Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis I

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DISUSUN OLEH

NAMA :ENJELIN H021191007(KETUA)


SALSABILA H021191032
STANIA MARSELA H021191033
SITI NURUL HIKMA H021191034
ANDI SITTI RAHMAH H021191041
SEPTIA ULUM PAJRI H021191044
SRI HASNIAH ASHARA H021191046
MUSDALIFAH H021191048
KELOMPOK : III (TIGA)
TANGGAL PRAKTIKUM : 01 SEPTEMBER 2020
ASISTEN : FATIMAH AZ ZAHRAH

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang (Enjelin)


Alternating current atau yang biasa di singkat AC merupakan tipe arus listrik bolak-
balik. Ide mengenai arus AC dikembangkan oleh Nikola Tesla yang bekerjasama
dengan perusahaan Westinghouse dan digunakan secara komersil pada pertengahan
abad 20-an. mendatar (singkatan dari alternating current) atau yang biasa disebut
dengan arusbolak balik, adalah arus listrik yang nilainya berubah-ubah terhadap
satuan waktu. Sumber arus AC yang paling umum adalah berasal dari induksi
elektromagnetik yaitu dari generator AC yang secara eksklusif dioperasikan oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ataupun dari generator portabel (genset AC).
Penggunaan arus AC yang paling umum adalah pada rumah tangga, di mana arus AC
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menyalakan perangkat-perangkat
elektronik seperti televisi, air conditioner (AC), lampu rumah dan lain sebagainya.
Arus AC adalah aliran elektron dari suatu titik dengan energi potensial listrik yang
lebih tinggi ke titik lain dengan energi potensial lebih rendah. Karakteristik arus AC
antara lain: 1) Nilai arus listriknya selalu berubah-ubah atau tidak konstan terhadap
waktu; 2) Polaritasnya selalu berubah-ubah pada masing-masing terminalnya dan 3)
Bentuk gelombang baik (arus) vs t (waktu) maupun V (tegangan) vs t (waktu)
berbentuk sinusoidal, di mana nilai V maupun Iselalu berubah-ubah terhadap
perubahan waktu I [1]

Pemakaian sehari-hari energil istrik dimanfaatkan dalam bentuk energy listrik arus
bolak-balik (AC). Lebih dari 99 persen energi listrik yang digunakan sekarang
dihasilkan oleh generator listrik dalam bentuk arus bolak-balik. Di Amerika Utara,
daya dihantarkan oleh arus sinusoidal yang berfrekuensi 60 Hz. Alat-alat elektronik
seperti radio, televisi, dan panggangan gelombang mikro mendeteksi atau
membangkitkan arus bolak-balik dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi. Arus
bolak-balik dihasilkan oleh generator generator yang menghasilkan tegangan bolak-
balik dan biasanya dalam bentuk fungsi sinusoidal (sinus atau cosinus) karena ini
memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan tentang arus bolak-balik untuk mengetahui tentang pemanfaatan arus
bolak-balik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting hukumnya untuk
mengetahui dasar-dasar elektronika misalnya tentang rangkaian arus bolak-balik
untuk membantu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

I.2 Tujuan
Setelah selesai melakukan praktikum dan membuat laporannya, maka mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat dan karakteristik dari bentuk isyarat keluaran pada
differensiator dan integrator bila diberi masukan berupa isyarat persegi.
2. Mengukur tanggapan amplitudo dan tanggapan fasa dari suatu sumber AC
tegangan tetap untuk tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi pada rangkaian RC
ini.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
(Septia Ulum Pajri dan Salsabila )
II.1 Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator yang menggunakan OP-AMP hampir sama dengan
rangkaian-rangkaian closed loop lain yang menggunakan umpan balik resistor.
Bedanya, pada rangkaian ini, umpan baliknya menggunakan kapasitor (C), seperti
pada gambar 2.1 [2].
Pada gambar, vS(t) merupakan fungsi waktu yang berubah-ubah (misalnya,
rangkaian pulsa, gelombang segitiga, atau gelombang persegi). Rangkaian op-amp di
bawah menunjukkan bahwa tegangan output merupakan integral dari tegangan input
[3].

Gambar II.1 Integrator Op-amp [3]


Sumber tegangan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari turunan tegangan output:
( )
( )= (2.1)

Dengan mengintegrasi kedua ruas pada persamaan di atas, maka diperoleh:


vout(t) = ∫ ( ) (2.2)

II.2 Rangkaian Diferensiator


Rangkaian diferensiator yang menggunakan OP-AMP, hampir sama dengan
rangkaian integrator, hanya saja umpan baliknya dan tahanan depan ditukar [2].
Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan yang digunakan pada
integrator, dapat diperoleh hasil untuk rangkaian diferensiator yang ideal dari gambar
2.2 [3].
Gambar II.2 Diferensiator Op-amp [3]
( )
vout(t) = RFCS (2.3)

II.3 Tapis Lolos Tinggi (High-pass filter)


Tapis lolos tinggi merupakan rangkaian yang dapat meloloskan gelombang
yang memiliki frekuensi lebih tinggi dari frekuensi potong rangkaian tersebut.
Frekuensi potong untuk tapis lolos tinggi adalah frekuensi di mana tegangan output
(beban) sama dengan 70,7% tegangan input (sumber). Di atas frekuensi potong,
tegangan output lebih besar dari 70,7% tegangan input, begitu pula sebaliknya. Pada
tapis lolos tinggi kapasitif sederhana (satu resistor dan satu kapasitor), frekuensi
potong dinyatakan dengan [4]:
fp = (2.4)

II.4 Tapis Lolos Rendah (Low-pass filter)


Tapis lolos rendah merupakan rangkaian yang dapat meloloskan gelombang
yang memiliki frekuensi lebih rendah dari frekuensi potong rangkaian tersebut.
Frekuensi potong untuk tapis lolos rendah adalah frekuensi di mana tegangan output
sama dengan 70,7% dari tegangan input. Di atas frekuensi potong, tegangan output
lebih rendah dari 70,7% tegangan input, begitu juga sebaliknya. Seperti halnya tapis
lolos tinggi, frekuensi potong tapis lolos rendah juga dihitung dengan rumus [4]:

fp = (2.5)

II.5 Resonansi RLC Seri


Pada frekuensi tertentu akan terjadi resonansi di mana komponen kapasitif
akan saling mengapuskan dengan komponen induktifnya (jXL = jXC). Rangkaian
akan bersifat sebagai tahanan murni, dan frekuensi tersebut dinamakan frekuensi
resonansi. Apabila frekuensi tegangan AC diubah-ubah pada suatu rangkaian RLC,
maka Z akan berubah. Pada gambar II.3 (a), yaitu rangkaian seri RLC dan impedansi
(Z) [5].

Gambar II.3 (a) Rangkaian seri RLC, (b) Impedansi (Z)

( ) (2.6)
( )
√ ( ) { } (2.7)

Apabila komponen kapasitif saling menghapuskan dengan komponen


induktifnya , maka disitulah frekuensi resonansi terjadi (ωL = 1/ωC), dan rangkaian
akan bersifat sebagai tahanan murni (Z = R). Frekuensi resonansi = ω0, maka [5]:

√ (2.8)
Jika:
(2.9)
Maka:

√ (2.10)
Selanjutnya, dibahas mengenai factor kualitas (Q) dari rangkaian seri RLC,
yaitu; Pada frekuensi resonansi:

(2.11)

Tegangan pada induktor:

( ) (2.12)
Tegangan pada kapasitor:
( ) (2.13)
Karena:

( ) ( ) (2.14)

Jadi, faktor kualitas:


(2.15)

II.6 Resonansi RLC Paralel


Apabila komponen suseptansi saling menghapuskan, maka frekuensi
resonansi pada rangkaian parallel akan terjadi (ωC = 1/ωL), dan rangkaian akan
bersifat sebagai konduktansi murni (Y = G). Perhatikan gambar II.4 (a), yaitu
rangkaian paralel RLC dan admitansi Y(jω) [5]:

Gambar II.4 (a) Rangkaian paralel RLC, (b) Admitansi Y(jω)


( ) (2.16)

√ ( ) *( ) + (2.17)
Frekuensi resonansi = ω0, maka:

√ (2.18)

Jika:
(2.19)
Maka:

√ (2.20)
Selanjutnya, dibahas mengenai factor kualitas (Q) dari rangkaian paralel
RLC, yaitu; Pada frekuensi resonansi:

(2.21)

Tegangan pada induktor:

( ) (2.22)
Tegangan pada kapasitor:
( ) (2.23)

Karena:
( ) ( ) (2.24)
Jadi, faktor kualitas:

(2.25)

II.7 Teknik Pengukuran Lissajous


Karakterisasi frekuensi dengan pola lissajous biasa digunaan untuk
membandingkan 2 sinyal atau untuk mengetahui nilai dari sebuah komponen yang
belum diketahui frekuensinya. Metode yang digunakan seperti penjelasan diatas lalu
menggabungkannya dalam satu grafik yang akan membentuk pola. Sebuah
penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan
beda fase, frekuensi dan amplitude dari 2 gelombang input pada probe osiloskop
merupakan pengertian pola lissajous. Frekuensi merupakan pernyataan yang
menggambarkan banyak gelombang yang terjadi pada setiap detiknya. Misal pada
pernyataan 50 Hz artinya ada 50 gelombang terbentuk dalam 1 detik [6].
BAB III METODOLOGI
PERCOBAAN
III.1 Alat dan bahan (Siti Nurul Hikmah)
III.1.1 Alat
a. Laptop

Gambar III.1 Laptop


Laptop berfungsi sebagai media utama yang digunakan untuk menjalankan
aplikasi Proteus dalam melakukan praktikum secara online.
III.2.2 Bahan
a. Resistor

Gambar III.2 Resistor


Resistor berfungsi sebagai penghambat arus listrik pada rangkaian.
b. Ground

Gambar III.3 Ground


Ground berfungsi untuk menetralisir cacat (noise) yang disebabkan oleh daya
yang kurang baik, ataupun kualitas komponen yang tidak standar.
c. Kabel
Gambar III.4 Kabel
Kabel berfungsi untuk menghubungkan komponen-komponen listrik dan
sebagai penghantar arus listrik.
d. Osiloskop

Gambar III. 5 osiloskop


Osiloskop berfungsi mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya
terhadap waktu, mengukur sinyal frekuensi yang berosilasi dan mengetahui noise
pada rangkaian.
e. Signal generator

Gambar III. 6 signal generator


Signal generator berfungsi untuk menghasilkan sinyal /gelombang sinus.

III.2 Prosedur percobaan

III.2.1 Prosedur Percobaan Diferensiator dan Tapis Tinggi

1. Menyiapkan laptop yang sudah terinstal aplikasi Protheus.


2. Membuka aplikasi protheus, lalu masuk ke schematic capture.
3. Mengambil semua komponen yang dibutuhkan yaitu Resistor dengan nama RES
dan kapasitor dengan nama CAP-ELEC.
4. Mengambil osiloskop dan signal generator.
5. Merangkai rangkaian dengan resistor terhubung ke signal generator kemudian
menghubungkan resistor dengan kapasitor.
6. Menyambungkan kabel yang dekat dengan signal generator pada channel A
osiloskop yang dipilih sebagai tempat tegangan masukan (Vin), dan
menyambungkan kabel yang jauh dari signal generator pada channel B osiloskop
yang dipilih menjadi tempat tegangan keluaran (Vout). Perhatikan gambar.

Gambar III.7 Rangkaian Differensiator dan Tapis Tinggi.


7. Mengatur aplitudo signal generator menjadi bernilai 4,00
8. Mengatur keluaran signal menjadi gelombang persegi.
9. Mengatur frekuensi signal generator sebesar 1 Hz.
10. Mengamati bentuk gelombang keluaran dan tegangan keluaran dari masing-
masing frekuensiMenghitung Vin pada channel A dan Vout pada channel B
11. Mencatat hasil yang diperoleh dari layar osiloskop ke tabel data
12. Mengulangi langkah sepuluh sampai tiga belas dengan frekuensi 2Hz, 5Hz,
10Hz, 20 Hz, 50Hz, 100Hz, 200Hz, 500Hz, 1kHz, 2kHz, 5kHz, 10kHz, 20kHz,
50kHz, 100kHz.
III.2.2 Prosedur Percobaan Integtator dan Tapis Rendah
1. Menyiapkan laptop yang sudah terinstal aplikasi protheus.
2. Membuka aplikasi protheus, lalu masuk ke schematic capture.
3. Mengambil semua komponen yang dibutuhkan yaitu Resistor dengan nama RES
dan kapasitor dengan nama CAP-ELEC.
4. Mengambil osiloskop dan signal generator.
5. Merangkai rangkaian dengan kapasitor terhubung ke signal generator kemudian
menghungkan kapasitor dengan resistor.
6. Menyambungkan kabel yang dekat dengan signal generator pada channel C
osiloskop yang dipilih sebagai tempat tegangan masukan (Vin), dan
menyambungkan kabel yang jauh dari signal generator pada channel D osiloskop
yang dipilih menjadi tempat tegangan keluaran (Vout). Perhatikan gambar.

Gambar III.8 Rangkaian Integrator dan Tapis Rendah.


7. Mengatur aplitudo signal generator menjadi bernilai 4,00.
8. Mengatur keluaran signal menjadi gelombang persegi.
9. Mengatur frekuensi signal generator sebesar 1 Hz.
10. Mengamati bentuk gelombang keluaran dan tegangan keluaran dari masing-
masing frekuensi.
11. Menghitung Vin pada channel C dan Vout pada channel D.
12. Mencatat hasil yang diperoleh dari layar osiloskop ke tabel data.
13. Mengulangi langkah sepuluh sampai tiga belas dengan frekuensi 2Hz, 5Hz,
10Hz, 20 Hz, 50Hz, 100Hz, 200Hz, 500Hz, 1kHz, 2kHz, 5kHz, 10kHz, 20kHz,
50kHz, 100kHz.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Stania marsela, Sri hasniah, dan Musdalifa)

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Data

Tabel IV.1 Percobaan Rangkaian Diferensiator


No. Frekuensi(Hz) Vin (V) Vout(V)
1. 1 1.3
2. 2 2.6
3. 5 4
4. 10 4.9

5. 20 7

6. 50 7.4

7. 100 7.5

8. 200 6.6
4
9. 500 5

10. 1. 000 4.6

11. 2. 000 4.2


12. 5. 000 4.1

13. 10. 000 4

14. 20. 000 4

15. 50. 000 4

16. 100. 000 4


Keterangan: R = 1100 Ω

C = 1,5μF
Tabel IV.2 Percobaan Rangkaian Integrator
No. Frekuensi(Hz) Vin (V) Vout (V)
1. 1 5

2. 2 4.6

3. 5 4.2

4. 10 4

5. 20 4

6. 50 4

7. 100 3.7

8. 200 2.6
4
9. 500 1.1

10. 1. 000 0.7

11. 2. 000 0.3

12. 5. 000 0.16

13. 10. 000 0.1

14. 20. 000 0. 04

15. 50. 000 0. 02

16. 100. 000 0. 01


Keterangan: R = 1100 Ω

C = 1,5μF
IV.1.2 Pengolahan Data

1. Rangkaian Diferensiator
( )

a. Untuk frekuensi 1 Hz
Db ( )

b. Untuk frekuensi 2 Hz
Db ( )

c. Untuk frekuensi 5 Hz
Db ( )

d. Untuk frekuensi 10 Hz
Db ( )

e. Untuk frekuensi 20 Hz
Db ( )

f. Untuk frekuensi 50 Hz
Db ( )

g. Untuk frekuensi 100 Hz


Db ( )

h. Untuk frekuensi 200 Hz

Db ( )

i. Untuk frekuensi 500 Hz


Db ( )

j. Untuk frekuensi 1000 Hz


Db ( )

k. Untuk frekuensi 2000 Hz


Db ( )

l. Untuk frekuensi 5000 Hz


Db ( )

m. Untuk frekuensi 10k Hz


Db ( )

n. Untuk frekuensi 20k Hz


Db ( )

o. Untuk frekuensi 50k Hz


Db ( )

p. Untuk frekuensi 100k Hz


Db ( )

2. Rangkaian Integrator
( )

a. Untuk frekuensi 1 Hz
Db ( )

b. Untuk frekuensi 2 Hz

Db ( )

c. Untuk frekuensi 5 Hz
Db ( )

d. Untuk frekuensi 10Hz


Db ( )

e. Untuk frekuensi 20Hz


Db ( )

f. Untuk frekuensi 50Hz


Db ( )

g. Untuk frekuensi 100 Hz


Db ( )

h. Untuk frekuensi 200Hz


Db ( )

i. Untuk frekuensi 500Hz


Db ( )

j. Untuk frekuensi 1 kHz


Db ( )

k. Untuk frekuensi 2kHz


Db ( )

l. Untuk frekuensi 5kHz


Db ( )

m. Untuk frekuensi 10 kHz

Db ( )

n. Untuk frekuensi 20kHz


Db ( )

o. Untuk frekuensi 50kHz


Db ( ) 1

p. Untuk frekuensi 100 kHz


Db ( )

IV.1.3 Grafik
1. Rangkaian Diferensiator
10
Tegangan (V)

9
8
7
6
5
4
3 Vin
1 Vout
0
5 Hz 2 Hz1 Hz

Frekuensi (Hz)

Grafik IV.1 Perbandingan V in dan Vout pada rangkaian Diferensiator.

2. Rangkaian Integrator

6,52
Tegangan (V)

6,02
5,52
5,02
4,52
4,02
3,52
2,52 Vin
1,52
1,02 Vout
0,52
0,02

Frekuensi (Hz)
Grafik IV.2 Perbandingan Vin dan Vout pada rangkaian Integrator.
3. Rangkaian Tapis Tinggi

Tegangan (V)
10
8
6
4
2 Vin

0 Vout

5 Hz 2 Hz1 Hz
Frekuensi (Hz)

Grafik IV.3 Perbandingan Vin da Vout pada rangkaian Tapis Tinggi.


4. Rangkaian Tapis Rendah
Tegangan (V)

6,52
6,02
5,52
5,02
4,52
4,02
3,52
3,02
2,02
1,52 Vin
0,52 Vout
0,02
5 Hz 2 Hz1 Hz

Frekuensi (Hz)

Grafik IV.4 Perbandingan Vin dan Vout pada rangkaian Tapis Rendah.
IV.1.4 Gambar
1. Rangkaian Diferensiator dan Integrator
a. Untuk frekuensi 1 Hz

b. Untuk frekuensi 2 Hz

c. Untuk frekuensi 5 Hz

d. Untuk frekuensi 10 Hz
e. Untuk frekuensi 20 Hz

f. Untuk frekuensi 50 Hz

g. Untuk frekuensi 100 Hz

h. Untuk frekuensi 200 Hz


i. Untuk frekuensi 500 Hz

j. Untuk frekuensi 1 kHz

k. Untuk frekuensi 2 kHz

l. Untuk frekuensi 5 kHz


m. Untuk frekuensi 10 kHz

n. Untuk frekuensi 20 kHz

o. Untuk frekuensi 50 kHz

p. Untuk frekuensi 100 kHz


IV.2 Pembahasan
Pada percobaan arus bolak-balik ini dilakukan pengukuran dengan membuat
rangkaian integrator, dan diferensiator. Adapun bahan yang digunakan dalam
membuat rangkaian adalah resistor dengan resistansi 1100 Ω, kapasitor dengan
kapasitansi 1,5 μF akan dilihat isyarat keluaran gelombangnya pada osiloskop dan
signal generator sebagai sumber input arus dan tegangan.
Pada pengukuran rangkaian diferensiator untuk melihat isyarat keluaran dari
rangkaian dan menghitung nilai tegangan dari isyarat keluaran. Pada frekuenzi 1Hz –
100k Hz didapatkan nilai Vin yang sama yaitu 4V. Adapun untuk Vout atau tegangan
keluarannya dan penguatan tegangan (G) memiliki nilai yang berbeda disetiap
tingkatan frekuensinya. Untuk frekuensi 1 Hz diperoleh Vout = 1,3V, G = 0,325 Db,
dan G(Db) = -9,762 ; untuk frekuensi 2Hz diperoleh Vout = 2,6 V, G = 0,65 Db, dan
G(Db) = -3,741; untuk frekuensi 5Hz diperoleh Vout = 4V, G = 1 Db, dan G(Db) = 0;
untuk frekuensi 10Hz diperoleh Vout = 4,9V, G = 1,225 Db, dan G(Db) = 1,762;
untuk frekuensi 20Hz diperoleh Vout = 7V, G = 1,75 Db, dan G(Db) = 4,86; untuk
frekuensi 50Hz diperoleh Vout = 7,4V, G = 1,85 Db, dan G(Db) = 5,343; untuk
frekuensi 100Hz diperoleh Vout = 7,5V, G = 1,875Db, dan G(Db) = 5,46; untuk
frekuensi 200Hz diperoleh Vout = 6,6V, G = 1,65 Db, dan G(Db) = 4,349; untuk
frekuensi 500Hz diperoleh Vout = 5V, G = 1,25 Db, dan G(Db) = 1,938; untuk
frekuensi 1kHz diperoleh Vout = 4,6V, G = 1,15 Db, dan G(Db) = 1,213; untuk
frekuensi 2kHz diperoleh Vout = 4,2V, G = 1,05 Db, dan G(Db) = 0,423 untuk
frekuensi 5kHz diperoleh Vout = 4,1V, G = 1,025 Db, dan G(Db) = 0,214; untuk
frekuensi 10kHz diperoleh Vout = 4V, G = 1 Db, dan G(Db) = 0; untuk frekuensi
20kHz diperoleh Vout = 4V, G = 1 Db, dan G(Db) = 0; untuk frekuensi 50kHz
diperoleh Vout = 4V, G = 1 Db, dan G(Db) = 0; untuk frekuensi 100kHz diperoleh
Vout = 4V, G = 1 Db, dan G(Db) = 0. Secara teori nilai penguatan differensiator
bebanding lurus dengan frekuensi, semakin besar nilai frekuensi akan membuat nilai
penguatan semakin besar. Hal ini menyebabkan rangkaian differensiator sering
digunakan sebagai high pass filter yang meloloskan sinyal dengan frekuensi tinggi.
Secara teori semakin besar frekuensi maka nilai keluaran tegangan akan semakin
besar.
Pada pengukuran kedua yaitu pada rangkaian integrator dilakukan berbagai
pengukuran dengan frekuensi yang berbeda untuk melihat bentuk signal keluaran
dari rangkaian serta menghitung nilai tegangan signal keluaran tersebut. Pada
percobaan ini Vin = 4 V untuk semua jenis frekuensi. Untuk frekuensi 1 Hz
menghasilkan Vout = 5 V, untuk frekuensi 2 Hz menghasilkan Vout = 4,6 V, untuk
frekuensi 5 Hz menghasilkan Vout = 4,2 V, untuk 10 Hz menghasilkan Vout = 4 V,
untuk frekuensi 20 Hz menghasilkan Vout = 4 V, untuk 50 Hz menghasilkan Vout = 4
V, untuk 100 Hz menghasilkan Vout = 3,7 V, untuk frekuensi 200 Hz menghasilkan
Vout = 2,6 V, untuk frekuensi 500 Hz menghasilkan Vout = 1,1 V, untuk 1 kHz
menghasilkan Vout = 0,7 V, untuk frekuensi 2 kHz menghasilkan Vout = 0,3 V, untuk
frekuensi 5 kHz menghasilkan Vout = 0,16 V, untuk 10 kHz menghasilkan Vout = 0,1
V, untuk frekuensi 20 kHz menghasilkan Vout = 0, 04 V, untuk 50 kHz menghasilkan
Vout = 0, 02 V, untuk 100 kHz menghasilkan Vout = 0, 01 V. Secara teori
menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi maka tegangan keluarannya akan
semakin kecil. Secara praktik untuk pengukuran pada rangkaian integrator sudah
sesuai dengan teori yang ada.
Pengukuran selanjutnya yaitu menggunakan rangkaian tapis tinggi yang bentuk
rangkaiannya sama dengan rangkaian Diferensiator. Dilakukan berbagai pengukuran
dengan tegangan masuk (Vin) yang sama pada rangkaian Diferensiator yaitu 4 volt.
Untuk frekuensi 1 Hz menghasilkan Vout = 1,3 V, untuk frekuensi 2 Hz
menghasilkan Vout = 2,6 V, untuk frekuensi 5 Hz Vout = 4 V, untuk frekuensi 10
Hz menghasilkan Vout = 4,9 V, untuk frekuensi 20 Hz menghasilkan Vout = 7 V,
untuk frekuensi 50 Hz menghasilkan Vout = 7,4 V, untuk frekuensi 100 Hz
menghasilkan Vout = 7,5 V, untuk frekuensi 200 Hz menghasilkan Vout = 6,6 V,
untuk frekuensi 500 Hz menghasilkan Vout= 5 V, untuk frekuensi 1.000 Hz
menghasilkan Vout = 4,6 V, untuk frekuensi 2.000 Hz menghasilkan Vout = 4,2 V,
untuk frekuensi 5.000 Hz menghasilkan Vout = 4,1 V, untuk frekuensi 10.000 Hz
menghasilkan Vout = 4 V, untuk frekuensi 20.000 Hz menghasilkan Vout = 4 V,
untuk frekuensi 50.000 Hz menghasilkan Vout = 4 V dan untuk frekuensi 100.000 Hz
menghasilkan Vout = 4 V . Secara teori menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi
maka tegangan keluarannya akan semakin kecil. Secara praktik untuk pengukuran
pada rangkaian Tapis Tinggi tidak sesuai dengan teori hal ini disebabkan besar
tegangan yang masuk (Vin) untuk setiap frekuensi memiliki nilai yang sama yaitu 4
volt hal inilah yang mempengaruhi tegangan yang keluar (Vout).
Pengukuran selanjutnya yaitu menggunakan rangkaian tapis rendah yang
bentuk rangkaiannya sama dengan rangkaian Integrator. Dilakukan berbagai
pengukuran dengan tegangan masuk (Vin) yang sama pada rangkaian Integrator yaitu
4 volt. Untuk frekuensi 1 Hz menghasilkan Vout = 5 V, untuk frekuensi 2 Hz
menghasilkan Vout = 4,6 V, untuk frekuensi 5 Hz Vout = 4,2 V, untuk frekuensi 10
Hz menghasilkan Vout = 4 V, untuk frekuensi 20 Hz menghasilkan Vout = 4 V, untuk
frekuensi 50 Hz menghasilkan Vout = 4 V, untuk frekuensi 100 Hz menghasilkan
Vout = 3,7 V, untuk frekuensi 200 Hz menghasilkan Vout = 2,6 V, untuk frekuensi
500 Hz menghasilkan Vout= 1,1 V, untuk frekuensi 1.000 Hz menghasilkan Vout = 0,7
V, untuk frekuensi 2.000 Hz menghasilkan Vout = 0,3 V, untuk frekuensi 5.000 Hz
menghasilkan Vout = 0,16 V, untuk frekuensi 10.000 Hz menghasilkan Vout = 0,1 V,
untuk frekuensi 20.000 Hz menghasilkan Vout = 0,04 V, untuk frekuensi 50.000 Hz
menghasilkan Vout = 0,02 V dan untuk frekuensi 100.000 Hz menghasilkan Vout =
0,01 V . Secara teori menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi maka tegangan
keluarannya akan semakin kecil. Secara praktik untuk pengukuran pada rangkaian
tapis rendah sudah sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan (Andi Sitti Rahmah )


1. Bentuk isyarat keluaran dari rangkaian integrator yaitu gelombang segitiga
sedangkan isyarat keluaran dari rangkaian diferensiator berbentuk denyut/gergaji
pada puncak gelombangnya.
2. Untuk rangkaian diferensiator dan tapis lolos tinggi hasilnya sesuai teori dimana
frekuensi berbanding lurus dengan tegangan keluarannya, artinya semakin besar
frekuensi maka semakin besar tegangan keluarannya. Kemudian untuk integrator
dan tapis lolos rendah juga sudah sesuai dengan teori, yaitu frekuensi yang
diberikan berbanding terbalik dengan tegangan keluarannya yaitu semakin besar
frekuensi yang diberikan maka tegangan keluarannya akan semakin kecil.

V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Praktikum Online
Sebaiknya bisa tepat waktu dalam memulai praktikumnya.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Sebaiknya dalam menerangkan materi bisa terstruktur lagi seperti mulai dari
pengertian-pengertian kemudian fungsinya dan seterusnya agar praktikan tidak
kebingungan ketika asisten mempraktikkan rangkaian yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Gidion, S. dan Saragih, K.P,.2019. Analisis Karakteristik Arus Searah dan Arus
Bolak- Balik. Jurnal Ready Star.2(1). Hal:262-266

[2]Nurfaizah M., Didi I., dan Handri T., 2015, “Rancang Bangun Modul Praktikum
Motor AC Dengan Aplikasi Pengaturan Posisi Dengan Menggunakan PID”.
Jurnal Integrasi. 7(2): 53.
[3]Rizzoni, G. 2009. Fundamentals of Electrical Engineering First Edition. New
York: The McGraw Hill.
[4]Kuphaldt, T. 2007. Lessons In Electric Circuits, Volume II – AC.
Washington:Design Science License.
[5]Zuhal., Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronika. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
[6]Arrosyid, B. Tanpa Tahun. “Analisis Karakterisasi Frekuensi dengan Pola
Lissajous”. Jurnal Of Electrical Power, Instrumentation and Control
(EPIC). ISSN: 2641-8595.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai