TRANSIEN RL ARUS DC
Di susunOleh :
Kelompok III
AwaliaSeptyani (5115150661)
Citra Tri Ayuningtias (5115152673)
DesiAndriani (5115153789)
DetiaNurindah Sari (5115155603)
Fajar Arif (5115152293)
Gabriellia Surya Putri (5115151262)
SitiBayani (5115151046)
FAKULTAS TEKNIK
2016
Rasa syukur yang sangat mendalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga
melalui rahmat-Nya yang tiada terkira tugas makalah saya dengan judul “resume rangkaian
listrik” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang resume materi tentang teorema superposisi, thevenin,
Norton, dan transien sengaja dipilih karena menurut kami, wawasan tentang materi ini sangat
luas sehingga harus kita pelajari lebih mendalam. Untuk dicermati dan perlu mendapat
dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah banyak membantu
kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
PENDAHULUAN
Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah membahas materi mengenai teorema star delta.
Untuk menambah wawasan dan ilmu kita, maka kami memperdalam pembahasan
teorema Thevenin, teorema Norton, transien RL arus DC
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep penyederhanaan arus bolak-balik.
2. Mahasiswa mengetahui serta memahami konsep teorema Thevenin dalam
penyederhanaan arus bolak-balik.
3. Mahasiswa mengetahui serta memahami konsep teorema Norton dalam
penyederhanaan arus bolak-balik
4. Dapat memahami gejala dan konsep transien pada rangkaian RL
5. Dapat menyelesaikan rangkaian transien
PEMBAHASAN
1. TEOREMA THEVENIN
Teorema ini ditemukan oleh seorang insinyur Perancis yang bekerja di bidang
telegraph bernama M.L Thevenin. Tujuan dari teorema ini adalah untuk
menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat rangkaian pengganti
berupa sumber tegangan yang di hubungkan secara seri dengan suatu resistansi
ekuivalennya.
Pada teorema Thevenin berlaku :
“suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari
satu buah sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah
tahanan ekuivalennya pada dua terminal yang diamati”.
suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa sumber tegangan dan impedansi,
dapat diubah menjadi :
1. Satu sumber arus pengganti Thevenin (VTH).
2. Satu sumber impedansi pengganti Thevenin yang tersusun secara seri.
Z1 = 2j Z3 = 4 Ω
Z2 = -j
VB = 6 ∠ 0°
VA = 2 ∠ 0°
𝒁𝟏 ∙ 𝒁𝟐
𝒁𝑻𝑯 =
𝒁𝟏 + 𝒁𝟐
2j(−j)
ZTH =
2j + (−j)
= 2j
= 2∠ − 90
= −𝟐𝐣
𝐕𝐁 − 𝐕𝐀
𝐈𝐓𝐇 =
𝐙𝟏 + 𝐙𝟐
6∠0° − 2∠0°
ITH =
j
𝐕𝐓𝐇 = 𝐕𝐁 − 𝐈𝐓𝐇 ∙ 𝐙𝟐
𝐕𝐓𝐇 = 𝐕𝐀 − 𝐈𝐓𝐇 ∙ 𝐙𝟏
𝐕𝐓𝐡
𝐈=
𝐙𝐓𝐡 +𝐙𝟑
10∠0
=
4−2j
10∠0°
= = 2,24∠26,56°
4,47∠ − 26,56°
2. TEOREMA NORTON
IN
ZN
Z1 = 2j Z3 = 4 Ω
Z2 = -j
VB = 6 ∠ 0°
VA = 2 ∠ 0°
2j ∙ (−j)
ZN =
2j + (−j)
2
= = 2 ∠ 0°
j
= -2j
𝐕𝐀 𝐕𝐁
𝐈𝐍 = +
𝐙𝟏 𝐙𝟐
𝟐∠𝟎° 𝟔∠𝟎°
𝐈𝐍 = +
𝟐𝐣 −𝐣
𝟐∠𝟎° 𝟔∠𝟎°
= +
𝟐∠𝟗𝟎° 𝟏∠−𝟗𝟎°
= 𝟏∠ − 𝟗𝟎° + 6∠𝟗𝟎°
= -j +6j = 5j
= 𝟓∠𝟗𝟎°
Maka dapat diperoleh besar nilai arus yang mengalir (I), yaitu:
ZN
I= . IN
ZN + Z2
-2j
= . 5j
4-2j
10
=
4-2j
10∠0°
=
4,47∠-26,56°
= 2,24∠26,56°
Z1 = 𝒁𝑨+𝒁𝒁𝑨𝑩𝒁+𝑪 𝒁𝑪
𝒁𝑩 𝒁𝑪
Z2 =
𝒁𝑨 + 𝒁𝑩 + 𝒁𝑪
𝒁𝑨 𝒁𝑩
Z3 =
𝒁𝑨 + 𝒁𝑩 + 𝒁𝑪
𝐙𝟏 𝐙𝟐 +𝐙𝟏 𝐙𝟑 + 𝐙𝟐 𝐙𝟑
ZA =
𝐙𝟐
𝐙𝟏 𝐙𝟐 +𝐙𝟏 𝐙𝟑 + 𝐙𝟐 𝐙𝟑
ZB =
𝐙𝟏
𝐙𝟏 𝐙𝟐 +𝐙𝟏 𝐙𝟑 + 𝐙𝟐 𝐙𝟑
RC =
𝐙𝟑
Catatan : Dua Persamaan diatas sangat dipengaruhi oleh posisi Z pada gambar,
jika peng-index-an gambar diganti, maka permasaan harus
disesuaikan lagi dengan gambar.
Penyelesaian :
Bila kita melihat Z1, Z2, dan Z3 sebagai suatu rangkaian Δ dan ingin menggantinya
dengan rangkaian Y, kita bisa mengubah rangkaian jembatan ini menjadi
rangkaian yang lebih sederhana yaitu rangkaian seri-paralel:
Z 1 Z2
ZA =
Z1 + Z2 + Z3
−4j.−4j
=
−4j+(−4j)+4j
16j2
=
4j
= - 4j
Z1 Z3 −16j2
ZC = ZB = = = 4j
Z1 + Z2 + Z3 −4j
ZA1 = ZA2 = ZB + Z4
= 4j + 2
= 2+4j
(2+4j)(2+4j)
Zp =
2+4j+2+4j
4+8j+8j+16j2
=
4+8j
4+16j+16j2
=
4+8j
−12+16j
=
4+8j
20∠126,86°
=
8,9∠63,43°
Zp = 2,2 ∠ 63,43° Ω
Zp = 0,98 + 1,96 j
Contoh alat yang mengalami masa Transien dan Stasioner yaitu solder dan
kompor listrik. Stasioner terjadi saat solder telah panas dan dapat melelehkan timah.
Sedangkan pada kompor listrik masa stasioner terjadi pada saat kumparan berwarna
merah atau telah panas.
R XL
V
𝐝𝐢
𝛜 = −𝐋
𝐝𝐭
di
𝚺𝛜 = 𝐑 ∙ 𝐈 V−L =R∙I
dt
1 d(V − R ∙ I) 1
− = dt
R (V − R ∙ I) L
d(V − R ∙ I) R
= − dt
(V − R ∙ I) L
I t
d(V − RI) R
∫ = − ∫ dt
V − RI L
0 0
1 R t
[Ln (V − RI)I] = − [t]
0 L 0
V − RI R
Ln =− t
V L
RI −
Rt
1− =e L
V
V −
Rt
I = (1 − e L )
R
V
IM = Io =
R
Rt
I = Io (1 − e− L )
__________________________________________ × R
Rt
IR = R. I0 (1 − e− L )
Rt
VR = V ( 1 − e− L )
Rt
−
d(Io (1 − e L)
VL = L
dt
V = VR + VL
Rt Rt
V = V ( 1 − e− L ) + (Ve− L )
B. TETAPAN WAKTU TC
V Rt
I= (1 − e− L )
R
L
t = , maka
R
L R
I = Io (1 − e−Rx L )
I = Io (1 − e−1 )
1
I = I0 (1 − )
e
RANGKAIAN LISTRIK II | TRANSIEN Page 16
I = Io (1 − 0,368)
I = 0,632. Io
Keterangan:
L
Untuk t = R disebut tetapan waktu TC
Untuk t = 5 TC dianggap arus telah mencapai nilai maksimum
L
Jika R kecil, berarti rangkaian cepat mencapai keadaaan stasioner
C. DAYA SESAAT
Pada Hambatan R
PR = VR I
Rt Rt
= V (1 − e− L ) xIo (1 − e− L )
Rt 2Rt
− −
= VI0 (1 − 2e L +e L )
Pada Induktor L
Rt Rt
PL = VL . Io = Ve− L x I0 (1 − e− L )
Daya Total
Pt = PR + PL
Rt
= VI0 (1 − e− L )
𝐑𝐭
𝐕𝟐
𝐏𝐭 =
𝐑
(𝟏 − 𝐞− 𝐋 )
Rangkaian dalam keadaan stasioner saklar di pindahkan dari posisi (1) ke (2)
mengakibatkan elemen R dan L terhubung pendek.
0 = VL + VR
di
R.I = - L untuk, t = 0, t =t
dt
di
=-
R
dt I = I0 , I =I
dt L
I dI R t
∫I = - ∫0 dt
0 I L
R
[Ln I]II0 = - [t]t0
L
R
I = I0 e − L t
di
R. I = - L
dt
R
R. I = R I0 e− L t
𝐑
𝐕𝐑 = V 𝐞− 𝐋 𝐭
dI
VL = L
dt
R
VL = L d (I0 e− L t )
R
R
= L I0 (− ) e− L t
L
𝐑
𝐕𝐋 = −𝐕𝟎 𝐞− 𝐋 𝐭
Jadi, V = VR + VR
𝐑 𝐑
V = V 𝐞− 𝐋 𝐭 - V 𝐞− 𝐋 𝐭 = 0
Grafik arus peralihan setelah hubung singkat
PR = VR . I
R
PR = V I0 e−2 L t
𝐕 𝟐 −𝟐𝐑 𝐭
𝐏𝐑 = 𝐞 𝐋
𝐑
PL = VL . I
R
PL = −V I0 e−2 L t
𝐕 𝟐 −𝟐𝐑 𝐭
𝐏𝐋 = − 𝐞 𝐋
𝐑
Daya Total
𝐏𝐓 = 𝐏𝐑 + 𝐏𝐋 = 𝟎
CONTOH SOAL
Pembahasan:
Diketahui:
R = 10 Ω
L = 0,4 H
V = 100 V
Penyelesaian:
Rt
V
a. I = (1 − e− L )
R
100 10t
−
I= (1 − e 0,4 )
10
10t
−
I = 10 (1 − e 0,4 )
I = 10(1 − e−25t )
Rt
b. VR = V ( 1 − e− L )
VR = 100 ( 1 − e−25t )
Rt
c. VL = Ve− L
VL = 100e−25t
d. Waktu peralihan
L
t=
R
0,4
t=
10
t = 0,04 detik
LATIHAN SOAL
1. Carilah nilai I pada rangkaian dibawah ini dengan Teorema Thevenin !
Pembahasan:
Diketahui : V = 2 ∠ 0° Z2 = - 2 j
Z1 = 6 Z3 = 5 j
Ditanya : I?
Jawab :
a. Sumber dishort, lepaskan komponen yang dicari.
Zab = ZTh
Z1 . Z2
ZTh =
Z1 + Z2
(6)(−2 j) − 12 j
= =
6+2 j 6−2 j
12 ∠−90°
=
6,32 ∠−18,43
𝐙𝐓𝐡 = 1,9 ∠ 71,57 Ω
V
ITh = VTh = ITh . Z2
Z1 + Z2
2∠0
= = (0,32 ∠ 18,43) (- 2 j)
6,32 ∠−18,43
𝐈𝐓𝐡 = 0,32 ∠ 18,43 A = (0,32 ∠ 18,43) ( 2 ∠ - 90°)
𝐕𝐓𝐡 = 0.64 ∠ - 71,57°
𝑉𝑇𝐻
VTh
I=
ZTh + Z3
Pembahasan:
Diketahui :
V1 = 10 ∠ 20° Z1 = 13 Z2 = -10j + 4 j = -6j
V2 = 8 ∠ 10° Z3 = 4+5 j
Ditanya: IT .....???
Jawab:
a. Ubah rangkaian diatas kedalam bentuk impedansi
13(−6j)
ZTH =
13 + (−6j)
−78j
=
13 − 6j
78∠−90°
= 14,3∠−24,8°
= 5,45∠ − 65,2°
e. Pasang kembali sumber tegangan, atau sumber arus dan tentukan besar VTh?
Tentukan lebih dahulu ITh
𝐕𝐁 − 𝐕𝐀
𝐈𝐓𝐇 =
𝐙𝟏 + 𝐙𝟐
𝐕𝐓𝐇 = 𝐕𝐁 − 𝐈𝐓𝐇 ∙ 𝐙𝟐
𝐕𝐓𝐇 = 𝐕𝐀 − 𝐈𝐓𝐇 ∙ 𝐙𝟏
49,5∠ − 79,04°
=
2,29 − 4,9j + 4 + 5j
49,5∠−79,04°
= 6,29+0,1j
49,5∠−79,04°
= 6,29∠0,91°
Pembahasan:
Diketahui : V1 = 10 ∠ 0° Z1 = 3 + j Z3 = 1 + 5 j
V2 = 6 ∠ 0° Z2 = 2 – 4 j
Ditanya :
Jawab :
a. Ubah rangkaian diatas dalam bentuk impedansi
Z1 Z2
Z3
Z1 Z2
ZN
Z1 .Z3
ZN =
Z1 + Z3
( 3+j ) ( 1+5 J)
=(
3+j )+ ( 1+5 J)
( 3+j ) ( 1+5 J)
=
4+6 j
(3,2 ∠ 18,43) (5,1 ∠ 78,69)
=
7,21 ∠ 56,31
V2
V1
ZN
ΣI = 0
I1 + I2 − IN = 0
IN = I1 + I2
V1 V2
IN = +
Z1 Z3
10∠0° 6∠0°
= +
3,2∠18,43 5,1∠78,69
= (3,125 ∠ − 18,43°) + (1,18 ∠ − 78,69)
= (2,96 − 0,98j ) + ( 0,23 − 1,157 j )
= 𝟑, 𝟏𝟗 − 𝟐, 𝟏𝟒 𝐣
Pembahasan:
Diket :
V = 20∠45° Volt XLc = 10 Ω
RA = 20Ω XL4 = 20 Ω
RB = 30Ω XL5 = 10
R5 = 25 Ω
Ditanya: ZT dan IT .............?
a. Ubah rangkaian pada soal menjadi bentuk impendasi terlebih dahulu.
IT
Z2,4 = Z2 + Z4
Z1,5 = Z1 + Z5
Tahap 2
Paralelkan Z2,4 dengan Z1,5
Z2,4// Z1,5 = ZP
Z1,5 .Z2,4
ZP =
Z1,5 + Z2,4
(𝟎,𝟕𝟔 + 𝟐𝟑,𝟖𝟒𝐣)(𝟐𝟔,𝟏𝟓 − 𝟒,𝟐𝟒𝐣)
Zp = (
𝟎,𝟕𝟔 + 𝟐𝟑,𝟖𝟒𝐣)+(𝟐𝟔,𝟏𝟓 − 𝟒,𝟐𝟒𝐣)
(23,85∠88,17°)(4,75∠−63°)
=
(26,91+19,6j)
(23,85∠88,17°)(4,75∠−63°)
=
(19,78∠82,18°)
(13,53∠25,17°)
=
(19,78∠82,18°)
= 𝟎, 𝟔𝟖𝟒∠ − 𝟓𝟕, 𝟎𝟏°
Tahap 3
ZTotal = Z3 + Zp
ZTotal = (11,76∠ − 11,30°) + (0,684∠ − 57,01°)
ZTotal = (19,37-3,87j) + (0,37-0,573j)
ZTotal = (19,74 - 4,44j) = 𝟏𝟕, 𝟑𝟐∠ − 𝟏𝟒, 𝟗𝟓°
d. Mencari IT
𝟐𝟎∠𝟒𝟓°
=
𝟏𝟕,𝟑𝟐∠−𝟏𝟒,𝟗𝟓°
= 𝟏, 𝟏𝟓∠𝟓𝟗, 𝟗𝟓°
Diketahui:
Z1 = 3 + 6j ZA = 1 + 2j
Z2 = 3 + 6j ZB = 1 + 2j
Z3 = 3 + 6j ZC = 1 + 2j
Z1 = Z2 = Z3 = 6,7 ∠ 63,43°
ZA = ZB = ZC = 2,23 ∠ 63,43°
Ditanya: ZT
Jawab:
a. Konversikan “Y” menjadi “Δ” ekivalensinya, karena resistor yang tersambung “Y”
memiliki nilai-nilai yang sama. Ekivalen “Δ” nya akan memiliki nilai-nilai sebesar
c. Kita lihat bahwa sisi yang dihasilkan “Δ” adalah susunan paralel, sehingga nilai total
resistansinya dapat dihitung dengan mudah
ZT = ZP1 // (ZP2 + ZP3)
1,5+3,01j . (1,5+3,01j+1,5+3,01j)
=
1,5+3,01j+(1,5+3,01j+1,5+3,01j)
1,5+3,01j . (3+6,02j)
=
(4,5+9,03j)
(22,57 ∠ 126,97°)
=
(10,08 ∠ 63,51°)
ZT = 2,24 ∠ 63,46°
RANGKAIAN LISTRIK II | TRANSIEN Page 34
6. Rangkaian dengan R = 5 Ω dan L = 2 H dihubungkan tiba-tiba pada 3 V. Berapa
harga setelah 2 detik untuk :
a. Arus
b. Besar persamaan arus
Pembahasan:
Diketahui :
R=5Ω
L=2H
V=3V
t = 2 dtk
Ditanyakan :
a. Arus
b. Besar persamaan arus
Jawab :
= 3(1 − e−1 )
1
= 3 (1 − )
e
= 3(1 − 0,367)
= 3(0,63)
= 𝟏, 𝟖𝟗𝟕 𝐀
b. Besar arus peralihan (∆I)
∆I = 𝐈𝟏 - 𝐈𝟎
= 1,897 - 0
= 𝟏, 𝟖𝟗𝟕 𝐀
7. Kumparan dengan tahanan 25Ω dan induktansi 0,5H dihubungkan pada sumber
tegangan 125 V arus searah. Hitunglah :
a) Besar arus peralihan (I)
b) Tegangan pada tahanan (VR)
c) Tegangan pada Induktor (VL)
d) Waktu peralihan
Pembahasan:
Diketahui :
R = 25Ω
L = 0,5 H
Ditanya :
Jawab :
Rt
b) VR = V (1 − e− L )
25t
−
= 125V (1 − e 0,5 )
𝐕𝐑 = 𝟏𝟐𝟓(𝟏 − 𝐞−𝟓𝟎𝐭 )
Rt
c) VL = Ve − L
25t
−
= 125e 0,5
𝐕𝐋 = 𝟏𝟐𝟓𝐞−𝟓𝟎𝐭
d) Waktu peralihan
L 𝟎, 𝟓
= = 𝟎, 𝟎𝟐 𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤
R 𝟐𝟓
Pembahasan:
Diketahui :
R=5Ω
L= 5H
V = 50 V
Ditanya :
a. Daya sesaat pada resistor (PR) ?
b. Daya sesaat pada Induktor (PL)?
c. Daya total (Pt) ?
= 𝟏𝟎(1 - 𝟎, 𝟑𝟔𝟕 ) A
= 6,321 A
Rt
a. VR = V (1 − e− L )
−5
= 50 (1 − e 5 (1) )
=31,6 V
−𝑅 −2𝑅
𝑡 𝑡
PR = V.I ( 1 – 2 𝑒 𝐿 +𝑒 𝐿 )
−5 2(−5)
(1)
= 31,6 (6,321) (1 − 2e 5 (1) +e e 5
)
Pembahasan:
Diketahui :
R = 20 Ω
L= 2H
V = 100 V
Ditanyakan :
I, VR , VL & PR ?
Jawab :
Pada saat t = 0,
−R
V
I = R .e L t
20
100
= . e− 2 (0)
20
= 5 . e0
= 5A
−R
VR = V(1 - e L t )
20
(0)
= 100 ( 1 − e− 2 )
= 100. 0 = 0 V
RANGKAIAN LISTRIK II | TRANSIEN Page 39
−R
VL = V. e L t
20
= 100. e− 2 (0)
= 100. e0
= 100 V
−R −2R
PR = V.I ( 1 – 2 e L t + e L
t
)
20 2.20
(0) (0)
= 500 . ( 1 - 2e− 2 + e− 2 )
= 500.(2)
= 1000 Watt
10. Pada rangkaian berikut ini dalam keadaan stasioner, saklar dipindahkan dari posisi
1 ke posisi 2. Maka hitunglah I, VR , VL pada saat t =0 ?
Pembahasan:
Diketahui : R = 50 Ω
L= 2H
V = 100 V
Ditanyakan : I, VR , VL ?
−R
V
I=R .e L t
50
100
= . e− 2 (0)
50
= 2 . e0
= 2A
−R
VR = V . e L t
50
(0)
= 100 . e− 2
= 100. e0
= 100 V
−R
VL = - V. e L t
50
= - 100. e− 2 (0)
= - 100 . e0
= -100 V