Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bata ringan merupakan bata berpori yang memiliki nilai berat jenis (density)
lebih ringan daripada bata pada umumnya. Berat jenisnya antara 600-1600 kg/m³
dengan kekuatannya tergantung pada komposisi campuran (mix design)
(Ngabdurrochman, 2009).
Bata ringan pertama kali dikenalkan di Indonesia pada tahun 1995 yang di
produksi oleh PT. Hebel Indonesia di Karawang, Jawa Barat. Ada 2 jenis bata ringan
yang saat ini beredar di pasaran yaitu jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan
Celullar Lightweight Concrete (CLC). Pada dasarnya kedua jenis bata ringan ini sama
yaitu menambahkan gelembung udara kedalam mortar untuk mengurangi berat yang
dihasilkan hanya saja cara pengeringannya yang berbeda.

 Bata Ringan Jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC)


Bata ringan AAC merupakan bata ringan yang dimana proses pemubuatan
gelembung udara disebakan oleh reaksi kimia, yaitu pada saat bubuk alumunium atau
alumunium pasta mengembang seperti pada pembuatan roti saat penambahan bahan
ragi untuk pengembangan adonan. Adonan bata ringan jenis AAC umumnya terdiri
dari pasir kwarsa, kapur, gypsum, semen, air, dan alumunium pasta.
Setelah semua adonan tercampur, nantinya adonan akan mengembang selama
4-6 jam. Bahan alumunium pasta tadi berfungsi juga sebagai pengeras beton. Volume
alumunium pasta ini yaitu sebanyak 5-8% dari volume adonan yang akan dibuat.
Kemudian adonan tersebut dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dimasukan
kedalam autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di
dalam autoclave chamber sekitar 180°C-200°C dan tekanan antara 1,5 – 1,6 Mpa. Hal
ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.
Pada jenis AAC ini, gelembung udara yang terbentuk saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, hal ini menyebabkan air mudah diresap oleh bata ringan, oleh
karena itu, harus diberikan pelindung kedap air seperti plaster.
Untuk mendapatkan nilai kuat tekan tinggi, proses pengeringan (curing) pada
jenis ini menggunakan tabung autoklaf yang bertekanan tinggi. Namun juga proses
curing tersebut dapat mengganggu proses hidrasi dari semen. Oleh karena itu bata
ringan jenis AAC harus terlindungi dari kelembaban.
Proses pembuatan bata ringan jenis AAC berbeda dengan bata ringan jenis
CLC dan peralatan canggih serta modal yang relatif besar namun kapasitas yang
didapatkan cukup tinggi yaitu sekitar 300 m³ perhari.

Bata Ringan Jenis Celullar Lightweight Concrete (CLC)


Bata ringan jenis CLC merupakan bata ringan yang proses curing-nya secara
alami. Bata ringan CLC merupakan beton konvensional dimana agregat kasar (kerikil)
digantikan oleh gelembung udara yang dihasilkan dari foam agent. Peralatan dan
pabrikasi yang digunakan pada produksi jenis ini merupakan alat standar, sehingga
produksinya mudah dapat disamakan dengan pabrikasi beton konvensional. Hanya
semen, pasir, air dan foam agent. Berat jenis yang diinginkan dapat disesuaikan mulai
dari 350 kg/m3 sampai dengan 1.800 kg/m³ dan nilai kekuatan dapat juga dicapai dari
1,5 sampai lebih dari 30 N/mm².

Bata ringan jenis CLC ini sama halnya dengan beton konvensional yang mana
kekuatan akan bertambah seiring dengan berjalan-nya waktu. Meskipun bata ringan
jenis ini tidak seringan jenis AAC. Jenis CLC ini tetap memberikan penurunan berat
yang cukup besar jika dibandingkan dengan beton konvensional.

Kota Fakfak adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan signifikan
dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini mencakup sektor konstruksi, yang
telah menyebabkan peningkatan permintaan akan bahan bangunan, termasuk bata
ringan. Namun, kekhawatiran terkait kualitas bata ringan yang tersedia di pasar
menjadi perhatian utama di kota ini.

Salah satu permasalahan utama adalah perbedaan kualitas antara produsen


bata ringan yang berbeda di Kota Fakfak. Kualitas bata ringan memiliki dampak
signifikan terhadap kekuatan struktural bangunan, tingkat isolasi suara dan panas,
serta efisiensi energi. Oleh karena itu, analisis kualitas bata ringan yang tersedia di
pasar Kota Fakfak menjadi penting.
Selain itu, keberlanjutan juga menjadi faktor penting dalam evaluasi kualitas
bata ringan. Bata ringan yang ramah lingkungan memiliki potensi untuk mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dan mendorong pembangunan yang lebih
berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai Analisis
Kualitas Bata Ringan di Kota Fakfak untuk mempertimbangkan kualitas bata ringan
dari perspektif keberlanjutan.

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas dalam

makalah ini adalah:

1. Bagaimana variasi kualitas bata ringan yang tersedia di pasar Kota Fakfak?

2. Bagaimana cara melakukan analisis kualitas bata ringan yang ada di Kota Fakfak?

3. Bagaimana kualitas bata ringan yang telah digunakan dalam proyek-proyek

konstruksi di Kota Fakfak?

C. Batasan Masalah:
1. Penelitian ini akan memfokuskan pada bata ringan yang diproduksi dan digunakan
di Kota Fakfak, Papua Barat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bata ringan akan dibahas dalam lingkup
yang relevan dengan kondisi di Kota Fakfak.
3. Metode pengujian yang akan digunakan terkait dengan karakteristik fisik, kekuatan
struktural, ketahanan terhadap faktor lingkungan, dan kualitas produksi bata ringan
di Kota Fakfak.

D. Tujuan:
Tujuan utama makalah ini adalah untuk melakukan analisis menyeluruh terhadap
kualitas bata ringan di Kota Fakfak. Tujuan khusus yang ingin dicapai meliputi:

1. Mengidentifikasi dan memahami variasi kualitas bata ringan yang tersedia di pasar
Kota Fakfak.
2. Melakukan evaluasi terhadap kualitas bata ringan yang telah digunakan dalam
proyek - proyek konstruksi di Kota Fakfak.
3. Menganalisis metode produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bata
ringan di Kota Fakfak.

E. Manfaat:
1. Memberikan informasi yang berguna bagi produsen bata ringan di Kota Fakfak
untuk meningkatkan kualitas produksi mereka.
2. Menyediakan pedoman bagi kontraktor dan pembangun di Kota Fakfak dalam
memilih bata ringan berkualitas tinggi untuk digunakan dalam konstruksi
bangunan.
3. Membantu pemerintah Kota Fakfak dalam mengawasi dan mengatur standar
kualitas bata ringan yang diproduksi dan digunakan di kota tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bata Ringan

Bata ringan merupakan hasil pengembangan dari bata merah konvensional yang
dianggap tidak enkonomis karena memiliki dimensi yang kecil. Selain dimensinya yang
kecil bata merah juga lama dalam pengerjaan. Sebenarnya bata ringan ini sudah
dipergunakan oleh masyarakat Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material
bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Kemudian pada tahun 1943 di Jerman
dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel, dan di Indonesia sendiri bata ringan mulai dikenal
sejak tahun 1995 (Hidayat, 2010).
Pada umumnya berat jenis bata ringan berkisar antara 600 hingga 1600 kg/m³
(Tjokrodimuljo, 1996). Oleh karena itu, keunggulan bata ringan utamanya ada pada berat,
sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise Building) dapat secara
signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada
perhitungan pondasi.
Menurut Neville (1995), bata ringan mempunyai berat jenis di bawah 2000 kg/m³
(bata biasa mempunyai berat jenis 2400 kg/m³). Bata ringan menurut berat jenisnya dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Bata ringan dengan berat jenis antara 300 sampai 800 kg/m³ yang biasanya
dipakai sebagai bahan isolasi,
2. Bata ringan dengan berat jenis antara 800 sampai 1400 kg/m³ yang dapat
dipakai untuk struktur ringan, dan
3. Bata ringan dengan berat jenis antara 1400 sampai 2000 kg/m³ yang dapat
dipakai untuk struktur sedang.
Menurut Neville (1995), bata ringan dapat dibuat dengan tiga cara yaitu :
1. Pembuatan bata ringan dengan pemakaian agregat ringan, misalnya agregat
kasar
yang ringan, agregat halus yang ringan atau keduanya,
2. Pembuatan bata ringan dengan membuat gelembung-gelembung udara, yaitu
dengan pamakaian bahan tertentu yang menyebabkan terjadinya gelembung
udara kecil di dalam bata, dan
3. Pembuatan bata ringan dengan cara tanpa memakai pasir (bata non pasir),
sehingga banyak terdapat rongga diantara butir-butir

B. Jenis-jenis Bata Ringan

Jenis bata ringan yang umum dikenal dibedakan menjadi 2 yaitu Autoclaved Aerated
concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Perbedaan bata ringan AAC
dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven
autoclaved bertekanan tinggi sedangkan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan
alami. CLC sering disebut sebagai NonAutoclaved Aerated Concrete (NAAC).
1. Bata Ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete)
Menurut Wahane (2017), Autoclaved Aerated Concrete (AAC) adalah salah satu bahan
bangunan hijau yang ramah lingkungan dan bersertifikat. AAC disempurnakan pada
pertengahan tahun 1920-an oleh arsitek Swedia, salah satu bahan bangunan yang paling
banyak digunakan di Eropa dan berkembang pesat di banyak negara lain di dunia. Pada
dasarnya, AAC adalah campuran semen, fly ash, pasir, air, dan bubuk aluminium.
Menurut Harjanto et al (2007), bata ringan AAC adalah bata ringan yang pembuatan
gelembung udaranya dengan memanfaatkan reakasi kimia. Gelembung udara dibentuk
dalam bata secara kimia, melalui penambahan unsur atau senyawa seperti Al, Zn, H2O2,
asetilen (C2H2) atau kalsium karbida (CaC2) yang bereaksi dengan alkali yang terdapat
dalam campuran beton sehingga menghasilkan gas sebagai produkreaksi. Serbuk
aluminium bereaksi dengan kalsium hidroksida dan air membentuk H2. Gas hidrogen
berbusa dan menggandakan volume campuran mentah yang menghasilkan gas
bergelembung. Pada akhir proses pembusaan, hidrogen keluar dan digantikan oleh udara
(Wahane, 2017).
Menurut Arita (2017), proses pengembangan adonan akibat penambahan alumunium
pasta terjadi selama 7-8 jam. Sama halnya dengan pembuatan roti, proses pengembangan
adonan tidak dapat dikontrol sehingga seringkali adonan keluar dari cetakan. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemotongan untuk mendapatkan dimensi yang diinginkan.
Bata ringan yang sudah dicetak harus dimasukkan kedalam tabung autocalve, dalam
tabung autoclave bata ringan diberi tekanan uap yang sangat tinggi hingga mencapai suhu
200°C sehingga memicu terjadinya reaksi antara pasir silika dan kapur juga bereaksi
menghasilkan pori-pori di dalamnya berupa udara. Pori-pori inilah yang membuat
material ini menjadi ringan (Dika, 2019), Sedangkan menurut Wahane (2017), proses
pengeringan menggunakan tekanan uap di dalam mesin autoclave mencapai suhu
mencapai 190°C, hal ini menyebabkan pasir bereaksi dengan kalsium hidroksida untuk
membentuk kalsium silikat hidrat, yang memberi AAC kekuatan dan sifat ringannya,
padat tapi bersifat lembut. Setelah proses autoclave, material siap untuk digunakan Segera
di lokasi konstruksi.
Menurut Narayanan et al (2000), bata ringan AAC memiliki density 300-1800 Kg/m³.
Pada bata ringan AAC gelembung udara yang terbentuk akibat adanya campuran
alumunim pasta saling terhubung, hal ini menyebabkan air mudah meresap kedalam bata
ringan, sehingga jika inggin digunakan pada konstruksi dinding, perlu dilakukan
perlindungan tambahan seperti plaster, agar air tidak mudah meresap kedalam bata
ringan.

Bata ringan berjenis AAC terbuat dari pasir silika, semen, kapur, dan air. Bahan-bahan
tersebut lantas dicampurkan sedemikian rupa, lalu dimasukkan ke dalam mesin autoclaved.
Pemrosesan dengan mesin ini dilakukan menggunakan uap bertekanan tinggi yang bersuhu
200 derajat celcius sehingga memicu terjadinya reaksi antara pasir silika dan kapur.
Hasilnya berupa bata yang memiliki pori-pori udara di dalamnya sehingga berbobot lebih
ringan.

Berat jenis AAC sekitar 650 kg/m³ walaupun memiliki poripori didalamnya, bata ringan
ini tidak menyerap air karena pori-pori yang dimilikinya tidak saling berhubungan. Bata AAC
memiliki densitas rendah, rasio kepadatan yang baik, dan kuat tekannya relatif lebih tinggi.

2. Bata Ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete)


Menurut Shi (2002), terdapat dua cara untuk mendapatkan berat bata yang ringan.
Pertama adalah dengan menggunakan agregat ringan seperti batu apung atau agregat
ringan lainnya. Namun penggunaan agregat ringan tidak selalu dapat digunakan karena
umumnya tidak tersedia pada banyak lokasi. Kedua adalah dengan memasukan
gelembung atau busa sebagai pengganti agregat kasar. Cara ini dianggap yang paling
efisien karena gelembung atau busa dapat dibuat dimana saja. Selain itu dengan
menggunakan gelembung udara atau busa, density rencana dapat dikontrol dengan
mudah.
Bata ringan CLC adalah jenis bata ringan yang dibuat dengan memasukkan
gelembung udara kedalam campuran mortar bata. Gelembung udara yang dimasukan
bersifat stabil sehingga dapat mempertahankan struktur bata ringan saat proses curing dan
tanpa terjadinya reaksi kimia. Bata ringan CLC terbuat dari campuran semen, air, agregat
halus, dan foaming agent. Penambahan foaming agen bertujuan untuk membungkus
gelembung – gelembung udara agar tertahan dalam bata ringan. Bata ringan CLC
memiliki densitas antara 400 sampai 1800 kg/m³ (Dika, 2019).

Berbeda dengan bata ringan AAC, gelembung udara yang terbentuk pada bata ringan
CLC tidak saling terhubung, sehingga air tidak mudah meresap. Akibatnya jika ingin
digunakan pada konstruksi dinding, bata ringan CLC tidak perlu adanya perlindungan
tambahan seperti plaster. Sama halnya dengan beton konvensional, kekuatan bata ringan
akan bertambah seiring dengan waktu, meski tanpa adanya bantuan oven seperti pada
bata ringan AAC.
Dari segi biaya, bata ringan CLC lebih ekonomis dibandingkan dengan bata ringan
AAC, karena pada proses curing bata ringan CLC tidak memerlukan oven autoclave
seperti pada pembuatan bata ringan AAC. Proses curing bata ringan CLC secara
alami dengan cara penyirama. Jika proses curing bata ringa CLC dilakukan dibawah sinar
mata hari secara langsung, maka akan menyebabkan gelembung udara menjadi pecah,
sehingga terjadi penurunan nilai kuat tekan bata ringan (Suryani & Munasir, 2015).
Menurut Efendi (2019) proses pengerasan (curing) pada bata ringan CLC yang perlu
dilakukan hanyalah penyiraman dengan tujuan agar proses hidrasi berjalan dengan baik.
Bata ringan CLC kemudian disimpan pada suhu ruangan agar tidak terjadi retakan akibat
suhu yang tinggi dan mengganggu proses hidrasi. Sedangkan menurut Chandel dan
Sakale (2016) Curing bata ringan CLC dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu curing
basah
dan curing uap pada tekanan atmosfer. Pada proses curing basah, CLC biasanya diberi
periode curing basah singkat yaitu dengan disiram air, umumnya sekitar 1 hingga 7 hari
dan kemudian dibiarkan mengering sendiri. Sedangkan curing uap pada tekanan atmosfer
pada 50 hingga 80°C mempercepat pengerasan beton seluler, pengeringan susut dan
gerakan kelembaban beton setelah pengeringan uap tekanan atmosfer pada berbagai
durasi, maksimal 24 jam, sedikit berbeda dari sifat-sifat beton yang sama setelah
pengeringan basah selama 28 hari pada suhu 21°C. Bata ringan CLC dengan ukuran
panjang 60 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm.
Bahan baku yang dipakai untuk membuat bata ringan CLC yaitu semen, pasir,
foaming agent (busa organik), dan air. Kebanyakan produsen memanfaatkan semen
portland, meski penggunaan semen lain pun tidak terlalu bermasalah. Pasir yang
digunakan adalah pasir sungai yang berukuran 4, 6, atau 8 mm tergantung tingkat
kepadatan bata ringan yang diharapkan. Penambahan foaming agent berfungsi sebagai
media untuk membungkus gelembung-gelembung udara agar terjebak di dalam bata
ringan. Karena daya serapnya terhadap air sangat minim, baja yang dipasang di dalam
bata ringan ini pun tidak perlu dilapisi cat antikarat. Selain itu bata ringan CLC juga
mempunyai beberapa kelebihan seperti bisa dipaku, mudah dipotong, daya isolasinya
lebih tinggi, dan tahan terhadap api.

C. Komposisi Bata Ringan

Untuk mendapatkan bata ringan yang sesuai dengan mutu yang diinginkan, pemilihan
material penyusun bata ringan tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Setiap
material yang digunakan harus sesuai dengan kriteria yang telah disyaratkan.
Material yang digunakan dalam pembuatan bata ringan adalah semen, air, agregat halus
dan foaming agent. Material penyusun dalam pembuatan bata ringan harus dalam kondisi
baik sehingga dapat menghasilkan campuran yang diinginkan. Oleh karena itu perlu
diktahui sifat dari masing – masing material, agar dapat menentukan komposisi campuran
bata ringan. Komposisi campuran sangat mempengaruhi kualitas bata yang dibuat.
Faktor air semen merupakan hal yang penting dalam pembuatan bata ringan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin, Wicaksono, & Fazairin (2011), dengan
memvariasikan faktor air semen dalam pembuatan beton, diperoleh hasil kuat tekan beton
yang semakin menurun, akibat adanya peningkatan faktor air semen. Ini dikarenakan
penambahan air yang berlebih dapat menyebabkan semen tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai perekat. Pemilihan agegat juga merupakan hal yang sangat penting
dalam pembuatan bata ringan. Agregat yang kasar akan menyulitkan pada saaat proses
pengadukan bata ringan, karena agregat tersebut akan mengendap di dasar sehingga bata
ringan tidak tercampur dengan rata.

1. Air
Air merupakan faktor yang penting dalam pembuatan bata ringan. Reaksi air dan
semen akan menghasilkan pasta semen yang berfungsi sebagai pengikat dan
berlangsungnya proses pengerasan. Selain berperan penting dalam pembuatan bata
ringan, air juga
berperan dalam proses perawatan bata ringan, air akan meredam panas hidrasi semen
sehingga meminimalisir timbulnya retakan.
Perbandingan air dan semen dalam pembuatan bata ringan juga harus diperhatikan,
karena sangat berpengaruh terhadap kekuatan dari bata ringan tersebut. Apabila air
lebih banyak daripada semen maka akan membuat kekuatan bata ringan tersebut
menurun, dan apabila air lebih sedikit daripada semen makan akan membuat kesulitan
dalam proses pengadukannya dan akan menyababkan bata ringan yang dihasilkan
memiliki kekuatan yang rendah.

 Persyaratan air sesuai SNI 03-2847-2002 berikut ini :


1. Tidak mengandung lumpur (atau benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

2. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir diartikan sebagai butiran mineral yang bentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran lebih kecil dari 4,75 mm atau lolos saringan no.
4 standar (ASTM, C.33-03-2002). Karakteristik agregat halus yang digunakan untuk
pembuatan bata ringan harus diketahi terlebih dahulu dengan cara pengujian propertis
agregat halus. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan perhitungan mix design dengan
kuat tekan ya ng direncanakan. Pengujian propertis agregat halus dapat dilakukan
dengan beberapa pemeriksaan seperti kadar lumpur, kadar organi, kadar air, berat
volume, berat jenis serta analisa saringan.
Agregat halus berfungsi sebagai pengisi dalam campuran mortar bata ringan.
Agregat halus akan bekerjasama dengan air dan semen membentuk suatu masa yang
keras. Agregat yang mengandung banyak lumpur dapat menyebabkan nilai kuat tekan
menurun, karena kadar lumpur yang berlebih menyebakan daya lekat antara agregat
dan pasta semen menjadi berkurang (Purwanto & Priastiwi, 2012).
3. Semen Portland
Semen Portland adalah semen yang umum digunakan dalam bidang konstruksi
seperti: pekerjaan beton, bata ringan, pekerjaan jalan, pekerjaan jembatan, beton
pracetak, dan lainnya.
Dalam teknologi bahan, semen portland merupakan komponen utama yang
berfungsi, bersama dengan air, untuk mengikat dan menyatukan agregat menjadi masa
padat. Untuk mendapatkan bata ringan yang sesuai dengan yang direncanakan maka
perlu adanya pengawasan terhadap mutu bahan yang digunakan (Alit & Salain, 2009).

4. Foaming Agent
Foam agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana apabil hendak
digunakan harus dilarutkan dengan air. Surfaktan adalah zat yang cenderung
terkonsentrasi pada antar muka dan mengaktifkan antar muka tersebut. Dengan membuat
gelembung-gelembung udara dalam adukan semen, sehingga akan timbul banyak pori-
pori udara di dalam betonnya (Husin & Setiadji, 2008).
Menurut Dika (2019), dengan menggunakan foam generator dihasilkan foam yang
stabil sehingga sangat cocok digunakan untuk bata ringan. Foam yang ditambahkan
kedalam campuran mortar bata harus dikontrol untuk mendapatkan densitas yang
diinginkan. Dengan menambahkan foam kedalam campuran mortar bata maka dapat
meningkatkan volume mortar bata ringan tanpa menambah berat dari mortar bata itu
sendiri.
 Terdapat 2 jenis Foam agent yaitu:
1. Berbahan dasar sintetis
2. Berbahan dasar protein
Foam berbahan dasar sintetis memiliki kepadatan sekitar 40 kg/m³ dan dapat
mengembang sekitar 25 kali dari volume awal. Foaming agent jenis ini sangat stabil
untuk bata dengan kepadatan diatas 1000 kg/m³. Foaming agent ini dapat bertahan hingga
16 bulan dalam keadaan tertutup. Perbandingan foam dan air yaitu 1:19.20 liter foam
dapat mengembang menjadi sekitar 500 liter foam yang stabil dengan berat sekitar 40
kg/m³.
Foam berbahan dasar protein yang didapat dari bahan-bahan alami memiliki berat
sekitar 80 kg/m³ dan dapat mengembang sekitar 12,5 kali dari volume awal. Foam ini
relatif lebih stabil dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan foam
sintetis. Tetapi foam ini hanya dapat bertahan hingga 12 bulan dalam keadaan terbuka.
Perbandingan foam dan air yaitu 1:33 sampai 1:39.40 liter foam dapat mengembang
menjadi sekitar 500 lister foamyang stabil dengan berat sekitar 80 kg/m³(Arita, 2017).

D. Kualifikasi Kualitas Bata Ringan

Batu bata kerap digunakan sebagai bahan konstruksi elemen-elemen rumah, seperti
tembok dan pagar. Agar rumah Anda dapat berdiri dengan kokoh, pemilihan jenis batu bata
haruslah tepat. Jenis batu bata yang mungkin sudah diketahui banyak orang adalah bata
merah yang terbuat dari tanah liat. Namun, ada juga variasi batu bata lainnya yang memiliki
tingkat kerataan yang lebih baik, yaitu bata ringan.

Bata ringan atau bisa juga disebut hebel terbuat dari adonan semen, batu kapur, pasir
silika, kuarsa, aluminium bubuk, gipsum, dan air. Selain tingkat kerapatannya yang baik
karena dimensinya presisi, bata ringan juga kedap suara serta tahan api dan jamur. Hal ini
disebabkan adonan bata ringan diawetkan dengan cara dipanaskan dan diberi tekanan tinggi
menggunakan mesin autoclave. Jika Anda berencana untuk menggunakan bata ringan dalam
proses pembangunan rumah, yuk simak kelebihan bata ringan lainnya di bawah ini!

 Keunggulan dan Kelebihan Bata Ringan


1. Proses pemasangan yang cepat
Bata ringan memiliki dimensi yang presisi, sehingga pemasangannya menjadi lebih
mudah karena mengurangi proses pemotongan. Selain itu, ukurannya yang lebih besar
juga mempercepat proses pengerjaan.
2. Memiliki daya tahan sekuat beton
Secara kualitas, bata ringan lebih kokoh dibandingkan bata merah karena bahan
campuran pada adonan bata ringan sama dengan bahan pembuat beton. Hal ini
membuat bata ringan memiliki ketahanan yang sama kuatnya dengan beton.
Ketahanan bata ringan juga memenuhi standar bahan bangunan anti gempa bumi.

3. Insulator yang baik


Batu bata ringan cocok untuk Anda yang ingin membangun rumah di daerah tropis
karena memiliki ketahanan suhu yang baik, terutama terhadap udara panas. Material
bangunan ini mampu menghalau udara panas dari luar dan mempertahankan suhu
dingin di dalam ruangan.
4. Proses finishing yang lebih mudah
Bata ringan memiliki tekstur permukaan yang rata dan halus, sehingga Anda tidak lagi
memerlukan lapisan yang terlalu tebal pada bagian permukaannya.
5. Menghemat biaya pembangunan
Proses pemasangan bata ringan yang praktis dan cepat, dapat mengurangi biaya
harian pekerja bangunan. Selain itu, Anda bisa menghemat biaya pemakaian plester
sebanyak 50 persen jika menggunakan bata ringan sebagai material pembangunan.
 Perekat Bata Ringan
Semua keunggulan bata ringan yang sudah disebut di atas tidak akan bekerja jika
bahan perekat bata ringan menggunakan sembarang bahan. Proses pemasangan bata
ringan dianjurkan untuk menggunakan semen mortar, atau semen khusus yang
digunakan sebagai perekat bata ringan. Jika tidak menggunakan semen mortar,
bangunan akan rapuh dan mudah retak karena perekatnya tidak terlalu kuat.
Mortar juga dikenal dengan nama semen instan, karena Anda tidak perlu
menambahkan pasir untuk ditambahkan pada adonan semen. Hal ini juga dapat
menghemat biaya pembangunan karena tidak perlu mengeluarkan biaya pasir
tambahan. Selain itu, para pekerja bangunan cukup mengoleskan tipis mortar untuk
bisa merekatkan bata ringan. Hal ini dinilai lebih efisien daripada semen konvensional
yang biasanya harus diaplikasikan dengan tebal untuk merekatkan bata merah.

 Mortar Terbaik untuk Perekat Bata Ringan


Untuk memaksimalkan keunggulan bata ringan dan menambah efisiensi penggunaan
mortar, Anda juga perlu memilih produk mortar dengan kualitas terbaik. Porocol adalah
salah satu produk mortar terbaik dari Mapei untuk merekatkan bata ringan.
Porocol merupakan perekat bata ringan yang memiliki standar klasifikasi Eropa
dengan nomor EN 998-1 (general purpose mortar for internal/external render) kategori
CS III, dan EN 998-2 (thin layer masonry mortar for internal/external use) kategori M5.
Porocol memiliki banyak keunggulan daripada produk mortar lainnya, yuk simak
penjelasannya!
a. Bersifat thixotropy dan tidak mudah menyusut
Sifat thixotropy pada Porocol membuat produk ini sangat lengket sehingga memiliki
daya rekat yang sangat baik dan mudah diaplikasikan pada permukaan horizontal dan
vertikal. Selain sangat lengket, Porocol juga tidak mudah menyusut karena
membentuk lapisan yang sangat kuat dan mengikat dengan sempurna ke semua bahan
yang biasanya digunakan dalam industri bangunan, sehingga nilai estetis dari
bangunan Anda dapat terjaga.
b. Tahan air dan cuaca ekstrem
Porocol juga tahan terhadap air dan cuaca yang sangat dingin. Maka dari itu, Porocol
sangat cocok digunakan untuk membangun dinding penahan angin.
c. Daya sebar yang luas
Porocol berukuran 25 kg ini dapat digunakan sebagai lapisan plester dengan daya
sebar yang luas mulai dari 2.5 meter hingga 3 meter persegi dengan ketebalan
maksimum plester setinggi 1.5 cm.

d. Produk 3in1
Porocol dari Mapei kerap disebut sebagai produk 3in1, karena dapat menjadi perekat
bata ringan dengan kualitas tinggi, dapat menjadi lapisan plester dengan daya sebar
yang luas, serta dapat menjadi acian yang berguna untuk memudarkan tekstur pada
dinding yang kurang elok dipandang.
e. Mudah digunakan
Porocol sangat mudah untuk diaplikasikan karena cepat kering dan memiliki kekuatan
rekat yang sangat kuat, walau hanya menggunakan sedikit dari produknya.

Anda mungkin juga menyukai