Anda di halaman 1dari 17

MODIFIKASI KARBON NANOTUBE DENGAN NANOPARTIKEL LOGAM

NIKEL (Ni) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEPOSISI TERMAL

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian Sains dan Teknologi


Jurusan Fisika

Oleh :

Ismail Yudi Rumbang


(60400114035)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sains merupakan salah satu ilmu pondasi dalam pengembangan dunia modern

sekarang saat ini. Manusia sebagai konsumen dan sekaligus sebagai aktor dan pelaku

tingkah produsen menyadari akan pentingnya inovasi dalam pengembangan dunia

sains dan teknologi. Hal ini terwujud sebagai bentuk konseptualitas dan sifat

kompetitif dalam dunia sains dan tekonologi itu sendiri. Manusia sebagai makhluk

yang bersifat intelegensi yang selalu mencari dan membutuhkan bahan yang bersifat

alternative menjadi salah satu tugas besar dalam seiringnya perjalanan waktu dan

perkembangan zaman.

Salah satu bentuk permasalahan yang timbul adalah kebutuhan akan suatu

material yang dapat menyokong kualitas dan kuantitas dalam segi keutuhan untuk

menopang pembuatan alat-alat elektronik lainnya. Hal ini dikarenakan, kebanyakan

bahan material saat ini yang sebagai bahan pembuat alat elektronik tidaklah cukup

efektif dan efisien diakibatkan oleh berbagai macam hal, baik oleh ketahanan, sifat,

maupun kekuatan mekanisnya.

Karbon nanotube hadir sebagai salah satu solusi dalam perihal fisika sains

dalam bidang material. Pada tahun 1991, Sumio Iijima pada akhirnya menemukan

hubungan antara fullerence dengan model carbon nanotube hingga akhirnya ia

menemukan karbon nanotube pada saat ia bekerja di perusahaan NEC di Jepang dan
berhasil mengemukakan penelitiannya dengan lengkap mengenai struktur dan sifat-

sifat karbon nanotube menggunakan mikroskop elektron beresolusi tinggi.

karbon nanotube yang ditemukan Profesor Iijima ini merupakan suatu rantaian atom

karbon yang terikat di antara satu sama lain secara heksagonal (segienam) berbentuk

silinder tak pejal yang mempunyai diameter 1-2 nanometer dengan satu atau lebih

dinding silinder pada ukuran bervariasi dari 1nm hingga 100 nm. Panjang silinder

dapat mencapai ukuran dalam rentang mikrometer hingga sentimeter. Salah satu

keunikan dalam struktur ini adalah kelebihannya dalam hal kekuatan, sifat

kelistrikannya, dan juga sifat dalam penghantaran panas yang baik. Dalam

pengembangannya, karbon nanotube dapat di modifikasi dengan penambahan dari

nanopartikel logam nikel. Sehingga, akan tercipta struktur yang lebih kokoh dari

sebelumnya. Hal ini di karenakan, keunikan sifat ikatan atom karbon dengan atom

lain. Dimana atom karbon dapat mengikat empat atom sekaligus dalam satu waktu

secara bersamaan. Sehingga, modifikasi Karbon Nanotube dengan logam Nikel

diharapkan akan menambah nilai kualitas sifat metaliknya. Sehingga hasil modifikasi

ini dapat digunakan dan penopang sebagai bahan dalam pengembangan dunia modern

berbasis Sains dan Teknologi guna memenuhi kebutuhan masyarakat dunia.

Dari uraian diatas, Penulis akan melakukan penelitian dengan judul

MODIFIKASI KARBON NANOTUBE DENGAN NANOPARTIKEL

LOGAM NIKEL (Ni) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEPOSISI

TERMAL
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana struktur dan kekuatan

metalik Karbon Nanotube setelah modifikasi dengan penambahan nanopartikel logam

Nikel (Ni) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan

kekuatan metalik Karbon Nanotube setelah modifikasi dengan penambahan

nanopartikel logam Nikel (Ni).

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Guna untuk menghasilkan kapasitas Penelitian yang baik, makalingkup

pembahasan yang akan diteliti adalah :

1. Penelitian ini akan menggunakan serbuk karbon berstruktur Multi Wall Carbon

Nanotubes (MWCNTs).

2. Metode yang digunakan adalah metode Deposisi Termal, yang dimana metode ini

akan ditujukan pada bahan logam Nikel (Ni).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :

1. Sebagai informasi dalam pembelajaran fisika material terhadap Karbon Nanotube

2. Sebagai peneletian dalam pengembangan dunia modern berbasis Sains dan

teknologi dalam pengembangan bahan material dengan inovasi modifikasi.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

II.1. Karbon Nanotube

Karbon Nanotube (CNTs) adalah komposisi senyawa karbon yang berbentuk

tabung berukuran nano. Dibentuk dengan rasio perbandingan panjang:lebar ialah

132.000.000:1,[1] lebih besar dibanding material lainnya. Molekul silinder karbon ini

memiliki sifat yang tidak biasa dan sangat bermanfaat dibidang

nanoteknologi,elektronik,optik dan berbagai bidang ilmu dan teknologi material.

Karena mereka memiliki konduktifitas termal aupun sifat mekanis dan listrik yang

dimiliki, karbon nanotube dapat diaplikasikan untuk berbagai macam bahan struktur.

Nanotube termasuk salah satu anggota struktural fullerene. Nama nanotube

berasal dari bentuk mereka yang panjang dan berlubang dengan dinding yang

dibentuk oleh lembaran satu atom tebal karbon,disebut graphene. Lembaran karbon

ini digulung pada diskrit dan sudut tertentu. Nanotube dikategorikan sebagai

nanotube berdinding tunggal atau SWNTs dan nanotube berdinding multi (MWNTs).

Nanotube individu secara alami akan menyesuaikan diri membentuk tali yang

dipertahankan oleh gaya Van der Waals. Lebih spesifiknya berupa susunan-pi.

Dalam terapan Kimia Kuantum khususnya,hibridisasi orbital ialah

penggambaran terbaik dari ikatan kimia di dalam nanotube. Ikatan kimia dari
nanotube terbentuk dari ikatan sp2 mirip dengan grafit. Ikatan ini lebih kuat dibanding

ikatan sp3 yang ditemukan di alkana dan berlian. Membuat nanotube memiliki sifat

kekuat yang unik. Kebanyakan nanotube berdinding tunggal (SWNT) mempunyai

diameter mencapai 1 nanometer dengan lebar tabung dapat mencapai jutaan kalinya.

Struktur dari SWNT dapat dikonsepkan dengan membengkokan grafit selebar satu

atom yang disebut graphene hingga membentuk silinder. Cara lembaran graphene

menggulung dapat dipresentasikan oleh sepasang indeks (n,m). Integral dari n dan m

menunjukan jumlah vektor satuan sepanjang dua arah dalam sturuktur kisi sarang

lebah kristal graphene. Jika m = 0, nanotube disebut sebagai nanotube Zig-zag, dan

jika n = m, disebut sebagai nanotube armchair. Sebaliknya disebut Chiral.

Gambar II.1 : Skema penamaan nanotube (n,m) dapat dianggap sebagai vektor

(Ch) dalam lembar graphene


II.2 : Logam Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,

nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya,

dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi

menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada

peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan

gedung, serta komponen industri.

Gambar II.2 : Logam Nikel

Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang

disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak

dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-

25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury

Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Nikel

biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa

seperti peridotit, baik termetamorfkan, ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan

nikel yang bersifat komersil, yaitu sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada

proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida,

yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. Pemanfaatan nikel

digunakan untuk campuran besi menjadi baja, pelapis logam serta campuran

kuningan atau perunggu. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru,

Australia, Cuba, dan Indonesia.

Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga

tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.

Kegiatan pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral

berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah

dilakukan proses pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing

yang tidak berharga. Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat

kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam

berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah

ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap

panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga. Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik

lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh

magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam

hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04

untuk kristal tunggal.

Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu

mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan

ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya

pun juga tidak sama.

II.3. Logam

Logam berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metallon. Dalam kimia, logam

adalah sebuah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan

logam. Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur yang dibedakan oleh sifat

ionisasi dan ikatan, bersama dengan semi-logam dan non-logam. Dalam tabel

periodik, garis diagonal digambar dari boron (B) sampai ke polonium (Po)

membedakan logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah semi-logam, unsur

di kiri bawah adalah logam, unsur ke kanan atas adalah non-logam. Non-logam lebih

banyak terdapat di alam daripada logam, tetapi logam banyak terdapat dalam tabel

periodik. Beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, besi, timah,
perak, titanium, uranium, dan zink. Logam cenderung mengkilap, dan konduktor

yang baik, sementara nonlogam biasanya rapuh, tidak mengkilap, dan insulator.

Gambar II.3 : Material Logam

Jenis-Jenis Logam :

Logam Alkali

Logam Alkali adalah kelompok unsur kimia pada Golongan 1A tabel

periodik, kecuali Hidrogen. Kelompok ini terdiri dari: Lithium (Li), Natrium (Na),

Potassium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), Francium (Fr). Semua unsur pada

kelompok ini sangat reaktif sehingga secara alami tak pernah ditemukan dalam

bentuk tunggal. Untuk menghambat reaktivitas, unsur-unsur logam alkali harus

disimpan dalam medium minyak.


Logam Alkali Tanah

Logam Alkali Tanah adalah kelompok unsur kimia Golongan 2A pada tabel

periodik. Kelompok ini terdiri dari: Beryllium (Be), Magnesium (Mg), Calcium

(Ca), Strontium (Sr), Barium (Ba), Radium (Ra).

Logam Transisi

Logam transisi adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 3

sampai 12 (IB sampai VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38

unsur. Semua logam transisi adalah unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya

terisi sampai orbit 3d.

Logam Lainnya

Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In), Thallium (Tl), Ununtrium (Uut),

Tin (Sn), Lead (Pb), Ununquadium (Uuq), Bismuth (Bi), Ununpentium (Uup),

Ununhexium (Uuh) serta logam lantanida dan aktinida.

II.4. Metode Deposisi Termal (PVD)

Perlakuan permukaan adalah suatu rekayasa bahan untuk mendapatkan

material dengan permukaan dengan karakterisasi yang berbeda antara inti dan

permukaannya. Kekerasan, ketahanan aus, kekuatan adalah sifat-sifat yang harus

dimiliki sebuah kontruksi, untuk kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan

perlakuan permukaan (surface treatment). Metode perlakuan sudah banyak


dikembangkan seperti elektroplating, elektroforming, desposisi uap. Phisical Vapour

Deposition (PVD) adalah metode pelapisan secara modern dengan cara menguapkan

bahan pelapis secara fisik atau mekanik dan mengembunkan pada subtrat atau

material yang akan dilapisi pada suhu tertentu dalam kondisi vakum.

Physical Vapor Deposition adalah teknik dasar pelapisan dengan

cara penguapan, yang melibatkan transfer material pada skala atomik. PVD

merupakan proses alternativ dari elektroplating. Physical Vapor Deposition terdapat

beberapa metode, diantaranya :

1 . Sistem penguapan :

Penguapan Thermal /arus panas

Penguapan sinar elektron atau plasma

2 . Sistem Percikan ( sputtering )

DC diode

DC triode

RF Dioda

DC Magnetron

Pada sistem percikan lebih serikali digunakan DC Magnetron karena

hasil lapisan lebuh baik dan lebih seragam.Semua proses ini terjadi di

dalam ruang hampa udara pada tekanan kerja 10-2 sampai 10-4 mbar dan

secara umum melibatkan pemecahan dari substrat untuk dilapisi dengan ion

bermuatan positif yang reaktif selama proses pelapisan untuk menaikan


densitas tinggi. Tambahan pula, gas-gas reaktif seperti nitrogen,

asetilenaatau oksigen bisa dimuat ke dalam ruang vakum selama

pengendapan logam untuk menciptakan berbagai komposisi-komposisi

pelapisan. Hasilnya adalah suatu ikatansangat kuat antara pelapis dan

substrat pembuatan alat dan secara fisik, strukturalyang dikhususkan dan

tribological kekayaan lapisan. Cara kerja Physical Vapor Deposition

(PVD) meliputi tahapan evaporasi,transportasi, reaksi dan deposisi.

3. Evaporasi

Pada tahap ini, sebuah target yang mengandung material yang ingin

diendapkan, di bombardir menjadi bagian-bagian kecil akibat sumber energi

yang tinggi seperti penembakan sinar elektron. Atom -atom yang

keluar tersebut akhirnya menguap.

4. Transportasi

Proses ini secara sederhana merupakan pergerakan atom-atom yang

menguap dari target menuju substrat yang ingin dilapisi dan secara

umum bergerak lurus.

5. Reaksi

Pada beberapa kasus pelapisan mengandung logam oksida, nitrida, karbida

dan material sejenisnya. Atom dari logam akan bereaksi dengan gastertentu

selama proses perpindahan atom.


BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2017 di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur.

III.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :

a. Bubuk Multi Wall Carbon Nanotubes (MWCNTs)

b. Logam Nikel (Ni)


c. X-Ray Photoelectric Sphectroscopy

d. Balok BW2-Hasylab (Hamburg)

e. Transmisison Electron Microscope


f. Microscope Phillips Tecnai 10

g. Microskcope Jeol 4000 EX

III.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengkalibrasi alat menjadi 0,2 A / menit.

c. Mendispersikan MWCNTs ke dalam larutan Ethanol


d. Mendeposisi uapkan logam Nikel (Ni) yang telah di letakkan dalam Balok

BW2-Hasylab (Hamburg).

e. Menekan sifat MWCNTs hingga ke pita konduktifnya.

f. Mengatur energi foton pada BW2-Hasylab (Hamburg) hingga mencapai 3.300

eV.

g. Mengubah resolusi sistem hingga mencapai 84.00 eV.

h. Menggunakan Mikroskop Philips Tecnai 10 yang beroperasi pada energi 0-

80 kV untuk mengukur struktur logam Nikel (Ni) yang terpancar.

i. Menggunakan Mikroskop Jeol 4000EX pada 400-3.300 kV untuk mengukur

struktur logam Nikel (Ni) yang terpancar.

j. Menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM) untuk menentukan

evolusi ukuran ketebalan cluster dan homogenitas lapisan CNT yang

diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai