KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah I tentang beton ringan, beton geopolimer, beton memadat
mandiri/ self compacting concrete (SCC) dan beton bubuk rekatif/ reactive powder
concrete (RPC).
Makalah ke dua ini kami susun dengan usaha yang maksimal serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
ISTI HARYANTO
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton Ringan
2.1.1 Pengertian Beton Ringan
2.1.2 Proses Pembuatan Beton Ringan
2.1.3 Jenis-jenis Beton Ringan
2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan
BAB IV KESIMPULAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Beton adalah element yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil
yang dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur beton digunakan
untuk bangunan pondasi, kolom, balok, plat/plat cangkang. Semakin meluasnya
penggunaan beton dan makin meningkatnya skala pembangunan menunjukkan
semakin banyak kebutuhan beton dimasa yang akan datang, sehingga mempengaruhi
perkembangan teknologi beton dimana akanmenuntut inovasi-inovasi baru mengenai
beton itu sendiri. Kriteria beton mulai berubah seiring perkembangan jaman dan
kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai sesuai dengan perkembangan
teknologi beton yang sedemikian pesatnya. Pada tahun 1950, beton dikategorikan
mempunyai mutu tinggi jika kuat tekannya 30 Mpa. Pada tahun 1960-1970, kriterianya
naik menjadi 40 Mpa.
4
I.2. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab ini. Beberapa masalah tersebut antara lain:
a. Apa defenisi beton ringan, beton geopolimer, beton memadat sendiri/ self
compacting concrete (SCC) dan beton serbuk reaktif/ reaktif powder concrete
(RPC) ?
b. Apa jenis-jenis dan kandungan/komposisi beton ringan, beton geopolimer, beton
memadat sendiri/ self compacting concrete (SCC) dan beton serbuk reaktif/ reaktif
powder concrete (RPC)?
c. Apa kelebihan dan kekurangan beton ringan, beton geopolimer, beton memadat
sendiri/ self compacting concrete (SCC) dan beton serbuk reaktif/ reaktif powder
concrete (RPC)?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut :
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat (Surya Sebayang, 2000). Beton normal merupakan bahan
bangunan yang relatif cukup berat dengan berat jenis berkisar 2,4 atau berat 2400
kg/m3. Untuk mengurangi beban mati suatu struktur beton, maka telah banyak
dipakai beton ringan. Berdasarkan SNI 03 - 2847 - 2002, beton ringan adalah beton
yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900
kg/m3. Pada dasarnya beton ringan diperoleh dengan cara penambahan pori-pori
udara ke dalam campuran betonnya.
Beton Non-pasir
Beton non-pasir (“no-fines concrete”) ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton
ringan yang dalam pembuatannya tidak menggunakan agregat halus. Tidak adanya
agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi
agregat halus) sehingga beratnya berkurang (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007). Beton
non-pasir juga dapat disebut permeconcrete atau pervious concrete yaitu beton yang
dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, air dengan atau tanpa bahan
tambahan. Beton non-pasir dibuat dengan menghilangkan penggunaan agregat halus.
Tidak adanya agregat halus pada campuran menghasilkan suatu sistem berupa
keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya
berat jenis beton.
Pada umumnya agregat kasar yang dipakai pada pembuatan beton non-pasir
berukuran 10 sampai 20 mm, walaupun ukuran yang lain juga dapat dipakai. Berat
jenis beton non-pasir dipengaruhi oleh berat jenis dan gradasi yang dipakai, dan pada
6
umumnya berkisar antara 60-70 persen dari beton biasa. Beton non-pasir sendiri
memiliki kuat tekan yang relatif kecil dibandingkan beton normal, menjadikan beton
non-pasir memiliki aplikasi yang terbatas. Menurut ACI (American Concrete Institut)
522R-10 mengenai Pervious Concrete biasanya beton berpori memiliki kuat tekan
sebesar 400 sampai 4000 psi (2,8 Mpa sampai dengan 28 Mpa).
Menurut Dwi Kusuma (2012) kuat tekan dari beton non-pasir dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, antara lain :
1. Faktor Air Semen
Faktor air semen pada beton non-pasir berkisar 0,36 - 0,46, sedangkan nilai faktor
air semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak dapat terlalu
besar karena jika faktor air semen terlalu besar maka pasta semen akan terlalu
encer, sehingga pada waktu pemadatan pasta semen akan mengalir ke bawah dan
tidak menyelimuti permukaan agregat. Sedangkan, jika faktor air semen terlalu
rendah maka pasta semennya tidak cukup menyelimuti butir butir agregat kasar
penyusun beton. Dengan nilai faktor air semen optimum akan dihasilkan pula kuat
tekan maksimum suatu beton non-pasir.
2. Rasio Volume Agregat dengan Semen
Rasio volume agregat dengan semen merupakan proporsi penggunaan agregat
berbanding semen. Pada nilai faktor air semen yang tetap, pengaruh besar rasio
agregat dengan semen akan berakibat terhadap pasta yang terbentuk. Semakin
besar rasio agregat-semen, maka semakin sedikit pasta semennya, sehingga bahan
pengikat antar aggregat akan sedikit pula dan kuat tekan beton non pasir yang
terbentuk akan semakin rendah.
Dalam penggunaannya sendiri beton non-pasir ini dapat dicetak sebagai bata beton
atau langsung dicetak menjadi dinding tembok atau kolom Aplikasi lain yang sering
diantaranya sebagai tempat parkir, trotoar serta area taman. Selain itu, karena beton
non-pasir sangan berpori, maka sangat meloloskan air sehingga baik untuk bagian
bangunan yang tidak boleh menahan air, misalnya struktur penahan tanah (turap) dan
buis beton.
7
2.1.2 Proses Pembuatan Beton Ringan
Menurut Tjokrodimuljo (2007) pembuatan beton ringan dapat dilakukan dengan cara :
1. Membuat gelembung-gelembung gas udara dalam adukan semen. Dengan
demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Bahan Tambahan
Khusus (pembentuk gelembung udara dalam beton) ditambahkan ke dalam
semen dan akan terbentuk gelembung udara.
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar dan batu apung.
Dengan demikian beton yang terjadi pun akan lebih ringan daripada beton normal.
3. Pembuatan beton tidak dengan butir-butir agregat halus. Dengan demikian beton
ini disebut “beton non-pasir” dan hanya dibuat dari semen dan agregat kasar saja
(dengan butir maksimun agregat kasar sebesar 20 mm atau 10 mm). Beton ini
mempunyai pori-pori yang hanya berisi udara (yang semula terisi oleh butir-butir
agregat halus).
4. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar dan batu apung.
Dengan demikian beton yang terjadi pun akan lebih ringan daripada beton normal.
5. Pembuatan beton tidak dengan butir-butir agregat halus. Dengan demikian beton
ini disebut “beton non-pasir” dan hanya dibuat dari semen dan agregat kasar saja
(dengan butir maksimun agregat kasar sebesar 20 mm atau 10 mm). Beton ini
mempunyai pori-pori yang hanya berisi udara (yang semula terisi oleh butir-butir
agregat halus).
Mix Design (SNI 03-3449-2002)
Berikut adalah perencanaan secara umum untuk beton ringan dengan subtitusi
fly ash dan bottom ash.
1. Kuat tekan rencana f’c = 10 MPa = 120,48 kg/cm2
2. Standart Deviasi, S= 55 kg/cm2
3. Nilai tambah = 1,64 x 55 = 90,2 kg/cm2
4. Kuat tekan rata-rata : Umur 28 hari = 120,48 + 90,2 = 210,68 kg/cm2
5. Jenis kerikil : batu pecah diameter 1 cm
6. Jenis pasir : Alami
8
7. FAS yang digunakan 0,57, FAS maksimum 0,60
8. Jenis semen yang digunakan adalah semen portland tipe I
9. Berat isi beton rencana = 1600 kg/m3
10. Kebutuhan air per meter kubik = 233,33 liter
11. Kebutuhan semen per meter kubik
= 233,33 : 0,57 = 409,350 kg/m3
12. Persentase pasir terhadap campuran adalah 60%.
13. Kebutuhan agregat campuran
= 1600 – (233,33 + 409,356) = 957,314 kg/m3
14. Kebutuhan agregat halus per meter kubik
= 60 x 957,314 = 574,391 kg/m3
15. Kebutuhan agregat kasar per meter kubik
= 957,314 – 574,391 = 382,927 kg/m3
16. Maka untuk 1 m3 beton diperlukan
Semen = 409,350 kg/m3
Air = 233,33 kg/m3
Pasir = 574,391 kg/m3
Kerikil = 382,927 kg/m3
17. Perbandingan campuran
Semen : Air : Pasir : Kerikil
1 : 0,57 : 1,4 : 0,94
18. Volume 1 benda uji silinder = 3,14 x 7,52 x 30 = 5298,75 cm3= 0,0053 m3
19. Jadi kebutuhan bahan untuk 9 benda uji adalah :
Semen = 409,350 x 0,0053 x 9 x 1,2 (FS) = 23,431 kg
Air = 233,33 x 0,0053 x 9 x 1,2 (FS) = 13,355 liter
Pasir = 574,391 x 0,0053 x 9 x 1,2 (FS) = 32,878 kg
Kerikil = 382,927 x 0,0053 x 9 x 1,2 (FS) = 21,918 kg
Catatan : berat semen, dan pasir untuk setiap variasi akan berubah karena
ada penggantian sebagian semen dan pasir dengan fly ash dan bottom ash
9
untuk setiap varian 10%, 20%, dan 30% terhadap berat semen dan pasir
Tabel A. Kebutuhan bahan susun beton tiap 1 m3
10
agregat kasar ringan ini cukup unik yakni bisa dibuat dengan 2 cara, yakni agregat
buatan dari tanah liat yang sudah dicampur dengan berbagai material tambahan, ada
juga agregat alami seperti batu apung skoria.
3. Beton kertas
Seperti namanya, beton ini dibuat dari kertas daur ulang dengan tambahan material
semen, pasir, dan air. Sebelum dicampur dengan semua bahan, material kertas ini
dibentuk menjadi bubur terlebih dahulu dan dijadikan sebagai pengganti agregat kasar.
Disebutkan dalam penelitian Gunarto (2008), bahwa limbah kertas koran bisa
menghasilkan panel papercrete yang masuk kategori beton ringan dengan berat jenis
antara 840 hingga 933 kg/m3. Kuat tekan terendah 1,23 MPa pada campuran 1 semen 4.
11
Menurut SK SNI 03-3449-2002 beton yang memakai agregat ringan, campuran agregat kasar
ringan dan pasir alami yang digunakan sebagai pengganti agregat halus ringan, memiliki
ketentuan yakni harus memenuhi berat jenis di <1850 kg/m3. Selain itu, harus sesuai standar
kuat tekan minimum 17,24 MPa dan maksimum 41,36 MPa.
Lebih rincinya, berikut ini ada penjabaran tentang beton ringan disertai dengan angka kuat
tekan standartnya:
1. Konstruksi beton ringan untuk struktural
Kuat tekan minimum: 17,24 Mpa
Kuat tekan maksimum: 41,36 MPa
Berat isi minimum: 1400 kg/m3
Berat isi maksimum: 1850 kg/m3
Jenis agregat ringan ini melalui proses pemanasan batu serpih, sabak, apung, abu terbang
serta terak besi.
2. Konstruksi beton ringan untuk struktural ringan
Kuat tekan minimum: 6,89 Mpa
Kuat tekan maksimum: 17,24 Mpa
Berat isi minimum: 800 kg/m3
Berat isi maksimum: 1400 kg/m3
Jenis agregat ringan yakni agregat mangan alami (scoria dan batu apung)
3. Konstruksi beton ringan untuk struktural sangat ringan yang digunakan sebagai isolasi
Berat bersih maksimumnya ialah: 800 kg/m3
Jenis agregat ringan ini ialah pendit atau vermikulit.
12
jauh lebih cepat. Gerakan penyusutan total, telah ditemukan bahwa 50% sampai
80% terjadi dalam 10 hari pertama, dimana untuk beton padat hanya 20 sampai 30
persen akan terjadi pada periode yang sama. Ini berarti bahwa bahaya retak jauh
lebih kecil terjadi jika dibandingkan dengan beton normal.
2. Light Weight
Karena penggunaan agregat ringan maka dihasilkan beton dengan bobot yang
ringan.
3. Thermal Insulation
Kebaikannya sebagai bahan isolasi panas.
4. Eliminated Segregation
Tidak ada kecenderungan untuk bersegregasi, sehingga dapat dijatuhkan dengan
tinggi jatuh yang lebih tinggi.
5. Reduce Cement Demand
Kebutuhan semen sedikit (karena tidak ada pasir maka luas permukaan butir
agregat berkurang sehingga kebutuhan pasta semen yang dipakai untuk
menyelimuti butir pasir tidak diperlukan lagi, sehingga kebutuhan semen hanya
sedikit) dan harganya lebih murah.
6. Simple yaitu berarti cara pembuatannya sederhana dan lebih cepat.
7. Sound Insulation
Kebaikan sebagai bahan isolasi suara/kebisingan (meredam suara).
8. Environment Friendly,
mudah meloloskan air dapat digunakan sebagai bahan pembuat sumur resapan,
sehingga meningkatkan resapan ke dalam tanah.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh beton ringan ini, antara lain :
1. Balok-balok beton ringan mudah sekali dibentuk. Proses pemotongannya pun bisa
dilakukan secara cepat dan akurat untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Tidak perlu menggunakan alat potong khusus, sebab balok beton ringan ini bisa
dipotong dengan gampang cukup memakai gergaji.
13
2. Kebutuhan beton ringan dalam suatu proyek pembangunan dapat dihitung
dengan tepat karena ukurannya yang akurat. Bentuknya yang mudah disesuaikan
dengan kebutuhan pun memungkinkan pemakaiannya bisa dilakukan semaksimal
mungkin. Sehingga kemungkinan balok-balok beton yang tersisa di akhir
pembangunan dapat diminamilisir.
3. Pemakaian beton ringan dapat meminimalisir penggunaan material-material yang
lainnya. Contohnya dalam pembuatan dak lantai menggunakan bahan ini, maka
tidak diperlukan lagi bahan tambahan berupa batu atau kerikil untuk mengisi
lantai beton. Biaya pembangunan struktur sloof dan pondasi juga bisa dikurangi.
Dengan demikian proses pengerjaan konstruksi pun menjadi lebih sederhana.
4. Karena mempunyai bobot yang tidak terlalu berat, biaya transportasi yang
diperlukan untuk mengangkut beton ringan dari pabrik ke lokasi pembangunan
pun bisa dihemat. Keuntungan ini akan semakin bertambah apabila jarak antara
pabrik dengan lokasi proyek semakin berdekatan.
5. Ringannya bobot yang dimiliki oleh material ini juga dapat dirasakan oleh
para tukang bangunanyang memasangnya. Mereka akan merasa tidak cepat lelah,
jauh berbeda saat mendirikan beton konvensional. Jadi waktu pengerjaan proyek
pun bisa lebih singkat.
6. Beton ringan tidak membutuhkan ikatan semen yang terlampau tebal untuk
menjaga posisinya. Anda cukup menggunakan adonan semen setebal 3 mm di
antara balok-balok beton ringan ini.
7. Beton ringan juga bersifat tahan terhadap panas dan api sebab memiliki berat jenis
yang rendah, kedap suara, tahan lama, kuat tapi ringan, serta tahan gempa. Selain
itu beton juga aman dan nyaman karena memiliki beberapa sifat lain yaitu anti
serangga, anti jamur, serta tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, ataupun
korosi.
Kekurangan beton ringan :
1. Ukuran beton ringan yang besar menyebabkan pemakaian ruang yang cukup besar
ketika diaplikasikan di bangunan yang berukuran menengah. Tukang bangunan
14
yang akan memasangnya juga harus memiliki keahlian yang tinggi karena jika salah
dampaknya bakal terasa langsung bagi waste dan kualitas pemasangannya.
2. Beton ringan mempunyai nilai kuat tekan yang terbatas (compressive strength).
Jadi tidak disarankan memanfaatkan material ini sebagai bahan perkuatan
bangunan.
3. Harga beton ringan relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga balok-balok
beton kebanyakan. Di pasaran Indonesia, harga rata-rata beton ringan adalah Rp 6-
8 ribu/balok, di mana setiap 1 m2 membutuhkan 8-9 balok. Sehingga harga balok
beton ini per 1 m2 adalah Rp 48-72 ribu.
4. Dibutuhkan bahan perekat khusus untuk menyusun balok-balok ini menjadi beton.
Kebanyakan para pekerja menggunakan mortar atau semen instan. Bahan ini
sengaja dipilih karena memiliki komposisi yang terkontrol dengan baik.
15
Alumunium (Al) dan Silika (Si) mempunyai peranan penting dalam ikatan polimerisasi
(Davidovits, 1994) Reaksi Al dan Si dengan alkaline akan menghasilkan AlO4 dan SiO4.
Skema pembentukkan beton geopolimer dapat dilihat pada persamaan (2 – 1) dan (2 – 2)
(van Jaarsveld dkk, 1997 ; Davidovits,1999) :
Bahan dasar utama pembuatan beton geopolimer, adalah bahan yang banyak mengandung silikon
dan alumunium. Unsur-unsur ini, diantaranya banyak terdapat pada material buangan hasil sampingan
industri, seperti abu terbang (fly ash) sisa pembakaran batu bara. Selama ini, karena ukuran
partikelnya yang kecil dan mudah berterbangan di udara, abu terbang lebih banyak
dimanfaatkan sebagai bahan timbunan. Kalau penimbunannya dilakukan sembarangan, akan
berpotensi mengancam kelestarian lingkungan. Karena, partikel partikel logam berat yang
dikandungnya dengan mudah larut mencemari sumber-sumber air. Proses pembentukan
beton geopolimer disebut dengan proses polimerisasi kondensasi, yaitu reaksi gugus fungsi
banyak (molekul yang mengandung dua gugus fungsi atau lebih yang dapat bereaksi) yang
menghasilkan satu molekul besar bergugus fungsi banyak pula dan diikuti oleh pelepasan
molekul kecil.
16
hingga suhu 800°C. Cukup dengan pemanasan 60° C selama sehari penuh, maka bisa dihasilkan
beton berkualitas tinggi.
17
Gambar 2. Kekuatan vs rasio abu terbang-cair-alkali
18
Langkah 2: Penambahan Bahan Kimia Campuran atau Air untuk Pengerjaan (Jika Diperlukan)
Dosis super-plasticizer adalah mengambil 1% dari berat abu terbang yang jumlahnya 3,2
kg / m3. Kemudian tingkat perkiraan penambahan super-plasticiser datang 924 ml / 100kg
fly ash yang berada di kisaran 400 hingga 1200 ml / 100kg direkomendasikan oleh pabrikan.
Untuk meningkatkan kemampuan kerja, jika air tambahan ditambahkan 1% dari berat abu
terbang maka jumlah air tambahan yang dibutuhkan 3,2 kg / m3.
Langkah 4: Bobot atau Volume Agregat yang Diperlukan atau Volume yang Diperlukan
Volume yang ditempati oleh fly ash, larutan NaOH, larutan Na2SiO3 dan udara yang
terperangkap adalah 0,1553, 0,0510, 0,1113 dan 0,0329 m3 masing-masing. Total volume
yang ditempati oleh konstituen ini adalah 0,3505 m3 yang mengindikasikan. Diperlukan
agregat 0,6495 m3 untuk mendapatkan kekuatan yang diinginkan. Untuk memenuhi
persyaratan penilaian agregat, perlu untuk mencampur oven kering 14 mm, 10 mm, 7 mm
dan agregat halus sebesar 15%, 35%, 20% dan 30% masing-masing. Kemudian gabungan
Sp.G dari agregat kasar diperoleh 2,62. Sekarang mempertimbangkan spesifik gravitasi
agregat, faktor volume agregat kasar dan halus datang 0,02669 (% volume / Sp.G / 1000)
19
dan 0,01167 masing-masing. Oleh karena itu, volume aktual oven kering (OD) dari agregat
kasar dan halus adalah 69,57% dan 30,43% masing-masing bukannya 70% dan 30%.
Sekarang, volume sebenarnya kasar dan halus agregat adalah 0,4519 m3 dan 0,1976 m3
yang menghitung berat 1185 kg / m3 dan 508 kg / m3.
Secara luas, agregat kasar oven kering ukuran 14 mm, 10 mm, 7 mm dan agregat halus
diperlukan 254, 593, 339 dan 508 kg / m3 masing-masing.
Total volume bahan dihitung pada Tabel 3. Karena total volume yang dihasilkan 0,3% lebih
dari 1 m3 untuk penggunaan super-plasticiser, diperlukan untuk menyesuaikan volume.
20
Langkah 7: Detail Pencampuran untuk Agregat Oven-Kering (1 m3 Beton)
Oleh karena itu, jumlah agregat kasar 14 mm, 10 mm, dan 7 mm yang perlu disesuaikan
adalah 253, 591 dan 338 kg masing-masing seperti yang ditunjukkan pada Tabel di bawah
ini. Karena sulit untuk mendapatkan agregat kering-oven pada saat pencampuran, lebih
baik prosedur adalah menyiapkan bagan detail campuran dengan mempertimbangkan
agregat seperti yang ditemukan di lapangan ‘apa adanya’ kondisi.
Tabel. Campur Proporsi Bahan
21
Sekarang rasio sebenarnya dari abu terbang-cair alkali adalah 0,76 (seperti yang disebutkan
sebelumnya) dan bahwa dari Na2SiO3-to-Solusi NaOH 2.3. Kepadatan beton kemudian
2.269 kg / m3. Rasio relatif Fly ash: Agregat halus: Agregat kasar adalah 1: 1.59: 3.71 di
mana agregat dipertimbangkan dalam kondisi kering oven.
Geopolimer memiliki sifat-sifat yang membedakannya dengan material lain, baik sifat fisik
maupun kimia. Sifat fisik merupakan sifat yang dimiliki material tanpa bereaksi dengan
bahan lain, termasuk sifat mekanik. Sedangkan sifat kimia adalah perilaku material apabila
bereaksi secara kimia dengan bahan lain.
a. Sifat fisik
Data di bawah ini merupakan sifat fisik yang umumnya dimiliki geopolimer (Davidovit,
2008)
Binder Geopolimer
o Ekspansi linier: < 5.10-6/K
o Konduktivitas panas: 0.2 samapai 0.4 W/K.m
o Specific heat : 0.7-1.0 KJ/kg
o Densitas bulk 1 samapi 1.9 g/mL
o Porositas terbuka 15-30 %
o Penyusutan geopolimerisasi 0.2 – 0.4 %
o D.T.A : endotermik pada 250oC (air zeolitik)
o dan lain-lain
22
b. Sifat kimia
Data di bawah ini merupakan sifat kimia yang umumnya dimiliki geopolimer (Davidovit,
2008)
o Ketahanan kimia geopolimer
Geopolimer yang direndam asam sulfat 10% hanya mengalami penyusutan massa 0.1
% perhari dan asam klorida 5% hanya menyebabkan penyusutan 1% perhari.
Perendaman dengan KOH 50% hanya menyusut 0.02% per hari, larutan sulfat
menyebabkan penyusutan 0.02% pada 28 hari, sedangkan larutan amonia tidak
menyebabkan penyusutan massa pada geopolimer. Reaksi alkali agregat tidak terjadi
pada geopolimer.
o Nilai pH antara 11,5-12,5.
Bandingkan dengan pasta semen Portland yang memiliki pH antara 12-13.
o Pelarutan (leaching) dalam air, setelah 180 hari: K2O <0.015 %
o Absorbsi air: <3%, tidak terkait pada permeabilitas
23
2.3 Beton Memadat Mandiri/ Self Compacting Concrete (SCC)
2.3.1. Pengertian Beton Memadat Mandiri
Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang
sangat plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya mengisi keseluruh cetakan yang
dikarenakan beton tersebut memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya
bantuan alat penggetar untuk pemadatan. Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif,
tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.
Self-compacting concrete (SCC), pertama kali dikembangkan di Jepang pada tahun 1986.
Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan kualitas beton repair oleh
karena dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia akibat manual compaction.
Pemadatan yang kurang sempurna pada saat proses pengecoran dapat mengakibatkan
berkurangnya durabilitas beton. Sebaliknya dengan beton SCC, struktur beton repair menjadi
lebih padat terutama pada daerah pembesian yang sangat rapat, dan waktu pelaksanaan
pengecoran juga lebih cepat.
Mix desain untuk Self Compacting Concrete (SCC) dipengaruhi oleh pemilihan material yang
sesuai agar karakteristiknya dapat terpenuhi.
………….…………(1)
………….…………(2)
Dimana ;
24
Wg : Kandungan aggregat kasar (kg/m3)
Ws : Kandungan aggregat halus (kg/m3)
WgL : Volume agregat kasar pada kondisi SSD (kg/m3)
WsL : Volume agregat kasar pada kondisi SSD (kg/m3)
PF : Packing factor, yaitu perbandingan Antara agregat pada kondisi padat dan
agregat pada kondisi tidak dipadatkan, biasanya diasumsikan 1.12 s/d 1.18
S/a : Ratio aggregate halus terhadap total aggregate, biasanya antara 50% s/d 57%.
……………………….…………(3)
Dimana ;
……(5)
Berat pasta FA (VPf) dan pasta GGBS (VPB) dapat dihitung dengan rumus di atas, dimana ;
25
Gc : Berat Jenis Semen
……(6)
Dimana ;
Gf, GB, Gc, W/F and W/S dapat diperoleh dari percobaan-percobaan, A% dan B% ditentukan, dan
VPf+VPB dapat diperoleh dari Persamaan (5). Sementara Wpm dapat dihitung dengan Persamaan
(6). Juga, Wf (Berat FA dalam SCC, Kg/m3) dan WB (Berat GGBS dalam SCC, Kg/m3) dapat dihitung
(Persamaan(7) dan Persamaan(8)),
Wf = A% × Wpm ……………………………..…..….…(7)
WB = B% × Wpm ……………………………..…..….…(8)
……………………………..…(9)
………………………………(10)
26
Berikut ini beberapa contoh mix desain untuk Self Compacting Concrete (SCC)
27
2.3.3 Metode Pengujian Beton Segar SCC
Metode Test Self Compacting Concrete
Workability
Berdasarkan spesifikasi SCC dari EFNARC, workabilitas atau kelecakan campuran beton segar
dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu :
Filling ability
Passing ability
Segregation resistance
Filling ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian
cetakan melalui berat sendirinya.
Passing ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celah-celah antar besi
tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau
blocking.
Segregation resistance, adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan
komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran.
METODE TEST
Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik
beton SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang bisa mewakili ketiga
syarat karakteristik beton SCC seperti tersebut di atas. Dari beberapa metoda test yang telah
dikembangkan akan dibahas hanya tiga macam metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga
kriteria workability tersebut di atas.
1. SLUMP-FLOW
Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di laboratorium maupun
di lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton
berdasarkan kemampuan penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan besaran diameter
yaitu antara 60 cm – 75 cm.
28
Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal berbeda dengan
bidang horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal workabilitas beton SCC
berdasarkan tipe konstruksi adalah sebagai berikut :
29
2. L-SHAPE-BOX
Dipakai untuk mengetahui kriteria ‘passing ability’ dari beton SCC. Dengan menggunakan L-
Shape Box, dapat diketahui kemungkinan adanya blocking beton segar saat mengalir, dan
juga dapat dilihat viskositas beton segar yang bersangkutan. Selanjutnya dengan L-Shape-
Box test akan didapat nilai blocking ratio yaitu nilai yang didapat dari perbandingan antara
H2 / H1. Semakin besar nilai blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir dengan
viskositas tertentu. Untuk test ini kriteria yang umum dipakai baik untuk tipe konstruksi
vertikal maupun untuk konstruksi horisontal disarankan mencapai nilai blocking ratio antara
0.8 sampai 1.0
30
Gambar Dimensi cetakan L-Shape-Box
Selain L-Shape Box Shape, passing ability juga dapat diukur dengan U-flow Test.
31
3. V - FUNNEL
Dipakai untuk mengukur viskositas beton SCC dan sekaligus mengetahui ‘segregation
resistance’ . Kemampuan beton segar untuk segera mengalir melalui mulut di ujung bawah alat
ukur V-funnel diukur dengan besaran waktu antara 6 detik sampai maksimal 12 detik.
32
4. J-RING TEST
Tes ini dugunakan untuk menentukan passing ability SCC. Peralatan uji terdiri dari lingkaran
tulangan baja terbuka dengan tulangan baja vertikal. Model ini dapat dianggap sebagai
model tulangan baja sesungguhnya. Diameter ukuran baja dan jarak anatar tulangan dapat
disesuaikan sesuai kondisi aktual yang ingin dimodelkan. Peralatan tes ini dapat
dikombinasikan penggunaan dengan peralatan slump flow test sejingga dalam satu alat
dapat digunakan untuk mengukur filling ability dan passing ability. Peralatan J-Ring test
seperti pada slump flow test dimana campuran SCC dimasukkan hingga penuh dalam kerucut
tanpa pemadatan dan penggetaran. Kemudian kerucut diangkat vertikal sehingga campuran
akan mengalir ke luar lingkaran baja dan ada sebagian material yang tertahan di dalam
lingkaran. Passing ability tes diukur dengan cara menghitung beda tinggi antara campuran
di dalam lingkaran dengan di luar lingkaran. Ukur diamater akhir setelah campuran mengalir
dalam 2 arah. Kriteria yang dipakai untuk nilai passing ability antara 0-10 mm
5. FILL-BOX TEST
Peralatan Fill-Box test terdiri dari bejana transparan yang datar dan halus permukaannya. Di
dalam bejana diletakkan 35 rintangan terbuat dari PVC ¾” dan berjarak 2”. Pada bagian atas
diletakkan pipa pengisi dengan diameter 4” tinggi 20” dengan corong sepanjang 4”.
Masukkan adukan melalui pipa pengisi dan adukan mengalir dalam bejana. Ukur perbedaan
33
tinggi adukan antara sisi kiri PVC dan kanan PVC. Nilai diijinkan berkisar antara 90-100%
Tes ini dikembangkan oleh kontraktor perancis GTM untuk mengukur segregation resistance
( stability). Peralatan terdiri dari sampel 10 liter SCC kemudian tuang sebagian adukan dalam
susunan ayakan mulai ukuran 5mm hingga 350mm pada bagian bawah siapkan wadah.
Setelah 2 menit timbang berat masing-masing material yang tertahan pada tiap tahapanan
saringan. Hitung prosentase lolos saringan yang disebut segregation ratio. Nilai yang
diijinkan berkisar antara 0-15%
34
7. ORIMET TEST
Orimet test dikembangkan oleh universitas Paisley sebagai metode untuk mengukur
ketinggian workabilitas dan daya alir beton segar saat dilakukan pengecoran di lapangan.
Ters menggunakan prinsip orifice rheometer. Peralatan orimet test terdiri dari pipa vertikal
tetap dan kerucut yang dapat disetel kemiringannya, pintu pada bagian ujung yang dapat
dibuka tutup. Biasanya orifice memiliki diameter dalam 80 mm dimana menyesuaikan ukuran
max agregat kasar 20 mm. Pengoperasian peralatan orimet cukup sederhana yaitu dengan
menuangkan adukan SCC dalam orimet kemudian membuka pintu dan ukur waktu yang
diperlukan untuk meluncur hingga bagian bawah pipa. Waktu yang diijinkan berkisar antara
0-5 sec
35
Tabel Fungsi Pengujian SCC
Segregation
5 V-Tunnel at T5min Test Resistance
Segregation
9 GTM Screen Stability Test Resistance
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran dengan beton SCC adalah sebagai
berikut:
Durasi waktu pengecoran disesuaikan dengan waktu ikat awal beton untuk
menghindari terjadinya cold joint.
Cara terbaik untuk pengecoran beton SCC adalah dari bawah cetakan/formwork untuk
menghindari udara terjebak (dengan eksternal hose adalah sangat efektif).
Beton SCC dapat mengalir sampai jarak 10 meter tanpa hambatan.
Elemen tipis 5 – 7 cm dapat diisi oleh beton SCC tanpa hambatan.
36
Tidak memerlukan keahlian yang spesifik saat pelaksanaan pengecoran.
37
Gambar Pouring
38
Gambar Tempat penyimpanan sementara SCC
39
Gambar 19. Kehalusan permukaan SCC
40
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Memadat Mandiri
Kelebihan dari SCC diantaranya :
- Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu bisa menahan slump tinggi dalam
jangka waktu lama (slump keeping admixture).
- Tidak memerlukan pemadatan manual.
- Lebih homogen dan stabil.
- Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi.
- Lebih kedap, porositas lebih kecil.
- Susut lebih rendah.
- Dalam jangka panjang struktur lebih awet (durable).
- Tampilan permukaan beton lebih baik dan halus karena agregatnya biasanya berukuran
kecil sehingga nilai estetis bangunan menjadi lebih tinggi.
- Karena tidak menggunakan penggetaran manual, lebih rendah polusi suara saat
pelaksanaan pengecoran.
- Tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena beton dapat mengalir dengan
sendirinya sehingga dapat menghemat biaya sekitar 50 % dari upah buruh.
Kelemahan SCC :
- Persyaratan lebih ketat pada pemilihan material.
- Kurangnya standar uji dan desain campuran yang diterima secara global.
- Lebih mahal daripada beton konvensional (kecuali biaya penempatan)
- Membutuhkan lebih banyak batch percobaan di laboratorium serta di pabrik RMC.
- Pengukuran dan pemantauan konstituen bahan yang lebih tepat
- Beton SCC lebih mahal dari segi biaya dibandingkan dengan beton konvensional
- Pembuatan bekisting beton harus benar-benar diperhatikan karena mudah terjadi
kebocoran campuran beton SCC
- Beton tidak boleh mengalami segregasi namun tetap harus memenuhi syarat flowabilitas.
41
2.4 Beton Serbuk Reaktif/ Reactive Powder Concrete (RPC)
2.4.1 Pengertian Reactive Powder Concrete (RPC)
o RPC adalah komposit semen yang sangat kuat dan sangat ulet dengan sifat mekanik dan kimia yang
canggih.
o Campuran serat yang diperkuat, super plasticized, silica fume, semen & pasir kuarsa dengan rasio
semen air sangat rendah.
o Pertama kali dikembangkan oleh P. Richard dan M. Cheyrezy dan RPC pertama kali diproduksi pada
awal 1990-an oleh para peneliti di laboratorium Bouygues di Prancis.
42
o Ada pengurangan beban mati struktur karena kapasitas geser yang lebih tinggi
bersama dengan kekuatan superior.
o Anggota RPC memiliki resistensi besar terhadap kekuatan seismik.
BAB III
PEMBAHASAN
43
Sumber : The Aberdeen Group, 1961
Penggunaan beton non pasir di Indonesia belum populer, tetapi pada perkembangannya
sudah pernah diaplikasikan untuk struktur ringan yaitu kolom dan dinding bangunan
sederhana, bata beton dari beton non pasir, dan buis beton dari beton non pasir.
44
Aplikasi beton non pasir sebagai perkerasan jalan raya dikenal
istilah permeconcrete atau pervious concrete dengan pertimbangan ramah lingkungan maka
perkerasan jalan menggunakan beton non pasir supaya air hujan dapat meresap ke dalam
tanah. Dibawah ini adalah skema potongan melintang aplikasi beton non pasir pada konstruksi
perkerasan jalan raya.
Design perkerasan jalan raya menyediakan jaringan untuk pengangkutan sumber daya dan
limbah, drainase, rute untuk semua layanan, air, saluran air, listrik, gas dan telepon dibawah
perkerasan jalan. Sangat rumit sehingga dibutuhkan koordinasi dengan para ahli terkait.
Perkerasan permeable adalah permukaan perkerasan jalan raya permeabel atau dapat
ditembus air dengan reservoir bawah batu. Reservoir sementara menyimpan limpasan
permukaan sebelum menyusup ke dalam drainase bawah tanah atau sub-permukaan dan
diharapkan dapat berproses meningkatkan kualitas air tanah. Bahan berpori yang digunakan
adalah beton nonpasir.
Aplikasi beton non pasir pada dinding penahan tanah (retaining wall). Selain pertimbangan
ramah yang digunakan, pada konstruksi dinding penahan tanah, pemilihan jenis beton non
pasir untuk alasan stabilisasi tanah dibelakang struktur dinding penahan tanah. Teksturnya
yang berpori meloloskan air membuat dinding penahan tanah sehingga takanan air dibelakang
dinding penahan tanah dapat diminimalisir sehingga konstruksi dinding penahan tanah lebih
tabil terhadap gaya geser maupun gaya guling yang dipengaruhi oleh tekanan air tanah.
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini beton
ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk :
1. Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.
2. Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok.
3. Bentuk Khusus
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.
45
4. Ready Mix
Contohnya pada ready mix sebagai material pengisi.
SCC cocok untuk struktur-struktur yang sangat sulit untuk dilakukan pemadatan manual
misalnya karena tulangan yang sangat rapat ataupun karena bentuk bekisting tidak
memungkinkan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi keropos apabila dipadatkan secara
manual.
Selain itu bisa juga diaplikasikan untuk :
o lantai,
o dinding,
o tunel,
o box girder segmental,
o pylon jembatan,
o pilar jembatan,
o kolom bangunan,
o beton precast, dan lain-lain.
Contoh aplikasi bangunan adalah jembatan Sherbrooke yang menggunakan material RPC yg didapat
dari sumber : https://www.researchgate.net/figure/Pedestrian-and-bicycle-bridge-in-Sherbrooke-
46
Canada-1997-Blais-and-Couture-1999_fig1_272489102 (Links to an external site.)Links to an
external site.
Di situ terlihat ada joint bagian bawah terdapat lubang2, kemungkinan elemen2 truss ini memakai
sambungan. Disebutkan dari sumber : https://structurae.net/structures/sherbrooke-footbridge (Links to
an external site.)Links to an external site. bahwa material yang dipakai adalah presetressed
concrete. Presetressed concrete yang menggunakanreactive powder. Kalau disebut di situ
beton presetressed berarti meskipun tidak ada tulangan, tapi memakai kabel tendon yang diberi
tegangan.
47
BAB IV
KESIMPULAN
1. Beton ringan lebih mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam sehari.
o Beton ringan lebih ramah lingkungan dan ekonomis, karena bahan – bahan yang digunakan
merupakan bahan yang tidak bermanfaat untuk lingkungan dan jumlahnya sangat banyak.
o Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi lebih
sering digunakan.
o Secara totalitas pengunaan beton ringan lebih mudah dan efektif dibandingkan beton pada
umumnya (dalam hal tertentu).
Saran
o Tidak menggunakan beton ringan sebagai perkuatan (struktural).
o Dalam pemasangan beton ringan, sebaiknya menggunakan tukang yang memiliki keahlian
tambahan.
o Gunakan Autoclave Chamber dalam proses pengeringan.
2. Beton Geopolimer adalah sebuah senyawa silikat alumino anorganik yang disintesiskan dari
bahan – bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) abu sekam padi (risk husk
ash) dan lain – lain, yang banyak mengandung silicon dan aluminium.
3. Beton memadat mandiri
Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah campuran beton
segar yang sangat plastis yang mampu mengalir karena berat sendirinya, mengisi ke seluruh
cetakan walaupun pada tulangan yang sangat rapat, memiliki sifat-sifat untuk memadatkan
sendiri tanpa adanya bantuan alat penggetar untuk pemadatan.
Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan
tidak bleeding.
Saran
Agar campuran beton dapat dikatagorikan sebagai Self Compacting Concrete perlu diperhatikan
pemilihan material yang sesuai yang disyaratkan dan Water Binder Ratio dijaga pada level kurang
48
lebih 0.3 serta mix design yang mampu memenuhi kriteria filling ability, passing ability dan
ketahanan terhadap segregasi.
Penggunaan Silica Fume sebesar 2 % dan Glenium Ace–80 sebesar 2,5 % mampu memenuhi
SCC dengan kekuatan awal yang tinggi yang biasa disebut High Early Strength Self Compacting
Concrete (HESSCC).
49
DAFTAR PUSTAKA
1. http://arafuru.com/material/kelebihan-dan-kekurangan-beton-ringan.html
2. https://solusikonstruksi.com/macam-macam-beton-ringan-untuk-berbagai-
keperluan-konstruksi/
3. http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/08/beton-ringan-lightweight-
concrete.html
4. A Detailed Procedure Of Mix Design For Fly Ash Based Geopolymer Concrete
M.W. Ferdous*, O. Kayali and A. Khennane School of Eng. and Info Tech., University of New
South Wales @ ADFA, Northcott Dr, ACT 2600, Australia
Fourth Asia-Pacific Conference on FRP in Structures (APFIS 2013)
11-13 December 2013, Melbourne, Australia
5. SNI-83482017 Metode uji passing ability beton memadat sendiri dengan L-Box
6. Spesifikasi Khusus Beton Memadat Sendiri (Self Compacting Concrete) Dirjen Bina
Marga, 2017.
7. The European Guidelines for Self-Compacting Concrete Specification,
Production and Use, 2005.
8. Specification and Guidelines for Self-Compacting Concrete, EFNARC 2002.
50