Gempabumi
Iktri Madrinovella,
M.Si
11204
Statistik Gempabumi
Frekuensi kumulatif kejadian gempabumi yang
berkaitan dengan gradien logaritmik magnitudo
gempabumi disebut dengan istilah b-value.
Log N
Fusakichi Omori
= jumlah kejadian aftershock
= waktu setelah mainshock
& adalah suatu konstanta
= konstanta sebagai laju peluruhan dalam kisaran 0.7 – 1.5
Hukum Bath
Hukum Bath (1965) menyatakan bahwa perbedaan dari
magnitudo mainshock dan aftershock terbesar diperkirakan
konstan dan tidak bergantung terhadap besarnya magnitudo
mainshock, biasanya 1 – 1.2 (skala magnitudo momen).
Markus Bath
Hukum Gutenberg-Richter
Hukum Gutenberg-Richter (GR Law) menyatakan bahwa hubungan antara
magnitudo dengan jumlah kejadian total gempabumi pada suatu wilayah dalam
periode waktu tertentu adalah:
Sehingga jumlah total kejadian gempabumi pada periode waktu tertentu adalah
10a dan probabilitas kejadian gempabumi dengan magnitudo tertentu untuk
terjadi adalah N.
Nilai b-value bervariasi tergantung wilayah dan kedalaman gempabumi, dan juga
bergantung pada heterogenitas dan distribusi stress dari volume batuan sumber
gempabumi.
Hukum Gutenberg-Richter
b-value juga berkaitan dengan kejadian gempabumi dan stress tektonik.
b-value tinggi mengindikasikan seismisitas aktif. Jika nilainya terlalu besar yaitu
diatas 1.2 (Alabi et al, 2013), atau diatas 2 (Bhattacharaya et al, 2002), maka
karakteristik wilayah tersebut adalah seringnya terjadi gempabumi dengan
magnitudo kecil, atau disebut dengan earthquake swarms.
Hal ini menyebabkan bahwa nilai b-value dapat menjadi studi precursor
gempabumi.
Hukum Gutenberg-Richter
b-value = 1 menunjukkan hubungan antara jumlah kejadian gempabumi dengan
magnitudo ≥ (M-1) terjadi sebanyak 101 kali lipat dari jumlah kejadian
gempabumi dengan magnitudo ≥ M.
Contoh:
Di suatu daerah selama periode 1 tahun, gempabumi dengan magnitudo = 7
terjadi sebanyak 1x. Daerah tersebut memiliki b-value = 1, sehingga gempabumi
dengan magnitudo = 6 terjadi sebanyak 10x, dan gempabumi dengan magnitudo
= 5 terjadi sebanyak 100x, dan seterusnya.
Jika b-value bukan 1, maka jumlah kejadian gembabumi dengan magnitudo = (M-
1) terjadi sebanyak 10b kali lipat dari jumlah kejadian gempabumi dengan
magnitudo = M.
Hukum Gutenberg-Richter
Sementara nilai a-value merupakan faktor untuk menghitung probabilitas kejadian
gempabumi besar (yang lebih besar dari data) di masa yang akan datang.
Contoh:
Histogram magnitudo terhadap jumlah kumulatif gempabumi di suatu daerah
menunjukkan hubungan linier untuk gempabumi dengan magnitudo 1-5, dengan a-
value = 3 dan b-value = 0.9. Berapakah probabilitas kejadian gempa dengan magnitudo
= 6 yang akan terjadi di daerah tersebut?
Probabilitas terjadi gempabumi dengan magnitudo = 6 adalah 0.004 per tahun, atau 4
kali dalam 1000 tahun.
Hukum Gutenberg-Richter
Dalam analisis statistik gempabumi, data yang digunakan biasanya adalah data
magnitudo lokal.
Namun, magnitudo lokal sulit untuk didefinisikan pada gempabumi besar M L > 8
dan juga pada gempa teleseismik.
Contoh: M = 2,
N = 3500
Gempa dengan M = 2 berjumlah 3500
Gempa dengan M ≥ 2 berjumlah total
45.000
Distribusi Frekuensi-Magnitudo (FMD)
Simple linear regression merupakan model regresi linier dengan variabel tunggal.
Untuk persamaan
Untuk persamaan
Contoh:
x y ()* ()
2 4
3 5
5 7
7 10
9 15 = =
= =
Least-Square
Metode least-square merupakan pendekatan standar regresi linier untuk
menganalisis solusi perkiraan.
Least-square berarti solusi untuk meminimalisasi jumlah dari kuadrat residual
yang dibuat oleh hasil dari setiap persamaan.
x y x2 xy
2 4
3 5
5 7
7 10
9 15 = =
= =
Least-Square
Koefisien korelasi disimbolkan oleh
Untuk dua parameter memiliki hubungan liniear, maka koefisien korelasi harus berada
pada nilai:
Statistik Gempabumi
Hitunglah nilai a-value dan b-value menggunakan metode simple linear regression atau
least-square untuk gempa berikut. Nilai Mc = 3.
Berikut adalah data gempabumi di wilayah Jakarta selama periode Januari-Desember
2020.
Tabel frekuensi jumlah kejadian gempabumi.
M Frekuensi
1 100
2 205
3 15655
4 1470
5 204
6 20
7 2
Statistik Gempabumi
M Log N *
3 4.24
4 3.23
5 2.35
6 1.34
7 0.30 = =
= =
Statistik Gempabumi
FMD
4.5 Mc = 3
M n log n N log N
4 f(x) = − 0.977 x + 7.177
1 100 2.00 17656 4.25
3.5
2 205 2.31 17556 4.24
3
3 15655 4.19 17351 4.24
2.5
4 1470 3.17 1696 3.23
log N
2
5 204 2.31 226 2.35 1.5
6 20 1.30 22 1.34 1
7 2 0.30 2 0.30 0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
M
Dihasilkan persamaan:
Statistik Gempabumi
Maka diketahui bahwa jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo = (M-1) adalah
100.976 atau 9.46 kali lipat dari jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo M.
Pada grafik tersebut, tidak memiliki data jumlah kejadian gempabumi dengan magnitudo
8 dan lebih. Maka probabilitas terjadinya gempabumi dengan M = 8 adalah:
Probabilitas terjadi gempabumi dengan magnitudo = 8 adalah 0.23 per tahun, atau 2-3
kali dalam 10 tahun.
Maximum Likelihood
Maximum likelihood menghasilkan estimasi parameter dengan menemukan nilai
parameter yang memaksimalkan fungsi likelihood atau kemiripan, atau logika
nilai parameter dilihat berdasarkan data yang ada.