Anda di halaman 1dari 79

ANALISA ALIRAN DAYA

1. PENDAHULUAN
Studi aliran daya adalah bagian yang penting karena studi aliran daya
digunakan dalam perencanaan perluasan sistem tenaga listrik dan dalam
menentukan pengoperasian sistem tenaga listrik yang terbaik. Maka dari itu
studi aliran daya mempunyai suatu tujuan yaitu :
a) Untuk memeriksa tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam
sistem yang dipelajari; biasanya variasi tegangan yang diperbolehkan
adalah 5 %
b) Memeriksa kapasitas semua peralatan ( transformator dan saluran
transmisi ) yang ada dalam sistem tenaga listrik apakah cukup besar
untuk menyalurkan daya yang diinginkan,
c) Untuk memperoleh kondisi mula untuk studi-studi selanjutnya yaitu :
Studi Hubung singkat, studi stabilitas dan juga studi di rugi-rugi saluran
transmisi.
Informasi-informasi diatas sangat penting untuk menganalisa keadaan
sekarang dari sistem dan guna perancangan dalam pengembangan sistem
selanjutnya. Persoalan aliran daya ini terdiri dari perhitungan aliran daya dan
tegangan dari suatu jaringan pada suatu kondisi tertentu.
Studi atau analisa aliran beban ini merupakan studi dasar dan
merupakan studi yang paling pokok dari semua studi dalam sistem tenaga
listrik. Oleh karena itu penentuan data-data yang dipakai dalam studi ini harus
seteliti mungkin.

2. MATRIK ADMITANSI BUS


Gambar 1 menunjukkan gambar sistem tenaga listrik sederhana, dan dari
gambar tersebut tujuannya untuk memperoleh persamaan tegangan-node,
dimana impedansi adalah dinyatakan dalam per satuan pada dasar MVA yang
umum dan untuk penyederhanaan dalam studi, resistansi adalah diabaikan.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

Karenan penyelesaian nodal adalah berdasarkan hukum arus Kirchhoffs, maka


impedansi dirubah kedalam bentuk admitansi, contohnya sebagai berikut :

y ij =

1
1
=
z ij rij + jxij

Gambar 1 : Diagram impedansi dari sistem sederhana

Gambar 2, menunjukkan penggambaran kembali dalam bentuk admitansi dan


transformasi ke sumber arus. Node 0 (secara normal adalah ground/
pentanahan) adalah diambil sebagai referensi. Dengan penerapan hukum arus
Kirchhoffs ke node_1 hingga node_4, maka hasilnya sebagai persamaan
berikut :

I 1 = y10V1 + y12 (V1 V2 ) + y13 (V1 V3 )


I 2 = y 20V2 + y12 (V2 V1 ) + y 23 (V2 V3 )
0 = y 23 (V3 V2 ) + y13 (V3 V1 ) + y 34 (V3 V4 )
0 = y 34 (V4 V3 )

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

Gambar 2 : Diagram Admitansi untuk sistem gambar 1

Dengan menyusun kembali persamaan diatas, maka dihasilkan persamaan


berikut

I 1 = ( y10 + y12 + y13 )V1 y12V2 y13V3


I 2 = y12V1 + ( y 20 + y12 + y 23 )V2 y 23V3
0 = y13V1 y 23V2 + ( y13 + y 23 + y 34 )V3 y 34V4
0 = y 34V3 + y 34V4
maka dari gambar diatas dapat diturunkan persamaan-persamaan admitansi
sebagai berikut :

Y11 = y10 + y12 + y13


Y22 = y 20 + y12 + y 23
Y33 = y13 + y 23 + y 34
Y44 = y 34

Y12 = Y21 = y12


Y13 = Y31 = y13
Y23 = Y32 = y 23
Y34 = Y43 = y 34

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

Dengan mereduksi Persamaan node ke bentuk arus maka diperoleh formulasi


sebagai berikut :

I 1 = Y11V1 + Y12V2 + Y13V3 + Y14V4


I 2 = Y21V1 + Y22V2 + Y23V3 + Y24V4
I 3 = Y31V1 + Y32V2 + Y33V3 + Y34V4
I 4 = Y41V1 + Y42V2 + Y43V3 + Y44V4
Dalam jaringan diatas, karena tidak adanya hubungan antara bus_1 dan bus_4,
maka Y14 = Y41 = 0 . Dengan cara yang sama, Y24 = Y42 = 0 .
Persamaan diatas bila diperluas ke sistem n_bus, maka persamaan
tegangan node dalam bentuk matrik adalah :

I 1 Y11
I Y
2 21
M M
=
I i Yi1
M M

I n Yn1

Y12
Y22
M
Yi 2
M
Yn 2

L Y1i L Y1n V1
L Y2i L Y2 n V2
L M
M M

L Yii L Yin Vi
M
M M

L Yni L Ynn Vn

(1)

Atau

I bus = Ybus Vbus

(2)

dimana Ibus adalah injeksi arus bus (contoh arus sumber luar). Arus adalah
positif jika mengalir menuju kearah bus, dan negatif jika sebaliknya (mengikuti
arah bus). Vbus adalah vektor dari tegangan bus diukur dari node-referensi.
(contoh tengan node). Ybus dikenal sebagai matrik admitansi bus. Elemen
diagonal dari masing-masing node adalah jumlah dari admitansi yang
terhubung pada node tersebut, dan dikenal sebagai admitansi sendiri (selfadmittance) dan diformulasikan sebagai berikut :
n

Yii = y ij

ji

(3)

j =0

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

Off-diagonal adalah negatif dari admitansi antara node, dan dikenal sebagai
admitansi bersama (mutual admittance) dan diformulasikan sebagai berikut:

Yij = Y ji = y ij

(4)

Jika arus bus diketahui, persamaan (2) dapat diselesaikan untuk tegangan
n_bus sebagai berikut :
1
Vbus = Ybus
I bus

(5)

Contoh 1
Jika emf seperti terlihat pada gambar 1, adalah E1 = 1.10 0 dan E 2 = 1.00 0
gunakan program MATLAB, Tentukan :
a. Matrik admitansi bus
b. Matrik impedansi bus
c. Tegangan bus

Penyelesaian :
Dengan transformasi sumber, ekivalen sumber arus adalah :

I1 =

1.1
= j1.1 per satuan
j1.0

I2 =

1.0
= j1.25 per satuan
j 0.8

Program MATLAB
function[Ybus] = ybus(zdata)
nl=zdata(:,1); nr=zdata(:,2); R=zdata(:,3); X=zdata(:,4);
nbr=length(zdata(:,1)); nbus = max(max(nl), max(nr));
Z = R + j*X;
y= ones(nbr,1)./Z;
Ybus=zeros(nbus,nbus);
for k = 1:nbr;
if nl(k) > 0 & nr(k) > 0
Ybus(nl(k),nr(k)) = Ybus(nl(k),nr(k)) - y(k);
Ybus(nr(k),nl(k)) = Ybus(nl(k),nr(k));

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

end
end
for n = 1:nbus
for k = 1:nbr
if nl(k) == n | nr(k) == n
Ybus(n,n) = Ybus(n,n) + y(k);
else, end
end
end

Penulisan dalam Program matlab adalah sebagai berikut :


%

Dari ke R

z=[0

0 1.0

0 0.8

0 0.4

0 0.2

0 0.2

0 0.08];

[Ybus] = ybus(z)

% Matrik admitansi bus

Ibus = [-j*1.1; -j*1.25; 0; 0]; % vektor dari injeksi arus bus


Zbus = inv(Ybus)

% Matrik impedansi bus

Vbus = Zbus*Ibus

Hasil keluaran dari program sebagai berikut :

Ybus =
0 - 8.5000i

0 + 2.5000i

0 + 5.0000i

0 + 2.5000i

0 - 8.7500i

0 + 5.0000i

0 + 5.0000i

0 + 5.0000i

0 -22.5000i

0 +12.5000i

0 +12.5000i

0 -12.5000i

0 + 0.5000i

0 + 0.4000i

0 + 0.4500i

0 + 0.4500i

0 + 0.4000i

0 + 0.4800i

0 + 0.4400i

0 + 0.4400i

Zbus =

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

0 + 0.4500i

0 + 0.4400i

0 + 0.5450i

0 + 0.5450i

0 + 0.4500i

0 + 0.4400i

0 + 0.5450i

0 + 0.6250i

Vbus =
1.0500
1.0400
1.0450
1.0450

3. PENYELESAIAN PERSAMAAN NONLINEAR


Hampir semua teknik yang umum digunakan untuk penyelesaian iterasi
dari persamaan nonlinier adalah menggunakan metoda Gauss-Seidel, metoda
Newton-Raphson dan metoda Quasi-Newton. Metoda Gauss-Seidel dan
metoda Newton-Raphson telah membicarakan untuk persamaan dimensi satu,
dan adalah kemudian diperluas untuk persamaan ke dimensi n.

3.1 Metoda Gauss-Seidel


Metoda Gauss-Seidel adalah dikenal juga sebagai metoda successive
displacements. Teknik untuk mengilustrasikan, misalnya penyelesaian

dari

persamaan nonlinier diberikan oleh

f (x ) = 0

(6)

Fungsi diatas adalah disusun dan ditulis kembali sebagai berikut

x = g (x )

(7)

Jika x (k ) adalah sebuah estimasi awal dari variabel x, maka urutan iterasi nya
adalah dalam bentuk

x (k +1) = g (x (k ) )

(8)

Sebuah penyelesaian adalah diperoleh jika perbedaan antara nilai absolut dari
iterasi adalah lebih kecil dibanding dari ketentuan nilai akurasinya, contohnya :

x (k +1) x (k )

(9)

dimana adalah nilai akurasi yang diharapkan.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

3.1.1 Faktor Percepatan


Dalam beberapa hal, faktor percepatan dapat digunakan untuk
memperbaiki batasan ke konvergenan. Jika > 1 adalah faktor percepatan,
algoritma Metoda Gauss-Seidel menjadi

x (k +1) = x ( x ) + g (x (k ) ) x (k )
3.1.2

(10)

n-Persamaan dalam n-Variabel

Sistem dari n-persamaan dalam n-variabel dapat dituliskan sebagai berikut :

f 1 ( x1 , x 2 , ........., x n ) = c1

f 2 ( x1 , x 2 , ........., x n ) = c 2

(11)

......................................
f n ( x1 , x 2 , ........., x n ) = c n

penyelesaian untuk satu variabel dari masing-masing persamaan, fungsi diatas


adalah disusun kembali dan ditulis sebagai berikut :

x1 = c1 + g1 ( x1 , x 2 ,...., x n )

x 2 = c 2 + g 2 ( x1 , x 2 ,...., x n )

(12)

.................................
x n = c n + g n ( x1 , x 2 ,...., x n )

Prosedur iterasi, diawali dengan asumsi sebuah penyelesaian pendekatan


untuk masing-masing dari variabel ketidak tergantungan x1(0 ) , x 2(0 ) ...., x n(0 ) . Hasil
dari persamaan (12), dalam solusi pendekatan baru x1(1) , x 2(1) ...., x n(1) . Dalam
metoda Gauss-Seidel, diakhir masing-masing iterasi, perhitungan harga dari
semua variabel adalah di tes terhadap harga sebelumnya. Jika semua
perubahan dalam variabel adalah dalam akurasi tertentu, penyelesaian
dikatakan telah konvergen, kalau tidak iterasi dilakukan kembali. Dasar
konvergen dapat selalu meningkat dengan menggunakan faktor percepatan
yang sesuai, dan urutan iterasinya menjadi :

xi(k +1) = xi(k ) + xi(kcal+1) xi(k )

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

(13)

ITATS 2012

Contoh 2
Gunakan Metoda Gauss-Seidel untuk mendapatkan akar-akar dari persamaan
berikut :

f (x ) = x 3 6 x 2 + 9 x 4 = 0
Penyelesaian :
Untuk penyelesaian harga x, pernyataan persamaan diatas adalah ditulis
kembali sebagai berikut :

1
6
4
x = x3 + x2 +
9
9
9
Dengan menggunakan algoritma Gauss-Seidel, dan menggunakan estimasi
awal

x (0 ) = 2
dengan menggunakan persamaan (8), diperoleh hasil sebagai berikut :
Iterasi pertama adalah

x (1) = g (2 ) =

1 3 6 2 4
(2) + (2) + = 2.2222
9
9
9

Iterasi kedua adalah :

x (2 ) = g (2.2222 ) =

1
(2.2222 )3 + 6 (2.2222 )2 + 4 = 2.5173
9
9
9

Iterasi ke 3, 4, 5, 6, 7, 8 adalah masing-masing 2.8966, 3.3376, 3.7398, 3.9568,


3.9988 dan 4.0000. Proses adalah berulang hingga perubahan dalam variabel
dalam akurasi yang diharapkan. Untuk penyelesaian secara program, ikuti
program matlab berikut :

Program MATLAB
clc
dx=1;
x=2;
iter = 0;
disp('Iter

dx

x')

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100


iter = iter + 1;
g = -1/9*x^3+6/9*x^2+4/9 ;
dx = g-x;
x = x + dx;
fprintf('%g', iter), disp([g, dx, x])
end

Hasil keluaran program sebagai berikut :


Iter

dx

2.2222

0.2222

2.2222

2.5173

0.2951

2.5173

2.8966

0.3793

2.8966

3.3376

0.4410

3.3376

3.7398

0.4022

3.7398

3.9568

0.2170

3.9568

3.9988

0.0420

3.9988

4.0000

0.0012

4.0000

4.0000

0.0000

4.0000

Gambar 3 : Ilustrasi Grafik Metoda Gauss-Seidel dari contoh 2

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 10

Contoh 3
Gunakan Metoda Gauss-Seidel untuk mendapatkan akar-akar dari persamaan
berikut dengan faktor percepatan = 1.25 :

f (x ) = x 3 6 x 2 + 9 x 4 = 0
Penyelesaian :
Mulai dengan estimasi awal x (0 ) = 2 dan dengan menggunakan persamaan
(10), diperoleh hasil sebagai berikut :
Iterasi pertama adalah :

g (2 ) =

1 3 6 2 4
(2) + (2) + = 2.2222
9
9
9

x (1) = 2 + 1.25[2.2222 2] = 2.2778


Iterasi kedua adalah

g (2.2778 ) =

1
(2.2778)3 + 6 (2.2778)2 + 4 = 2.5902
9
9
9

x (2 ) = 2.2778 + 1.25[2.5902 2.2778] = 2.6683


Iterasi ke 3, 4, 5, 6, 7, 8 adalah masing-masing 3.0801, 3.1831, 3.7238, 4.0084,
3.9978 dan 4.0005. Proses adalah berulang hingga oerubahan dalam variabel
dalam akurasi yang diharapkan. Untuk penyelesaian secara program, ikuti
program matlab berikut :
Program MATLAB
dx=1;
x=2;
iter = 0;
disp(Iter

dx

x)

while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100


iter = iter + 1;
g = -1/9*x^3+6/9*x^2+4/9;
dx = g-x;
x = x + 1.25*dx;
fprintf(%g, iter), disp([g, dx, x])
end

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 11

Hasil keluaran dari program sebagai berikut


Iter

dx

2.2222

0.2222

2.2778

2.5902

0.3124

2.6683

3.0801

0.4118

3.1831

3.6157

0.4326

3.7238

3.9515

0.2277

4.0084

4.0000 -0.0085

3.9978

4.0000

0.0022

4.0005

4.0000 -0.0005

3.9999

Gambar 4 : Grafik dari contoh 3 dengan Metoda Gauss-Seidel


dan menggunakan faktor percepatan

3.2 Metoda Newton-Raphson


Hampir secara luas penggunaan untuk penyelesaian persamaan
simultan aljabar nonlinier adalah menggunakan metoda Newton-Raphson.
Metoda Newton adalah dasar prosedur pendekatan yang sukses pada estimasi
awal dari sesuatu yang tidak diketahui dan dalam penyelesaian menggunakan
deret Taylors. Penyelesaian dari persamaan dimensi satu diberikan oleh :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 12

f (x ) = c

(14)

Jika x (0 ) adalah estimasi awal dari suatu penyelesaian, dan x (0 ) adalah


sebuah penyimpangan kecil dari penyelesaian yang benar, maka

f (x (0 ) + x (0 ) ) = c
Dengan perluasan sisi sebelah kiri dari persamaan diatas dalam deret Taylors
kira-kira x (0 ) adalah hasilnya

( )

f x

(0 )

(0 )

1 d2 f
df
+ x (0 ) + 2
2! dx
dx

(0 )

(x ( ) )
0

+ ......... = c

Dengan asumsi kesalahan x (0 ) adalah sangat kecil, bentuk orde tinggi dapat
diabaikan, yang dihasilkan dalam bentuk
(0 )

df
c ( 0 ) x ( 0 )
dx
dimana

c (0 ) = c f (x (0 ) )
Tambahan x (0 ) ke estimasi awal akan dihasilkan dalam pendekatan ke dua

x (1) = x (0 ) +

c (0 )
df

dx

(0 )

Penggunaan algoritma Newton-Raphson berturut-turut dari prosedur ini adalah

c (k ) = c f (x (k ) )
x (k ) =

c (k )
df

dx

(k )

x (k +1) = x (k ) + x (k )

(15)
(16)

(17)

persamaan (16) dapat disusun kembali sebagai berikut :

c (k ) = j (k ) x (k )

(18)

dimana

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 13

(k )

df
=
dx

(k )

Contoh 4
Gunakan Metoda Newton-Raphson untuk mendapatkan akar-akar dari
persamaan berikut :

f (x ) = x 3 6 x 2 + 9 x 4 = 0
Penyelesaian :
Algoritma Newton-Raphson akan memberikan penyelesaian secara analisis
sebagai berikut :

df ( x )
= 3 x 2 12 x + 9
dx

( )

c (0 ) = c f x (0 ) = 0 (6 ) 6(6 ) + 9(6 ) 4 = 50

df

dx

(0 )

x (0 ) =

= 3(6 ) 12(6 ) + 9 = 45
2

c (0 )
df

dx

(0 )

50
= 1.1111
45

Oleh karena itu, hasil diakhir iterasi pertama adalah :

x (1) = x (0 ) + x (0 ) = 6 1.1111 = 4.8889

x (2 ) = x (1) + x (1) = 4.8889

13.4431
= 4.2789
22.037

x (3 ) = x (2 ) + x (2 ) = 4.2789

2.9981
= 4.0405
12.5797

x (4 ) = x (3 ) + x (3 ) = 4.0405

0.3748
= 4.0011
9.4914

x (5 ) = x (4 ) + x (4 ) = 4.0011

0095
= 4.0000
9.0126

Program MATLAB

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 14

Program ini memberikan penyelesaian secara iterasi berdasarkan prosedurprosedur persamaan dengan metoda Newton-Raphson sebagai berikut :
clc
dx=1;
x=input('Enter the initial estimate -> ');
iter = 0;
disp('iter Dc

dx

x')

while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100


iter = iter + 1;
Dc=4 - (x^3-6*x^2+9*x);
J = 3*x^2-12*x+9;
dx= Dc/J;
x=x+dx;
fprintf('%g', iter), disp([Dc, J, dx, x])
end

Hasil keluaran dari program


Enter the initial estimate -> 6
iter Dc

dx

-50.0000

45.0000

-1.1111

4.8889

-13.4431

22.0370

-0.6100

4.2789

-2.9981

12.5797

-0.2383

4.0405

-0.3748

9.4914

-0.0395

4.0011

-0.0095

9.0126

-0.0011

4.0000

-0.0000

9.0000

-0.0000

4.0000

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 15

Gambar 5 : Grafik dari contoh 4 dengan metoda Newton-Raphson

3.2.1

Persamaan n-dimensi
Dengan meninjau kembali persamaan n-dimensi yang diberikan oleh

persamaan (11), dan dikembangkan sisi sebelah kiri dari persamaan (11)
kedalam deret Taylors kira-kira estimasi awal dan semua bentuk orde tinggi
diabaikan, maka dapat dinyatakan formulasi sebagai berikut :

( f1 )

(0 )

( f2 )

(0 )

( fn )

(0 )

(0 )

f
f
+ 1 x1(0 ) + 1
x1
x 2
(0 )

f
f
+ 2 x1(0 ) + 2
x1
x 2
(0 )

f
f
+ n x1(0 ) + n
x1
x 2

(0 )

x 2(0 ) + ... + 1

x n
(0 )

x 2(0 ) + ... + 2

x n
(0 )

x 2(0 ) + ... + n

x n

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

(0 )

x n(0 ) = c1

(0 )

x n(0 ) = c 2

M
(0 )

x n(0 ) = c n

ITATS 2012 16

atau dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai berikut

( )( ) ( )( ) K ( )( ) x ( )
( )( ) ( )( ) K ( )( ) x ( )

f1
c1 ( f 1 )(0 ) x1

(0 ) f
c 2 ( f 2 ) x21

=
M

M
0
(
)
c ( f ) f n
n
n

x1

f1
x2

f 2
x2

( )( ) ( )( )
0

f n
x2

O
K

f1
xn

f 2
xn

0
2

( 0 ) x ( 0 )
n

( )
f n
xn

atau secara singkat dapat ditulis dalam bentuk

C ( k ) = J ( k ) X ( k )
atau

[ ]

X (k ) = J (k )

C (k )

(19)

dan algoritma Newton-Raphon untuk n-dimensi akan menjadi

X (k +1) = X (k ) + X (k )

(20)

dimana

X (k )

(k )

x1(k )
(k )
x
= 2
M

x n(k )

C (k )

dan

( )( ) ( )( ) K ( )( )
( )( ) ( )( ) K ( )( )

f1
x1
f 2
= x1
M

fxn
1

( )

f1
x2

f1
xn

f 2
x2

f 2
xn

(k )

( )
f n
x2

(k )

O
K

f n ( k )
xn

c1 ( f 1 )(k )

(k )
c 2 ( f 2 )
=

c ( f )(k )
n
n

(21)

(22)

( )

dimana

J (k ) adalah disebut matrik Jacobian

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 17

Contoh 5
Gunakan metoda Newton-Raphson untuk mendapatkan perpotongan kurva dari
persamaan berikut :

x12 + x 22 = 4
e x1 + x 2 = 1
Penyelesaian :
Secara grafik, penyelesaian dari sistem ini adalah telah direpresentasikan
dengan perpotongan lingkaran x12 + x 22 = 4 dengan kurva e 1 + x 2 = 1 . Gambar
x

dibawah menunjukkan titik perpotongan mendekati (1, -1.7) dan (-1.8, 0.8).
Dengan mengambil turunan parsial dari fungsi diatas maka hasilnya dalam
bentuk matrik Jacobian berikut :

2 x1 2 x 2
J = x

1
1
e
Program MATLAB
iter = 0;
x=input('Enter initial estimates, col. vector [x1; x2] -> ');
Dx = [1; 1];
C=[4; 1];
disp('Iter DC

Jacobian matrix

Dx

x');

while max(abs(Dx)) >= .0001 & iter < 10


iter=iter+1;
f = [x(1)^2+x(2)^2; exp(x(1))+x(2)];
DC = C - f;
J = [2*x(1)
exp(x(1))

2*x(2)
1];

Dx=J\DC;
x=x+Dx;
fprintf('%g', iter), disp([DC, J, Dx, x])
end

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 18

Hasil keluaran dari program


Enter initial estimates, col. vector [x1; x2] -> [0.5;-1]
Iter DC

Jacobian matrix

Dx

2.7500

1.0000

-2.0000

0.8034

0.3513

1.6487

1.0000 -0.9733 -1.9733

-1.5928

2.6068 -3.9466 -0.2561

-0.7085

3.6818

-0.1205

2.0946 -3.4778 -0.0422

-0.1111

2.8499

-0.0019

2.0102 -3.4593 -0.0009

-0.0025

2.7321

-0.0000

2.0083 -3.4593 -0.0000

-0.0000

2.7296

1.0000

1.0000

1.0000

x
1.3034

1.0473

0.2344 -1.7389
1.0051

0.0092 -1.7296
1.0042

0.0000 -1.7296
1.0042

1.0000 -0.0000 -1.7296

Setelah lima iterasi, penyelesaian konvergen x1 = 1.0042 dan x 2 = 1.7296


akurat untuk empat desimal. Mulai dengan harga awal dari [-0.5; 1] yang
menghasilkan perpotongan garis pada x1 = 1.8163 dan x 2 = 0.8374

Gambar 6 : Grafik dengan metoda Newton-Raphson dari contoh 5

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 19

Contoh 6
Selesaikan persamaan berikut menggunakan metoda Newton_Raphson, mulai
dengan harga awal x1 = 1, x 2 = 1, dan x3 = 1

x12 x 22 + x32 = 11
x1 x 2 + x 22 3 x3 = 3

x1 x1 x3 + x 2 x3 = 6
Penyelesaian :
Dengan mengambil turunan parsial dari fungsi diatas dalam bentuk matrik
Jacobian sebagai berikut :

2 x1
J = x 2
1 x3

2 x2
x1 + 2x 2
x3

x1 + x 2
2 x3

berikut pernyataan program matlab untuk penyelesaian persamaan diatas


dengan menggunakan metoda Newton_Raphson
Program MATLAB
Dx=[10; 10; 10];
x=[1; 1; 1];
C=[11; 3; 6];
iter = 0;
while max(abs(Dx))>=.0001 & iter<10;
iter = iter + 1
F = [x(1)^2-x(2)^2+x(3)^2
x(1)*x(2)+x(2)^2-3*x(3)
x(1)-x(1)*x(3)+x(2)*x(3)];
DC =C - F
J = [2*x(1) -2*x(2)
x(2)

2*x(3)

x(1)+2*x(2) -3

1-x(3) x(3)

-x(1)+x(2)]

Dx=J\DC
x=x+Dx
end

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 20

Hasil keluaran dari program adalah :


iter
1

DC
10.0000
4.0000
5.0000

2.0000
1.0000
0.0000

J
-2.0000
3.0000
1.0000

iter
2

DC
-25.1250
-48.7500
-1.3125

11.5000
6.0000
-5.2500

J
-12.0000
17.7500
6.2500

12.5000
-3.0000
0.2500

Dx
-2.4829
-2.2213
-1.8582

iter
3

DC
-4.6834
-10.4491
0.4861

6.5343
3.7787
-3.3918

J
-7.5575
10.8246
4.3918

8.7836
-3.0000
0.5116

Dx
-1.0721
-0.6799
-0.3207

iter
4

DC
-0.7899
-1.1913
0.1258

4.3901
3.0988
-3.0711

J
-6.1976
8.3927
4.0711

iter
5

DC
-0.0312
-0.0276
0.0063

iter
6

4.0118
3.0022
-3.0026

J
-6.0044
8.0103
4.0026

DC
1.0e-004*
-0.3669
-0.1784
0.0957

2.0000
-3.0000
0.0000

-6.0000
8.0000
4.0000

x
5.7500
6.0000
6.2500
x
3.2671
3.7787
4.3918
x
2.1951
3.0988
4.0711

8.1423
-3.0000
0.9037

Dx
-0.1892
-0.0966
-0.0685

x
2.0059
3.0022
4.0026

8.0052
-3.0022
0.9963

Dx
-0.0059
-0.0022
-0.0026

x
2.0000
3.0000
4.0000

J
4.0000
3.0000
-3.0000

Dx
4.7500
5.0000
5.2500

8.0000
-3.0000
1.0000

Dx

1.0e-005
-0.5577
-0.1130
-0.2645

2.0000
3.0000
4.0000

Setelah enam (6) iterasi, penyelesaian konvergen dengan x1 = 2.0000,


x2 = 3.0000 dan x3 = 4.0000

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 21

4. PENYELESAIAN ALIRAN DAYA


Aliran Daya, secara umum dikenal sebagai aliran beban, dan
merupakan bagian yang penting dari analisa sistem tenaga listrik. Aliran Daya
adalah perlu untuk perencanaan sistem tenaga, perencanaan pembangkitan
ekonomis sistem tenaga dan kendali dalam sistem tenaga. Masalah yang ada
dalam aliran beban adalah menentukan tegangan magnitude dan sudut fasa
tegangan pada masing-masing bus dan aliran daya aktif dan reaktif dalam
masing-masing saluran.
Dalam pemecahan aliran daya, sistem diasumsi bekerja dalam keadaan
seimbang dan dimodelkan dalam bentuk sistem satu-fasa. Ada empat besaran
yang berhubungan dengan masing-masing bus yaitu : Tegangan magnitude

V , sudut fasa

, Daya nyata P dan daya reaktif Q. Bus sistem

diklasifikasikan menjadi tiga tipe sebagai berikut :


Slack Bus
Satu bus ini dikenal sebagai slack atau bus berayun (swing bus). Pada
bus ini diambil sebagai bus referensi dimana magnitude dan sudut fasa
dari

tegangan

ditentukan.

Bus

ini

membuat

berbeda

antara

perencanaan beban dan daya yang dibangkitkan yang adalah


disebabkan oleh rugi-rugi dalam jaringan. Slack Bus ini berfungsi untuk
mensuplai kekurangan daya riil dan daya reaktif termasuk rugi-rugi pada
saluran transmisi
Bus Beban
Pada bus ini, daya aktif dan daya reaktif ditentukan. Magnitude dan
sudut fasa dari tegangan bus tidak diketahui. Bus ini disebut P-Q bus.
Bus Pengatur
Bus ini adalah bus Generator dan dikenal sebagai kontrol tegangan bus.
Pada bus ini, Daya nyata dan tegangan magnitude adalah ditentukan.
Dan pada bus ini, tujuannya adalah untuk menentukan Sudut fasa dari
tegangan dan daya reaktif . Batasan daya reaktif adalah juga
ditentukan. Bus ini dikenal sebagai P-V bus

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 22

4.1

PERSAMAAN ALIRAN DAYA


Jaringan sistem tenaga listrik seperti terlihat pada gambar 7. Saluran

transmisi adalah dalam bentuk model ekifalen , dimana impedansi telah


dirubah ke dalam bentuk admitansi per satuan pada dasar (base) MVA.
Dengan menerapkan hukum arus kirchof pada bus ini maka dihasilkan :

I i = y i 0Vi + y i1 (Vi V1 ) + y i 2 (Vi V2 ) + ....... + y in (Vi Vn )

= ( y i 0 + y i1 + y i 2 + ..... + y in )Vi y i1V1 y i 2V2 ..... y inVn

(23)

atau
n

j =0

j =1

I i = Vi yij y ijV j

ji

(24)

Daya nyata(riil) dan daya reaktif pada bus i adalah :

Pi + jQi = Vi I i*

(25)

atau

Ii =

Pi jQi
Vi*

(26)

dengan memasukkan Ii kedalam persamaan (24)


n
n
Pi jQi
=
V
y

y ijV j

i ij
Vi *
j =0
j =1

ji

(27)

Dari hubungan diatas, formulasi matematika dari aliran daya dalam


sebuah sistem tenaga dari persamaan aljabar nonlinear yang harus dipecahkan
secara teknik iterasi.
Vi

V1

y i1

V2

yi 2
Ii
y in

Vn

yi 0
Gambar 7 : Bus dari sistem tenaga

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 23

5. PENYELESAIAN ALIRAN DAYA METODE GAUSS-SEIDEL


Dalam studi aliran daya, perlu untuk memecahkan persamaan tidaklinear seperti dalam persamaan (27) untuk dua variabel yang tidak diketahui
pada masing-masing node. Dalam metode Gauss-Seidel dalam persamaan
(27) adalah untuk memecahkan harga Vi, dan urutan iterasinya adalah menjadi:

Pi sch jQisch
Vi (k +1) =

Vi

*( k )

+ yijV j(k )

ji

(28)

ij

dimana yij adalah admitansi dalam per satuan. Pi sch dan Qisch adalah amsingmasing daya nyata dan daya reaktif dalam per satuan. Dalam penulisan
menurut KCL, arus masuk bus i asumsi positif. Jadi, untuk bus dimana daya
nyata dan daya reaktif adalah injeksi kedalam bus, seperti bus generator, Pi sch
dan Qisch mempunyai harga positif. Untuk bus beban, dimana daya nyata dan
daya reaktif adalah mengalir menjauhi dari bus, Pi sch dan Qisch mempunyai
harga negatif. Jika persamaan (27) adalah untuk menyelesaikan Pi dan Qi ,
maka :
n
n
(k )

Pi (k +1) = Vi * Vi (k ) y ij V j(k ) y ij

j =0
j =1


n
n
(k )

Qi(k +1) = Vi * Vi (k ) y ij V j(k ) y ij

j =0
j =1

ji

(29)

ji

(30)

Persamaan aliran daya adalah biasanya dinyatakan dalam bentuk


elemen dari matrik bus admitansi. Karena elemen off-diagonal dari matrik
admitansi bus Ybus , adalah Yij = y ij , dan elemen diagonal adalah Yii =

ij

maka persamaan (28) menjadi :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 24

Pi sch jQisch
Vi (k +1) =

Vi

*( k )

+ YijV j(k )
j i

Yii

ji

(31)

dan

Pi

( k +1)

( k +1)

Qi

n
*(k ) (k )
(k )
= Vi Vi Yii + YijV j

j =1


j i

n
*(k ) (k )

(k )
= Vi Vi Yii + V j yij

j =1

j i

ji

ji

(32)

(33)

Untuk P-Q bus , daya riil dan daya reaktif Pi sch dan Qisch adalah
diketahui. Mulai dengan estimasi awal, persamaan (31) adalah menyelesaikan
untuk komponen tegangan riil dan imajiner. Untuk kontrol tegangan bus (P-V
bus) dimana Pi sch dan Vi adalah ditentukan, pertama persamaan (33) adalah
diselesaikan untuk Qi(k +1) , dan kemudian menggunakan persamaan (31) untuk
menyelesaikan Vi (k +1) . Namun, karena Vi adalah ditentukan, hanya bagian
imajiner dari Vi (k +1) adalah tetap dipelihara dan bagian riil (nyata nya) dipilih
agar memenuhi :

(e ( ) ) + ( f ( ) )

= Vi

k +1

k +1

atau

ei(k +1) = Vi f i (k +1)


2

(34)

(35)

dimana ei(k +1) dan f i (k +1) adalah komponen riil dan imajiner dari tegangan Vi (k +1)
dalam urutan iterasi.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 25

5.1

Faktor Percepatan (Acceleration Factor)


Dalam proses iterasi ini sering diperoleh konvergensi yang lebih cepat,

jadi jumlah iterasi lebih sedikit, dengan menggunakan faktor percepatan pada
setiap hasil iterasi. Misalkan faktor percepatan, maka harga dipercepat

k)
Vi (k +1) = Vi (k ) + Vi (cal
Vi (k )

(36)

Menggantikan harga Vi (k +1) dalam perhitungan selanjutnya. Jadi untuk contoh


dimuka, untuk perhitungan V3(k +1) terlebih dahulu dihitung harga V2(k +1)

dipercepat, V2( k +1) = V2(k ) + V2(k ) Vi (k )

maka,

V3(k +1) = V3(k ) + V3(k ) Vi (k )

dan selanjutnya dicari V4(k +1) dan seterusnya, harga berkisar antara 1.4 dan
1.7. Harga yang kecil untuk sistem yang kecil dan harga yang besar untuk
sistem yang besar. Proses tetap berlanjut hingga perubahan dalam komponen
riil dan komponen imajiner dari tegangan bus hingga iterasi ditentukan secara
akurat sebagai berikut :

ei(k +1) ei(k )


f i (k +1) f i (k )

(37)

6. ALIRAN DAYA DAN RUGI-RUGI DAYA PADA SALURAN


Setelah penyelesaian iterasi dari tegangan bus, langkah berikutnya
adalah menghitung aliran daya pada saluran dan rugi-rugi pada saluran.
Hubungan saluran dua bus i dan j seperti terlihat pada gambar 8 berikut :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 26

I ij

Vi

Il

Vj

yij

I i0
yi 0

I ji

I j0
yi 0

Gambar 8 :Model saluran Transmisi untuk perhitungan aliran daya

Arus saluran Iij, diukur pada bus i dan didifinisikan positif dalam arah i j
adalah diberikan oleh

I ij = I l + I i 0 = y ij (Vi V j ) + y i 0Vi

(38)

dengan cara yang sama, arus saluran diukur pada bus j dan didifinisikan positif
dalam arah j i adalah diberikan oleh

I ji = I l + I j 0 = y ij (V j Vi ) + y j 0V j

(39)

Daya Komplek Sij dari bus i ke j dan Sji dari bus j ke i adalah :

S ij = Vi I ij*

(40)

S ji = V j I *ji

(41)

Rugi-rugi daya dalam saluran i j adalah jumlah aljabar dari aliran daya dan
diformulasikan sebagai berikut :

S L ij = S ij + S ji

(42)

contoh 7
Diagram satu garis dari sistem tenaga tiga-bus sepeti pada gambar 9a, dengan
pembangkit pada bus_1. Tegangan magnitude pada bus_1 adalah 1.05 per
satuan. Beban pada bus_2 dan bus_3 adalah seperti ditunjukkan pada gambar

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 27

9. Impedansi saluran adalah dibuat dalam per satuan pada base 100-MVA dan
supceptansi line charging adalah diabaikan.
1. Gunakan metoda Gauss-Seidel, tentukan harga Tegangan fasor pada
beban bus_2 dan bus_3 (P-Q bus) akurasi hingga empat desimal
2. Tentukan daya slack bus real dan reaktif
3. Tentukan aliran daya pada saluran dan rugi-rugi saluran dan gambar aliran
dayanya

V1 = 1.05 0

Gambar 9a : Diagram satu-garis dari contoh 7


(Impedansi per satuan pada dasar 100-MVA)

Penyelesean:
1. Impedansi saluran dirubah ke dalam bentuk admitansi

y12 =

1
= 10 j 20
0.02 + j 0.04

dengan cara yang sama, y13 = 10 j 30 dan y 23 = 16 j 32 . Besarnya


admitansi seperti ditunjukkan pada gambar 9b.
Pada bus P-Q, beban komplek dinyatakan dalam per satuan adalah :

S 2sch =
S 3sch =

(256.6 +

j110.2 )
= 2.566 j1.102 per satuan
100

(256138.6 +
100

j 45.2 )

= 1.386 j 0.452 per satuan

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 28

V1 = 1.05 0

Gambar 9b : Diagram satu-garis dari contoh 7


(Admitansi per satuan pada dasar 100-MVA)

Bus_1 adalah diambil sebagai bus referensi (slack bus), mulai dari estimasi
awal V2(0 ) = 1.0 + j 0.0 dan V3(0 ) = 1.0 + j 0.0 , V2 dan V3 adalah dihitung
sebagai berikut :

P2sch jQ2sch
*( k )
2

V2(1) =

+ y12V1 + y 23V3(0 )

y12 + y 23
2.566 + j1.102
1.0 j 0

+ (10 j 20 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(1.0 + j 0 )

(26 j 52)

= 0.9825 j 0.0310

dan

P3sch jQ3sch
V3(1) =

*( k )
3

+ y13V1 + y 23V2(1)

y13 + y 23
1.386 + j 0.452

1 .0 j 0

+ (10 j 30 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(0.9825 + j 0.0310 )

(26 j 52)

= 1.001 j 0.0353
Untuk iterasi ke dua adalah :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 29

2.566 + j1.102
(2 )

V2

0.9825 + j 0.0310

+ (10 j 20 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(1.0011 + j 0.0353)

(26 j52)

= 0.9816 j 0.0459
dan

1.386 + j 0.452
(2 )

V3

1.0011 j 0.0353

+ (10 j 30 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(0.9816 + j 0.052 )

(26 j52)

= 1.0008 j 0.0459
Proses adalah berlanjut dan penyelesaian konvergen dengan keakurasian

5 x 10 5 per satuan dalam tujuh iterasi sebagai berikut :


V2(3 ) = 0.9808 j 0.0578

V3(3 ) = 1.0004 j 0.0488

V2(4 ) = 0.9803 j 0.0594

V3(4 ) = 1.0002 j 0.0497

V2(5 ) = 0.9801 j 0.0598

V3(5 ) = 1.0001 j 0.0499

V2(6 ) = 0.9801 j 0.0599

V3(6 ) = 1.0000 j 0.0500

V2(7 ) = 0.9800 j 0.0600

V3(7 ) = 1.0000 j 0.0500

Penyelesaian akhirnya adalah :

V2 = 0.9800 j 0.0600 = 0.98183 3.5035 0 per satuan


V3 = 1.0000 j 0.0500 = 1.00125 2.8624 0 per satuan
2. Dengan mengetahui semua tegangan bus, daya slack bus adalah :

P1 jQ1 = V1* [V1 ( y12 + y13 ) ( y12V2 + y13V3 )]

= 1.05[1.05(20 j 50 ) (10 j 20)(0.98 j 0.6)


(10 j30)(1.0 j 0.05)] = 4.095 j1.890

atau
Daya nyata dan daya reaktif pada slack bus adalah :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 30

P1 = 4.095 per satuan = 409.5 MW dan Q1 = 1.890 per satuan = 189 M var
3. Untuk mendapatkan aliran daya pada saluran, pertama arus pada saluran
dihitung. Dengan mengabaikan kapasitor charging, arus-arus pada saluran
sebagai berikut :

I 12 = y12 (V1 V2 ) = (10 j 20)[(1.05 + j 0) (0.98 j 0.06)] = 1.9 j 0.8


I 21 = I 12 = 1.9 + j 0.8
I 13 = y13 (V1 V3 ) = (10 j 30)[(1.05 + j 0) (1.0 j 0.05)] = 2.0 j1.0
I 31 = I 13 = 2.0 + j1.0
I 23 = y 23 (V2 V3 ) = (16 j 32)[(0.98 j 0.06) (1.0 j 0.05)]
= 0.64 j 0.48
I 32 = I 23 = 0.64 j 0.48
Jadi aliran daya pada saluran adalah :

S12 = V1 I 12* = (1.05 + j 0.0)(1.9 + j 0.8) = 1.995 + j 0.84 per satuan


= 199.5 MW + j84.0 M var
*
S 21 = V2 I 21
= (0.98 j 0.06)( 1.9 j 0.8) = 1.91 j 0.67 per satuan

= 191.0 MW j 67.0 M var


S13 = V1 I 13* = (1.05 + j 0.0)(2.0 + j1.0 ) = 2.1 + j1.05 per satuan
= 210.0 MW + j105.0 M var
*
S 31 = V3 I 31
= (1.05 j 0.0 )( 2.0 j1.0 ) = 2.05 j 0.90 per satuan

= 205.0 MW j 90.0 M var


*
= (0.98 j 0.06)( 0.656 + j 0.48)
S 23 = V2 I 23

= 0.656 j 0.432 per satuan


= 65.6 MW j 43.2 M var
*
= (1.0 j 0.05)(0.64 + j 0.48)
S 32 = V3 I 32

= 0.664 + j 0.448 per satuan


= 66.4 MW + j 44.8 M var
dan rugi-rugi saluran adalah :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 31

S L12 = S12 + S 21 = 8.5 MW + j17.0 M var


S L13 = S13 + S 31 = 5.0 MW + j15.0 M var
S L 23 = S 23 + S 32 = 0.8 MW + j1.60 M var
Diagram aliran daya adalah ditunjukkan pada gambar 9c, dimana arah daya
nyata adalah ditunjukkan dengan dan arah daya reaktif adalah
ditunjukkan dengan a . Harga dalam kurung adalah rugi-rugi daya nyata
dan daya reaktif dalam saluran.

Gambar 9c : Diagram Aliran Daya

contoh : 8
Diagram satu garis sistem tenaga seperti ditunjukkan dalam gambar 10a
dengan Generator pada bus_1 dan bus_3. Tegangan magnitude pada bus_1
adalah di atur 1.05 per satuan. Tegangan magnitude pada bus_3 adalah tetap
1.04 per satuan dengan pembangkitan daya nyata sebesar 200 MW. Beban
terdiri dari 400 MW dan 250 Mvar adalah diambil dari bus_2. Impedansi saluran
adalah per satuan pada dasar (base) 100 MVA, dan supseptansi line charging
diabaikan. Tentukan aliran daya dengan menggunakan metoda Gauss-Seidel
termasuk aliran daya pada saluran dan rugi-rugi saluran.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 32

2
0.02+j0.04
400
0.01+j0.03

0.0125+j0.25

Slack Bus

V1 = 1.05 0

250
Mvar

V = 1.04
3
200
MW

Gambar 10a : Diagram satu-garis dari contoh 8


(Impedansi per satuan pada dasar 100-MVA)

Penyelesaian :
Impedansi saluran dirubah ke bentuk admitansi adalah sebagai berikut :

y12 = 10 j 20

y13 = 10 j 30

y 23 = 16 j 32

Beban dan pembangkitan dinyatakan dalam per satuan sebagai berikut :

S 2sch =
P3sch =

(400 +

j 250 )
= 4.0 j 2.5 per satuan
100

200
= 2 per satuan
100

Bus_1 adalah diambil sebagai bus referensi (slack bus), mulai dari estimasi
awal

V2(0 ) = 1.0 + j 0.0 dan V3(0 ) = 1.0 + j 0.0 , V2 dan V3 adalah dihitung

sebagai berikut :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 33

P2sch jQ2sch
V2(1) =

*( k )
2

y12 + y 23
4 .0 + j 2 .5

+ y12V1 + y 23V3(0 )

1.0 j 0

+ (10 j 20 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(1.04 + j 0 )

(26 j52 )

= 0.97462 j 0.042307
Bus_3 adalah bus pengatur dimana tegangan magnitude dan daya nyata
adalah ditentukan. Untuk kontrol tegangan bus , pertama daya reaktif dihitung
sebagai berikut :


Q3(1) = V3*

[V (0)( y
3

13

+ y 23 ) y13V1 y 23V2(1)

= {(1.04 j 0 )[(1.04 + j 0 )(26 j 62 ) (10 j 30 )(1.05 + j 0 )


(16 j 32 )(0.97462 j 0.042307 )]} = 1.16

Harga Q3(1) adalah digunakan sebagai Q3sch untuk menghitung tegangan di


bus_3. Tegangan komplek pada bus_3, ditunjukkan oleh Qc(13) adalah dihitung
sebagai berikut :
P3sch jQ3sch

(1)

Vc 3 =

V3*

y13 + y 23
2.0 j1.16

+ y13V1 + y 23V2(1)

1.04 j 0

+ (10 j 30 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(0.97462 j 0.042307 )

(26 j 62)

= 1.03783 j 0.005170

Karena V3 adalah tetap konstan pada 1.04 per satuan, hanya bagian imajiner
dari Vc(31) adalah dipelihara (retained), i.e f 3(1) = 0.005170 dan bagian nyata
adalah diperoleh dari

e3(1) =

(1.04)2 (0.005170)2

= 1.039987

Jadi

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 34

V3(1) = 1.039987 j 0.005170


Untuk iterasi ke dua :

P2sch jQ2sch
(2 )

V2

V2*

+ y12V1 + y 23V3(1)

y12 + y 23
4.0 + j 2.5

0.97462 + j 0.42307

+ (10 j 20 )(1.05 + j 0 ) + (16 j 32 )(1.039987 + j 0.005170 )

(26 j52)

= 0.971057 j 0.043432

(1)
Q3(2 ) = V3* V3(1) ( y13 + y 23 ) y13V1 y 23V2(2 )

]}

= {(1.039987 + j 0.005170 )[(1.039987 j 0.005170 )(26 j 62 ) (10 j 30 )(1.05 + j 0 )


(16 j 32 )(0.971057 j 0.043432 )]} = 1.38796

P3sch jQ3sch
Vc(32 ) =

V3*

+ y13V1 + y 23V2(2 )

y13 + y 23
2.0 j1.38796

1.039987 + j 0.00517

+ (10 j 30 )(1.05) + (16 j 32 )(0.971057 j 0.043432 )

(26 j 62)

= 1.03908 j 0.00730

Karena V3 adalah tetap konstan pada 1.04 per satuan, hanya bagian imajiner
dari Vc(32 ) adalah dipertahankan tetap, i.e f 3( 2 ) = 0.00730 dan bagian nyata
adalah diperoleh dari

e3(2 ) =

(1.04)2 (0.00730)2

= 1.039974

Jadi

V3(2 ) = 1.039974 j 0.00730

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 35

Proses adalah kontinyu dan penyelesaian konvergen dengan akurasi

5 x 10 5 per satuan dalam tujuh iterasi seperti diberikan sebagai berikut :


(3 )
V2 = 0.97073 j 0.04479

(3 )
Q3 = 1.42904

(3 )
V3 = 1.03996 j 0.00833

(4 )
V2 = 0.97065 j 0.04533

(4 )
Q3 = 1.44833

(4 )
V3 = 1.03996 j 0.00873

(5 )
V2 = 0.97062 j 0.04555

(5 )
Q3 = 1.45621

(5 )
V3 = 1.03996 j 0.00893

(6 )
V2 = 0.97061 j 0.04565

(6 )
Q3 = 1.45947

(6 )
V3 = 1.03996 j 0.00900

(7 )
V2 = 0.97061 j 0.04569

(7 )
Q3 = 1.46082

(7 )
V3 = 1.03996 j 0.00903

Penyelesaian akhir adalah :

V2 = 0.97168 2.6948 0 per satuan

S 2 = 2.0 + j1.4617 per satuan


V3 = 1.04 0.498 0 per satuan

S1 = 2.1842 + j1.4085 per satuan


Aliran Daya dan rugi-rugi saluran adalah sebagai berikut :

S12 = 179.36 + j118.734 S 21 = 170.97 j101.947

S L12 = 8.39 + j16.79

S13 = 39.06 + j 22.118

S L13 = 0.18 + j 0.548

S 31 = 38.88 j 21.569

S 23 = 229.03 j148.05 S 32 = 238.88 + j167.746

S L 23 = 9.85 + j19.69

Diagram aliran daya adalah ditunjukkan pada gambar 10b, dimana arah daya
nyata adalah ditunjukkan dengan dan arah daya reaktif adalah ditunjukkan
dengan a . Harga dalam kurung adalah rugi-rugi daya nyata dan daya reaktif
dalam saluran.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 36

Gambar 10b : Diagram Aliran Daya

7. TRANSFORMATOR DENGAN RATIO YANG BERUBAH-UBAH


(TRANSFORMATOR TAP CHANGING)
Aliran daya Riil sepanjang saluran transmisi adalah ditentukan oleh
perbedaan sudut dari tegangan terminal, dan aliran daya reaktif adalah
ditentukan dari perbedaan magnitude dari tegangan terminal. Daya Riil dan
daya reaktif dapat dikontrol dengan menggunakan Transformator pengatur
tegangan (tap changing transformator).
Dalam Transformator pengatur tegangan (tap changing transformator), jika
perbandingan adalah pada harga nominal, transformator adalah diwakili
dengan admitansi seri yt per satuan. Dengan off-nominal ratio, admitansi per
satuan adalah perbedaan dari kedua sisi transformator, dan admitansi harus
dimodifikasi termasuk pengaruh dari off-nominal ratio. Sebuah transformator
dengan admitansi seri dengan sebuah transformator idial menggambarkan offnominal ratio 1:a seperti ditunjukkan dalam gambar 11. yt adalah per satuan,
dasar pada turn ratio nominal dan a adalah per satuan off-nominal tap position
diijinkan untuk diatur sedikit tegangannya biasanya 10 % . Dalam hal
pergeseran fasa transformator, a adalah merupakan bilangan komplek. Jadi,
untuk asumsi arah arus, maka

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 37

Vx =

1
Vj
a

(43)

I i = a * I j

(44)

Arus Ii adalah diberikan oleh

I i = y t (Vt V x )
Dengan memasukkan untuk Vx, maka I i = y tVi
Juga, dari persamaan (45), maka I j =

yt
Vj
a

(45)

1
Ii
a*

Dengan memasukkan untuk Ii dari persamaan (45), maka

Ij =

yt
y
V + t2 V j
* i
a
a

(46)

persamaan (45) dan (46) ditulis dalam bentuk matrik adalah :

I i yt
I = yt
j a*

yta Vi

yt
2 Vj

(47)

Jika a adalah riil (nyata), model yang ditunjukkan dalam gambar_12,


menggambarkan matrik admitansi dalam persamaan (47). Dalam model , sisi
kiri menggambarkan non-tap side dan sisi kanan menggambarkan tap-side dari
transformator.

Vi

Ii

yt

Vx

Ij

Vj

Gambar 11: Transformator dengan tap setting ratio a:1

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 38

yt / a

Non-tap side

( )y

( aa1 )yt

Tap side

1 a
a2

j
t

Gambar 12 : Rangkaian Ekivalen tap changing transformator

Contoh 9
Sistem tenaga listrik IEEE-14 bus seperti ditunjukkan pada gambar 13 dan
data-data sistem sebagai berikut :

13
14

12
11

10

6
G

4
5

3
G

Gambar 13 : Diagram satu garis sitem Tenaga Listrik IEEE-14 bus

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 39

Data Saluran
No.
Saluran
1
1
2
2
2
3
4
4
4
5
6
6
6
7
7
9
9
10
12
13

Bus
Dari
1
1
2
2
2
3
4
4
4
5
6
6
6
7
7
9
9
10
12
13

ke
2
5
3
4
5
4
5
7
9
6
11
12
13
8
9
10
14
11
13
14

R (pu)

X(pu)

0.01938
0.05403
0.04699
0.05811
0.05695
0.06701
0.01335
0.00000
0.00000
0.00000
0.09498
0.12291
0.06615
0.00000
0.00000
0.03181
0.12711
0.08205
0.22092
0.17093

0.05917
0.22305
0.19797
0.17632
0.17388
0.17103
0.04211
0.20912
0.55618
0.25202
0.19890
0.25581
0.13027
0.17615
0.11001
0.08450
0.27038
0.19207
0.19988
0.34802

1/2B
(pu)
0.02640
0.02460
0.02190
0.01870
0.01700
0.01730
0.00640
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000

Tap
Sett
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
0.978
0.969
0.932
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

Data Bus
Bus
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Bus Voltage

Generation

Mag

Deg

MW

Mvar

MW

Mvar

1.060
1.045
1.010
1.000
1.000
1.070
1.000
1.090
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0.00
21.70
94.20
47.80
7.60
11.20
0.00
0.00
29.50
9.00
3.50
6.10
13.50
14.90

00.00
12.70
19.00
3.90
1.60
7.50
0.00
0.00
6.60
5.80
1.80
1.60
5.80
5.00

00.00
40.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00

00.00
42.40
23.40
00.00
00.00
12.20
00.00
17.40
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00
00.00

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

Load

Reactive
power limit
Mvar Mvar
-Min -max
0
0
-40.0
50.0
0.0
40.0
0
0
0
0
-6.0
24.0
0
0
-6.0
24.0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Shunt
capasitor
0
0
0
0
0
0
0
0
0.190
0
0
0
0
0

ITATS 2012 40

Data Bus Regulasi (P-V Bus)

No.Bus

Data Bus Regulasi (P-V Bus)


Tegangan
Batas Mvar
Min
Max
Magnitude

1.045

-40.0

1.010

0.0

40.0

1.070

-6.0

24.0

1.090

-6.0

24.0

Data Kapasitor Shunt

Data Tap Transformator

DATA KAPASITOR SHUNT


No. Bus
Mvar
9

50.0

0.190

DATA TRANSFORMATOR
Bus ke Bus
TAP SETTING
4

0.978

0.969

0.932

Gunakan Program MATLAB, selesaikan aliran daya dengan menggunakan


metoda :
a) Aliran daya Gauss-Seidel
Penyelesaian
Cara penulisan dalam program Matlab sebagai berikut
clc
basemva = 100; accuracy = 0.001; maxiter = 10;
%
Bus Bus Voltage Sudut
%
No code Mag. Derajat
busdata= [ 1
1 1.060
0.0
2
2 1.045
0.0
3
2 1.010
0.0
4
0 1.000
0.0
5
0 1.000
0.0
6
2 1.070
0.0
7
0 1.000
0.0
8
2 1.090
0.0
9
0 1.000
0.0
10
0 1.000
0.0
11
0 1.000
0.0
12
0 1.000
0.0
13
0 1.000
0.0
14
0 1.000
0.0

--Beban----Pembangkitan-Static Mvar
MW Mvar
MW
Mvar
Qmin Qmax +Qc/-Ql
00.0 00.00
00.00 00.00
0.0
0.0
0
22.2 13.02
40.00 42.40
-40.0
50.0
0
96.5 19.47
00.00 23.40
0.0
40.0
0
48.9
3.99
00.00 00.00
0.0
0.0
0
7.8
1.64
00.00 00.00
0.0
0.0
0
11.5
7.69
00.00 12.20
-6.0
24.0
0
0.0
0.00
00.00 00.00
0.0
0.0
0
0.0
0.00
00.00 17.40
-6.0
24.0
0
30.2 17.01
00.00 00.00
0.0
0.0 0.190
9.2
5.95
00.00 00.00
0.0
0.0
0
3.6
1.84
00.00 00.00
0.0
0.0
0
6.3
1.64
00.00 00.00
0.0
0.0
0
13.8
5.94
00.00 00.00
0.0
0.0
0
15.3
5.13
00.00 00.00
0.0
0.0
0];

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 41

%
%
%
linedata=

Line code
Bus bus
nl
nr
[1
2
1
5
2
3
2
4
2
5
3
4
4
5
4
7
4
9
5
6
6
11
6
12
6
13
7
8
7
9
9
10
9
14
10
11
12
13
13
14

R
p.u.
0.01938
0.05403
0.04699
0.05811
0.05695
0.06701
0.01335
0.00000
0.00000
0.00000
0.09498
0.12291
0.06615
0.00000
0.00000
0.03181
0.12711
0.08205
0.22092
0.17093

X
p.u.
0.05917
0.22305
0.19797
0.17632
0.17388
0.17103
0.04211
0.20912
0.55618
0.25202
0.19890
0.25581
0.13027
0.17615
0.11001
0.08450
0.27038
0.19207
0.19988
0.34802

1/2 B = 1 for lines


p.u. > 1 or < 1 tr. tap at bus nl
0.02640
1.0
0.02460
1.0
0.02190
1.0
0.01870
1.0
0.01700
1.0
0.01730
1.0
0.00640
1.0
0.00000
0.978
0.00000
0.969
0.00000
0.932
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.00000
1.0
0.0000
1.0];

lfybus
lfgauss
busout
lineflow

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 42

Hasil keluaran Program Sebagai berikut :


Penyelesaian Aliran Daya Dengan Metoda Gauss-Seidel
Mismatch Daya Maksimum = 0.0657707
Jumlah Iterasi = 12
Bus

Voltage

Sudut

No.

Mag.

Derajat

Beban

1.060
1.045
1.010
1.011
1.018
1.070
1.045
1.090
1.029
1.028
1.045
1.046
1.043
1.019

0.000
-5.066
-12.977
-10.451
-9.062
-14.695
-13.421
-13.205
-15.005
-15.156
-15.074
-15.389
-15.470
-16.453

Injeksi
Daya

MW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Total

Pembangkitan

Mvar

0.000
22.200
96.500
48.900
7.800
11.500
0.000
0.000
30.200
9.200
3.600
6.300
13.800
15.300
265.300

0.000
13.020
19.470
3.990
1.640
7.690
0.000
0.000
17.010
5.950
1.840
1.640
5.940
5.130
83.320

MW

Mvar

Mvar

241.216
40.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
281.216

-14.497
58.089
34.264
0.000
0.000
25.920
0.000
27.681
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
131.457

0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190

Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya Pada Saluran


Saluran
Dari
1

Ke
2
5

2
1
3
4
5
3
2
4
4
2
3

Daya di bus & Aliran Daya


MW
241.216
159.380
77.935
17.800
-154.942
74.791
57.565
43.808
-96.500
-72.369
-22.798
-48.900
-55.793
23.192

Mvar
-14.497
-21.165
4.507
45.069
28.867
3.648
2.069
1.766
14.794
1.933
7.173
-3.990
-0.645
-9.697

MVA
241.652
160.779
78.065
48.457
157.608
74.880
57.602
43.843
97.627
72.394
23.899
49.063
55.796
25.137

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

Rugi-rugi Daya
MW

Trans. Tap

Mvar

4.439
2.946

7.702
6.851

4.439
2.422
1.772
1.007

7.702
5.580
1.424
-0.541

2.422
0.394

5.580
-2.524

1.772
0.394

1.424
-2.524

ITATS 2012 43

5
7
9
5
1
2
4
6
6
5
11
12
13
6
5
11
12
8
7
9
4
7
10
14
10
9
11
11
6
10
12
6
13
13
6
12
14
14
9
13
Rugi Total

-58.458
26.763
15.322
-7.800
-74.989
-42.800
58.906
45.505
-11.500
-45.505
8.143
8.163
18.315
-11.500
-45.505
8.143
8.163
0.000
2.435
-30.200
-15.322
-27.034
3.238
9.518
-9.200
-3.235
-4.037
-3.600
-8.017
4.095
-6.300
-8.053
1.345
-13.800
-18.020
-1.340
7.013
-15.300
-9.409
-6.915

1.655
-5.198
3.225
-1.640
2.343
-2.307
-1.561
11.767
18.230
-7.097
9.279
5.958
13.259
18.230
-7.097
9.279
5.958
27.681
27.695
-16.820
-1.971
-14.848
-0.118
-0.599
-5.950
0.127
-7.578
-1.840
-9.014
7.712
-1.640
-5.730
0.517
-5.940
-12.677
-0.513
3.618
-5.130
0.831
-3.418

58.482
27.263
15.658
7.971
75.026
42.862
58.926
47.002
21.555
46.055
12.346
10.106
22.611
21.555
46.055
12.346
10.106
27.681
27.802
34.568
15.449
30.843
3.241
9.537
10.956
3.238
8.587
4.043
12.064
8.732
6.510
9.884
1.441
15.024
22.032
1.435
7.891
16.137
9.446
7.714

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

0.447
0.000
0.000

0.095
1.456
1.254

0.978
0.969

2.946
1.007
0.447
-0.000

6.851
-0.541
0.095
4.670

0.932

-0.000
0.126
0.110
0.295

4.670
0.265
0.228
0.582

-0.000
0.126
0.110

4.670
0.265
0.228

0.000

1.146

0.000
0.000
0.003
0.109

1.254
0.988
0.008
0.232

0.003
0.057

0.008
0.134

0.126
0.057

0.265
0.134

0.110
0.004

0.228
0.004

0.295
0.004
0.098

0.582
0.004
0.199

0.109
0.098
14.231

0.232
0.199
29.751

ITATS 2012 44

8. PENYELESAIAN ALIRAN DAYA METODE NEWTON-RAPHSON


Untuk menerapkan metoda Newton-Raphson pada penyelesaian aliran
daya kita dapat memilih untuk menyatakan tegangan bus dan admitansi
saluran dalam bentuk polar atau bentuk siku-siku (Rectanglar). Untuk sistem
tenaga listrik yang besar, metoda Newton-Raphson adalah sangat effisien dan
praktis. Jumlah iterasi yang disaratkan untuk mendapatkan penyelesaian aliran
daya adalah tidak tergantung ukuran sistem, tetapi evaluasi fungsi adalah
disaratkan pada masing-masing iterasi. Karena dalam masalah aliran daya,
daya riil dan tegangan magnitude adalah ditentukan untuk kontrol tegangan
bus. Seperti sistem tenaga listrik yang ditunjukkan dalam gambar 7, arus
masuk bus i adalah diberikan oleh persamaan (24). Persamaan ini dapat
dituliskan kembali dalam bentuk matrik admitansi bus sebagai berikut :
n

I i = YijV j

(48)

j =1

dalam persamaan diatas, j sudah termasuk kedalam bus i. Pernyataan


persamaan ini dalam bentuk polar adalah :
n

I i = Yij V j ij + j

(49)

j =1

Daya komplek pada bus i adalah :

Pi jQi = Vi* I i

(50)

dengan memasukkan persamaan (49) untuk I i dalam persamaan (50), maka


persamaan daya nya adalah :
n

Pi jQi = Vi i Yij V j ij + j

(51)

j =1

Dengan memisahkan bagian imajiner dan bagian nyata, maka

Pi = Vi V j Yij cos( ij i + j )

(52)

Qi = Vi V j Yij sin ( ij i + j )

(53)

j =1

j =1

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 45

persamaan (52) dan (53) merupakan sekumpulan persamaan aljabar nonlinier


dalam bentuk ketidak-tergantungan variabel, tegangan magnitude dalam
besaran per satuan dan sudut fasa dalam radian. Dua persamaan untuk
masing-masing bus beban, diberikan oleh persamaan (52) dan (53), dan satu
persamaan untuk kontrol tegangan bus yaitu persamaan (52). Dengan
mengembangkan persamaan (52) dan (53) kedalam bentuk deret Taylors
tentang estimasi awal dan mengabaikan semua bentuk orde tinggi, maka
hasilnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan linier berikut :
(k )

(k )

(k )

(k )

P2
P2
P2
P2(k ) P2
L
M
L

2
V2
Vn
M 2
M M
O M
M M
O
M


(k )
(k )
(k )
(k )
Pn
Pn
Pn
M Pn
K
M
K
P (k )
n
V2
Vn
2
n

LLL = KKKKKKKK KKKKKKKKK


(k )
(k )
(k )
(k )
(k )
Q2 Q2 L Q2 M Q2 L Q2

M
2
V2
Vn
2

M
M
O M
M
M
O
M

M
(k )
(k )
(k )
(k )
Qn K Qn M Qn K Qn

Qn(k )
n
V2
Vn
2

2 (k )

(k )
n

KKK

V2 ( k )

(k )
Vn 2

Dalam persamaan diatas, bus_1 adalah diasumsi slack bus. Matrik Jacobian
memberikan dalam bentuk linier antara perubahan sedikit (kecil) dalam sudut
tegangan i(k )

dan tegangan magnitude Vi (k ) dengan perubahan sedikit

(kecil) dalam daya riil dan daya reaktif

Pi(k ) dan Q i(k ) . Elemen dari Matrik

Jacobian adalah turunan parsial dari persamaan (52) dan (53), setelah
dievaluasi pada i(k ) dan Vi (k ) . Dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai
berikut :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 46

P J 1
Q = J
3

J 2

J 4 V

(54)

Untuk kontrol tegangan bus, tegangan magnitude adalah diketahui. Oleh


karena itu, jikan m bus dari sistem adalah kontrol tegangan, persamaan m
melibatkan Q dan V dan menggambarkan kolom dari Matrik Jacobian
telah ter-eleminasi. Misal ada kendala daya riil n 1 dan kendala daya reaktif

(2n 2 m) x (2n 2 m) . J1
adalah orde (n 1) x (n 1) , J2 adalah orde (n 1) x (n 1 m ) , J3 adalah orde
(n 1 m) x (n 1) , dan J4 adalah orde (n 1 m) x (n 1 m)
n 1 m, dan Matrik Jacobian adalah orde

Elemen Diagonal dan Off-Diagonal dari J1 adalah

Pi
= Vi V j Yij sin ( ij i + j )
i
j i
Pi
= Vi V j Yij sin ( ij i + j )
i

(55)

ji

(56)

Elemen Diagonal dan Off-Diagonal dari J2 adalah

Pi
= 2 Vi Yii cos ii + Vi V j Yij cos( ij i + j )
Vi
j i

Pi
Vj

= Vi Yij cos( ij i + j )

ji

(57)

(58)

Elemen Diagonal dan Off-Diagonal dari J3 adalah

Qi
= Vi V j Yij cos( ij i + j )
Qi
j i
Qi
= Vi V j Yij cos( ij i + j )
Qi

(59)

ji

(60)

Elemen Diagonal dan Off-Diagonal dari J4 adalah

Qi
= 2 Vi Yii sin ii V j Yij sin ( ij i + j )
Vi
j i

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

(61)

ITATS 2012 47

Qi
Vj

= Vi Yij sin ( ij i + j )

ji

(62)

Bentuk Pi (k ) dan Qi(k ) adalah perbedaan antara rencana(schedule) dan


harga perhitungan, dikenal sebagai power residual , dan diberikan sebagai
berikut :

Pi (k ) = Pi sch Pi (k )

(63)

Qi(k ) = Qisch Qi(k )

(64)

Estimasi baru untuk tegangan bus adalah :

i(k +1) = i(k ) + i(k )

(65)

Vi (k +1) = Vi (k ) + Vi (k )

(66)

Prosedur penyelesaian aliran daya dengan metoda Newton-Raphson adalah


sebagai berikut :
1. Untuk tegangan bus, dimana

Pi sch dan Qisch adalah ditentukan,

Tegangan magnitude dan sudut fasa adalah di setting sama dengan


harga slack-bus. Atau 1.0 dan 0.0. contoh untuk Vi (0 ) = 1.0 dan

i(0 ) = 0.0 . Untuk pengatur tegangan bus, dimana Vi dan Pi sch adalah
ditentukan, sudut fasa adalah di setting sama dengan sudut slack-bus.
Atau 0 contoh i(0 ) = 0.0
2. Untuk bus beban, Pi (k ) dan Qi(k ) dihitung dari persamaan (52) dan (53)
dan Pi (k ) dan Qi(k ) adalah dihitung dari persamaan (63) dan (64).
3. Untuk kontrol tegangan bus, Pi (k ) dan Pi (k ) adalah dihitung dari
persamaan (52) dan (63).
4. Elemen dari matrik Jacobian (J1, J2, J3 dan J4) adalah dihitung dari
persamaan (55)-( 62).

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 48

5. Persamaan Linier simultan (54) adalah diselesaiakan secara langsung


dengan secara optimal dengan ordered tringular factorization dan
eliminasi Gaussian.
6. Tegangan magnitude baru dan sudut fasa adalah dihitung dengan
persamaan (65) dan (66).
7. Proses adalah kontinyu hingga residual Pi (k ) dan Qi(k ) adalah lebih
kecil dari akurasi yang ditentukan. Contoh :

Pi(k )

dan

Q i(k )

(67)

Contoh 10.
Diagram satu garis sistem tenaga seperti ditunjukkan dalam gambar 14a
dengan Generator pada bus_1 dan bus_3. Tegangan magnitude pada bus_1
adalah di atur 1.05 per satuan. Tegangan magnitude pada bus_3 adalah tetap
1.04 per satuan dengan pembangkitan daya nyata sebesar 200 MW. Beban
terdiri dari 400 MW dan 250 Mvar adalah diambil dari bus_2. Impedansi saluran
adalah per satuan pada base 100 MVA, dan

supseptansi lene charging

diabaikan. Tentukan aliran daya dengan menggunakan metoda NewtonRaphson, termasuk aliran daya pada saluran dan rugi-rugi saluran.
1

2
0.02+j0.04
400
0.01+j0.03

0.0125+j0.25

Slack Bus

V1 = 1.05 0

250
Mvar

V = 1.04
3
200
MW

Gambar 14a : Diagram satu-garis dari contoh 10


(Impedansi per satuan pada dasar 100-MVA)

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 49

Penyelesaian :
Impedansi dirubah ke bentuk admitansi adalah sebagai berikut :

y12 = 10 j 20

y13 = 10 j 30

y 23 = 16 j 32

Matrik admitansi bus adala :

Ybus

20 j 50
= 10 + j 20
10 + j 30

10 + j 20
26 j 52
16 + j 32

10 + j 30
16 + j 32
26 j 62

dengan merubah matrik admitansi bus ke dalam bentuk polar dengan sudut
dalam radian maka

53.85165 1.9029
Ybus = 22.360682.0344

31.622781.8925

22.360682.0344

31.622781.8925

58.13777 1.1071

35.777092.0344

35.777092.0344

67.23095 1.1737

Besarnya daya nyata (real) pada bus_2 dan bus_3 dan daya reaktif pada
bus_2 masing-masing adalah :

P2 = V2 V1 Y21 cos( 21 2 + 1 ) + V22 Y22 cos 22 +


V2 V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )
P3 = V3 V1 Y31 cos( 31 3 + 1 ) + V3 V2 Y32 cos( 32 3 + 2 ) +
V32 Y33 cos 33
Q2 = V2 V1 Y21 sin ( 21 2 + 1 ) V22 Y22 sin 22
V2 V3 Y23 sin ( 23 2 + 3 )
Elemen dari matrik Jacobian adalah diperoleh dengan cara turuan parsial dari
persamaan diatas terhadap 2 , 3 dan V2 sebagai berikut :

P2
= V2 V1 Y21 sin ( 21 2 + 1 ) + V2 V3 Y23 sin ( 23 2 + 3 )
2

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 50

P2
= V2 V3 Y23 sin ( 23 2 + 3 )
3
P2
= V1 Y21 cos( 21 2 + 1 ) + 2 V2 Y22 cos( 22 2 + 3 )
V2
+ V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )

P3
= V3 V2 Y32 sin ( 32 3 + 2 )
2
P3
= V3 V1 Y31 sin ( 31 3 + 1 ) + V3 V2 Y32 sin ( 32 3 + 2 )
3
P3
= V3 Y32 cos( 32 3 + 2 )
V2

Q2
= V2 V1 Y21 cos( 21 2 + 1 ) + V2 V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )
2
Q2
= V2 V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )
3
Q2
= V1 Y21 sin ( 21 2 + 1 ) 2 V2 Y22 sin ( 22 2 + 3 )
V2
V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )

Beban dan pembangkitan dinyatakan dalam per satuan adalah :

S 2sch =
P2sch =

(400 +

j 250 )
= 4.0 j 2.5 per satuan
100

200
= 2.0 per satuan
100

Tegangan slack bus adalah V1 = 1.050 per satuan dan Tegangan magnitude
bus_3 adalah V3 = 1.04 per satuan . Mulai dengan estimasi awal V2(0 ) = 1.0 ,

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 51

2(0 ) = 0.0 dan 3(0 ) = 0.0 , daya residual adalah dihitung dari persamaan (63)
dan (64) sebagai berikut :

P2(0 ) = P2sch P0sch = 4.0 ( 1.14 ) = 2.8600


P3(0 ) = P3sch P0sch = 2.0 (0.5616 ) = 1.4384
Q2(0 ) = Q2sch Q0sch = 2.5 ( 2.28 ) = 2.2200
Eveluasi elemen dari matrik Jacobian dengan estimasi awal, persamaan linear
dalam iterasi pertama menjadi :

2.8600 54.28000 33.28000 24.86000


1.4384 = 33.28000
66.04000 16.64000


0.2200 27.14000 16.64000
49.72000

Penyelesaian dari persamaan matrik diatas, Tegangan bus baru dalam iterasi
pertama adalah :

2(0 ) = 0.045263

2(1) = 0 + ( 0.045263) = 0.045263

3(0 ) = 0.007718

3(1) = 0 + ( 0.007718 ) = 0.007718

V2(0 ) = 0.026548

V2(1) = 1 + ( 0.026548 ) = 0.97345

Sudut Tegangan fasa adalah dalam radian. Untuk iterasi kedua sebagai berikut
(1)
0.099218 51.724675 31.765618 21.302567 2

0.021715 = 32.981642 65.656383 15.379086 (1)


3
0.050914 28.538577 17.402838 48.103589 V (1)
2

dan

2(1) = 0.001795

2(2 ) = 0.045263 + ( 0.001795) = 0.04706

3(1) = 0.000985

3(2 ) = 0.007718 + ( 0.000985 ) = 0.00870

V2(1) = 0.001767

V2(2 ) = 0.973451 ( 0.001767 ) = 0.971684

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 52

Untuk iterasi ketiga,


(2 )
0.000216 51.596701 31.693866 21.147447 2
0.000038 = 32.933865 65.597585 15.351628 (2 )


3
0.000143 28.548205 17.396932 47.954870 V (2 )
2

dan

2(2 ) = 0.000038

2(3 ) = 0.047058 + ( 0.0000038) = 0.04706

3(2 ) = 0.0000024 3(3 ) = 0.008703 ( 0.0000024 ) = 0.008705

V2(2 ) = 0.0000044 V2(3 ) = 0.971684 + ( 0.0000044 ) = 0.971668


Penyelesaian konvergen dalam iterasi ke tiga dengan maksimum power
mismatch 2.5 x 10 4 dengan V2 = 0.97168 2.696 0 dan

V3 = 1.04 0.4988 0
Daya Reaktif pada bus_3 adalah :

Q3 = V3 V1 Y31 sin ( 31 3 + 1 ) V3 V2 Y32 sin ( 32 3 + 2 )


V3 Y33 sin ( 33 )
2

Daya nyata dan daya reaktif pada slack-bus adalah :

P1 = V1 Y11 cos 11 + V1 V2 Y12 cos(12 1 + 2 )


2

+ V1 V3 Y13 cos(13 1 + 3 )

Q1 = V1 Y11 sin 11 V1 V2 Y12 sin (12 1 + 2 )


2

V1 V3 Y13 sin (13 1 + 3 )

dengan mensubsitusikan diatas, maka diperoleh

Q3 = 1.4617 per satuan

P1 = 2.1842 per satuan


Q1 = 1.4085 per satuan
Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 53

Diagram aliran daya adalah ditunjukkan pada gambar 13b, dimana arah daya
nyata adalah ditunjukkan dengan dan arah daya reaktif adalah ditunjukkan
dengan a . Harga dalam kurung adalah rugi-rugi daya nyata dan daya reaktif
dalam saluran.

Gambar 14b : Diagram Aliran Daya


Contoh 11
Tentukan penyelesaian aliran daya untuk sistem IEEE test 14 bus dengan
menggunakan metoda Newton-Raphson dan gunakan program Matlab :
Penyelesaian
Data yang dibutuhkan sama seperti pada contoh 9, dengan ikuti perintah
program berikut :
clc
basemva = 100; accuracy = 0.001; maxiter = 12;
busdata=[ sama seperti contoh 9];
linedata=[ sama seperti contoh 9];
lfybus
lfnewton
busout
lineflow

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 54

Hasil keluaran Program Sebagai berikut :


Penyelesaian Aliran Daya dg metoda Newton-Raphson
Mismatch Daya Maksimum = 0.0522135
Jumlah Iterasi = 3
Bus

Voltage

Sudut

Beban

No.

Mag.

Derajat

1.060
1.035
1.010
1.007
1.011
1.070
1.047
1.080
1.030
1.029
1.046
1.053
1.046
1.018

0.000
-5.315
-13.499
-10.782
-9.234
-15.098
-13.869
-13.869
-15.492
-15.711
-15.525
-15.973
-16.007
-16.774

Injeksi
Daya

MW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Total

Pembangkitan

Mvar

0.000
22.200
96.500
48.900
7.800
11.500
0.000
0.000
30.200
9.200
3.600
6.300
13.800
15.300
265.300

0.000
13.020
19.470
3.990
1.640
7.690
0.000
0.000
17.010
5.950
1.840
1.640
5.940
5.130
83.320

MW

Mvar

Mvar

239.573
40.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
279.573

-16.002
51.157
33.789
0.000
0.000
23.624
0.000
25.528
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
118.097

0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190

Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya Pada Saluran


Saluran
Dari
1

Ke

Daya di bus & Aliran Daya

2
4

MW
239.573
170.729
79.563
17.800
-165.699
75.298
56.438
41.735
-96.500
-72.811
-23.684

Mvar
-16.002
-6.126
7.321
38.137
15.687
-1.772
-1.674
0.007
14.319
7.671
9.758

MVA
240.107
170.838
79.899
42.087
166.440
75.319
56.463
41.735
97.557
73.214
25.615

2
3
5

-48.900
-54.710
24.139
-61.891

-3.990
3.017
-12.115
10.300

49.063
54.793
27.009
62.742

2
5
2
1
3
4
5
3

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

Rugi-rugi Daya
MW

Trans. Tap

Mvar

5.029
3.093

9.561
7.488

5.029
2.487
1.728
0.928

9.561
5.899
1.342
-0.727

2.487
0.456

5.899
-2.357

1.728
0.456
0.520

1.342
-2.357
0.335

ITATS 2012 55

7
9
5
1
2
4
6
6
5
11
12
13
7
4
8
9
8
7
9
4
7
10
14
10
9
11
11
6
10
12
6
13
13
6
12
14
14
9
13
Rugi Total

27.768
15.810
-7.800
-76.470
-40.807
62.411
47.071
-11.500
-47.071
8.489
8.289
18.795
0.000
-27.768
0.000
27.768
0.000
-0.000
-30.200
-15.810
-27.768
4.497
8.881
-9.200
-4.491
-4.709
-3.600
-8.362
4.762
-6.300
-8.203
1.903
-13.800
-18.531
-1.892
6.623
-15.300
-8.786
-6.514

-7.588
2.416
-1.640
0.167
-0.735
-9.965
8.919
15.934
-4.007
8.995
3.248
10.174
0.000
9.221
-19.662
16.384
25.528
20.283
-16.820
-1.099
-15.341
-0.799
0.420
-5.950
0.816
-6.766
-1.840
-8.729
6.889
-1.640
-3.071
1.431
-5.940
-9.654
-1.421
5.135
-5.130
-0.218
-4.912

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

28.786
15.993
7.971
76.470
40.814
63.201
47.909
19.650
47.241
12.368
8.902
21.372
0.000
29.259
19.662
32.241
25.528
20.283
34.568
15.848
31.724
4.567
8.891
10.956
4.564
8.244
4.043
12.088
8.375
6.510
8.760
2.381
15.024
20.895
2.366
8.381
16.137
8.789
8.158

0.000
0.000

1.633
1.316

0.978
0.969

3.093
0.928
0.520
0.000

7.488
-0.727
0.335
4.913

0.932

0.000
0.127
0.085
0.264

4.913
0.266
0.177
0.520

0.000
-0.000
0.000

1.633
0.621
1.043

-0.000

0.621

0.000
0.000
0.006
0.095

1.316
1.043
0.017
0.201

0.006
0.053

0.017
0.123

0.127
0.053

0.266
0.123

0.085
0.011

0.177
0.010

0.264
0.011
0.110

0.520
0.010
0.223

0.095
0.110
14.991

0.201
0.223
32.605

ITATS 2012 56

9. PENYELESAIAN ALIRAN DAYA METODE FAST DECOUPLED


Penyelesaian aliran daya skala besar merupakan penyelesaian aliran
daya yang sangat komplek. Untuk mengantisifasi tersebut, sebuah strategi
alternatif

untuk

memperbaiki

effisiensi

perhitungan

maupun

teknik

pemrograman adalah menggunakan metoda Fast Decoupled. Saluran


Transmisi sistem tenaga listrik, perbandingan X R sangat tinggi. Untuk
sebuah sistem, perubahan daya riil P kurang sensitif untuk berubah dalam
tegangan magnitude dan adalah hampir sensitif untuk berubah dalam sudut
fasa . Dengan cara yang sama, daya reaktif adalah kurang sensitif untuk
berubah dalam sudut dan adalah dengan utamanya tergantung pada
perubahan dalam tegangan magnitude. Oleh karena itu, elemen J2 dan J3 dari
matrik Jacobian adalah nol, jadi persamaan (54) menjadi :

P J 1 0
Q = 0 J V

(68)

P
P = J 1 =

(69)

Q
Q = J 4 V =
V
V

(70)

atau

persamaan (69) dan (70) menunjukkan persamaan matrik yang telah dipisah
menjadi dua persamaan decoupled yang membutuhkan waktu lebih sedikit
dibandingkan waktu pemecahan yang dibutuhkan oleh persamaan (54).
Penyederhanaan

dapat

dibuat

untuk

meng-eliminasi

kebutuhan

untuk

perhitungan kembali J1 dan J4 selama masing-masing iterasi. Elemen diagonal


dari J1 yang telah dijelaskan dalam persamaan (55) mungkin ditulis kembali
sebagai berikut
n
Pi
2
= Vi V j Yij sin( ij i + j ) Vi Yii sin ii
i j =1

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 57

Dengan mengganti bentuk pertama dari persamaan diatas dengan Qi ,


seperti diberikan oleh persamaan (53), maka dihasilkan persamaan berikut :

Pi
2
= Q i V i Yii sin ii
i
2

= Q i V i B ii
Dimana Bii = Yii sin ii adalah bagian imajiner dari elemen diagonal dari matrik
admitansi bus. Bii adalah jumlah susceptance dari seluruh elemen inciden
bus_i. Dalam sistem tenaga, susceptance-sendiri Bii Qi , dan mungkin kita
mengabaikan Qi . Penyederhanaan selanjutnya adalah diperoleh dengan
menganggap Vi

Vi , yang mana menghasilkan

Pi
= Vi Bii
i

(71)

Dibawah kondisi operasi normal, j i adalah sangat kecil. Jadi dalam


persamaan (56) dengan menganggap ii i + j ii , elemen off-diagonal
dari J1 menjadi :

Pi
= Vi V j Bij
i
Penyederhanaan

selanjutnya

adalah

diperoleh

dengan

menganggap

V j 1 ,maka

Pi
= Vi Bij
i
Dengan cara yang sama, elemen diagonal dari J4 yang telah dijelaskan dalam
persamaan (61) mungkin ditulis kembali sebagai berikut :
n
Q i
= Vi Yii sin ii Vi V j Yij sin( ij i + j )
Vi
j =1

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 58

Dengan mengganti bentuk kedua dari persamaan diatas dengan Qi , seperti


diberikan oleh persamaan (53), maka dihasilkan persamaan berikut :

Q i
= Vi Yii sin ii + Q i
Vi
Sekali lagi, karena Bii = Yii sin ii Qi mungkin diabaikan dan persamaan (61)
direduksi menjadi

Q i
= Vi Bii
Vi

(73)

Demikian juga dalam persamaan (62), dengan menganggap ij i + j ij ,


maka hasilnya

Qi
V j

= Vi Bij

(74)

Dengan asumsi ini, persamaan (69) dan (70) diambil bentuk sebagai berikut

P
= B'
Vi

(75)

Q
= B'' V
Vi

(76)

B' dan B" adalah bagian imajiner dari matrik admitansi bus Ybus . Karena
elemen

dari

matrik

ini

adalah

konstan,

kita

membutuhakan

bentuk

segitiga(triangularized) dan di inveskan pada awal dari iterasi. B ' adalah orde

(n 1) . Untuk kontrol tegangan bus dimana

Vi dan Pi adalah ditentukan dan

Qi tidak ditentukan. Gambaran baris dan kolom dari Ybus adalah ter-eliminasi.
Jadi, B " adalah orde dari (n 1 m ) , dimana m adalah jumlah dari kontrol
tegangan bus. Oleh karena itu, dalam algoritma aliran daya decoupled,
berturut-turut perubahan tegangan magnitude dan sudut fasa adalah

[ ]

= B'

P
Vi

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

(77)

ITATS 2012 59

[ ]

V = B''

Q
Vi

(78)

Contoh 12
Tentukan penyelesaian aliran daya dari contoh soal.10 dengan menggunakan
metoda Fast Decoupled
Penyelesaian
Matrik admitansi bus dari sistem adalah :

Ybus

20 j 50 10 + j 20
= 10 + j 20
26 j 52

10 + j 30 16 + j 32

10 + j 30

16 + j 32

26 j 62

Dalam sistem ini, bus_1 adalah slack bus dan matrik susceptance untuk mengevaluasi sudut fasa 2 dan 3 adalah

52

B' =

32

32 62

Inverse dari matrik diatas adalah :


028182
[B ' ] 1 = 00..014545

0.014545

0.023636

dari persamaan (52) dan (53), daya riil pada bus_2 dan bus_3, dan daya reaktif
pada bus_2 masing-masing adalah :

P2 = V2 V1 Y21 cos( 21 2 + 1 ) + V22 Y22 cos 22


+ V2 V3 Y23 cos( 23 2 + 3 )
P3 = V3 V1 Y31 cos( 31 3 + 1 ) + V3 V2 Y32 cos( 32 3 + 2 )
+ V32 Y33 cos 33
Q2 = V2 V1 Y21 sin ( 21 2 + 1 ) V22 Y22 sin 22
V2 V3 Y23 sin ( 23 2 + 3 )
maka besarnya beban dan pembangkitan (generation) dapat dinyataan dalam
per satuan adalah sebagai berikut :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 60

S 2sch =
P3sch =

(400 +

j 250 )
= 4.0 j 2.5 per satuan
100

(200 ) = 2.0
100

per satuan

Tegangan slack bus adalah V1 = 1.050 0 per satuan dan tegangan manitude
bus_3 adalah V3 = 1.04 per satuan . Mulai dengan estimasi awal V2(0 ) = 1.0 ,

2(0 ) = 0.0 dan 3(0 ) = 0.0 , maka daya dari persamaan (63) dan (64) adalah :
P2(0 ) = P2sch P2(0 ) = 4.0 ( 1.14) = 2.86
P3(0 ) = P3sch P3(0 ) = 2.0 (0.5616 ) = 1.4384

Q2(0 ) = Q2sch Q2(0 ) = 2.5 ( 2.28) = 0.22


Algoritma aliran daya Fast Decouple diberikan dalam persamaan (77) menjadi

2(0 )
0.028182
(0 ) =
0.014545
3

0.014545 21.8600
0.060483
.0
1.4384 =

0.023636 1.04 0.008909

Karena bus_3 adalah bus pengatur (regulated bus), baris dan kolom dari B"
adalah di eliminasi dan besarnya adalah :

B '' = [ 52]
dari persamaan (78), didapatkan :

1 0.22
V2 =
= 0.0042308
52 1.0
Maka tegangan baru dalam iterasi pertama adalah :

2(0 ) = 0.060483

2(1) = 0 + ( 0.060483) = 0.060483

3(0 ) = 0.008989

3(1) = 0 + ( 0.008989 ) = 0.008989

V2(0 ) = 0.0042308

V2(1) = 1 + ( 0.0042308 ) = 0.995769

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 61

Tegangan fasa dalam radian. Proses berlanjut hingga power residual dalam
spesifikasi akurat, dan hasil di tabelkan seperti dibawah :
Iter

V2

P2

P3

Q2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

-0.060482
-0.056496
-0.044194
-0.044802
-0.047665
-0.047614
-0.046936
-0.046928
-0.047087
-0.047094
-0.047057
-0.047054
-0.047063
-0.047064

-0.008909
-0.007952
-0.008690
-0.008986
-0.008713
-0.008645
-0.008702
-0.008720
-0.008707
-0.008702
-0.008705
-0.008706
-0.008706
-0.008706

0.995769
0.965274
0.95711
0.972985
0.973116
0.971414
0.971333
0.971732
0.971762
0.971669
0.971660
0.971681
0.971684
0.971680

-2.860000
0.175895
0.640309
-0.021395
-0.153368
0.000520
0.035980
0.000948
-0.008442
-0.000470
0.001971
0.000170
-0.000458
-0.000053

1.438400
-0.070951
-0.457039
0.001195
0.112899
0.002610
-0.026190
-0.001411
0.006133
0.000510
-0.001427
-0.000163
0.000330
0.000048

-0.220000
-1.579042
0.021948
0.365249
0.006657
-0.086136
-0.004067
0.020119
0.001558
-0.004688
-0.000500
0.001087
0.000151
-0.000250

Dengan merubah sudut fasa ke bentuk derajat, maka penyelesaian akhir


adalah

V2 = 0.97168 2.696 0

dan

V3 = 1.04 0.4988 0 .

Dengan

menggunakan persamaan (52) dan (53), maka daya reaktif pada bus_3 dan
daya riil dan reaktif pada slack bus adalah :

Q3 = 1.4617 per satuan

P1 = 2.1842 per satuan


Q1 = 1.4085 per satuan

Contoh 13
Tentukan penyelesaian aliran daya untuk sistem IEEE test 14 bus dengan
menggunakan metoda Fast Decouple dan gunakan program Matlab :

Penyelesaian
Data yang dibutuhkan sama seperti pada contoh 9, dengan ikuti perintah
program berikut :

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 62

clc
basemva = 100; accuracy = 0.001; maxiter = 12;
busdata=[ sama seperti contoh 9];
linedata=[ sama seperti contoh 9];
lfybus
decouple
busout
lineflow

Hasil keluaran Program Sebagai berikut :


Penyelesaian Aliran Daya Dengan Metoda Fast Decoupled
Mismatch Daya Maksimum = 0.0946274
Jumlah Iterasi = 3
Bus

Voltage

Sudut

No.

Mag.

Derajat

Beban

1.060
1.045
1.010
1.010
1.014
1.070
1.048
1.090
1.031
1.029
1.045
1.050
1.043
1.016

0.000
-5.158
-13.135
-10.506
-8.988
-14.808
-13.591
-13.591
-15.215
-15.454
-15.421
-16.096
-15.939
-16.428

Injeksi
Daya

MW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Total

Pembangkitan

0.000
22.200
96.500
48.900
7.800
11.500
0.000
0.000
30.200
9.200
3.600
6.300
13.800
15.300
265.300

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

Mvar
0.000
13.020
19.470
3.990
1.640
7.690
0.000
0.000
17.010
5.950
1.840
1.640
5.940
5.130
83.320

MW

Mvar

Mvar

239.445
40.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
279.445

-15.314
50.426
27.709
0.000
0.000
5.666
0.000
25.399
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
93.887

0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.190

ITATS 2012 63

Aliran Daya dan Rugi-rugi Daya Pada Saluran


Saluran
Dari
1

Ke
2
5

2
1
3
4
5
3
2
4
4
2
3
5
7
9
5
1
2
4
6
6
5
11
12
13
7
4
8
9
8
7
9
4
7
10
14
10
9
11

Daya di bus & Aliran Daya


MW
239.445
162.176
77.463
17.800
-157.579
75.351
57.290
42.659
-96.500
-72.893
-23.464

Mvar
-15.314
-21.633
6.170
37.406
29.817
3.357
2.527
4.062
8.239
2.370
8.157

MVA
239.934
163.612
77.708
41.426
160.375
75.425
57.346
42.852
96.851
72.932
24.842

-48.900
-55.533
23.890
-61.273
27.845
15.853
-7.800
-74.539
-41.692
61.778
46.847
-11.500
-46.847
10.154
11.259
22.330
0.000
-27.845
0.000
27.816
0.000
-0.000
-30.200
-15.853
-27.816
5.088
8.930
-9.200
-5.080
-3.298

-3.990
-1.143
-10.598
9.217
-6.765
2.825
-1.640
0.606
-4.713
-8.937
10.225
-2.024
-5.331
8.664
2.880
10.672
0.000
8.375
-25.122
16.802
25.399
26.135
-16.820
-1.497
-15.744
-0.389
1.562
-5.950
0.409
-6.976

49.063
55.544
26.136
61.963
28.655
16.103
7.971
74.542
41.958
62.421
47.949
11.677
47.149
13.349
11.621
24.750
0.000
29.077
25.122
32.497
25.399
26.135
34.568
15.924
31.962
5.102
9.065
10.956
5.096
7.716

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

Rugi-rugi Daya
MW

Trans. Tap

Mvar

4.597
2.924

8.185
6.776

4.597
2.457
1.758
0.967

8.185
5.727
1.384
-0.652

2.457
0.426

5.727
-2.441

1.758
0.426
0.504
-0.000
0.000

1.384
-2.441
0.280
1.611
1.328

0.978
0.969

2.924
0.967
0.504
0.000

6.776
-0.652
0.280
4.893

0.932

0.000
0.148
0.145
0.354

4.893
0.310
0.302
0.697

-0.000
0.000
0.000

1.611
1.013
1.058

0.000

1.013

0.000
0.000
0.008
0.098

1.328
1.058
0.021
0.209

0.008
0.046

0.021
0.108

ITATS 2012 64

11
6
10
12
6
13
13
6
12
14
14
9
13
Rugi Total

-3.600
-10.007
3.344
-6.300
-11.114
1.165
-13.800
-21.976
-1.151
5.392
-15.300
-8.831
-5.296

-1.840
-8.355
7.084
-1.640
-2.578
2.415
-5.940
-9.976
-2.402
5.683
-5.130
-1.352
-5.487

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

4.043
13.036
7.833
6.510
11.409
2.682
15.024
24.134
2.664
7.834
16.137
8.934
7.626

0.148
0.046

0.310
0.108

0.145
0.014

0.302
0.013

0.354
0.014
0.096

0.697
0.013
0.196

0.098
0.096
14.543

0.209
0.196
31.018

ITATS 2012 65

SOAL-SOAL LATIHAN
1. Selesaikan persamaan berikut dengan menggunakan metoda Gauss-Seidel

x1 + x1 x2 = 10
x1 + x 2 = 6
dengan estimasi awal
a) x1(0 ) = 1 dan x 2(0 ) = 1
b) x1(0 ) = 1 dan x 2(0 ) = 2
Berlanjut hingga iterasi x1(k ) dan x 2(k ) lebih kecil dari 0.001
2. Selesaikan persamaan berikut dengan menggunakan metoda NewtonRaphson

x12 2 x1 x 2 = 3
x12 + x 22 = 41
a) Mulai dengan estimasi awal x1(0 ) = 2 dan x 2(0 ) = 3 lakukan hingga tiga
iterasi
b) Selesaikan dengan program MATLAB dan dengan estimasi awal

x1(0 ) = 2 dan x 2(0 ) = 3 untuk menyelesaikan persamaan diatas


3. Diagram segaris dari sistem tenaga listrik tiga-bus seperti ditunjukkan pada
gambar_1 dengan pembangkit pada bus_1. Tegangan pada bus_1 adalah

V1 = 1.00 0 per satuan . Rencana pembebanan pada bus_2 dan bus_3


seperti terlihat pada gambar dibawah. Impedansi saluran dibuat per satuan
pada dasar (base) 100 MVA.
a) Tentukan tegangan V2 dan V3, dengan menggunakan metoda GaussSeidel dan estimasi awal dari V2(0 ) = 1.0 + j 0 dan V3(0 ) = 1.0 + j 0
lakukan dua iterasi.
b) Jika setelah beberapa iterasi tegangan bus konvergen pada

V2 = 0.90 j 0.10 per satuan

dan

V3 = 0.95 j 0.05 per satuan ,

tentukan aliran daya pada saluran dan rugi-rugi saluran dan daya riil

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 66

dan daya reaktif pada slack_bus. Gambar diagram aliran dayanya dan
tunjukkan arah aliran dayanya.
c) Gunakan program MATLAB, dan selesaikan aliran daya pada gambar1,
gunakan keakurasian 0.00001 dan faktor percepatan 1.0.

V1 = 1.0 0

Gambar 1 : Diagram satu garis sistem tenaga tiga-bus

4. Diagram segaris dari sistem tenaga listrik tiga-bus seperti ditunjukkan pada
gambar_2 dengan pembangkit pada bus_1 dan bus_3. Tegangan pada
bus_1 adalah V1 = 1.0250 0 per satuan dan Tegangan magnitude pada
bus_3 adalah tetap pada 1.03 per satuan dengan daya riil yang
dibangkitkan 300 MW. Beban diambil dari bus_2 sebesar 400 MW dan 200
Mvar. Impedansi saluran dibuat per satuan pada dasar (base) 100 MVA.
a) Tentukan tegangan fasor V2 dan V3, dengan menggunakan metoda
Gauss-Seidel

dan

estimasi

awal

dari

V2(0 ) = 1.0 + j 0

dan

V3(0 ) = 1.03 + j 0 dan ambil V3 = 1.03 per satuan lakukan dua iterasi.
b) Jika setelah beberapa iterasi tegangan bus konvergen pada

V2 = 1.001243 2.10 = 1.000571 j 0.0366898 per satuan


V3 = 1.031.368510 = 1.029706 + j 0.0246 per satuan ,

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 67

tentukan aliran daya pada saluran dan rugi-rugi saluran dan daya riil
danreaktif pada slack_bus. Gambar diagram aliran dayanya dan
tunjukkan arah aliran dayanya.
c) Gunakan program MATLAB,dan selesaikan aliran daya pada gambar 2,
gunakan keakurasian 0.00001 dan faktor percepatan 1.0.

1
V1 = 1.025 0

3
j0.05

P3 = 400 MW

j0.025

j0.025
Slack Bus

V = 1.03
3

400
MW

200
Mvar

Gambar 2 : Diagram satu garis sistem tenaga tiga-bus

5. Sistem tenaga dua-bus seperti terlihat pada gambar_3, bus_1 adalah slack
bus dengan V1 = 1.00 0 per satuan . Sebuah beban 150 MW dan 50 Mvar
diambil dari bus_2. Admitansi saluran y12 = 10 73.74 0 per satuan pada
dasar(base) 100MVA. Pernyataan untuk daya riil dan reaktif pada bus_2
adalah diberikan dengan

P2 = 10 V2 V1 cos(106.26 0 2+ 1 ) + 10V2 cos( 73.74 0 )


2

Q2 = 10 V2 V1 sin 106.26 0 2+ 1 10 V2 sin 73.74 0

Gunakan metoda Newton-Raphson, tentukan tegangan magnitude dan


sudut fasa pada bus_2. Mulai dengan estimasi awal V2

(0 )

= 1.0 per satuan

dan 2(0 ) = 0 0 . Lakukan dua iterasi

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 68

V1 = 1.0 0

Gambar 3 : Diagram satu garis sistem tenaga dua-bus

6. Sistem tenaga dua-bus seperti terlihat pada gambar_4, bus_1 adalah slack
bus dengan V1 = 1.00 0 per satuan . Sebuah beban 100 MW dan 50 Mvar
diambil dari bus_2. Impedansi saluran z12 = 0.12 + j 0.16 per satuan pada
dasar(base) 100 MVA.
Gunakan metoda Newton-Raphson, tentukan tegangan magnitude dan
sudut fasa pada bus_2. Mulai dengan estimasi awal V2

(0 )

= 1.0 per satuan

dan 2(0 ) = 0 0 . Lakukan dua iterasi

V1 = 1.0 0

Gambar 4 : Diagram satu garis sistem tenaga dua-bus

7. Diagram segaris dari sistem tenaga listrik tiga-bus seperti ditunjukkan pada
gambar_5 dengan pembangkit pada bus_1 dan bus_2. Tegangan pada
bus_1 adalah V1 = 1.0250 0 per satuan dan Tegangan magnitude pada
bus_2 adalah tetap pada 1.05 per satuan dengan daya riil yang
dibangkitkan 400 MW. Beban diambil dari bus_3 sebesar 500 MW dan 400
Mvar. Admitansi saluran dibuat per satuan pada dasar (base) 100 MVA.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 69

a) Tunjukkan bahwa pernyataan untuk daya riil pada bus_2, dan daya riil
dan reaktif pada bus_3 adalah :

(
)
(
)
= 20 V V cos(90 + ) + 20 V V cos(90 + )
= 20 V V sin (90 + ) 20 V V sin (90 + ) + 40 V

P2 = 40 V2 V1 cos 90 0 2+ 1 + 20 V2 V3 cos 90 0 2+ 3
P3
Q3

b) Gunakan metoda Newton-Raphson,tentukan tegangan fasor V2 dan V3


dengan

menggunakan

estimasi

awal

dari

V2(0 ) = 1.0 + j 0

dan

V3(0 ) = 1.0 + j 0 dan ambil V2 = 1.05 per satuan lakukan dua iterasi.
c) Gunakan program MATLAB, dan selesaikan aliran daya pada gambar5,
asumsi bus regulator (bus_2), batasan daya reaktif adalah antara 0 dan
600 Mvar.

V1 = 1.0 0

V = 1.05
2

Gambar 5 : Diagram satu garis sistem tenaga tiga-bus

8. Ulangi soal no.7.


a) Tentukan penyelesaian aliran daya dengan menggunakan metoda Fast
decoupled, lakukan hingga dua iterasi
b) Gunakan program MATLAB,dan selesaikan aliran daya pada gambar 5,
asumsi bus regulator (bus_2), batasan daya reaktif adalah antara 0 dan
600 Mvar.

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 70

UJI KOMPETENSI
1. Diagram segaris sistem tenaga lima bus seperti ditunjukkan pada gambar
TK1. Asumsi bahwa generator bus_1 adalah digunakan sebagai slack bus
dengan konstanta tegangan magnitude dan sudut adalah 1.020 0 pu dan
bahwa generator bus_2 mempunyai tegangan magnitude 1.05 pu dan daya
riil ditentukan 1.0 pu pada dasar 1.0 MVA sebagai MVA dasar.Bus-bus
lainnya dihubungkan ke beban induktif. Semua beban induktif ( P dan Q)
seperti ditunjukkan pada gambar semuanya negatif . Tegangan awal untuk
semua bus beban adalah 1.00 0 seperti ditunjukkan pada gambar. Sebuah
kapasitor bank dihubungkan pada bus_4. Gunakan metoda Gauss-Seidel
Tentukan
a) Matrik Admitansi bus dari sistem tersebut
b) Tegangan V2 untuk iterasi pertama
c) Gunakan program Matlab, ulangi pertanyaan (a) dan (b)

0.40 + j0.10 pu MVA

0.20 + j0.40 pu MVA


0

1.0 0 pu kV

1.020 pu kV

1.00 pu kV

0.20 + j0.40 pu

j0.20 pu

0.20 + j0.40 pu

- j0.20 pu

1.050 pu kV

1.00 pu kV

0.10 + j0.20 pu

0.10 + j0.20 pu

a = 0.9091

0.60 + j0.30 pu MVA

Gambar TK1 : Diagram segaris sistem Tenaga Listrik untuk soal 1

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 71

2. Jaringan sistem tenaga listrik 26 bus seperti terlihat pada gambar TK2,dan
dengan data-data sebagai berikut :
Data Beban
DATA BEBAN
No.Bus

MW

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

51.0
22.0
64.0
25.0
50.0
76.0
00.0
00.0
89.0
00.0
25.0
89.0
31.0

Beban
Mvar

No.Bus

MW

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

24.0
70.0
55.0
78.0
153.0
75.0
48.0
46.0
45.0
25.0
54.0
28.0
40.0

41.0
15.0
50.0
10.0
30.0
29.0
00.0
00.0
50.0
00.0
15.0
48.0
15.0

Beban
Mvar
12.0
31.0
27.0
38.0
67.0
15.0
27.0
23.0
22.0
12.0
27.0
13.0
20.0

Data Pembangkitan
DATA PEMBANGKITAN
Tegangan
Pembangkitan
MW

Magnitude
1.025

Batas Mvar
Min
Max

1.020

79.0

40.0

250.0

1.025

20.0

40.0

150.0

1.050

100.0

40.0

80.0

1.045

300.0

40.0

160.0

26

1.015

60.0

15.0

50.0

No.Bus

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 72

Data Kapasitor Shunt

Data Tap Transformator

DATA KAPASITOR SHUNT


No. Bus
Mvar

DATA TRANSFORMATOR
Bus ke Bus
TAP SETTING

4.0

0.960

2.0

13

0.960

5.0

13

1.017

2.0

1.050

11

1.5

12

1.050

12

2.0

19

0.950

15

0.5

0.950

19

5.0

Data Saluran dan Transformator


Data Saluran dan Transformator
No.

No.

R,

X,

B,

No.

No.

R,

X,

B,

Bus
1
1
2
2
2
2
2
3
4
4
5
6
6
6
6
6
7
7
8
9
10
10
10

Bus
2
18
3
7
8
13
26
13
8
12
6
7
11
18
19
21
8
9
12
10
12
19
20

pu
0.0005
0.0013
0.0014
0.0103
0.0074
0.0035
0.0323
0.0007
0.0008
0.0016
0.0069
0.0053
0.0097
0.0037
0.0035
0.0050
0.0012
0.0009
0.0020
0.0010
0.0024
0.0547
0.0066

pu
0.0048
0.0110
0.0513
0.0586
0.0321
0.0967
0.1967
0.0054
0.0240
0.0207
0.0300
0.0306
0.0570
0.0222
0.0660
0.0900
0.0069
0.0429
0.0180
0.0493
0.0132
0.2360
0.0160

pu
0.0300
0.0600
0.0500
0.0180
0.0390
0.0250
0.0000
0.0005
0.0001
0.0150
0.0990
0.0010
0.0001
0.0012
0.0450
0.0226
0.0001
0.0250
0.0200
0.0010
0.0100
0.0000
0.0010

Bus
10
11
11
12
12
13
13
13
14
15
16
16
17
17
19
19
19
20
20
21
22
22
23

Bus
22
25
26
14
15
14
15
16
15
16
17
20
18
21
23
24
25
21
22
24
23
24
25

pu
0.0069
0.0960
0.0165
0.0327
0.0180
0.0046
0.0116
0.0179
0.0069
0.0209
0.0990
0.0239
0.0032
0.2290
0.0300
0.0300
0.1190
0.0657
0.0150
0.0476
0.0290
0.0310
0.987

pu
0.0298
0.2700
0.0970
0.0802
0.0598
0.0271
0.0610
0.0888
0.0382
0.0512
0.0600
0.0585
0.0600
0.4450
0.1310
0.1250
0.2249
0.1570
0.0366
0.1510
0.0990
0.0880
0.1168

pu
0.005
0.010
0.004
0.000
0.000
0.001
0.000
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
0.038
0.000
0.000
0.002
0.004
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 73

Gunakan Program MATLAB, selesaikan aliran daya dengan menggunakan


metoda :
b) Aliran daya Gauss-Seidel
c) Aliran daya Newton-Raphson
d) Aliran daya Fast decoupled

Gambar TK2 : Diagram segaris sistem Tenaga Listrik untuk soal 2

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 74

3. Jaringan sistem tenaga listrik 30 bus seperti terlihat pada gambar TK3,dan
dengan data-data sebagai berikut :
Data Beban
DATA BEBAN
No.Bus

MW

3
4
6
7
9
10
12

2.4
7.6
0.0
22.8
0.0
5.8
11.2
6.2
8.2
3.5
9.0
3.2

14
15
16
17
18

Beban
Mvar

No.Bus

MW

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

9.5
2.2
17.5
0.0
3.2
8.7
0.0
3.5
0.0
0.0
2.4
10.6

1.2
1.6
0.0
10.9
0.0
2.0
7.5
1.6
2.5
1.8
5.8
0.9

Beban
Mvar
3.4
0.7
11.2
0.0
1.6
6.7
0.0
2.3
0.0
0.0
0.9
1.9

Data Pembangkitan
DATA PEMBANGKITAN
Tegangan
Pembangkitan

Batas Mvar
Min
Max

No.Bus

Magnitude

MW

1.06

00.0

2
5

1.043
1.01

40.0

-40

50

00.0

-40

40

1.01

00.0

-30

40

13

1.071

00.0

-6

24

Data Kapasitor Shunt


DATA KAPASITOR SHUNT
No. Bus
Mvar

Data Tap Transformator


DATA TRANSFORMATOR
Bus ke Bus
TAP SETTING

10

19

0.978

24

4.3

6
4

10
12

0.969
0.932

28

27

0.968

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 75

Data Saluran dan Transformator


Data Saluran dan Transformator
No.

No.

R,

X,

B,

No.

No.

R,

X,

B,

Bus
1
1
2
3
2
2
4
5
6
6
6
6
9
9
4
12
12
12
12
14

Bus
2
3
4
4
5
6
6
7
7
8
9
10
11
10
12
13
14
15
16
15

pu
0.0192
0.0452
0.0570
0.0132
0.0472
0.0581
0.0119
0.0460
0.0267
0.0120
0.0
0
0
0
0
0
0.1231
.0662
.0945
.2210

pu
0.0575
0.1852
0.1737
0.0379
0.1983
0.1763
0.0414
0.1160
0.0820
0.0420
0.2080
.5560
.2080
.1100
.2560
.1400
.2559
.1304
.1987
.1997

pu
0.02640
0.02040
0.01840
0.00420
0.02090
0.01870
0.00450
0.01020
0.00850
0.00450
0.0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Bus
16
15
18
19
10
10
10
10
21
15
22
23
24
25
25
28
27
27
29
8
6

Bus
17
18
19
20
20
17
21
22
22
23
24
24
25
26
27
27
29
30
30
28
28

pu
.0824
.1073
.0639
.0340
.0936
.0324
.0348
.0727
.0116
.1000
.1150
.1320
.1885
.2544
.1093
0
.2198
.3202
.2399
.0636
.0169

pu
.1923
.2185
.1292
.0680
.2090
.0845
.0749
.1499
.0236
.2020
.1790
.2700
.3292
.3800
.2087
.3960
.4153
.6027
.4533
.2000
.0599

pu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.0214
0.065

Gunakan Program MATLAB, selesaikan aliran daya dengan menggunakan


metoda :
e) Aliran daya Gauss-Seidel
f)

Aliran daya Newton-Raphson

g) Aliran daya Fast decoupled

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 76

Gambar TK3: Diagram segaris sistem tenaga 30 bus

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 77

4. Rancang sistem tenaga listrik dari gambar berikut dan gunakan


PowerWord Simulator
a) Rancang Sistem Aliran Dayanya
b) Amati bila terjadi rugi-rugi daya yang besar berilah kompensasi yang
sesuai untuk pengurangan rugi-rugi daya tersebut
c) Teknik teknik apa yang saudara sarankan agar penyaluran daya listrik
lebih baik
d) Dari analisa anda berilah kompensasi yang terbaik pada tempat-tempat
yang dianggap baik untuk memperbaiki sistem penyaluran daya
tersebut (rancang penempatan kapasitor bank atau sinkronous
kondenser dan atau kompensasi dengan teknik sistem statik)

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012 78

SLACK345

1,02 pu
1,02 pu

SLACK138

TIM345

1,01 pu

1,02 pu

TIM69

33 MW
13 MVR

1,02 pu

18 MW
5 MVR

16,0 MVR

RAY69

1,02 pu

1,01 pu

13 MVR

GROSS69
FERNA69

MORO138

Total Real Power Loss es:

20 MW
8 MVR

1,00 pu

HANA69

51 MW
15 MVR
14,3 MVR

PETE69
58 MW
40 MVR
29,0 MVR
1,00 pu

ROBIN69

AMANS69

1,00 pu

1,00 pu

DEMAR69
45 MW
12 MVR

1,02 pu
0,99 pu

140 MW
44 MVR

12,8 MVR

1,01 pu

20 MW
30 MVR
1,00 pu

14 MW
4 MVR

BLT69

1,01 pu

7,2 MVR
PATEN69

1,00 pu
1,00 pu

23 MW
6 MVR

22 MW
15 MVR

45 MW
0 MVR

WEBER69
0 MW
0 MVR

14 MW

1,02 pu

SAVOY69

BUCKY138
1,01 pu

RODGER69

2 MVR

14 MW
3 MVR

LAUF138
1,01 pu

1,02 pu

7,4 MVR
15 MW
5 MVR

104 MW
9 MVR

1,00 pu
LAUF69

1,02 pu

LYNN138

BLT138

1,00 pu

36 MW
10 MVR

60 MW
12 MVR

13 MVR

0 MW
0 MVR

HALE69

0,0 MVR

BOB69
56 MW

1,01 pu
1,00 pu

BOB138

SHIMKO69

33 MW
10 MVR

WOLEN69

4,8 MVR

12,19 MW

58 MW
36 MVR

0,997 pu
0,99 pu

UIUC69

1,01 pu

21 MW
7 MVR

HISKY69

12 MW
5 MVR

37 MW

17 MW
3 MVR

PIE69

1,01 pu

23 MW
7 MVR

15 MW
3 MVR

RAY138
1,03 pu

TIM138

1,00 pu

220 MW
54 MVR

RAY345

1,02 pu

42 MW
2 MVR

J O138

J O345

150 MW
0 MVR

SAVOY138

150 MW
0 MVR
1,02 pu

Analisa Aliran Daya by Bambang Suprijono

ITATS 2012

1,03 pu

79

Anda mungkin juga menyukai