut. Nilai Mc = 3.
Berikut adalah data gempabumi di wilayah Jakarta selama periode Januari-Desember
2020.
Tabel frekuensi jumlah kejadian gempabumi.
M Frekuensi
1 100
2 205
3 15655
4 1470
5 204
6 20
7 2
Statistik Gempabumi
M Log N *

3 4.24
4 3.23
5 2.35
6 1.34
7 0.30 = =
= =
Statistik Gempabumi

FMD
4.5 Mc = 3
M n log n N log N
4 f(x) = − 0.977 x + 7.177
1 100 2.00 17656 4.25
3.5
2 205 2.31 17556 4.24
3
3 15655 4.19 17351 4.24
2.5
4 1470 3.17 1696 3.23

log N
2
5 204 2.31 226 2.35 1.5
6 20 1.30 22 1.34 1
7 2 0.30 2 0.30 0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
M

Dihasilkan persamaan:
Statistik Gempabumi
Maka diketahui bahwa jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo = (M-1) adalah
100.976 atau 9.46 kali lipat dari jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo M.

Pada grafik tersebut, tidak memiliki data jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo
8 dan lebih. Maka probabilitas terjadinya gempabumi dengan M = 8 adalah:

Probabilitas terjadi gempabumi dengan magnitudo = 8 adalah 0.23 per tahun, atau 2-3
kali dalam 10 tahun.
Maximum Likelihood
Maximum likelihood menghasilkan estimasi parameter dengan menemukan nilai
parameter yang memaksimalkan fungsi likelihood atau kemiripan, atau logika
nilai parameter dilihat berdasarkan data yang ada.

sebagai magnitudo katalog terkecil


adalah rata-rata nilai magnitudo diatas Mc

Metode ini banyak digunakan dalam penelitian terkini terutama dalam


menghitung b-value secara spasial.
Maximum Likelihood
Nilai rata-rata magnitudo dan standar deviasi dihitung menggunakan persamaan
berikut:
Maximum Likelihood
Variasi Spasial dan Temporal b-value
Terima Kasih
Referensi
• Alabi, A., Akinyemi, O.D., Adewale, A. 2012. Seismicity Pattern in Southern Africa from
1986 to 2009. Earth Science Research; Vol. 2, No. 2. Canadian Center of Science and
Education.
• https://geofisika42.wordpress.com/2010/07/07/statistik-b-value/
• https://www.mathsisfun.com/data/least-squares-regression.html
• https://www.youtube.com/watch?v=rPu4ijmPGcs
Paper reading and Review
• Why this study is important / what is the objective of this study
• Data, how is the data
• Grid size
• Low/Higb B value what does it mean
• Analysis : What can be learned about the application of b value with
before/after big events

Anda mungkin juga menyukai