Kelompok 2 :
Disusun oleh :
• Gladis Nurfatimah (1501620048)
• Muhammad Anugrah (1501620004)
• Dede Rizky Mulyana (1501620016)
• Reza Nurrohman (1501620014)
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, karena tidak ada manusia yang luput dari
kesalahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Pendahuluan
Teknik listrik atau teknik elektro adalah salah satu bidang ilmu teknik mengenai
aplikasi listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teknik listrik melibatkan
konsep, perancangan, pengembangan, dan produksi perangkat listrik dan elektronik
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Terkait dengan hal tersebut melalui beberapa mata
kuliah teknik elektro yang mana di setiap pembelajarannya memerlukan teori dan
praktek, salah satunya adalah mata kuliah Rangkaian Listrik II. Pembelajaran teori di
dalam mata kuliah Rangkaian Listrik II tentunya perlu dilengkapi dengan praktek dan
diskusi bersama agar dapat mengetahui langsung apa yang sudah dipelajari dalam teori.
Listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak dapat terhindarkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, hampir setiap peralatan dan barang yang ada di
rumah memakai listrik, seperti : lampu, kulkas, televisi yang di mana ketika kabelnya
dihubungkan ke dalam stop kontak maka akan menyala dan berfungsi. Hal ini lantaran
adanya energi dalam bentuk aliran arus listrik. Di mana aliran listrik dapat dihubungkan
melalui beberapa macam bentuk rangkaian. Rangkaian listrik merupakan gabungan
komponen- komponen listrik yang dihubungkan pada sebuah sumber tegangan,
sehingga memiliki fungsi tertentu. Komponen-komponen tersebut memiliki besaran
masing-masing dalam jumlah yang sesuai agar dapat dipadukan menjadi suatu rangkaian
listrik yang stabil. Besaran dari komponen-komponen tesebut tentunya harus diukur dan
diteliti agar tidak terjadi kesalahan penghitungan yang dapat mengakibatkan kegagalan
rangkaian. Perhitungan komponen tersebut dapat berupa tegangan, arus, dan hambatan
di dalam rangkaian listrik.
Suatu rangkaian yang terhubung secara seri maupun paralel yang telah kita
pelajari sebelumnya merupakan contoh rangkaian yang sederhana. Pada rangkaian
sederhana yang mengkombinasikan tahanan-tahanan atau
sumber-sumber yang seri atau paralel dapat kita analisis dengan menggunakan
prinsip pembagian arus dan tegangan sesuai hukum yang telah dipelajari yaitu
Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff. Setelah kita mengenal hukum ohm dan hokum
kirchoff serta penggunaannya dalam analisis rangkaian-rangkaian seri maupun
paralel, terkadang kita menemukan suatu rangkaian yang kompleks
.Kita dapat menyelesaikan rangkaian kompleks tersebut dengan mempelajari
metode-metode untuk menyederhanakannya rangkaian itu sehingga untuk
menyelesaikannya kita dapat lebih mudah dan lebih tepat. Dalam resume ini kita
akan membahas analisis rangkaian dengan teorema norton, star - delta dan delta -
star.
1. Tentukan besar arus yang mengalir pada masin-masing loop pada gambar di
bawah ini;
2. Hitunglah tegangan Node Voltage Vn1 dan Vn2 dari gambar di bawah ini ?
3. Hitunglah VTh pada titik a dan b, dan berapa besar arus yang mengalir pada elemen
tersebut?
4. Hitunglah IN pada titik a dan b, dan berapa besar arus yang mengalir pada elemen
tersebut?
Loop 1 :
∑E =∑I.R
𝑉2 − 𝑉1 = (𝑅1 + 𝑋𝐿 )𝐼1 − (𝑋𝐿 )𝐼2
(20 ∠0) − (5 ∠30) = (50 + 𝑗20)𝐼1 − (𝑗20)𝐼2
Loop 2 :
∑E =∑I.R
𝑉2 = −(𝑋𝐿 )𝐼1 + (𝑋𝐿 + 𝑋𝐶 )𝐼2
𝑉2 = −(𝑋𝐿 )𝐼1 + (𝑋𝐿 + 𝑋𝐶 )𝐼2
20 ∠0 = −(𝑗20)𝐼1 + (𝑗20 − 𝑗60 )𝐼2
20 ∠0 = −(𝑗20)𝐼1 + (−𝑗40 )𝐼2
- Lalu kita cari I1 dengan mengubah kolom satu dengan tegangan dan
dibagi impedansi pada kedua loop tersebut.
𝑉 −𝑉1 −(𝑋𝐿 )
( 2 )
𝑉2 𝑋 𝐿 + 𝑋𝐶
I1 = 𝑅1 +𝑋𝐿 −(𝑋𝐿 )
( )
−(𝑋𝐿 ) 𝑋𝐿 + 𝑋𝐶
20,8⦟ 6,90 − 𝑗20
( )
20 ∠0 𝑗20− 𝑗60
I1 = 50+𝑗20 − 𝑗20
( )
− 𝑗20 − 𝑗40
(20,8 ∠ 6,90 )(−𝑗40) – (20 ∠0)(−𝑗20)
I1 =
(50 +𝑗20)(𝑗20−𝑗60) – (−𝑗20)(−𝑗20)
(20,8 ∠ 6,90 )(40∠−90) – (20 ∠0)(20∠−90)
I1 =
(50 +𝑗20)(−𝑗40) – (−𝑗20)(−𝑗20)
(99,84− 𝐽423,68 )
I1 =
(447,21 ∠− 26,57)
- Lalu kita cari I2 dengan mengubah kolom 2 dengan tegangan dan dibagi
impedansi pada kedua loop tersebut.
𝑅 +𝑋 𝑉2 −𝑉1
( 1 𝐿 )
−(𝑋𝐿 ) 𝑉2
I2 = 𝑅1 +𝑋𝐿 −(𝑋𝐿 )
( )
−(𝑋𝐿 ) 𝑋𝐿 + 𝑋𝐶
(
50 +𝑗20 20,8 ∠ 6,90 )
− 𝑗20 20 ∠0
I2 = 447,21 ∠− 26,57
(50 +𝑗20)( 20 ∠0 ) − (20,8 ∠6,90)(−𝑗20 )
I2 =
447,21 ∠− 26,57
(50 +𝑗20)( 20 ) − (20,64 + j2,5)(−𝑗20)
I2 =
447,21 ∠− 26,57
100 +𝑗400 + 412,8 −𝑗50
I2 =
447,21 ∠− 26,57
𝑗350 + 512,8
I2 =
447,21 ∠− 26,57
620,86 ∠ 34,31
I2 =
447,21 ∠− 26,57
I2 = 1,39 ∠ 𝟔𝟐, 𝟖𝟖 A
- Dan ditemukan :
Arus pada loop 1 = 0,97 ∠ − 𝟓𝟎, 𝟏𝟕 𝑨
Arus pada Loop 2 = 1,39 ∠ 𝟔𝟐, 𝟖𝟖 A
Soal nomor 2
Diketahui :
(𝑗1)(−𝑗0,5)
- R1 = 0,5 Ω atau 0,5 ⦟ 0° ZP =
- R2 = 1 Ω atau 1 ⦟ 0° (𝑗1) + (−𝑗0,5)
0,5 ⦟ 0
- Z1 = -j1 Ω atau 1 ⦟ -90° ZP =
- Z2 = j1 Ω atau 1 ⦟ 90° 0,5 ⦟− 90
- Z3 = -j20,5 Ω atau 0,5 ⦟ -90° ZP = 1 ⦟ 90 atau j1 Ω
- Z4 = j0,5 Ω atau 0,5 ⦟90°
(𝑍2 )(𝑍3 )
- ZP =
(𝑍2 ) + (𝑍3 )
- I2 = 5 ⦟0° A
- V1= 5 ⦟0 V
Admitansi (Y) merupakan kebalikan dari impedansi (Z) .Admitansi satuannya adalah mho
(℧).
1
𝑌1 = 𝑅
1
𝟏
𝒀𝟏 = 𝟎,𝟓 = 𝟐 ℧ atau 2 ⦟ 𝟎 ℧
1
𝑌2 = 𝑍
1
𝟏 𝟏
𝒀𝟐 = −𝒋𝟏 = 𝟏 ⦟−𝟗𝟎 = 1 ⦟ 𝟗𝟎 ℧
1
𝑌3 = 𝑍
𝑝
𝟏 𝟏 ⦟𝟎
𝒀𝟑 = 𝒋𝟏 = 𝟏⦟ 𝟗𝟎 = 𝟏 ⦟ − 𝟗𝟎 ℧
1
𝑌4 = 𝑍
4
𝟏
𝒀𝟒 = 𝟎,𝟓 ⦟𝟗𝟎 = 𝟐 ⦟ − 𝟗𝟎 ℧
1
𝑌5 = 𝑅
2
𝟏
𝒀𝟓 = = 𝟏 ⦟𝟎 ℧
𝟏
- Pertama kita ubah sedikit VN1 Zp VN2
rangkaiannya karena kita mencari
tegangan pada R2 lalu kita beri nama
V2.
V2 = I2 . R2
V2 = (5 ⦟0) (1 ⦟ 0)
V2 = 5 ⦟0 V V2
Berdasarkan VN1
IR1 – IZ1 – IZP’ = 0
𝑉𝑁1 −𝑉1 𝑉 𝑉 −𝑉
1 - 𝑁1 1 - 𝑁1 1 𝑁2 = 0
𝑌1 𝑌2 𝑌3
VN1(𝑌1 ) – V1(𝑌1 ) – VN1(Y2) – VN1(Y3)- VN2(Y3) = 0
VN1(Y1)-VN1(Y2+Y3)-VN2(Y3)-V1(Y1) = 0
VN1(2)-VN1(j1-j1)-VN2(-j1) - 10⦟ 0 = 0
VN1 (2 ⦟ 0) – VN2 (1⦟ -90) - 10⦟ 0 = 0
Berdasarkan VN2
IR2 – IZ4 – IZP’’ = 0
𝑉𝑁2 −𝑉2 𝑉 𝑉 −𝑉
1 - 𝑁2 1 - 𝑁2 1 𝑁1 = 0
𝑌5 𝑌4 𝑌3
VN2(𝑌5 ) – V2(𝑌5 ) – VN2(Y4) – VN2 (Y3)- VN1(Y3) = 0
VN2(Y1)-VN2(Y4+Y5)-VN1(Y3)-V2(Y5) = 0
VN2(1)-VN2(j2) – VN2(1)-VN2(-j1) - 5⦟0 = 0
VN2(2 ⦟- 90) – VN1 (1⦟-90) - 5⦟0 = 0
Dan didapatlah :
Persamaan 1
VN1 (2 ⦟ 0) – VN2 (1⦟ -90) - 10⦟ 0 = 0 atau
VN1 (Y1) – VN2 (Y3) - 10⦟ 0 = 0
Persamaan 2
– VN1 (1⦟-90) + VN2(2 ⦟- 90) - 5⦟0 = 0 atau
– VN1 (Y3) + VN2(Y4) - 5⦟0 = 0
Dan kita mendapat sebuah matriks :
𝑌1 − 𝑌3 𝑉𝑁1
(− 𝑌 𝑌4
)( ) = (− 𝟏𝟎⦟ 𝟎 )
3 𝑉𝑁2 − 𝟓⦟𝟎
- Lalu kita mencari VN1 dengan mengganti kolom satu dengan arus
node
− 𝟏𝟎⦟ 𝟎 − 𝑌3
( )
− 𝟓⦟𝟎 𝑌4
VN1 = 𝑌 − 𝑌3
( 1 )
− 𝑌3 𝑌4
− 𝟏𝟎⦟ 𝟎 −(𝟏⦟−𝟗𝟎)
( )
− 𝟓⦟𝟎 𝟐 ⦟− 𝟗𝟎
VN1 = 𝟐⦟𝟎 −(𝟏⦟−𝟗𝟎)
( )
−(𝟏⦟−𝟗𝟎) 𝟐 ⦟− 𝟗𝟎4
− 𝟏𝟎 −(−𝐉)
( )
− 𝟓 −𝐉𝟐
VN1 = 𝟐 −(−𝐉)
( )
−(−𝐉) −𝐉𝟐
(−𝐽2)(−10) +(−𝐽)(−5)
VN1 = 2
(2)(−𝐽2) − (𝐽)
20𝐽 +5𝐽
VN1 = (−𝐽4) –(−1)
25 ⦟ 90
VN1 = 4,12⦟−75,96
VN1 = 6,06 ⦟165,96 V
- Lalu kita mencari VN2 dengan mengganti kolom satu dengan arus
node
𝑌1 − 𝟏𝟎⦟ 𝟎
( )
− 𝑌3 − 𝟓⦟𝟎
VN2 = 𝑌 − 𝑌3
( 1 )
− 𝑌3 𝑌4
𝟐 ⦟− 𝟗𝟎 − 𝟏𝟎⦟ 𝟎
( )
−(𝟏⦟−𝟗𝟎) − 𝟓⦟𝟎
VN2 = 4,12⦟−75,96
−𝐣𝟐 −𝟏𝟎
( )
−(−𝐣) −𝟓
VN2 = 4,12⦟−75,96
(−𝐽2)(−5) +(−𝐽)(−10)
VN2 = 4,12⦟−75,96
10𝐽 +10𝐽
VN2 = 4,12⦟−75,96
20 ⦟ 90
VN2 = 4,12⦟−75,96
VN2 = 4,85 ⦟165,96 V
- Kami tidak mencari arah dan besar IZP karena yang ditugaskan hanya
mencari VN1 dan VN2.
Soal nomor 3
– kita lepas XL karena kita akan mencari nilai arus yang melewatinya dan
kebetulan itu membentuk “delta” dan kita sudah belajar konversi dari
Delta-Wye maka kita ubah ke bentuk “wye” untuk mempermudah.
ZA
ZB
ZB
(𝑅1 )(𝑅2)
ZB =
(𝑅1 +𝑋𝐶 +𝑅2) Vab = VZB = VTH
ZB = 4.456,5 ∠ 77,05
ZTH = (XC + R1 ) || R2
𝑉𝑇𝐻
IXL =
(𝑍𝑇𝐻 + 𝑋𝐿)
𝑉𝑇𝐻
IXL =
(𝑍𝑇𝐻 + 𝑋𝐿)
445.650 ∠ 77,05
IXL= ( 1.023,5 + j4.316,5 Ω+ 𝑗4000)
445.650 ∠ 77,05
IXL= ( 1.023,5 + j8.316,75)
445.650 ∠ 77,05
IXL= ( 8.379,24 ⦟82,98)
ZN = (XC + R1) || R2
(XC + R1)( R2)
ZN =
(XC + R1)+ R2
(41.000 −𝑗200)(5.000)
Z N= 46.000 −𝐽200
(41.000,49∠−0,28)(5.000∠ 0 )
Z N= 46.000 ,43∠−77,05
ZN= 4.450 Ω ∠76,77 atau 1.023,5 +
j4.316,5 Ω
- Dengan kondisi seperti diatas,maka tidak ada arus yang mengalir pada R2. jadi,
𝑅1
IN = IT
𝑅1 +𝑋𝐶
41.000 ∠ 0
IN = 100 ∠ 0
41.000 −𝑗200
41.000 ∠ 0
IN = 100 ∠ 0
41.000,49∠−0,28
IN = 100 ∠ 0 . 0,99 ∠0,28
IN = 100 ∠ 0 . 1 ∠0,28
IN = 100 ∠ 0,28 A
- Lalu kita buat rangkaian Penggantinya,dan tentukan nilai I XL
𝑍𝑁
IXL = IN
𝑍𝑁 +𝑋𝐿
𝑍𝑁
IXL = 100 ∠ 0,28
𝑍𝑁 +𝑋𝐿
𝑍𝑁
IXL = 100 ∠ 0,28
𝑍𝑁 +𝑋𝐿
4.450 Ω∠76,77
IXL = 100 ∠ 0,28
1.023,5 + j4.316,5 +𝐽4.000
4.450 Ω∠76,77
IXL = 100 ∠ 0,28
1.023,5 + j8.316,5
4.450 Ω∠76,77
IXL = 100 ∠ 0,28
8.379,24 ∠82,98
IXL = 50,91 ∠ − 5,93 A
𝑅1 .𝑋𝐶1 𝑅2 .𝑋𝐶1
ZA = ZB =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑋𝐶1 12,04 ∠−41,63
4.(−𝐽8) 5.(−𝐽8)
ZA = ZB =
4 + 5−𝐽8 12,04 ∠−41,63
−32𝐽 40 ∠−90
ZA = ZB =
9−𝐽8 12,04 ∠−41,63
32 ∠−90 ZB= 3,32 ∠ − 48,37 atau 2,13-j2,49 Ω
ZA =
12,04 ∠−41,63
ZA= 2,66 ∠ − 48,37 atau 1,75-1,99j Ω ZC =
𝑅2 .𝑅1
12,04 ∠−41,63
20
ZC =
12,04 ∠−41,63
20 ∠0
ZC =
12,04 ∠−41,63
ZC= 1,66 ∠41,63 atau 1,25 + j1,1 Ω
- Langkah selanjutnya kita selesaikan dengan seri ZC dengan
XC2 dan ZB dengan XL
ZS1 = ZC + XC2
ZS1 = 1,25 +j1,1 -j6
ZS1 = 1,25 - j4,9 Ω atau 5,06 Ω ∠ − 75,67
ZS2 = ZB + XL
ZS2 = 2,13 - j2,49 + j4
ZS2 = 2,13 + j1,41 atau 2,55 Ω ∠ 33,50
Kesimpulan
Setelah menyelesaikan tugas dan membaca materi ini kita dapat simpulkan
bahwa dalam penyederhanaan menggunakan Analisis node, Mesh,Thevenin,Northon
Transformasi Star-Delta atau Delta-Star, kita tidak bisa sembarang menyelesaikan
dengan salah satu transformasi tersebut. Untuk itu pentingnya untuk memahami soal
yang ditugaskan.