Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK 1

TEOREMA THEVENIN DAN NORTON

Dosen Pengasuh :

Ir. Siswandi,. M.T.

Nama Kelompok :

1. Dwi Rahmah Sari (062230310407)


2. Fikriansyah (062230310408)
3. Kabita Sari (062230310409)
4. M. Zaidan Hafizh (062230310410)

PROGRAM STUDI D III TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………………………

BAB I TEORI

1.1 Teorema Thevenin…………………………………………………………………


1.2 Teorema Norton…………………………………………………………………...

BAB II RANGKAIAN PRAKTIKUM

2.1 Rangkaian Praktikum Thevenin…………………………………………………….


2.2 Rangkaian Praktikum Norton………………………………………………………
2.3 Peralatan dan Komponen…………………………………………………………...
2.4 Data Hasil Praktikum……………………………………………………………….

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pembahasan Thevenin………………………………………………………..


3.2 Hasil Pembahasan Norton………………………………………………………….

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………
4.2 Saran……………………………………………………………………………………….
BAB I
TEORI
1.1 Teorema Thevenin
 Pengertian Teorema Thevenin

Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang menyederhanakan
suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana dengan cara membuat suatu rangkaian
pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah resistansi
yang ekivalen. Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila diaplikasikan pada analisis
rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan rangkaian interkoneksi yang dapat
mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian lainnya. Teorema Thevenin ini ditemukan oleh
seorang insinyur yang berasal dari Perancis yaitu M.L. Thevenin.

 Bunyi Teorema Thevenin

 Teorema Thevenin menyatakan bahwa :


Setiap Rangkaian linear yang terdiri dari beberapa tegangan dan resistor dapat digantikan dengan
hanya satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung secara seri.

 Contoh soal dan perhitungan

Pada gambar dibawah ini, carikan VTH, RTH dan arus beban dan tegangan pada resistor beban
dengan menggunakan Teorema Thevenin.

Langkah 1.

Lepaskan Resistor beban 5kΩ.


Langkah 2.

Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).

Setelah kita buka Resistor beban  (langkah 1), rangkaiannya akan berbentuk seperti pada gambar
dibawah ini. Arus listrik yang mengalir ke Resistor 12kΩ dan 4kΩ adalah 3mA (Ingat Hukum
Ohm, I= V/R = 48V/(12kΩ+4kΩ) = 0,003A atau 3mA). Resistor 8kΩ tidak dihitung, karena
Resistor 8kΩ adalah rangkaian terbuka maka arus tidak akan mengalir sampai ke resistor
tersebut.

Tegangan pada Resistor 4kΩ adalah 12V yaitu dengan perhitungan 3mA x 4kΩ. Dengan
demikian, Tegangan pada Terminal AB juga adalah 12V. Oleh karena itu, VTH = 12V.

Langkah 3.

Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada
gambar dibawah ini :
Langkah 4.

Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut dengan
Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).

Kita telah menghilangkan Sumber Tegangan 48V dengan melepaskan sumber arus listriknya dan
hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada langkah ke-3, sehingga sumber tegangan
adalah ekivalen dengan 0 (V=0). Maka hubungan Resistor 8kΩ adalah seri dengan Paralel
resistor 4kΩ dan 12kΩ. Jadi perhitungan untuk mencari RTH adalah sebagai berikut :

RTH = 8kΩ + ((4kΩ x12kΩ)/(4kΩ+12kΩ)


RTH = 8kΩ + 3kΩ
RTH = 11kΩ

Langkah 5.

Hubungkan secara Seri Resistor RTH dengan sumber tegangan VTH dan hubungkan kembali
Resistor Beban 5kΩ seperti pada gambar dibawah ini. Inilah hasil dari perhitungan Teorema
Thevenin atau disebut dengan Rangkaian Ekivalen Thevenin.
Langkah 6.

Sekarang mari kita aplikasikan ke teori Hukum Ohm, hitung total arus beban dan tegangan beban
seperti pada gambar 6.
Baca juga : Pengertian dan Bunyi Hukum Ohm.

Mecari Arus Beban (IL) :

IL = VTH / (RTH + RL)


IL = 12V / (11kΩ + 5kΩ)
IL = 12 /16kΩ
IL = 0,75Ma

Dan

Mencari Tegangan Beban (VL) :

VL = IL x RL
VL = 0,75mA x 5kΩ
VL = 3,75V

1.2 Teorema Norton


 Pengertian Teorema Norton

Teorema Norton (Norton Theorem) adalah salah satu Teori atau alat analisis yang dapat
digunakan untuk menyerderhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian yang
lebih sederhana. Berbeda dengan Teorema Thevenin yang penyederhanaannya menggunakan
sumber tegangan (Voltage Source) ekivalen dengan merangkai resistor ekivalen secara seri,
Teorema Norton menyederhanakannya dengan menggunakan sumber Arus (Current Source)
ekivalen dan perangkaian resistor ekivalen secara paralel.
Teorema Norton ini berasal dua orang peneliti yang bernama Hans Ferdinand Mayer dari
Siemens & Halske dan Edward Lawry Norton dari Bell Labs. Karena ditemukan oleh dua orang
peneliti, Teorema Norton ini juga sering disebut dengan Teorema Mayer – Norton (Mayer –
Norton Theorem).

 Bunyi Teorema Norton

Teorema Norton menyatakan bahwa :

Setiap jaringan listrik linear atau rangkaian rumit tertentu dapat digantikan oleh rangkaian
sederhana yang hanya terdiri dari sebuah Arus sumber (IN) dan sebuah Resistor yang
diparalelkan (RN).

Rangkaian pengganti tersebut dinamakan juga dengan Rangkaian Ekivalen Norton.

 Contoh soal dan perhitungan

Pada gambar dibawah ini, carikan Nilai Resistansi Norton (RN) dan Arus Norton (IN) serta
Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL) dengan menggunakan Teorema Norton.

Penyelesaian :

Langkah 1.

Hubung singkat Resistor beban 15Ω seperti pada gambar berikut ini :
Langkah 2.

Hitung atau ukur arus rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut dengan Arus Norton
(IN).Kita telah melakukan hubungsingkat (short) terminal AB untuk mendapatkan Arus Norton
(IN) sehingga Resistor 60Ω dan 30Ω menjadi terhubung secara paralel. Kedua resistor tersebut
kemudian terhubung seri terhadap resistor 20Ω.
Dengan demikian Total Resistansi (Rt) yang akan terhubung ke Sumber adalah sebagai berikut :

Rt = 20Ω + (60Ω || 30Ω) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )


Rt = 20Ω + ((30Ω x 60Ω) / (30Ω + 60Ω))
Rt = 20Ω + 20Ω
Rt = 40Ω

Setelah mendapatkan nilai Total Resistor (Rt), maka selanjutnya adalah menghitungkan Arus
listrik yang mengalir dengan menggunakan Hukum Ohm :

It = V / Rt
It = 12V / 40Ω
It = 0,3A

Kemudian carikan nilai arus sumber (ISc) yang juga sama dengan nilai arus Norton (IN) dengan
menggunakan prinsip Pembagi Arus (Current Divider Rule).

ISc = IN = 0,3A ((60Ω / (30Ω + 60Ω))


ISc = IN = 0,2A

Jadi Arus Norton adalah 0,2A.


Langkah 3.

Lepaskan Arus Sumbernya, Short atau Hubungsingkatkan Tegangan Sumber dan lepaskan
Resistor Beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 4.

Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan Resistansi
Norton (RN).
Karena Tegangan sumber dihubungsingkatkan pada langkah 3,  maka tegangan sumbernya sama
dengan 0. Seperti pada gambar, kita dapat melihat Resistor 30Ω adalah berhubungan Seri dengan
Resistor 60Ω dan 20Ω. Perhitungan untuk mencari Resistor Norton (RN) adalah sebagai berikut :

RN = 30Ω + (60Ω || 20Ω)) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )
RN = 30Ω + ((60Ω x 20Ω) / (60Ω + 20Ω))
RN = 30Ω + 15Ω
RN = 45Ω

Jadi, Nilai Resistor Norton (RN) adalah 45Ω.


Langkah 5.

Hubungkan Resistor Norton (RN) secara paralel dengan sumber arus (IN) dan pasangkan kembali
Resistor beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 6.

Langkah terakhir adalah menghitung nilai arus beban dan nilai tegangan beban pada Resitor
beban berdasarkan Hukum Ohm :

Menghitung Arus Beban (IL) yang mengalir melalui Resistor beban (RL)

IL = IN x ((RN / (RN + RL))


IL = 0,2A x ((45Ω / ((45Ω + 15Ω))
IL = 0,15A

Dan

Menghitung Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL)


VL = IL x RL
VL = 0,15A x 15Ω
VL = 2,25V

Jadi Arus Beban yang mengalir melalui Resistor Beban adalah 0,15A, sedangkan Tegangan
bebannya adalah 2,25V.

Dari Rangkaian aslinya sampai ke Rangkaian Ekivalen Norton, kita dapat melihat perbedaan
yang sangat besar, rangkaian Ekivalen Norton lebih sederhana dan lebih mudah untuk
merangkainya.

 
BAB II
RANGKAIAN PRAKTIKUM
2.1 Rangkaian Praktikum Thevenin

Langkah langkah

1) Beban R1 dilepas,rangkaian menjadi

2) Sumber 12 Volt diganti hubung singkat menjadi

3) Ukur RAB dan ini disebut tahanan thevenin ( Rth)


4) Sumber tegangan di pasang kembali
5) Ukur tegangan pada titik A dan B dan disebut sebagai tegangan thevenin (Rth)
6) Buat rangkaian thevenin seperti pada gambar dan hubungkan beban

2.2 Rangkaian Praktikum Norton

2.3 Peralatan dan Komponen

 Alat ukur Multimeter


 Kabel penghubung
 Papan penghubung (PCB)
 Resistor
 R1 = 10 ohm
 R2 = 68 ohm
 R3 = 100 ohm
 R4 = 330 ohm
 R5 = 470 ohm

2.4 Data Hasil Praktikum


 Data hasil Pengukuran Teorema Thevenin

VS R1 R2 Rth Vth
12 V 10 ohm 68 ohm 78 ohm 10,2 V
RL IL VL
100 ohm 57 MA 5,7 volt
330 ohm 25 MA 8,25 volt
470 ohm 18 MA 8,46 volt

 Data hasil pengukuran Teorema Norton

VS R1 R2 In Rn
12 V 10 ohm 68 ohm 0,13 A 78 ohm
RL IL VL
100 ohm 57 MA 5,7 volt
330 ohm 25 MA 8,25 volt
470 ohm 18 MA 8,46 volt

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pembahasan Thevenin


setelah Vth dan Rth sudah dicari. Dari penjelasan tentang praktik teorema thevenin kita
dapat memahami bahwa dalam mencari nilai tahanan thevenin (Rth) dan tegangan thevenin
(Vth) harus ada cara dalam mencarinya.Kita telah mengetahui bahwa dalam teorema thevenin
kita dapat mencari tahanan thevenin dengan cara menghubung singkatkan sumber tegangan dan
untuk mencari tegangan thevenin kita bisa mengukur langsung tegangan dengan mengukur
masing masing ujung terminal ujung rangkaian.Setelah Tahanan dan Tegangan thevenin telah
diketahui kita bisa mendapatkan nilai arus yang mengalir pada tahanan beban dan mengetahui
berapa beda potensial di tahanan tersebut dengan rumus sebagai berikut.

 Rth = Tahanan yang ada dalam rangkaian setelah sumber arus dalam tahanan telah
dihubung singkatkan
 Vth = Tegangan yang ada dalam rangkaian setelah didapatkan dari hasil pengukuran
dengan mengukur masing-masing ujung tahanan dalam rangkaian.
 I = Arus yang mengalir dalam rangkaian yang bisa didapat dari rumus
I = Vth/Rth
 RL = Tahanan beban yang akan dihubungkan oleh rangkaian
 IL = Arus yang mengalir pada beban yang didapatkan menggunakan rumus :
IL=Vth/(Rth+RL)
 VL = Tegangan yang terdapat pada beban (RL) bisa didapatkan menggunakan rumus :
VL=IL.RL

Dari Hasil pengukuran dapat kita jadikan langkah-langkah dalam mencari tahanan dan tegangan
thevenin sebagai cara memecahkan persoalan teorema thevenin yang rumit selanjutnya.

3.2 Hasil Pembahasan Norton


Dari penjelasan yang telah dipaparkan mengenai praktik teorema Norton kita dapat
memahami bahwa dalam mencari arus Norton dan arus serta tahanan pada beban harus
mengikuti langkah-langkah yang sistematis dalam praktiknya. Dari pemaparan teori kita dapat
mengetahui bahwa Tahanan Thevenin dan tahanan norton itu memiliki nilai yang sama yaitu 78
ohm.Dengan adanya kesamaan tersebut kita dapat menggunakan tahanan Thevenin menjadi
tahanan Norton.Dalam penerapan praktik kita harus memperhatikan cara atau langkah kerja
dalam mencari nilai yang benar. Untuk menghitung arus norton kita bisa menggunakan
rangkaian yang sama dengan rangkaian thevenin pada saat belum dihubungkan pada beban (RL)
Adapun beberapa hal yang menjadi titik fokus utama adalah dalam menentukan nilai-nilai
dibawah ini

 In adalah arus norton yang dapat dicari dengan menghitung langsung nilainya dengan
menghubungkan alat ukur pengukur arus pada masing-masing ujung pada tahanan
rangkaian secara paralel.
 Rn adalah tahanan Norton yang didalam pembahasan nilainya sama dengan Rth (tahanan
thevenin).
 Vn adalah tegangan rangkaian norton yang dapat dihitung menggunakan rumus
Vn=In.Rn
 IL adalah arus yang melalui tahanan beban (RL) dapat diukur langsung secara seri
dengan terminal plus dan minus atau ujung penghantar sebelum melalui beban. IL juga
dapat dihitung menggunakan rumus yaitu IL=Rn/(RL+Rn) dengan In (arus Norton)
 VL adalah tegangan yang terdapat pada beban (RL) dan dapat dihitung secara langsung
maupun menggunakan rumus VL=IL.RL

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan mengenai praktik teorema Norton kita dapat
memahami bahwa dalam mencari arus Norton dan arus serta tahanan pada beban harus
mengikuti langkah-langkah yang sistematis dalam praktiknya. Dari pemaparan teori kita dapat
mengetahui bahwa Tahanan Thevenin dan Tahanan Norton itu memiliki nilai yang sama yaitu 78
ohm.Dengan adanya kesamaan tersebut kita dapat menggunakan tahanan Thevenin menjadi
tahanan Norton.Dalam penerapan praktik kita harus memperhatikan cara atau langkah kerja
dalam mencari nilai yang benar. Untuk menghitung arus norton kita bisa menggunakan
rangkaian yang sama dengan rangkaian thevenin pada saat belum dihubungkan pada beban (RL)

Adapun beberapa hal yang menjadi titik fokus utama adalah dalam menentukan nilai-nilai
dibawah ini

 In adalah arus norton yang dapat dicari dengan menghitung langsung nilainya dengan
menghubungkan alat ukur pengukur arus pada masing-masing ujung pada tahanan
rangkaian secara paralel.
 Rn adalah tahanan Norton yang didalam pembahasan nilainya sama dengan Rth (tahanan
thevenin).
 Vn adalah tegangan rangkaian norton yang dapat dihitung menggunakan rumus
Vn=In.Rn
 IL adalah arus yang melalui tahanan beban (RL) dapat diukur langsung secara seri
dengan terminal plus dan minus atau ujung penghantar sebelum melalui beban. IL juga
dapat dihitung menggunakan rumus yaitu IL=Rn/(RL+Rn) dengan In (arus Norton)
 VL adalah tegangan yang terdapat pada beban (RL) dan dapat dihitung secara langsung
maupun menggunakan rumus VL=IL.RL

4.2 Saran
Dalam melakukan pengukuran dan penghitungan dalam rangkaian thevenin dan Norton
sebaiknya harus melakukan langkah kerja yang teliti dan berdasarkan teori yang telah dijadikan
pedoman.Dalam pengukurannya harus bisa mengubah rangkaian yang mau dihubungkan ke
beban menjadi rangkaian linear yang dapat dicari tahanan serta tegangan baik rangkaian
Thevenin maupun rangkaian Norton. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu hasil pengukuran
yang telah dicari dengan dosen pengajar agar mendapatkan hasil pengukuran yang benar.

Anda mungkin juga menyukai