Pemilihan Bahan dan Proses Pengolahan Logam dengan Metode Metalurgi Serbuk
=====================================================================
===
DI SUSUN OLEH :
( H1E017030 )
====================================================================
=====================================================================
===========================
FAKULTAS TEKNIK
2018
I. PENDAHULUAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Proses Manufaktur ini sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan. Makalah Proses Manufaktur yang saya susun ini berjudul “Pemilihan
Bahan dan Proses Pengolahan Logam dengan Metode Metalurgi Serbuk”.
Makalah ini hadir untuk memenuhi tugas Proses Manufaktur yang diberikan oleh Ibu
Dosen Rani Aulia Imran. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah
ini. Oleh karena itu, kami ucapkan banyak terimakasih. Saya menyadari, bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat mengharapkan masukkan, kritik dan saran dari
Dosen Pembimbing untuk kemajuan makalah kami di masa mendatang. Besar harapan kami,
dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu
pengetahuan bangsa serta Teknik Industri Unsoed Khususnya.
a. Bahan Logam Adalah semua bahan yang mengandung unsur logam atau terdapat
sedikit unsur logam di dalamnya dan logam tersebut belum pernah mengalami proses
rekayasa Sebelumnya (masih berupa unsur bahan tambang) msekipun sudah
mengalami proses perubahan sifat namun sifat dasar dan struktur kimianya tetap terjaga.
Adapun unsur logam dibagi lagi menjadi 2 macam : 1). Logam besi (ferro), yaitu unsur
logam yang mengandung unsur besi hingga 100 %. Logam ini dibagi menjadi 2 macam
yaitu baja tuang dan besi tuang. 2). Logam Bukan Besi (Non Ferro), semua logam yang
tidak mengandung unsur besi atau hanya sedikit mengandung unsur besi. Logam bukan
besi dikelompokkan lagi menjadi logam berat dan logam ringan.
b. Bahan Non Logam Adalah semua bahan non logam yang langsung didapat dari alam
dan belum mengalami proses rekayasa kimia sama sekali (misalnya kayu, kaca, pasir,
batu, dan sebagainya).
Metalurgi serbuk merupakan salah satu teknik produksi dengan menggunakan serbuk
sebagai material awal sebelum proses pembentukan. Prinsip ini adalah memadatkan sebuk logam
menjadi bentuk yang dinginkan dan kemudian memanaskannya di bawah temperatur leleh.
Sehingga partikel-partikel logam memadu karena mekanisme transportasi massa akibat difusi
atom antar permukaan partikel. Metode metalurgi serbuk memberikan kontrol yang teliti terhadap
komposisi dan penggunaan campuran yang tidak dapat difabrikasi dengan proses lain. Sebagai
ukuran ditentukan oleh cetakan dan penyelesaian akhir (finishing touch). Proses metalurgi serbuk
adalah merupakan proses pembuatan produk dengan menggunakan bahan dasar dengan bentuk
serbuk yang kemudian di sinter yaitu proses konsolidasi serbuk pada temperatur tinggi yang di
dalamnya termasuk juga proses penekanan atau kompaksi.
1. Efisiensi pemakaian bahan yang sangat tinggi dan hampir mencapai 100%
7. Mudah dalam pembuatan produk beberapa paduan khusus yang susah didapatkan
dengan proses pengecoran (casting).
Proses metalurgi serbuk untuk aplikasi magnetik yang dalam hal ini adalah untuk
memproduksi material magnetic lunak (soft magnetic materials) untuk aplikasi arus DC pada
peralatan elektronik juga untuk magnet permanent. Dalam beberapa tetapi tidak berarti semua
bagian dari aplikasi yang ada diproduksi dengan proses metalurgi serbuk karena metode ini dapat
menghasilkan bentuk akhir dengan proses tambahan seperti machining dan grinding minimal pada
satu waktu untuk mendapatkan sifat magnet yang diinginkan
Proses pembuatan serbuk bisa di kategorikan melalui tiga macam cara yaitu : secara fisik,
secara kimiawi, dan secara mekanik. Pembuatan serbuk secara fisik dapat diibaratkan sebagai
proses atomisasi yaitu proses perusakan arus logam cair yang disemprot dengan bahan pendingin
yang dalam hal ini dapat berupa cairan atau gas sehingga logam cair berubah menjadi tetesan padat
yang berbentuk butiran. Sedangkan pembuatan serbuk dengan cara kimia melibatkan banyak
reaksi dekomposisi kimia terhadap senyawa logam ini juga termasuk reaksi reduksi didalamnya.
Pembuatan serbuk secara mekanik secara umum dapat dilakukan pada logam – logam yang bersifat
getas sehingga mudah dihancurkan dengan diberikan gaya tekan dan dijadikan serbuk.
1. Decomposition
Terjadi pada material yang berisikan elemen logam. Material akan
menguraikan/memisahkan elemen-elemennya jika dipanaskan pada temperature yang
cukup tinggi. Proses ini melibatkan dua reaktan, yaitu senyawa metal dan reducing agent.
Kedua reaktan mungkin berwujud solid, liquid, atau gas.
2. Atomization of liquid metals
Yaitu material cair dapat dijadikan powder (serbuk) dengan cara menuangkan material cair
dilewatan pada nozzel yang dialiri air bertekanan, sehingga terbentuk butiran kecil-kecil.
3. Electrolytic deposition
Yaitu pembuatan serbuk dengan cara proses elektrolisis yang biasanya menghasilkan
serbuk yang sangat reaktif dan brittle. Untuk itu material hasil electrolytic deposition perlu
diberikan perlakuan annealing khusus. $entuk butiran yang dihasilkan olehelectolitic
deposits berbentuk dendritic.
4. Mechanical processing of solid materials
Yaitu pembuatan serbuk dengan cara menghancurkan material dengan ball milling.
Material yang dibuat dengan mechanical processing harus material yang mudah retak
seperti logam murni, bismuth, antimony, paduan logam yangrelati1e keras dan britlle, dan
keramik. Dari sekian banyak proses pembuatan serbuk proses yang paling sering di pakai
adalah proses atomisasi. (a).atomisasi air atau gas,(b). atomisasi sebtrifugal (c)proses
elektroda putaran
a. Water Atomization
Air tergolong untuk kuantitas besar. leburan cair yang muncul dari sebuah nosel diuraikan
dengan pancaran atau semburan air. Proses ini digunakan untuk baja paduan rendah,baja
tahan karat,paduan 5u dan 2i dan Sn. Ukuran dan bentuk partikel dapat diubah dengan
mengendalikan parameter proses , namun serbuk logam selalu teroksidasi.
b. Gas atomization
Atomisasi menghasilkan serbuk-serbuk bulat. Bila oksidasi diperbolehkan atau oksida
yang terbentuk kemudian dapat dikurangi, maka atomisasi udara sudah cukup sesuai.
c. Centrifuge Atomization
Didasarkan pada pengarahan aliran leburan pada sebuah cakram putar (cil). Dalam proses
elektroda putar ,paduan yang diatomisasi berada pada bentuk elektroda yang berputar cepat
(15000 putaran / menit), yang secara perlahan melebur karena busur listrik atau busur
plasma helium
1. Ukuran Partikel
Metoda untuk menentukan ukuran partikel antara lain dengan pengayakan atau
pengukuran mikroskopik. Kehalusan berkaitan erat dengan ukuran butir, faktor ini
berhubungan dengan luas kontak antar permukaan, butir kecil mempunyai porositas yang
kecil dan luas kotak antar permukaan besar sehingga difusi antar permukaan juga semakin
besar dan kompaktibilitas juga tinggi.
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah perbandingan volum serbuk dengan volum benda yang
ditekan. Nilai ini berbeda-beda dan dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan bentuk butir,
kekuatan tekan tergantung pada kompresibilitas.
5. Kemampuan sinter
Sinter adalah proses pengikatan partikel melalui proses penekanan dengan cara
dipanaskan duapertiga dari titik lelehnya.
2.1.3 Proses Pencampuran Serbuk
Penekanan adalah salah satu cara untuk memadatkan serbuk menjadi bentuk yang
diinginkan. Terdapat beberapa metode penekanan, diantaranya, penekanan dingin (cold
compaction) dan penekanan panas (hot compaction). Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar
serbuk dapat menempel satu dengan lainnya sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses
sintering. Dalam proses pembuatan suatu paduan dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya
serbuk sebagai akibat adanya interlocking antar permukaan, interaksi adesi-kohesi, dan difusi antar
permukaan. Untuk yang terakhir ini (difusi) dapat terjadi pada saat dilakukan proses sintering.
Gambar 2.3. Powder Pressing
Secara singkat penyebab ikatan bahan serbuk tersebut dijelaskan sebagai berikut :
2. Adhesi – kohesi, yaitu suatu interaksi akibat adanya ikatan logam dan ikatan vander
walls pada butiran serbuk.
Ikatan logam terjadi antar unsur logam dengan unsur logam, sedangkan ikatan vander walls
terjadi akibat adanya fluktuasi dipole pada atom dan butir-butir serbuk. Dan besarnya gaya vander
walls ini dipengaruhi oleh bentuk butir serbuk akibat proses kompaksi. Bentuk benda yang
dikeluarkan dari pressing disebut bahan kompak mentah, telah menyerupai produk akhir, akan
tetapi kekuatannya masih rendah. Kekuatan akhir bahan diperoleh setelah proses sintering.
Tabel 2.2. Tekanan kompaksi pada berbagai macam serbuk logam
2.1.5 Sintering
Sintering adalah salah satu tahapan metodologi yang sangat penting dalam ilmu bahan,
terutama untuk bahan keramik. Selama sintering terdapat dua fenomena utama yaitu : pertama
adalah penyusutan (shrinkage) yaitu proses eliminasi porositas dan yang kedua adalah
pertumbuhan butiran. Fenomena yang pertama dominan selama pemadatan belum mencapai
kejenuhan, sedang kedua akan dominan setelah pemadatan mencapai kejenuhan. Parameter
sintering diantaranya adalah : temperatur, waktu penahanan, kecepatan pendinginan, kecepatan
pemanasan dan atmosfir.
Sintering biasanya digunakan pada sampel pada temperatur tinggi. Dalam terminologi
teknik istilah sintering digunakan untuk menyatakan fenomena yang terjadi pada produk bahan,
padat dibuat dari bubuk, baik logam / non logam. Sebuah kumpulan partikel dengan ukuran yang
tepat (biasanya diameter beberapa mikro atau lebih kecil) dipanaskan sampai suhu antara ½ dan ¾
titik leleh, ini dalam orde menit selama perlakuan ini partikel-partikel tergabung bersama-sama.
Dari segi cairan, sintering dapat menjadi dua yaitu : sintering fasa padat dan sintering fasa
cair. Sintering dengan fasa padat adalah sintering yang dilaksanakan pada suatu temperatur yang
telah ditentukan, dimana dalam bahan semuanya tetap dalam fasa padat. Proses penghilagan
porositas dilakukan melalui transport massa. Jika dua partikel digabung dan dipanaskan pada suhu
tertentu, dua partikel ini akan berikatan bersama-sama dan akan membentuk neck. Pertumbuhan
disebabkan oleh transport yang meliputi evaporasi, kondensasi, difusi.
Gambar 2.4. Skema proses sintering serbuk logam (a). Solid-state (b) Liquid-phase material
Setelah dilakukan proses sintering terhadap sample yang sebelumnya telah dilakukan
proses kompaksi maka ikatan antar serbuk akan semakin kuat. Meningkatnya ikatan setelah proses
sintering ini disebabkan timbulnya liquid bridge (necking) sehingga porositas berkurang dan bahan
menjadi lebih kompak. Dalam hal ini ukuran serbuk juga berpengaruh terhadap kompaktibilitas
bahan, semakin kecil ukuran serbuk maka porositas kecil dan luas kontak permukaan antar butir
semakin luas
a. Keuntungan
b. kekurangan
Diperlukan biaya yang tinggi dan terbatas untuk produk yang ukurannya kecil.
Peralatan-peralatan yang digunakan, relatif berharga mahal
Beberapa jenis produk tertentu, tidak dapat dibuat secara ekonomis, karena keterbatasan
kapasitas mesin press dan ratio kompressi berbagai jenis serbuk, yang bisa berakibat
kepadatan benda kerja tidak merata
Bentuk-bentuk produk yang sulit, tidak dapat dibuat, karena selama proses
penekanan/ pemampatan, serbuk logam tidak mampu mengalir mengisi rongga cetakan
Beberapa jenis serbuk logam yang halus, merupakan sumber bahaya ledakan /kebakaran.
Serbuk metalurgi, relatif mahal harganya dan sulit untuk menyimpan nya karena mudah
sekali terkontaminasi dengan lingkungan sekitarnya.
Peralatan-peralatan yang digunakan, relatif berharga mahal
Beberapa jenis produk tertentu, tidak dapat dibuat secara ekonomis, karena keterbatasan
kapasitas mesin press dan ratio kompressi berbagai jenis serbuk, yang bisa berakibat
kepadatan benda kerja tidak merata.
Bentuk-bentuk produk yang sulit, tidak dapat dibuat, karena selama proses
penekanan/ pemampatan, serbuk logam tidak mampu mengalir mengisi rongga cetakan
Karena keunikan sifat dari serbuk logam, karakteristik aliran mereka dalam cetakan dan kerapuhan
dari pemadatan, ada prinsip desain tertentu yang harus diikuti.
Selanjutnya part dibawa menuju proses sintering. Dalam sintering, part akan dipanas kan
dibawah titik lelehnya atau jangkaun dari logam dasarnya, tetapi cukup untuk mengikat secara
metalurgi antara masing-masing partikelnya. Sintering membuat partikel semakin memadat dan
meningkatkan kekuatannya. Selanjutnya, fart akan melalui proses finishing. Pada tahap ini part
akan dilakukan pengecekan korosi dan pengecekan kekuatan. Pada tahap ini benda kan
dirapihkan kembali sebelum di kirim.
Pembuatan Keramik
Proses pembuatan dimulai dengan pemilihan bahan baku karemik berupa kaolin,felspar, ball
clay, kuarsa, alumina. Kemudian menentukan kompressi bahan uju dengan pengujian. Kemudian
masuk kedalam proses pembersihan bahan dari pengotor. Tahapan pengolahhan meliputi:
• Disaring secara basah dengan ayakan100 mesh untuk menyaring kotoran dan bahan organik.
• Pencetakan benda Uji sesuai dengan kebutuhan pengujian (kuat tembus, kuat tekan dan kuat
lentur (bengkok) .
• Proses akhir benda uji untuk pengujian kelistrikan (kuat tembus) dibakar.
IV. DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7197-2702100009-bab2.pdf