Anda di halaman 1dari 54

Nanang T.

Puspito, 2022

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Martanto dan Nanang T. Puspito

1
PENGANTAR
Mitigasi Bencana Gunungapi
GUNUNG API AKTIF DI INDONESIA 127 GUNUNG API
Tipe A : 77 dengan
catatan sejarah letusan
sejak tahun 1600

Tipe B : 29 dengan
catatan sejarah
letusan sebelum tahun
1600

Tipe C : 21 dengan
tidak ada catatan
sejarah letusan tetapi
Jalur Gunung Api 7000 km, dari Sumatera – Jawa masih memperlihatkan
– Bali – NT – Banda – Halmahera - Sulut jejak aktivitas vulaknik,
seperti solfatar/
~ 4 Juta fumarole

Masyarakat Tinggal di Daerah Rawan Bencana


PERLU MITIGASI
Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui
Definisi pembangunan fisik maupun
Mitigasi penyadaran dan peningkatan
Berdasarkan kemampuan menghadapi
UU nomor ancaman bencana.
24 Tahun
2007 Ada dua jenis: Struktural dan
Non-struktural

Nanang T. Puspito, 2021 6


TERBENTUKNYA
GUNUNGAPI
Mitigasi Bencana Gunungapi
STRUKTUR GUNUNG API
JENIS-JENIS GUNUNG API

1 Shield Volcano

• Lava bersifat basaltik


• Terdiri dari lapisan lava
• Kemiringan landai
• Letusan yang relatif kecil
• Viskositas magma kecil
JENIS-JENIS GUNUNG API

2 Composite Volcano
• Lava bersifat asam
• Terdiri dari lapisan abu
dan lava
• Kemiringan curam (strato
-vulcano)
• Letusan yang relatif kuat
• Viskositas magma tinggi
JENIS-JENIS GUNUNG API

3 Cinder Volcano

• Memiliki lubang
kepundan (kawah)
• Kemiringan curam
(stromboli)
• Letusan yang sangat kuat
BAHAYA GUNUNGAPI
Mitigasi Bencana Gunungapi
LETUSAN GUNUNG API

1 Berdasarkan Sumber Letusan

Erupsi Pusat, erupsi yang keluar melalui


kawah utama

Erupsi Samping, erupsi yang keluar lereng


tubuh gunung api

Erupsi Celah, erupsi yang muncul melalui


rekahan/sesar yang memanjang hingga
beberapa kilometer

Erupsi Eksentris, erupsi samping tetapi


magma keluar dari dapur magma
melalui kepundan tersendiri
LETUSAN GUNUNG API

2 Berdasarkan Kuat Letusan


LETUSAN GUNUNG API

2 Berdasarkan Kuat Letusan

Tipe Hawaiian, erupsi Tipe Strombolian, erupsi magma


magma basaltik , umumnya basaltik, umumnya berupa lontaran
berupa semburan lava pijar, lava pijar, dan sering diikuti leleran
sering diikuti leleran lava
lava secara simultan
LETUSAN GUNUNG API

2 Berdasarkan Kuat Letusan

Tipe Vulkanian, erupsi Tipe Plinian, erupsi yang sangat


magmatis berkomposisi andesit ekslposif dari magma berviskositas
basaltik sampai dasit, umumnya tinggi. Material letusan berupa batu
melontarkan bom-bom vulkanik apung
LETUSAN GUNUNG API

2 Berdasarkan Kuat Letusan

Tipe Sub Plinian, erupsi Tipe Surtseyan, erupsi eksplosif


eksplosif magma bersifat asam yang terjadi akibat adanya kontak
dari, tahap erupsi efusifnya dengan air laut dangkal
menghasilkan kubah lava riolitik
LETUSAN GUNUNG API

2 Berdasarkan Kuat Letusan

Tipe Peléan, erupsi eksplosif


magma bersifat asam. Erupsi
disertai guguran awan panas
UPAYA MITIGASI
Mitigasi Bencana Gunungapi
DAMPAK
ERUPSI
GUNUNG API
ALUR MITIGASI GUNUNG API

Potensi Bahaya Pemantauan Tanggap Darurat Stakeholders


PRODUK
Kesiapsiagaan

Tanggap Darurat

Pengurangan Risiko
Rekomendasi Teknis Bencana
VONA - Keamanan
Penerbangan Diseminasi
Informasi
PERINGATAN DINI
Peta Kawasan
Rawan Bencan
PETA KRB (KRB)

RISIKO BENCANA
Evaluasi Bahaya Gunung Api
Realtime sebelum terjadi erupsi
PENETAPAN STATUS GUNUNG API
Strengthening
Policy & Strategy
Strengthening Activation of Contin-
Policy & Strategy gency Plan

Evacuation Level IV (Warning)


Drill

Level III (Watch) Simulation and Formula-


tion of Contingency Plan

Level II (Advisory)
Socialization
Capacity Building
Level I (Normal)
Capacity Building

Disaster Mitigation Plan


Participation, Empowerment,
Network Improvement

Level I (Normal) – Tidak ada indikasi Level III (Siaga) – Peningkatan aktivitas berlanjut dan
peningkatan aktivitas menuju fase erupsi tetapi tidak berdampak langsung
terhadap kehidupan sekitar
Level II (Waspada) – Terjadi peningkatan aktivitas,
pada beberapa gunung api disertai erupsi Level IV (Awas) – Aktivitas gunung api berada dalam fase
erupsi dan berpotensi membahayakan kehidupan sekitarnya
KEMENTERIAN ESDM | BADAN GEOLOGI | PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
TINGKAT AKTIVITAS GUNUNG API TERKINI

Periode 1 Januari – 20 Maret 2020


LEVEL IV (AWAS) – 0 Gunung Api
Tidak ada gunung api Level IV (Awas)

LEVEL III (SIAGA) – 3 Gunung Api


Sinabung – Sumatera Utara, Agung – Bali
Karangetang – Sulawesi Utara

LEVEL II (WASPADA) – 18 Gunung Api


Anak Krakatau, Banda Api, Bromo, Dukono, Gamalama, Gamkonara, Ibu, Ili Lewotolok, Kerinci,
Lokon, Marapi, Merapi, Rinjani, Rokatenda, Sangeangapi, Semeru, Slamet dan Soputan

LEVEL I (NORMAL)
48 Gunung Api

Gunungapi yang mengalami erupsi (3 GA)


Korban jiwa
Letusan : Semeru (17), Anak Krakatau (10), Merapi (2) Nihil
PEMANTAUAN GUNUNG API

Pemantauan gunungapi secara


garis besar menggunakan
metode visual, geofisika,
deformasi, dan geokimia.

Pemantauan secara visual


dilakukan dengan
menggunakan CCTV
36
MONITORING GUNUNG API

Meskipun waktu erupsi tidak dapat diprediksi secara pasti, peneliti


melakukan monitoring untuk mengestsimasi terjadinya erupsi
berdasarkan pola sebelum erupsi.

InSAR (Interferometric
Synthetic Aperture Radar) Seismometer
digunakan untuk digunakan untuk
mengamati deformasi mengamati getaran
tanah yang terjadi di
Kawasan gunung api
Tiltmeter dan GPS
digunakan untuk,
mengamati perubahan
dari gunung api, baik
dari sisi volume
maupun arah
MONITORING GUNUNG API
Survey Gas dan Monitoring Realtime

Differential Optical Soil CO2 flux mengukur Conductivity, Temperature,


Absorption Sprectroscopy fluks CO2 tanah di sekitar Depth (CTD) digunakan untuk
(DOAS) mengukur fluks SO2 gunungapi. Gas CO2 memantau perubahan kandungan
yang merupakan salah satu merupakan salah satu ion dari mineral-mineral air danau
key factor peningkatan indikator kenaikan aktivitas
kawah dan perubahan suhu
aktivitas GA gunungapi
Multigas terdiri dari sensor
gas SO2, H2S, CO2, H2, dan
H2O dapat digunakan
untuk mengukur
konsentrasi dan rasio gas
vulkanik spesifik di
Fourier Transform Infrared
temperatur rendah dan Ultraviolet Camera (UV
(FTIR) Spectroscopy dapat Infrared Camera (IR
temperature tinggi. Dapat camera) mengukur fluks SO2
mengukur konsentrasi dan camera) mengukur anomali
digunakan untuk dan mempelajari dinamika
rasio gas vulkanik seperti panas dan dapat digunakan
mengetahui aktivitas letusan gunungapi
SO2, H2S, CO2, CO, HCl, HF, untuk mempelajari dinamika
magmatik atau hidrotermal
SiF4, OCS dengan metode letusan gunungapi
remote sensing
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA

Peta Kawasan
Rawan Bencana
(KRB) Gunung Api

Potensi Bahaya
Penelitian
Letusan Gunung Api
Penyelidikan
Pemetaan
Permen ESDM No. Peta Risiko
11 tahun 2016 Bencana Gunung Api

Permen ESDM No. 11 tahun 2016 Penilaian kerusakan/kerugian


suatu elemen/objek/investasi di
Kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam KRB Gunung Api yang disebabkan
bahaya erupsi gunungapi, baik secara langsung maupun tidak langsung bahaya gunung api

Petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi


letusan gunungapi

Menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan


bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA

Dasar Pembuatan

A | Peta Geologi
Identifikasi Pyroclastic Fall
Identifikasi Pyroclastic Flow
Identifikasi Lahar/Debris Flow/Flood
Identifikasi Debris Avalance

B | Analisis Laboratorium
C | Identifikasi Produk Erupsi untuk
Hazard Assessment
D | Hasil Simulasi/Pemodelan
Secara Numerik

Prambada, 2013 : Peta Geologi G. Sinabung, merah


(aliran lava), hijau (endapan awanpanas) Abad ke- 9
PREDIKSI LETUSAN GUNUNG API

Kejadian erupsi merupakan sebuah siklus yang berulang, namun


prediksi kapan terjadi erupsi belum bisa dilakukan secara tepat.
KESIAPSIAGAAN, TANGGAP
DARURAT, PEMULIHAN
Mitigasi Bencana Gunungapi
KESIAPSIAGAAN DAN EVAKUASI
KESIAPSIAGAAN DAN EVAKUASI

1 Sebelum Erupsi

• Pemantaun dan pengamatan kegiatan


pada semua gunung api aktif
• Mengenali bahaya (edukasi) yang akan
dihadapi ketika erupsi
• Memiliki persedian bahan makanan
(darurat)
• Mengetahui rute evakuasi
• Pengecekan alarm bencana secala
berkala
• Mempersiaplam alat perlindungan diri
(kaca mata dan masker)
KESIAPSIAGAAN DAN EVAKUASI

2 Saat Erupsi

• Mengikuti arahan evakuasi dari pihak yang


berwenang
• Mengindari tempat yang rendah (lembah)
dan mencari tempat yang tinggi untuk
menghindari aliran lahar
• Memprioritaskan orang tua dan anak-
anak
• Menggunakan alat perlindungan diri
KESIAPSIAGAAN DAN EVAKUASI

3 Setelah Erupsi

• Menuju tempat penampungan yang telah disiapkan


• Mendengarkan arahan pihak yang berwenang
• Tidak kembali ke tempat tinggal selama belum dinyatakan aman
• Menyadari bahaya banjir lahar (setelah hujan) dan longsoran
• Inventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan
• Validasi kejadian di lapangan dengan pemodelan awal
CONTOH PENANGAN LETUSAN GUNUNG MERAPI

3 Tanggap Darurat

• Masa tanggap darurat yang dikeluarkan pemerintah


berdasarkan kajian Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kegunungapian (BPPTKG) Yogyakarta
• Adanya kekhawatiran dari pemerintah terkait anggaran
APBD selama masa tanggap darurat
• Radius ancaman yang terus membesar, membuat jumlah
pengungsi untuk evakuasi juga semakin besar
CONTOH PENANGAN LETUSAN GUNUNG MERAPI

3 UPAYA PEMULIHAN

• Untuk menghilangkan trauma sosial psikologis dan


kejenuhan di tempat pengungsian telah dilakukan berbagai
aktivitas seperti hiburan, konseling, advokasi, tracing
reunifikasi, informasi, dan penyuluhan
• Diadakan bimbingan sosial serta pelatihan-pelatihan sebagai
bekal hidup di kemudian hari
• Penyuluhan kesadaran masyarakat tentang resiko bencana,
melalui sosialisasi dan demonstrasi
• Penyediaan sistem peringatan bahaya, sistem komunikasi
darurat dan informasi bencana
• Pemasangan rambu-rambu peringatan dan jalur evakuasi
PENUTUP
Mitigasi Bencana Gunungapi
CONTOH PENANGAN LETUSAN GUNUNG MERAPI

3 KENDALA

• Bantuan seringkali tidak sebanding dengan jumlah orang


yang membutuhkan sehingga sulit didistribusikan dan
bantuan kurang sesuai dengan kebutuhan pengungsi
• Perlunya koordinasi dalam memenuhi kebutuhan dasar
pengungsi
• Keterbatasan air bersih dan fasilitas MCK
• Kapasitas shelter yang tidak sesuai dengan jumlah pengungsi
dan bercampur baurnya laki-laki dan perempuan
• Tanah yang subur dan aktivitas penambangan sehingga banyak
masyarakat yang beraktivitas di sekitar Gunung Merapi
REKOMENDASI

• Penguatan peraturan perundang-undangan tentang


penggunaan Peta KRB sebagai acuan dalam perencanaan tata
ruang pemerintahan
• Penambahan, pengembangan, dan perawaatan alat monitoring
gunung api.
• Perbaikan manajemen data, sehingga ketika bencana terjadi,
data selalu dalam kondisi terbaru dan siap untuk digunakan
• Peningkatan kapabilitas SDM pemangku kepentingan bencana
melalui pendidikan dan pelatihan.
• Peningkatan kualitas pemodelan dan evaluasi potensi ancaman
bahaya gunung api dengan penelitian dan penyelidikan terkini.
• Pendidikan dasar tentang bencana geologi perlu diterapkan
sejak dini.
• Penguatan diseminasi informasi. Selain sebagai pemberi
informasi juga dapat digunakan melawan berita hoax
REKOMENDASI

• Sosialisasi secara berkala yang berfungsi sebagai mekanisme


penanggulangan bencana melalui pendidikan dan latihan di
bidang kebencanaan (Tagana)
• Pengembangan plan tanggap bencana erupsi gunung api
• Perlunya dilakukan analisa kebutuhan agar bantuan tepat
sasaran sesuai dengan kebutuhan, baik jenis maupun
jumlahnya
• Perlu dibentuk tim penanggulangan resiko bencana berbasis
masyarakat pada tingkat desa, kecamatan di daerah-daerah
rawan bencana (Desa Tanggap Bencana)
• Melakukan pemberdayaan agar masyarakat siaga akan
bencana yang mungkin terjadi setiap waktu, sehingga dapat
meminimalisir resiko bencana (drilling dan simulasi)
• Pembangunan hunian yang sesuai standar yang ditetapkan
sehingga bisa melindungi saat terjadi erupsi
TERIMA KASIH
Mitigasi Bencana Gunungapi

Anda mungkin juga menyukai