Anda di halaman 1dari 207

I 021/BM/2011 I

MANUAL
Konstruksi dan Bangunan

Perencanan Struktur Beton Pratekan


Untuk Jembatan

I, ( JI I DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA.


PRAKATA

Salah satu aspek penting untuk menunjang keberhasilan pembinaan dibidang


Jembatan adalah dengan tersedianya Norma. Standar · ,Pedoman dan Manual
(NSPM) ,yang dapat di terapkan di lapangan dengan mudah.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian


Pekerjaan Umum telah menyusun Manual Perencanan Struktur Seton Pratekan untuk
Jembatan

Manual ini disusun dengan proses pembahasan beberapa tim ahli yang berkompeten
dibidang pekerjaan jembatan, Pedoman teknik ini berisikan mengenai buku acuan bagi
para perencana. Secara garis besar, standar ini berisikan penjabaran konsep
metodologi dan tahapan prencanaan, yang disertai contoh-contoh perhitungan elemn
struktur beton prategang pada jembatan.

Apabila dalam pelaksanaan ditemui adanya kekurangan ataupun terdapat kekeliruan


pada manual ini, mohon saran dan kritik dapat disampaikan untuk perbaikan dan
penyempurnaandikemudian hari.

Jakarta, Desember 2011

DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA


DAFTAR ISi

Prakata i
Daftar lsi ii

1 PENDAHULUAN
1.1 Ruang Lingkup Desain 1-1
1.2 Acuan Normatif 1-1
1.3 Definisi dan lstilah 1-3
1.4 Konsep Dasar 1-8
1.5 Keuntungan Beton Pratekan 1-16
1.6 Material Beton Prategang 1-17
1.6.1 Beton , 1-17
1.6.2 Tulangan Prategang 1-25
1. 7 Sistem Penegangan 1-29

2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAVAN (PBL)


2.1 Umum 2-1
2.2 Tegangan lzin 2-1
2.2.1 Tegangan izin tekan pada kondisi layan 2-1
2.2.2 Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi
transfer gaya prategang 2-1
2 .2.3 Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan, 2-2
2.2.4 Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang 2-2
2.3 Perjanjian Tanda 2-4
2.4 Rumus Umum Perhitungan Tegangan 2-6
2.5 Profil Kabel 2-9
2.5.1 Garis tekanan atau C-line 2-9
2.5.2 Central kern versus limit kern 2-10
2.5.3 Daerah aman kabel 2-11
2 .6 Lend utan dan camber 2-14

II
3 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS KEKUATAN TERFAKTOR (PBKT)
3.1 Umum 3-1
3.2 Momen nominal lentur, Mn 3-3
3.2.1 Momen Nominal Penampang persegi . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. . 3-5
3.2 .2 Momen Nominal Penampang Berflens 3-6
3.2.3 Penampang Komposit 3-6
3.2.4 Menentukan Tegangan Nominal Baja Prategang pada Saat Runtuh, fps
...........................................................................................................3..-7
3.2 .5 Preliminari Desain Ultimate 3-10
3.2 .6 Langkah-Langkah Desain Member Prategang Kondisi Ultimate 3-11
3.2.7 Contoh Perhitungan Desain Member Prategang Kondisi Ultimate 3-13
3.3 Perencanaan Balok Terhadap Geser 3-24
3.3.1 Kekuatan Geser Batas Nominal 3-24
3.3.2 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan Oleh Seton 3-24
3.3.3 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser..3-26
3.3.4 Kekuatan Geser Batas Rencana 3-26
3.3.5 Gaya Geser Maksimum Di Oekat Tumpuan 3-26
3.3.6 Tulangan geser minimum 3-27
3.3.7 Persyaratan tulangan geser 3-27
3.4 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang 3-37
3.4.1 Angkur untuk komponen prategang pasca tarik 3-37
3.4.2 Pembebanan yang diperhitungkan 3-37
3.4.3 Perh itungan gaya tarik sepanjang garis kerja gay a angkur 3-38
3.4.4 Jumlah dan distribusi tulangan 3-38
3 .4.5 Angkur U ntuk Komponen Prategang Pratarik 3-39
3.4.6 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran 3-39
3.4.7 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik 3-40
3.4.8 Penyaluran tegangan tendon pasca tarik dengan pengangkuran 3-40

4 KEHILANGAN PRATEGANG
4.1 Umum 4-1
4.2 Kehilangan Akibat Friksi .4-1
4.3 Kehilangan Akibat Slip Pengangkuran 4-6

11 I
4.4 Kehilangan Akibat Pemendekan Seton 4-9
4.5 Kehilangan Akibat Susut Beton 4-16
4.6 Kehilangan Akibat Rangkal< Seton 4-21
4.7 Kehilangan Akibat Relaksasi 4-25
4.8 Kehilangan Total 4-28

5 ANALISIS STRUKTUR
5.1 Umum 5-1
5.2 Struktur Statis Tertentu (ST) 5-1
5.3 Struktur Statis Tak Tentu (STT} 5-5
5.3.1 Kerugian Kontinuitas Prategang 5-7
5.3.2 Metode Perhitungan 5-8
5.3.3 Teorema 3 Momen (Clapeyron) 5-8
5.3.4 Distribusi Momen Cross 5-17
5.3.5 Penampang Non Prismatis 5-24
5.3.6 Konsep Beban Ekivalen 5-42

Lampiran

IV
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

1 PENDAHULUAN

1.1 Ruang LingkupDesain

Pedoman ini merupakan pedoman teknis perencanaan beton prategang untuk jembatan
atau struktur lainnya yang mempunyai kesamaan karakteristik dengan jembatan.

1.2 Acuan Normatif

SNI T-02-2005, Pembebanan untuk Jembatan, Kepmen PU No. 498/KPTSIM/2005.

SNI T-12-2004. Perencanaan struktur beton untuk jembatan. Kepmen PU No.


360/KPTS/M/2004.

BMS 1992, Tata cara perencanaan jembatan.

AASHTO 2004, Spesifikasi standar untukjembatan.

SNI 03-2847-2003, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.

SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti.

SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siep pakai.

SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di Japangan.

SNI 15-2049-1994, Semen port/and.

ANSI/AWS 01 .4, Tata cara pengelasan - Baja tulangan.

MNL 120-04 PCI Design Handbook

ASTM A 416M, Standar spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa /apis an untuk
beton prategang.

ASTM A 421, Standar spesifikasi untuk kawat baja penu!angan - Tegangan tanpa
pelapis untuk beton prategang.

ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertufang.

ASTM A 722, Standar spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan untuk
beton prategang.

Hal. 1-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

ASTM A 82, Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton.

ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan
beton dengan kelecakan yang tinggi.

ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.

ASTM C 109-93, Standar metode uji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan
benda uji kubus 50 mm).

ASTM C 1240, Standar spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan
mortar semen-hidrolis.

ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji beton di
lapangan.

ASTM C 33, Standar spesifikasi agregat untuk beton.

ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton.

ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.

ASTM C 42-90, Standar metode pengambilan dan uji beton inti dan pemotongan balok
beton.

ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.

ASTM C 595, Standar spesifikasi semen blended hidrolis.

ASTM C 618, Standar spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan afami mumi atau
terkafsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen
portfand.

Hal. 1-2
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

1.3 Definisi dan lstilah

beban hidup
semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas
kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang
berlaku.

beban kerja
beban layan rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur

beban mati
beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat tetap, termasuk segala beban
tambahan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan.

beban terfaktor
beban kerja merupakan beban yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai

beton
campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat

beton bertulang
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai
minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa pratekan, dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja bersarna-sama dalam menahan gaya yang
bekerja

beton-norrnal
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah

beton polos
beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum

Hal. 1-3
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

beton pracetak
elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu
sebelum dirakit menjadi bangunan

beton pratekan
beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan
tarik potensial dalam beton akibat beban kerja

friksi kelengkungan
friksi yang diakibatkan oleh bengkokan atau lengkungan di dalam profil tendon
prategang yang disyaratkan

friksi wobble
friksi yang disebabkan oleh adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada
penempatan selongsong prategang dari kedudukan yang seharusnya

gaya jacking
gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada
tendon dalam beton prategang

kolom
komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang
digunakan terutama untuk mendukung kombinasi beban aksial dan lentur

komponen struktur lenturbeton komposit


komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang dicor di
tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah, tetapi saling
dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi terhadap beban
kerja sebagai suatu kesatuan

kuat nominal
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor
reduksi kekuatan yang sesuai

Hal. 1-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

kuat perlu
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan
beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini

kuat rencana
kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan qi

kuat tekan beton yang disyaratkan(f c)


kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton,
dinyatakan dalam satuan MPa. Bila nilai f'c di dalam tanda akar, maka hanya nilai
numerik dalam tanda akar saja yang dipakai, dan hasilnya tetap mempunyai satuan
MP a

modulus elastisitas
rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan
tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas proporsional material

panjang penanaman
panjang tulangan tertanam yang tersedia dari suatu tulangan diukur dari suatu
penampang kritis

panjang penyaluran
panjang tulangan tertanam yang diperlukan untuk mengembangkan kuat rencana
tulangan pada suatu penampang kritis

pasca tarik
cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimana tendon ditarik sesudah beton
mengeras

Hal. 1-5
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

perangkat angkur
perangkat yang digunakan pada sistem prategang pasca tarik untuk menyalurkan gaya
pasca tarik dari tendon ke beton

perangkat angkur strandtunggal


perangkat angkur yang digunakan untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter
16 mm atau kurang yang memenuhi ketentuan yang berlaku

perangkat angkur strand majemuk


perangkat angkur yang digunakan untuk strand, batang atau kawat majemuk, atau
batang tunggal berdiameter lebih besar daripada 16 mm, yang memenuhi ketentuan lain
yang berlaku

pratarik
pemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum beton dicor

prategang efektif
tegangan yang masih bekerja pada tendon setefah semua kehilangan tegangan terjadi,
di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan

sengkang
tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan tarsi dalam suatu
komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las
polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U atau
persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan
longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok

sengkang ikat
sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan, kolom

tegangan
intensitas gaya per satuan luas

Hal. 1-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

tendon
elemen baja misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel dari
elemen-elemen tersebut. yang digunakan untuk memberi gaya pratekan pada beton

tendondengan lekatan
tendon prategang yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan
cara grouting

tinggiefektif penampang (d)


jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat tulangan tarik

transfer
proses penyaluran tegangan dalam tendon prategang dari jack atau perangkat angkur
pasca tarik kepada komponen struktur beton

tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi
untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon
prategang, kecuali bila secara khusus diikut sertakan

tulanganpolos
batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir

tulanganulir
batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir

tulanganspiral
tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris

Hal. 1-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

zona angkur
bagian komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya pratekan terpusat
disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang.
Panjang daerah zona angkur ini adalah sama dengan dimensi terbesar penampang.
Untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di depan dan
di belakang perangkat angkur tersebut

1.4 Konsep Dasar

Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik. Kekuatan
tariknya bervariasi antara 8 sampai 14 persen dari kekuatan tekannya. Kekurangan
material beton yang lemah dalam tarik ini dapat diatasi dengan memberi tegangan tekan
untuk mengimbangi/ mengurangi tegangan tarik yang timbul pada bagian penampang
akibat beban yang bekerja.

Pemberian tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis
baja mutu tinggi kedalam beton sebesar gaya penegangan tertentu, kemudian setelah
beton mengeras gaya ditransfer ke beton tersebut. Penampang beton yang terjadi bisa
seluruhnya tertekan atau hanya sebagian saja yang tertekan tergantung kebutuhan
syarat keamanan dan kelayanan atau ketentuan perencanaan lainnya misalnya faktor
ekonomi. Aplikasi prategang dapat ditunjukkan dengan ilustrasi sebagai berikut:

Hal. 1-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

~r------------ - -+2-
{}L+D
==!iliil

Kabel baja

' ,•' "


ij~~~:.;~/.-0 L '...:,.~:.% -:::\~~..:".%
,.i:,,,,Zr///,r//
·--·-···--···--··--··---·-·-······· -----------·-·· . ---- .
···-~.//,•,,:,,-,.,/:,,-;·

x
•··---·------------- -

v
f: - f::= -P·'A - M y.I
,,' /
/


-c:;J·/
/;
"(i',
/ '.'.,I' /
I
f:= .\f y. l

Gambar 1-1 Aplikasi Prategang pada Balok Bentang Sederhana

Momen yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup pada tengah bentang
Mo+L = 1/8 qo L 2 + 1/8 qL L2
Keterangan :
q0 = beban merata akibat beban mati
qL = beban merata akibat beban hidup
Tegangan akibat prategang P

J, =~ ( 1-1)

Tegangan akibat momen Mo+L (Tegangan yang menekan serat atas adalah positif)

I. = Mn+t .. y (1-2)
- I
Dimana,
y =jarak dari titik berat penampang ke serat yang ditinjau;
I = momen inersia penampang,
A= luas penampang,

Seperti yang terlihat pada gambar 1-1 penampang beton yang diaplikasikan beban
merata akibat beban mati dan beban hidup (gambar 1-1 (a)) akan menyebabkan momen,
M = Mo+L ditengah bentang (gambar 1-1 (b)). Momen ini akan menyebabkan serat
bawah beton tertarik atau tegangan bernilai positif (gambar 1-1 (d)). Ada pun gaya

Hal. 1-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

prategang yang diaplikasikan pada beton ini menyebabkan penampang beton tertekan
atau tegangan bernilai negatif (gambar 1-1(b)). Bila nilai tegangan dijumlahkan maka
tegangan pada serat bagian atas tertekan dan serat bagian bawah tegangan tarik yang
terjadi bisa sangat kecil atau mungkin negatif atau menjadi tekan (gambar 1-1 (d)).

Secara umum beton prategang pada jembatan utamanya lebih banyak digunakan untuk
elemen struktur lentur seperti balok dan pelat. namun selain daripada itu beton
prategang dapat juga digunakan untuk elemen tekan maupun tarik, seperti kolom, tiang•
tiang pondasi.

Perbedaan beton biasa (reinforced concrete) dengan beton pratekan (prestressed


concrete) dapat dijelaskan dengan contoh berikut ini.

A Perbandingan dalam kekuatan aksial.

Ambil suatu contoh balok beton dengan penampang bujur sangkar 1 O cm x 1 O cm yang
ditarik sentris oleh sebuah gaya P.

p ..---+---------------------------!--+ p 810cm
l Ocrn

1) Kekuatan aksial beton polos (tanpa tulangan)

Bila diketahui kekuatan tarik beton F, =4 N/mm2, maka beton akan putus pada saat
gaya P = 4 N!mm2 x 100 mm x 100 mm= 40000 N.

2) Kekuatan aksial beton bertulang

Bila balok tersebut diberi satu batang tulangan baja diameter 025 (luas tulangan
A5=4,90cm2), maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut:

Perbandingan modulus elastisitas baja dan beton anggap = Es/Ee= 6.

Gaya aksial yang dipikul oleh penampang transformasi dihitung sebagai berikut

Hal. 1-10
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

P = 4 Nlmm2 x (100 mm x 100 mm+ (6-1) x 490 mm2) = 49800 kgf

Kekuatan meningkat 49800/40000=1. 245 (peningkatan 125 %)

3) Kekuatan aksial beton prategang

Bila balok tersebut diberi tegangan pra-tarik yang dipertahankan sebesar Fps= 120 MPa
dengan tendon dari 5 batang tulangan prategang diameter 12.7 mm (luas tulangan
efektif Aps = 5x98 mm =490
2 mm2). maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut:

Tegangan akibat prategang (menekan).

F,, = 120 Nlmm2 · 490 mm2 , = 6. I SJ MPa


(IOOmmx JOO mm)-490 mm-

Tegangan tarik yang dapat diberikan pada beton sebelum putus:

F,+Fp=4+6.183 =10.183MPa.

Kekuatan aksial yang dapat dipikul oleh penampang transformasi beton dan prategang
adalah:

P = 10.183 Nlmm2 x (100 mm x 100 mm+ (6-1) x 490 mm2) = 126778.4 N.

Kekuatan meningkat 126778.4140000=3.17 (peningkatan 317 %)

Catatan:

Besarnya tegangan prategang, F, yang dapat diberikan tergantung dari mutu beton dan
umur beton sehingga beton tidak hancur bila ditekan oleh gaya prategang. Semakin
besar mutu beton, maka gaya pratekan yang diberikan bisa lebih besar dengan
demikian semakin besar pula kekuatan aksial tariknya.

Hal. 1-1111
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

B. Perbandingan dengan kekuatan lentur.

Dalam analisis lentur menggunakan cara tegangan. balok beton tanpa tulangan akan
mengalami retak tarik pada saat tegangan tarik beton melebihi izinnya dan akhirnya
hancur. Adapun pada balok beton bertulang saat beton mengalami retak tarik, bagian
tarik beton ini diabaikan dan diambil-alih oleh tulangan baja. Sedangkan pada beton
pratekan bila balok tidak diizinkan ·mengalami tarik atau diizinkan tarik namun tidak
mengalami retak. maka keseluruhan tinggi penampang dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas lenturnya.

Perbandingan kekuatan momen retak pada beton bertulang dan pratekan dapat
diuraikan dengan contoh sebagai berikut:

1) Perhitunganmomenretak beton bertulangdengan cara elastis

b • ----- -------- --~


-~-------.,:
-
-;- fc
- -
+ c/3
- -;.:.-·· - ; . - . .

?'.'.~-. .· I
dimana.·
h ;:;
. lMu fc=f,· cl(h-c)
""" o : Tc= f,(h-c)b/2 fc1=fc· (a-eye
~ 0-. 0 ·• - ·O -~- -~rac-_-_-_-.--~~~·
i - J
---~ l1·· . ~ Ts= ~s(n-1Jfc1

(h-c)/3

Misalkan ada penampang balok berbentuk persegi panjang dengan lebar penampang adalah
sebesar 400 mm dengan ketinggian sebesar 800 mm. Material beton yang digunakan adalah
betondengan kuat tekan karakteristik sebesar 35 MPa, sementara baja tulangan yang digunakan
memiliki nilai tegangan leleh sebesar 400 MPa. Tegangan ultimate untuk baja prategang
menggunakan fpu = 1860 MPa. Luas tulangan ditentukan sebesar 6 kali diameter 25 mm.

Hal. 1-1212
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Material:

Seton: fc' := 35MPa

Ee := 4 700,/ le'· M Pa (sub bab 10.5 SNI 03-2847-2002)

Ee= 27805.575\1f'a

Baja : fy := 40CMPa

'i
Es:= 2· io MPa

Data Penampang Balok


b :=400mm de:= 80mm
h := 800mm d := h - de d = 720mm
2
Luas tulangan As ::c 6·0.25n·(25mm)
')
As = 2945.243mm-

Tegangan retak, fr

I~:= 0.7-'1fc'·(MPa) !~= 4.141MPa


Es
n:=- n=7.19J
Ec

cara trial n error (mencoba-coba nilai c, sampai Cc mendekati Ts+Tc)


c := 4 I 7.5nm
c
t~:=f~--• !~ = 4.52MPa
(h - c)

f ·=f·(d-c)
cl · c c t~ I = 3.275MJ'a

Tc:= 0.5fr·(h - clb Tc = 3 I 6.806kN


Ts te Astn >- 1)·1~1 Ts = 59.736kN
Keseimbangan gaya, ~H;;Q
Cc = 377.43&N Tc + Ts = 376.542kN

Hitung Mer terhadap Ts (akurat)

Mcr1 := Cc· d -
( 3c) - Tc· [<-
h-c3)- - de J Mcr1 = 204.179kN·m

Hal. 1-1313
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

2) Perhitungan momen retak beton prategang

_f-;;··l·· itj_
J-.---- e -----if'
fpu := I 86CMPa Konvensi:
tegangan
fpe := 0.57fpu fpe = 1060.2MPa (+) tegangan tekan
(-) tegangan tarik
2
Ac = 32000~nm
mornen
Aps := As Aps = 2945.243rmn2 (+) menekan serat alas
(-) menekan serat bawah
P := Aps·fpe P = 3.123x 10\N

e0 := 200nm

P P·eo Mer
-+---=-!~
Ac zb zb

3
Mcr2 = l.218x 10 kNm

Mcr2
Perbandingan momen retak -- = 5.963 (peningkatan hampir 600%)
Mcr1

Hal. 1-1414
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR 8ETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Berbagai jenis balok girder pratekan yang sudah diaplikasikan pada jembatan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

·-\
~
A •.. ,,,
j

;
. : :'.:; ;c :'.,: ,:.ccc·.·:;":::~ ::.": C ,-c:,O '; ,· C·.'.l C: : 0 ·r:r:·:: :;::·::.,:.:; .:: :C·C. ·:·
.': :~· ~i c, '. ;: :;

,,. ,
-
.-~-
- - - .. - - - - - - - ' - .. - -
,.., .. .., <,p
-
•• :··"""..- ····:· -·- ·.-
.. H.
·•
.
_,, ..,.,-
. -
,..,.,.,,. . . ?.,,
·-
.. - - --
.,,-,p.,

,..,.,,. .. v.
- ·-·
- .. - -· ~· -- ·-
·-
- ·- .. .. .. =·"·-"- .. ,...·-..,....
''
.,,,,~.,-_...-,,,.,'°1'·"'-"' ..,, ..
. ·-
>,,,....n_-,,,,.
..
-,..., .-
.. ·- ..
~
:-· ·•••·· .

-,
-----· ---------------------- - - -- -----------------------------
-- ~ -- .. - --
------ - - -----------.
.- -- ·-----------' -_

'" . "'. i· · ····· : . : . .. . . i

~--~-:;:~~;;;;;.
.. "·••··-··• ·-----·· ·•···•··•
>>-;,;.~%:~:<.;1_;·.;;
V······•• ., ...• '····-· ·-·•• ··~---·-•••--····-•····•·•
;:;.·· 0~:,
••••-•····-··,
;.,;;::;;;;>·
··• .,.,_. ..•...... ,
-,;_-~;;.;,.·: ;····.·.
,-,.·~·-··••••···•···•• ..•• ···· ·•••·
~,:.- ~- j
,-. .. ,,, .

:A··,
·1, ..,
38210

DENAH JEMBATAN

rF""~
<•'
~!
!

.,
I

. . .~ . . ~ ··'· ·; _:~,. - .
)1~,
._: ~~·-·
"•\ '
. ' .
• .
:~ . . . . : ....•
-,
·

j
..
<,
. ..
,)
. . .

. ·1 (---- - .
-,
_:

'·~--- I
.
\, ,,)
. . ,/ ·, /'
j
,ix. L ?O.".c J - ----~':('- J .. I ;c _

I
POTONGAl'l A-A

Gambar 1-2 Jembatan Cikubang Cipularang

Hal. 1-1515
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

1.5 Keuntungan Beton Pratekan

Struktur beton pratekan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:


1. Terhindar dari retak terbuka di daerah tarik, sehingga dengan demikian beton
pratekan lebih tahan terhadap penetrasi klorida.
2. Lebih kedap air, sehingga air pada pelat jembatan tidak mudah meresap.
3. Dapat diperoleh defleksi struktur yang lebih kecil, dengan terbentuknya lawan lendut
(chamber) dari konfrgurasi layout kabel prategang sepanjang elemen.
4. Penampang struktur lebih kecil/langsing. karena seluruh luas penampang dapat
digunakan secara efektif.
5. Memungkinkan bentang yang lebih panjang dibandingkan beton bertulang.
6. Karena kabel prategang menggunakan mutu baja tinggi, sehingga kapasitas
penampangnya jauh lebih besar daripada tulangan biasa dengan luas tulangan yang
sama.

Gambar 1-3 Pelaksanaan KonstruksiJembatan Girder Post-Tension

Hal. 1-1616
------·-··· -

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

1. 6 Material Be ton Prategang

1.6.1 Beton

Seton yang digunakan untuk rnembuat elemen struktur beton prategang harus
mempunyai kuat tekan yang tinggi. Kekuatan dan tahan lama yang dicapai melalui
kontrol kualitas dan jaminan kualitas pada tahap produksi adalah dua faktor penting
dalam mendesain struktur beton prategang.

A. Mutu tinggi

Mutu beton yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulang adalah mutu
beton normal sampai mutu tinggi. Seton mutu tinggi sebagaimana disebutkan dalam
RSNI T-12-2004 adalah beton yang mempunyai kuat tekan silinder, tc' melebihi 60 MPa.
sedangkan beton normal adalah beton dengan berat isi ± 2400 kg!m\ fc'antara 20 MPa
s.d 60 MPa. Adapun kekuatan beton untuk struktur prategang SNI mensyaratkan tidak
boleh kurang dari 30 MPa (RSNI T-12-2004, 4.4.1.1.1).

B. Modulus elastisitas

Modulus elastisitas beton, Ee • Nilainya tergantung pada mutu beton, besarnya modulus

elastisitas beton dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Nilai E; untuk
beton normal sebagai berikut:

• Ee = w,.1-5 (o.043.J}7) . dinyatakan dalam MPa; atau


• Ee= 4700 .fi.• (SNI 03-2847-2002). dinyatakan dalam MPa; atau

• ditentukan dari hasil pengujian. ,

Hal. 1-1717
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

/
.
T
12"

j Secant modulus I 6"


----··--------- ·-·---·- ·- ·-·-·····--- ·--··---·J

Strain, E

Gambar 1·4 Kurva Stress-Strain Seton

C. Jenis Penampang Girder Prategang

Terdapat beberapa jenis penampang beton yang biasa digunakan untuk jembatan.
Pemilihan jenis penampang tergantung dari kebutuhan panjang bentang. kerumitan
alinyemen dan metoda pelaksanaan. Adapun jenis penampang dapat diuraikan sebagai
berikut:
• Penampang I-girder dan T-bulb AASHTO

Penampang I-girder dan T-bulb AASHTO dapat digunakan untuk bentang jembatan
antara 9.1 m sampai dengan 42 m.

Ada 2 jenis penampang AASHTO yang umum digunakan dalam perencanaan


jembatan sebagai berikut :

Hal. 1-1818
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

----d----

~•
~~~

:::,·.

______ _! Jf,'- _...

... 1•--c~-- . . .1 ---::----'


AA SHTO TIPE I - IV AA SHTO 11PE V & VI

Gambar 1-5 Penampang Girder Seton AASHTO (I dan T -bulb)

Tabel 1-1 Detail Geometris Penampang AASHTO


bf x1 inf x2 in b2 x3 in x4 bw in h in
Penampang in I (mm) I inf I in I I I
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
AASHTO 1 12 4 3 16 5 5 6 28
(304.80) (101.60) (76.20) (406.40) (127.00) (127.00) (152.40) (711.20)
AASHTO 2 12 6 3 18 6 6 6 36
(304 80) (152.40) (76.20) (457.20) (152.40) (152 .40) ( 152.40) (914.40)
AASHTO 3 16 7 4.5 22 7.5 7 7 45
(406.40) (177.80) (114.30} (558 80) (190.50) (177.80) (177.80) (1143.00)
AASHT04 20 8 6 26 9 8 8 54
(508.00) (203.20) (152.40) (660.40) (228.60) (203.20) (203.20) (1371.60)
AASHTO 5 42 5 7 28 10 8 8 63
(1066.80) (127.00) (177.80) (711.20) (254.00) (203.20) (203.20) (1600.20)
AASHT06 42 5 7 28 10 8 8 72
(1066.80) (127.00) (177.80) (711.20) (254.00) (203.20) (203.20) (1828.80)

Hal. 1-1919
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabel 1-2 Modulus Penampang AASHTO


Span A Yb Sb St
Penampang ft I in2 / in4 / in I in3 / in3 /
m cm2 cm4 cm cm3 cm3
AASHTO 1 30 - 45 276.00 22,744.13 12.59 1,806.61 1,475.87
9.1 13.7 1780.64 946,682.12 31.98 29,605.09 24, 185.22
AASHTO 2 40 - 60 369.00 50,978.74 15.83 3,220.54 2.527.36
12.2 18.3 2380.64 2, 121,895.52 40.21 52,775.15 41,416.05
AASHTO 3 55 - 80 559.50 125,390.35 20.27 6, 184.95 5,071.08
16.8 24.4 3609.67 5,219.140.35 51.49 101,35319 83,100. 16
AASHTO 4 70 - 100 789.00 260,740.61 24.73 10,541.86 8,909.29
21.3 30.5 5090.31 10,852,843.43 62.82 172,750.08 145,997.05
AASHTO 5 90 - 120 1,013.00 521, 162.59 31.96 16,308.47 16,788.17
27.4 36.6 6535.47 21,692,424.73 81.17 267,247.90 275,108.88
AASHTO 6 110 - 140 1,085.00 733,320.29 36.38 20, 156.88 20,587.69
33.5 42.7 6999.99 30,523,095.12 92.41 330,312.08) 337,371.82

Beberapa penampang tipikal I dan U girder yang telah banyak digunakan saat ini
diperlihatkan pada tabel-tabel berikut di bawah.

Hal. 1-2020
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabet 1-3 Penampang Balok Gelagar Tipe I


Type Dimensi Garn bar

Area (mm2) 257,150.00

lnersia (mm") 22,653.110,735.88

yt(mm) 536.6
.

H-90 Zt (rnrrr')

yb (mm)
42,216,009.57

363.4
.
.
Zb (mm") 62,336,573.30

H-125 Area (mm2) 316,650.00


.. '.
'
lnersia (mm 4} 54,939,524,663.81 ..

yt(mm) 730.5

Zt(mm3)

yb(mm)
75,208.110.42

519.5 .
Zb (mrn'') 105.754,619.18

Hal. 1-2121
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Type Dimensi Garn bar

H-160 Area (mm2) 477,275.00 ,.


•·· •· ...
lnersia (rnrn") 146,060,000,000.00

yt(mm) 888.5

Zt trnrrr') 164,389,420.37

yb (mm) 711.5 ....

Zb (mm3) 205,284,609.98

H-170 Area (mm2) 658,750.00 ·---·


'
' ,.
lnersia (rnrn") 235,220,000,000.00 ...
..
yt (mm) 884.7

Zt (mm3} 265,875,438.00

yb(mm} 815.3
....
.
Zb(mm3) 288,507,297.93

..

H-210 Area (mm") 734,750.00


'. . .
lnersia (mm") 4 07, 960, 000, 000. 00

yt (mm) 1,093.80
;
I
Zt (mm 3) 372,974,949.72
,.
yb (mm) 1,006.20
. ...
Zb (mm3) 405,446,233.35

Hal. 1-2222
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabel 1-4 Penampang BalokGelagar Tipe U


Type Dimensi Gambar

Area (mm") 926,400.00 ,9.:, ·;,e, !.~1:,

lnersia (mm") 126,770,000,000.00


~J 1-·--·L
yt(mm) 637.10 : ,·'-
.
' ..,
H-120 ~
;

i
' '
'
Zt (rnrrr') 198,979.752.00 '. ~
' ;i~ ' ,,1
:;.~
yb(mm) 562.90 .. . .!.
---
Zb (rnrn'') 225.208,740.45
I '(i:,:
I
H-140 Area (mm2) 1,044,400.00 ,: ~~+ iii~) t.;.,::

lnersia (rnm'') 196.960,000,000.00 . . - -· _ Il .I~ I


yt (mm) 741.70 'i
\
! I 2-- j
~
Zt (mrn'') 265,552, 110.02 0
;J
\
\ '
yb(mm) 65830 i
•.

1:i-·~·J
I
Zb (rnm'') 299,194,895.94 I

Hal. 1-2323
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Type

H-165 Area (mrrr)

lnersia (mm")

yt(mm)
Dimensi

1,200,900.00

315,250,000,000.00

869.60
Gambar

~,
,.I
..........
l.:l.i

I
;:rn

I
r:
i
~:,{)

!
.>
,,
-c
' ,,.
I \ ..
.'
·C
::(;

Zt (mrrr') 362 ,522 ,999.08 ',


·, \
ti I

']
~ ,
yb(mm) 780.40 \
/ . :::
Zb(mm3) ..
' - ~
'
403,959,507.94
I .,,_.~,
I
H-185 Area (mm') 1.318,900.00 ":i· ~ 1/; t.'·C

lnersia (mm") 435.420.000.000.00


_J=I .•
l l=L
yt(mm) 973.20
'•.
i
Zt (mm3) 447,410,604.19 l\ ! ",.,
"'
.",,
u
'>
-~-- --
yb(mm) 876.80
'
i
Zb(mm3) • -x:
.t,c;
·-----·-"
496.601.277.37 .. ; t
I 1:ccc
I
Penampang I-girder yang tidak disebutkan dalam tabel diatas bisa juga digunakan
asalkan memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku.

• Penampang Box-girder

Box-girder sangat baik menahan pengaruh momen torsi dan secara tipikal tidak
memerlukan elemen bracing. Penampang box girder juga dapat digunakan untuk
bentang yang lebih panjang. Sebagai contoh sebuah jembatan di dekat Tokyo,
Jepang menggunakan box girder untuk bentang 240m.

Hal. 1-2424
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

-· ·-·· ·-·-·· .... ·-- --· . . ...·-····· . ·- . -, I


•. -· ·-· -- ·- .•• .!
=,

I
\ I
I
': I

Gambar 1-6 Penampang Box Girder

1.6.2 Tu/angan Prategang

Kehilangan tegangan akibat rangkak (creep) dan susut (shrinkage) pada beton cukup
besar, sehingga pemberian tegangan tekan pada beton akan lebih efektif bila
menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 M Pa.

(1) Tendon untuk tulangan prategang harus memenuhi salah satu dari spesifikasi
berikut:
a) Kawat yang memenuhi "Spesifikasi untuk baja stress-relieved tanpa lapisan
untuk beton prategang" (ASTM A 421)_
b) Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi "Spesifikasi untuk kawat baja
stress-relieved tan pa fapisan untuk beton prategang" termasuk suplemen "Kawat
dengan relaksasi rendah" (ASTM A 421 ).
c) Strand yang sesuai dengan "Spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa
fapisan untuk beton prategang" (ASTM A 416M).
d) Tulangan. yang sesuai "Spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan
untuk beton prategang" (ASTM A 722).

(2) Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup dafam ASTM
A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722, diperkenankan untuk digunakan bila
tufangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari spesifikasi tersebut di atas
dan tidak mempunyai sifat yang membuatnya kurang baik dibandingkan dengan
sifat-sifat seperti yang terdapat pada ASTM A 421, ASTM A 416, atau ASTM A 722.

Hal. 1-2525
----···· .

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

A Jenis tulangan prategang

Jenis tulangan prategang dapat berupa kawat tunggal, gabungan kabel yang dipilin
membentuk strand, dan tulangan mutu tinggi (high-strength bar).

(b) kawat tunggal

(a) strand (7-wires strand)

(c) high-strength bar

Gambar 1-7 Jenis tulangan prategang

Gambar 1-8 Strand, Baji dan Kepala Angkur

Hal. 1-26
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

B. Kuat tarik

Kuat tarik baja prategang, tpu harus ditentukan dari hasil pengujian, atau diambil sebesar

mutu baja yang disebutkan oleh fabrikator berdasarkan sertifikat fabrikasi yang resmi.

Tabet 1-5 Jenis Tulangan Prategang


Nominal Gaya Putus Tegangan tarik
Luas
Jenis material diameter minimum minimum, fpu

mm mm2 kN MPa
Kawat (wire} 5 19.6 30.4 1550
5 19.6 33.3 1700
7 38.5 65.5 1700
7-wire strand 9.3 54.7 102 1860
super grade 12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
?-wire strand 12.7 94.3 165 1750
Regular craoe
Bar 23 415 450 1080
26 530 570 1080
29 660 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080

Hal. 1-27
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

1800

1600
-
. 1400 I'
c.
6 1200
/, - Sll'CSS·rcl~ved Sll'2nd; {SUf:r grode) --
~ 1000 II ultiuute suess, Ip "' 1930 MPa
0.2'1, proof stress " 1690 MPa -1--

.. 800 II
.;;;
600 II -
II --·--·-·-
II
200
II ..

0 0.2 2 3
Stnin('I>) ' 6

(a) Kurva tegangan-regangan 7-wire strand

-
1800

1600

1400
----;;
v ----
. II --
~
c..
1200

1000
,_/ I st.rc~-rct.icved wicc:
ultimate ru-css, f, =
1785 MPa

g /I
0.2% proof a=• 1525 MPa
<I) 800

600 II
-400 II
200 II
0 'I
0 0.2 3 4
Strun ('I,\
(b) Kurva tegangan-regangan stress-relievedwire

Gambar 1-9 Kurva tegangan-regangan tipikal,


7-wire strand dan stress-relieved wire

Hal. 1-28
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

C. Kuat tarik leleh ekivalen

Kuat leleh baja prategang, fpy harus ditentukan dari hasil pengujian atau dianggap

sebagai berikut:
Untuk kawat baja prategang

,.
\
Untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat !,,) = 0,85 !/Ill

1. 7 Sistem Penegangan

Oitinjau dari segi sistem penegangan terdapat dua cara penegangan pada elemen
struktur prategang, yaitu :
1. Pra-tarik (Pretensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada
elemen beton dengan menegangkan kabel prategang terlebih dahulu (biasanya
menggunakan hydraulic-jack) melalui struktur abutment untuk menahan kabel
tersebut, setelah beton dicor dan cukup keras tegangan ditransfer perlahan-lahan .

.. ---------- ... ~~)

A. TENDON DITEGANGKAN DIANTARA ABUTMENT

8. SETON DICOR DAN DILAKUKAN CURING

C. TENDON DILEPAS DAN TEGANGAN DITRANSFER KEPADA BETON

Gambar 1-10 Prosedur Pra-tarik (pre-tension)

Hal. 1-29
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

2. Pasca-tarik (post-tensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada


elemen beton dengan cara kabel baja ditegangkan pada saat beton telah cukup
keras kemudian tegangan ditransfer pada elemen beton tersebut melalui sistem
angkur.
selor.gsong hollow

/
,/
'. -~ r: :·.- .- : _- - - .,;" .
- . _. :.: ..c:.:c"cc " .. :-cc:·:,·::c.-·. ·- . ·- . .:.::::=-----··-:-·:;.;.. / :.=:--··c~·c::c •.-. -~:;.· c·:-.·. :.: ..

- ,.,., .

A. BETON DICOR DAN DILAKUK.AN CURING


···---~

'"· --· ---- ..-·-· --·~-- .. ---

B. TENDON DITEGANGKAN DAN PRATEGANG DITRANSFER


---~
-
--·•·•-W ·-·· - • . -·- ·-·-. -·-··------------· ·--- ... - ·- ·- ·--.

·~.·.·. •.·.•.:r_.. ~l
-
·-······· --:..:·. - ",..", .. -. ·:··.··_.
- ·- ---· - - . -· --· ----- ·- -·--
.;;,,,-· .... - ·- . --- ·- . -·.

C. TENDON DIANGKUR DAN DIGROUT


··-- - ····-.

-
.... '

Gambar 1-11 ProsedurPasca-tarik (post-tension)

Berdasarkan pada ikatan tendon dengan betonnya, pasca-tarik terbagi menjadi dua
bagian:
Bonded
Setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, ruang kosong antara lubang
dan tendon diisi dengan material grout.
Unbonded
Setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, ruang kosong antara lubang
dan tendon dibiarkan begitu saja. Adapun perlindungan tendon dari korosi
biasanya dilakukan dengan sistem pelapisan yang tahan air (waterproof).

Hal. 1-30
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

Gambar 1-12 Corrugated metal duct untuk aplikasi internal grout

Gambar 1-13 Pelaksanaan Grouting Tendon

Hal. 1-31
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAYAN (PBL)

2.1 Umum

Dalam perencanaan berdasarkan batas layan struktur dianggap berperilaku elastis linier.
Kekuatan rencana yang diizinkan Rw harus ditentukan berdasarkan persyaratan yang
sesuai untuk struktur yang ditinjau (untuk komponen balok, komponen tekan, dan
sebagainya).

Keamanan suatu komponen struktur SF ditentukan sedemikian rupa sehingga kuat


rencana yang diizinkan Rw tidak lebih kecil dari pengaruh aksi rencana Sw:

= Kapasitas ultimate
Sw s Rw SF

Dengan demikian perencanaan secara PBL dilakukan untuk mengantisipasi suatu


kondisi batas layan, yang terdiri antara fain dari:
• Tegangan kerja.
• Deformasi permanen.
• Vibrasi.
• Korosi, retak dan fatik.
• Bahaya banjir di sekitar jembatan.

Kombinasi pembebanan yang dipilih baik kondisi batas maupun layan seharusnya
mengikuti kombinasi pembebanan BMS atau SIN Pembebanan untuk jembatan.

2.2 Tegangan lzin

2.2.1 Tegangan izin tekan pada kondisi layan

Tegangan tekan izin, ere, = 0,45 J;.' (untuk semua kombinasi beban).

2.2.2 Tegangan iztn tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya
prategang.

Tegangan tekan izin penampang beton, ere, = 0,60 J;., ·

Hal. 2-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

Dimana:
f, ' adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya prategang.

2.2.3 Tegangan izin tarik pada kondisi batas /ayan. er,,

• Seton tan pa tulangan : er1. = 0, 15 .JJ:•


• Seton prategang penuh: er15 = 0,5 .fl'

2. 2. 4 Tegangan izin tarik pada kondisi transfergaya prategang, err,

• 0,25 .J1: · (selain di perletakan)".


• 0,5 K,· (di perletakan)

Analisis atau investigasi


I
J.
I
Properti penampang, P dan e0, dan properti material

+
Periksa persyaratan tegangan terhadap tegangan ijin pada semua
tahapan pembebanan


Periksa persyaratan kapasitas momen nominal terhadap momen
rencana ultimate


Periksa persyaratan jumlah dan spasi tulangan sengkang

+
Periksa camber dan lendutan pada kondisi pembebanan short-term dan
long term
+
Periksa persyaratan untuk kondisi khusus
'f
Periksa biaya dan usulan perbaikan bila diperlukan

Gambar 2-1 Langkah-langkah analisis atau investigasi lentur dalam PBL

Hal. 2-2
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Asumsikan dimensi penampang, dan properti material


J.
Hitung kehilangan prategang; atau asumsi yang setara fJ = PIP;
J.
Menentukan P dan eo yang mungkin


Menentukan steel envelope atau batas aman kabel


Menentukan nilai e0 di ujung balok atau di perletakan
J.
Menentukan layout kabel yang memenuhi batas aman kabel


Periksa kembali persyaratan tegangan terhadap tegangan ijin pada
semua tahapan pembebanan bila diperlukan

+
Periksa persyaratan kapasitas momen nominal terhadap momen


rencana ultimate

Periksa persyaratan momen nominal terhadap momen retak


Periksa persyaratan geser vertikal dan menentukan tulangan sengkang

+
Periksa persyaratan geser horizontal dan menentukan tulangan ties


Periksa camber dan lendutan pada kondisi pembebanan short-term dan
long term
+
Periksa persyaratan untuk kondisi khusus; tegangan end-block;
prosedur pelaksanaan; opening; tolerances; spasi kabel; kebakaran;
retakan; dsb
+
Periksa biaya dan bila memungkinkan lakukan perubahan untuk
mengurangi biaya (bentuk dan dimensi penampang, properti material,
prosedur pelaksanaan, dsb)

Gambar 2-2 Langkah-langkah desain lentur dalam PBL

Hal. 2-3
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

2.3 Perjanjian Tanda

Sekalipun dalam beton prategang efek tekan dan tarik pada kasus sederhana dapat
dimengerti. namun penting untuk membuat perjanjian tanda untuk menghindari
kesalahan dalam analisis yang kompleks dan sistematis. Hal ini juga penting khususnya
bila kita menganalisis dengan bantuan komputer. Perjanjian tanda dalam manual ini
secara umum sebagai berikut:

Tegangan
Tanda (+) untuk tegangan tarik
Tanda (-) untuk tegangan tekan

Mo men

Tanda
Positif Negatif
Momen

Momen Eksternal

Momen Internal

Koordinat/okalpenampang(untuk k11 kb, e)


Tanda (+) untuk jarak dari pusat penampang (c.g.c) ke arah serat bawah
Tanda (-) untukjarak dari pusat penampang (c.g.c) ke arah serat atas

Hal. 2-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Persamaan tegangan pada serat atas dan bawah penampang berkaitan dengan momen
lentur dan gaya prategang untuk balok di atas perletakan sederhana dapat dituliskan
variatif dalam Tabet 2-1.

Tabet 2-1 Variasi persamaan tegangan yang disebabkanoleh momen


dan gaya prategang
Pengaruh dari Se rat Persamaan tegangan
atas/bawah
Momen Positif. M atas M·y1 M M·y, M
a =---=--= ---=---
a f SI A,·(2 A,·kb
bawah
a--u-
»,---
M
-M
- ·yb
---- M
O
I Sb A, · r 2 A, · k,

Gay a
dengan
prategang, p atas
eksentrisitas
a

= _!:_ + P · e, · Yr = _ _!: (
A, I A,
1 _ eo r·Yr)
2

80 ke arah serat
bawah.
- _ ~ (1- :: ) = _ ~ (1- e\1Ac J
p
=-s(kb -eJ
I

bawah
ao=_!:__P·ea·Yr
A, I
=-.!:_(1
A,
+eo·Y1)
r 2

= _!:_(1-~} = _.!:_(1 +~)


A, k; A, S 0

p
= -s(eo -k,)
b

Dimana notasi-notasi di atas sebagai berikut:


= momen inersia penampang
Yi = jarak dari pusat penampang (c.g.c) ke serat atas tertuar
yb = jarak dari pusat penampang (c.g.c) ke serat bawah terluar
c = tegangan dalam beton secara umum
S1 = lly1 = modulus penampang pada serat atas
Sb = l/y1 = modulus penampang pada serat bawah
Hal. 2-5
MANUAL PERENCANMN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

r = Jt/ Ac = modulus penampang pada serat bawah


kt = -1/(Acyb)= -Sb/Ac= -r'lv, = jarak dari cgc ke batas atas kern.
kb = !/(Acy,)= S, / Ac = r2 Iv, = jarak dari cgc ke batas bawah kern.

2.4 Rumus Umum Perhitungan Tegangan

Kondisi awal:

Kondisi layan:
p p .e O • y/ Mmax , y( -
(T =--+ - ~ (T
a Ac I I cs

Keterangan :
Mmin = momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal, biasanya momen akibat
berat sendiri balok pada saat transfer
Mmax = momen total maksimum yang bekerja pada kondisi akhir atau layan

Contoh 2.1: Berikut ini adalah Balok di atas perletakan sederhana. Contoh ini hanya
sebagai ilustrasi perhitungan saja untuk penyederhanaan. Dalam prakteknya bentuk
penampang dan beban lebih rurnit namun prinsipnya sama.

Hal. 2-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Ulililillllilll!llilllll!IIIIIIIIIIIIHttttr+

_F;--1-:q
qDL+LL til )M~-"
·:r'.':
---- f -----.f

Diketahui:
P := 525kN (gaya prategang setelah semua losses)

L := 12m e0:= 200mm

b :=300mm h:= 600mm

Mutu beton fe .= 50MPa

1. Hltung tegangan ijin


Tegangan ijin layan

ats := 0.5-,J fe-MPa "ts = 3.536MPa (tarik)

"cs := -0.45-fe "cs = -22.5MPa (tekan)

Tegangan ijin initial

ati := 0.25-,J fc-MPa crti = 1.768MPa (tarik)

ad :=-0.6 fe ad= -30MPa (tekan)

2. Hitung Momen lentur


Beban mati sendiri

kN kN
q0e~-b-h-25- qDL = 4.5-
3 m
m
1 2
MoL := - ·qoL'L MoL = 81kN·m
8
Beban hidup
kN
qL:=4-
m
1 2
ML:=-·qL'L ML= 72kN m
8

Momen total

Mmax := MoL + ML Mmax = 153kN-m

Hal.2-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3. Hitung Properti Penampang


b-h3 9 4
/: I= 5.4 x mm
=-- 10
12
5 2
Ac:= bh Ac= 1.Bx 10 mm

h
n=':2 Yt = 300mm

h
rs=':2 Yb= 300mm

I 7 3
St:=- st= 1.8 x 10 mm
Yt
I 7 3
Sb:=- Sb= 1. 8 x 1 O mm
Yb
Sb
kt:=-- kt= -100mm
Ac

St
kb:=- kb= 100mm
Ac

4. Periksa tegangan pada serat alas dan bawah kondisi transfer

di midspan e ::cc e0 e = 200mm


p
asumsi : '7 := o. 83 P1· · c:-
,,
-P; P,.-e MoL
aa:=- +-- --- a8 = -0.986MPa s ati = 1.768MPa
Ac st st
(tarik)
-P; r,» MDL
(J'b;=- ---+ -- ab=-6.042MPa ~ <Tei=-30MPa
Ac Sb Sb
(tekan)

Hal.2-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

5. Periksa tegangan pada serat atas dan bawah kondisi layan

di midspan e := e0 e = 200mm

-P P·e Mmax
CJ"a:=-+---- cr8 = -5.583MPa ~ "cs = -22.SMPa
Ac st s1
(tekan)

CJ"b = -0.25MPa s (J'ts = 3. 536 MPa


(tarik)

2.5 ProfilKabel

2.5.1 Garis tekanan atau C-line

Sebelum momen luar bekerja, gaya tekan penampang beton C besarnya sama dengan
gaya prestressnya P dan garis kerjanya sama dengan P (gambar 3-3{a)). Bila momen
luar sudah bekerja diagram tegangan menjadi seperti ditunjukkan gambar 3-3(b). Hasil
superposisi diagram tegangan akibat prategang dan diagram tegangan akibat momen
luar menjadi seperti ditunjukkan gambar 3-3(c).

Gans tekanan atau Csline


e

..
.
GJ~ JE !;.. J, ~
eo
Ip - c
CGC
I,)
. . . 5
M
_eo ·e·r,··· ~-+ c-·
.
. ....
M/P

(a) (b) (c)

Gambar 2-3 Garis tekanan atau C-line

Dari gambar 3-3(c) dapat ditunjukan juga bahwa posisi gaya C terhadap garis berat
penampang (CGC) adalah ec yang dapat dihitung sebagai berikut:
M
e c :::ce O -~p

Hal.2-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Untuk statis tertentu, nilai e; = eo bila tak ada beban luar yang bekerja. Namun tidak
demikian pada statis tak tentu. Pembahasan statis tak tentu dapat dilihat pada Bab 5.

2.5.2 Central kem versus limit kem

Central kem adalah daerah sepanjang balok prategang dimana gaya aksial tekan tidak
akan menyebabkan tegangan tarik di serat atas maupun bawah. Hal ini dapat terjadi bila
garis kerja C berada pada k1 dan kb.

Gambar 2-4 Central kern

Sedangkan limit kem adalah daerah sepanjang balok dimana gaya aksial tekan tidak
akan menyebabkan tegangan yang melebihi tegangan izinnya (baik tarik maupun
tekan).

Limit kem diperoleh dari pertidaksamaan tegangan pada sub bab 3.3. Bila ruas kiri dan
kanannya persamaan tegangan pada sub bab 3.3 dikalikan dengan Ac/P; atau AJP dan

mendefinikan ug, " '/Ac atau, 0'9 = /Ac maka persamaan dapat ditulis kembali menjadi

sebagai berikut:

Hal.2-10
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

I
~ Limit kern

Penentuan daerah Batas atas dan bawah Batas atas dan bawah
limit kern daerah C-line daerah aman kabel

Gambar 2-5 Limit kern dan daerah aman kabel

2. 5. 3 Daerah aman kabel

Daerah aman kabel adalah daerah sepanjang balok dimana bila kabel ditempatkan pada
daerah tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya tegangan yang melebihi tegangan
izinnya (baik tarik rnaupun tekan).

Dari persamaan di atas dapat diperoleh:


eo - MmaxlP 2: k' t
eo - Mmm/P, ~ k\

Maka nilai e0 berada pada


k' I + MmaxlP s eo s k' b + Mmln/P;

Daerah aman atas (eoa) dan bawah (eob) didefinisikan sebagai berikut:
eaa = k', + MmaxlP
eob = k\ + Mm;n/P;

Hal.2-11
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Hubungan limit kern dengan daerah aman diperlihatkan pada gambar 3-6.

Daerah aman kabel

Gambar 2-6 Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel

Limit kern

Limit xern

(b}

Limit kern

Gambar 2-7 Bentuk tipikaldaerah aman kabel


(a). Desain normal
(b). Desain optimum (hanya ada satu solusi P dan eo)•
(c). Penampang tidak kuat (preliminary).

Hal.2-12
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Contoh 2.2:
Balok pada Conteh 2.1 akan digunakan untuk menghitung daerah limit kern dan daerah
aman kabel.

1. Tegangan akibat prategang


p
a ·= - r:rg = 2.917MPa
g· Ac
P;
u··=-
gi. Ac ug; = 3.514MPa

2. Limit Kern

kb(::+ ,J
k't '" max [ "ts l k't = -0.221 m

kr(f
kb· -'. + 1
'1· -

r:rg,
k'b := min k'b = 0.15 m

kt• -.ere; + 1
(
J
- (]"QI -

3. Daerah aman kabel

Mmax
eoa := k't + -P- "oe = 70.21 mm

MDL
eob := k'b + p. e0b = 278.363mm
I

de:"' 100mm

"om = 200mm

Jadi daerah aman kabel berada pada 70.21 mm s e, s 200 mm

Hal.2-13
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

2.6 Lendutan dan camber

Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, elemen balok prategang biasanya


melengkung ke atas pada saat momen luar yang bekerja masih kecil. Defleksi ke atas
ini disebut camber. Nilai camber ini dapat membesar atau mengecil dengan
bertambahnya waktu. Sebaliknya beban luar yang bekerja akan menyebabkan defleksi
ke bawah pada balok.

Perjanjian tanda untuk defleksi diatur sebagai berikut:

(+) defleksi atau melendut ke bawah

(-) defleksi atau melendut ke alas

Dalam perencanaan, besarnya defleksi ke atas dan ke bawah harus diperiksa dan
dibatasi agar tidak melampui batas defleksi yang diizinkan. Khusus untuk jembatan,
acuan mengenai batasan defleksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2-2 (BMS).

Tabel 2-2 Batasan Defleksi Berdasarkan BMS (/ = panjang bentang)

Jenis Elemen Defleksi yang Ditinjau Defleksi Maksimum yang Diizinkan


Beban Kendaraan Beban Kendaraan
+ Pejalan Kaki

Bentang Defleksi seketika akibat e .aoo f/1000


sederhana atau beban hidup layan dan
menerus beban impak

Kantilever e 1400 f 1375

Untuk elemen beton prategang yang belum retak, defleksi dan camber dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan elastis seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2-3 dan
Tabel 2-4.

Hal.2-14
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabel 2.3 Defleksi Akibat Pembebanan dan Gaya Prategang Pada Balok
Sederhana.

KondisiPembebanan dan ProfilTendon DefleksidiTengah


Bentang ti.
5 wf4
i"1111111111111111111111m11111111111,, ti= --
Beban Merata l .f_ W L
384 El
' I

ip ~=---
I Pe3
A . 48 El
Beban Terpusat {1)
.,
l
f
=-6\-
I
I Pb(3f!2 -4b2)
~=
1-b-iP p}---b---1 24 El
Beban Terpusat (2) _A
I p ~J.
I I

Eksentrisitas Konstan -±·······i··········-1


: f I
l Pet'2
11=--~
8 El

Pe1
'l········fe ·········±
2ec+e,
Titik Harping ti= -
24 El
Tunggal
J.
L
1 . I

Titik Harping Ganda


'{········ f ·········±
ti= [8
'' -6p
{'e. -eJ Y1'
El

rfJH rfJ r: 1

Profil Parabola l. ;- - - - - - - - - t- - - - - - - - - -t;. ~


I
I
.
e
f "I
~ = [ e, + 5(e"6 -r.) ] Pe
& E2 l

Hal. 2-15
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabel 2-4 Defleksi Akibat Pembebanan dan Gaya Prategang Pada balok
kantilever

KondisiPembebanan dan ProfilTendon DefleksidiTengah


Bentang ii
1 wf4
L', =--
~lillllllllilllllilllillll'Qiilllilllllllllll 8 El
Beban Merata L
1
f W
l
'

ip L',
1 pr3
=--
3 El
Beban Terpusat
§I ,.
1 f l 1 Mt'2
L'.=--
2 El
M

Beban Momen
~
., e 1
.•

(e
Eksentrisitas gradual
eJ - --- ---------- - -r,{ l'.=-Pe2
2EI
2
+2(e1-e2))
3

1
I
f ·1
c

~---------- Pe/2
Eksentrisitas
rp L'.=--- 4EI

parabolik
1 t J

Eksentrisitas konstan
e,, ---------------- --r I'
L'.=---
4E/
Pe/2
L
1 e J

Pengaruh jangka panjang akibat rangkak dan susut pada estimasi camber dan defleksi
dapat diperhitungkan dengan menerapkan faktor pengali pada Tabel 2-5.

Hal. 2-16
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tabel 2-5 Faktor Pengali untuk Perhitungan Camber dan DefleksiJangka


Panjang

Tanpa Topping Dengan Topping


Kornposit Kornposit
Pada Tahapan Ereksi
( 1) Komponen defleksi - diberlakukan 1,85 1,85
pada defleksi elastik akibat berat
sendiri.
(2) Komponen camber - diberlakukan 1,80 1,80
pada camber elastik akibat prategang.
Pada Tahapan Akhir
(3) Komponen defleksi - diberlakukan 2,70 2.40
pada defleksi elastik akibat berat
sendiri.
(4) Komponen camber - diberlakukan 2,45 2,20
pada defleksi camber elastik akibat
prategang.
(5) Defleksi - diberlakukan pada defleksi 3,00 3,00
elastik akibat beban mati tambahan.
(6) Defleksi - diberlakukan pada defleksi - 2,30
elastik yang disebabkan topping
komposit.

Untuk penampang yang retak, penggunaan momen inersia f9dalam perhitungan defleksi
akan menghasilkan nilai defleksi dan camber yang lebih kecil dari yang seharusnya.
Oleh karena itu, Nilai 19 hanya boleh digunakan pada penampang yang belum retak,
sedangkan pada penampang yang retak harus digunakan nilai inersia retak (/er)- Cara
yang lebih sederhana untuk menghitung defleksi pada balok yang sebagian
penampangnya sudah mengalami retak adalah dengan menggunakan konsep momen
inersia efektif yang merupakan nilai inersia rata-rata di sepanjang bentang balok.

Hal. 2-17
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Contoh 2.3:
Balok pada Contoh 2.1 akan digunakan untuk memeriksa lendutan.
Diketahui:
Mutu beton initial
fc = 50MPa
fci := 0.65 -fc fci = 32.5 MPa

Modulus elastisitas beton


Ee:= 4700-y fc ·(MPa) Ee= 33234.019MPa

Ee;:= 4700-J fe;-(MPa) Ee;= 26794.122MPa


Beban layan
kN
beban mati qDL = 4.5-
m
kN
beban hidup qL := 2.5-
m
a. Lendutan awal (initial)
Chamber akibat prestress saja e = 0.2 m
2
-5.P;-e·L
.1. ·=---- Llp; =-13.115mm (keatas)
pl . 48·Ec;-I
defleksi akibat berat sendiri
5 (qoL)·L4
t,bs := E ./ !lbs = 6.77 mm (ke bawah)
38i e
defleksi jangka panjang oleh PCI Multipliers
.11 := 1.85·.1bs + 1.B·"1p; ,11 = -11.082mm (ke atas)

b. Lendutan akhir
defleksi akibat beban hidup merata, qLL
5 (qL}·L 4
.1L := · Ee·I LlL = 3. 761mm (ke bawah)
384

L
kontrol defleksi, LiL < - = 15mm OK!
800

defleksi jangka panjang total :


.12 := 2.45 .1pi + 2.7·'1bs .12 = -13.852mm (ke atas)

defleksi total
Llt0t:=il2-il1+,1L Lltot=0.991mm (kebawah)

Hal. 2-18
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS KEKUATAN TERFAKTOR (PBKT)

3.1 Umum

Analisis atau investigasi elemen struktur prategang berdasarkan batas kekuatan


terfaktor (PBKT) seperti terlihat pada gambar 3.1 meliputi sebagai berikut :
1. Pemilihan tipe penampang (misalnya untuk balok terdapat I, Box) sebagai prelirninari
desain. Jembatan dengan bentang standar yaitu kurang dari 50 m sebaiknya
menggunakan penampang standard dari binamarga atau penampang lainnya yang
dapat disetujui direksi teknik.
2. Tentukan gaya prategang, P dari jumlah kabel dan tegangan putus kabel.
3. Tentukan eksentrisitas kabel ,e0
4. Hitung momen nominal penampang beton prategang (lihat sub bab 3.2).
5. Periksa momen kapasitas lebih besar momen ultimate rencana, ~Mn .? Mu
6. Periksa jumlah dan spasi tulangan geser terhadap gaya geser rencana, Vu

Analisis atau investigasi

Properti penampang, P dan e0, dan properti material

Periksa persyaratan kapasitas momen nominal terhadap momen


rencana ultimate

Periksa persyaratan jumlah dan spasi tulangan sengkang

Periksa persyaratan untuk kondisi khusus

Periksa biaya dan usulan perbaikan bila diperlukan

Garn bar 3.1 Langkah-langkah analisis atau investigasi lentur dalam PBKT

Hal. 3-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEK.AN UNTUK JEMBATAN

Asumsikan dimensi penampang, dan properti material


J.
Hitung kehilangan prategang; atau asumsi yang setara 17 = PIP,
J.
Menentukan P dan eo yang mungkin
J.
Menentukan nilai ea di ujung balok atau di perletakan
-i
Periksa persyaratan kapasitas momen nominal terhadap momen
rencana ultimate
...
Periksa persyaratan momen nominal terhadap momen retak
...
Periksa persyaratan geser vertikal dan menentukan tulangan sengkang


Periksa persyaratan geser horizontal dan menentukan tulangan ties

..
Periksa persyaratan untuk kondisi khusus; tegangan end-block;
prosedur pelaksanaan; opening; tolerances: spasi kabel; kebakaran:
retakan; dsb
+
Periksa biaya dan bila memungkinkan lakukan perubahan untuk
mengurangi biaya (bentuk dan dimensi penampang, properti material.
prosedur pelaksanaan, dsb)

Garn bar 3.2 Langkah-langkah dalam desain lentur

Berbeda dengan analisis yang harus sesuai benar dengan kondisi penampang yang
ada, mendesain sebuah elemen lentur beton prategang berarti menentukan jumlah
kabel prategang, profile kabel prategang, memeriksa kapasitas momen lentur dan geser,
tegangan end-block yang bersifat trial and error berbentuk siklus sampai semua
persyaratan lentur dan geser terpenuhi. Langkah-langkah desain lentur balok prategang
dapat dilihat pada gambar 3.2

Hal. 3-2
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3.2 Momen nominal lentur, Mn

Kekuatan batas nominal lentur adalah kekuatan penampang beton dalam menahan
kombinasi beban terfaktor (beban ultimate).

Prinsip dan teori perencanaan beton prategang dalam PBKT pada dasarnya sama
dengan beton bertulang bila mana momen lentur yang terjadi melebihi momen retaknya
Mer dan momen layan total Mr. Sama halnya dengan beton bertulang, filosofi
perencanaan mensyaratkan bahwa elemen struktur beton tidak mengalami keruntuhan
(failure) sebelum kapasitas rencana tercapai, dan juga mensyaratkan elemen struktur
tersebut mempunyai daktilitas yang cukup sebelum runtuh.

2 3
.,, 4
1. Momen dekompresi, M0

- A,,
2. Momen retak. Mer
-~ 3. Momen pasca-retak, Mpc
1 H+ - · A,.

4. Momen batas terfaktor, Mu


PENAMPANG REGANGAN

_. ... _ 0 r
l ·-······- or --- , 1·

1. saat Mo 2. saat Mer


...........
3. saat Mpc
o.,
-· ··-

4. saat Mu
o,...
o,.
····- 7,
T

RESULTAN GAYA
TEGANGAN AKI BAT MOMEN YANG MENINGKAT

Gambar 3-3 Perilaku Seton Prategang terhadap Momen yang Meningkat

Berikut ini akan dijelaskan penampang beton prategang berdasarkan perencanaan


batas kekuatan terfaktor seperti dalam Gambar 3-3. Penampang tersebut berisi tulangan

Hal. 3-3
MANUAL PERENCANAAN 8TRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

beton non-prategang tarik dan tekan, dan tulangan prategang terlekat (bonded).
Ditunjukkan pula dalam gambar tersebut distribusi tegangan dan regangan untuk empat
jenis nilai berbeda momen yang teraplikasi. Dengan meningkatnya momen dari level
layan (service level) sampai mencapai batas overload, garis netral, c meningkat secara
bertahap dan pada akhirnya perilaku material beton menjadi non-linear. Baja tulangan
non-prategang tarik akan mengalami leleh bila regangan baja, Est mencapai regangan
lelehnya (s, = f/Es), tulangan prategang akan memasuki bagian non-linear dalam kurva
tegangan-regangan seiring dengan meningkatnya Ep regangan prategang, dan distribusi
tegangan tekan beton menjadi non linear bila tegangan pada serat tekan terluar melebihi
nilai sekitar O.Sfc-

Pada saat beban ultimate tercapai, tegangan aktual beton non-linear yang berbentuk
parabolik menurut peraturan RSNI T-12-2004 dapat diidealisasi menjadi persegi dengan
besar tegangan acu = 0.85f c dan tinggi blok tekan, a= P,*c.

Untuk memenuhi prinsip keseimbangan gaya-gaya horizontal, Resultan gaya-gaya


tekan C dan resultan gaya-gaya tarik T pada gambar 3-1 haruslah seimbang satu sama
lainnya. Persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
T = C (3-1)

Kapasitas momen ultimate dihasilkan dari kopel gaya-gaya internal (T dan C), sebagai
berikut:
Mu= CI = T f (3-2)

Hal. 3-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3.2.1 Momen Nominal Penampang persegi

0.85t; bi

A.,..
--"--+--0
........._--+--•A, ~.
(al (bl (cl

Gambar 3-4 Regangan, tegangan dan gaya penampang persegi


(a)penampang (b)regangan (c) tegangan dan gaya

Persamaan keseimbangan (equilibrium) gaya horizontal,


T = C
As fy + Aps fps = 0. 85f'c a b + A .s fy

a = -A-p'-/-p-s--+'-A
---/'y--A
--'-/y--'- (3-3)
0.85f '. b;

Mornen nominal dihasilkan dari kopel gaya-gaya internal horizontal sebagai berikut:
Mu= CI =TI

(3-4)

Hal. 3-5
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3.2.2 Momen Nominal Penampang Berffens

b, b -b.,,
2

J
T,,,
(al . [bl rel (d)

Gambar 3-5 Regangan, tegangan dan gaya penampang flens


(a)penampang (b)regangan (c) tegangan dan gaya badan (d) tegangan dan gaya flens

Persamaan keseimbangan (equilibrium) gaya horizontal.


T = C
As fy + Aps fps = 0. 85f'c 8 b; + 0. 85f'c h,(b, - bw)
Apwfps = 0. 85f'c a b; = As fy + Aps fps - 0. 85f'c h,(b, - bw)
_ Ap/ps +A/y -0.85f'ch,(b, -bw) _ ApJps
8- ----- (3-5)
0.85f\bw o.ssr.e,

Momen nominal dihasilkan dari kopel gaya-gaya internal horizontal sebagai berikut:
Mu= CI =TI
Mn =ApJps ·(dp-a/2)+A.fr ·(d-dp)+ 0.85f'c(b, -bw)h, ·(dp-h,12) (3-6)

3.2.3 Penampang Komposit

Pelat lantai jembatan dapat diperhitungkan sebagai penampang komposit dengan balok
girdernya, dengan catatan menggunakan Jebar efektif pelat. Lebar efektif pelat perlu
dihitung oleh karena perbedaan mutu beton antara beton girder dan pelat. Dengan
demikian. penampang komposit dapat dihitung sebagai penampang berflens dengan
lebar sayap sama dengan lebar efektif pelat (lihat sub bab 3.2.2 momen nominal untuk
penampang berflens).

Hal. 3-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3.2.4 Menentukan Tegangan Nominal Baja Prategang pada Saat Runtuh, fps

Tegangan nominal baja tulangan prategang pada saat penampang mencapai kondisi
ultimate (runtuh), fps dapat ditentukan sebagai berikut:

a) Prosedur kompatibilitas regangan jika fpe = Pe < 0.50 fpu


AP•
Pada penampang beton bertulang, regangan dalam tulangan non-prategang dan
beton pada level tulangan adalah sama untuk setiap tahapan pembebanan. Lain
halnya dengan tulangan prategang, regangan dalam tulangan prategang adalah
sama dengan regangan akibat prategang initial ditambah regangan akibat
perubahan dalam beton pada level tulangan.
b Tendon

~---}--------- •
- - (b) •
g.netral pada ultimate
- ~- ·-·- - _· -·-·-·-·- -·
Aksis pusat penam•
(C) pang tak retak
(a)

Aps

• ••
~------0·------- -- - --- -_,;;,... -!- - -- -- - --- - -

tnt Er.P

Garnbar 3-6 Oistribusiregangan pada tiga tahapan pembebanan

Tahap (a) pada Gambar 3-6 menunjukkan regangan elastik beton akibat gaya
prategang efektif pada kondisi mornen eksternal nol. Regangan dalam beton
pada level tulangan adalah sebagai berikut:
2)
8
ce
= I . ( [),, + P,e
E A I (3-7)
c'

Dimana A adalah luas penampang beton dan I adalah momen inersia


penampang beton. Tegangan dan regangan efektif dalam tulangan prategang
pada saat beban layan adalah:
f = Pe dan (3-8)
pe A
p

Hal. 3-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tahap (b) menunjukkan distribusi regangan beton di level prategang pada saat
bekerja momen yang cukup untuk dekompresi beton. Besarnya regangan sama
dengan tahap (a) plus peningkatan regangan tarik sebesar Bee (dari pers. 3-7).

Tahap (c) pada gambar di atas berhubungan dengan kondisi beban ultimate
(runtuh). Regangan dalam beton pada level tulangan Bpt dapat ditentukan
dengan variabel regangan tekan serat terluar beton sebesar ccu dan tinggi garis
netral c sebagai berikut :

ept:::: " z-C:J


«; ( d (3-9)

Dengan demikian, regangan total dalam tendon prategang pada kondisi beban
ultimate (runtuh) dapat diperoleh sebagai berikut:
Bpu = £pe + tee + Bpt (3-10)

Bila regangan dalam tendon· prategang pada kondisi runtuh £pu diketahui maka
tegangan dalam tendon prategang pada kondisi runtuh juga dapat diperoleh dari
grafik tegangan - regangan pada gambar 3-7.

Hal. 3-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

:?000
1800
-
..... - - - ----------------------
1600

1400

~
Q.
1200
~'/,

<£:, 1()()()

8
OJJ
&1
OJJ
800
B
600

400
200 - - - low relaxation strand, 250 ksi( I 724 MPa)
- 7-wire strand, 270 ksi(l862 MPa)
0 O oos 001 0.015 0 02 0.025 00.l

regangan

fps 1 (cps) •~ ( 28000 -, ps) -l<si if t ps ~ o cos untuk low relaxation


250 ksi
:?-48 - _ OITT8 ) ·ks1. otherwis. e
( 'ps - 0.006

!ps2 ( e ps) ,_ ( 28000 -t ps) -ksi if e ps s o 008 untuk stress-relieved


270 ksi
0005 ) -ksi.
2(,8 - otherwi.se
( •ps - 0.0065

Gambar 3-7 Kurva tegangan-regangan 7-wire stress-relieved dan low relaxation (Nawy,
1996)

b) Prosedur pendekatan empirik jika fpe = Pe > 0.50 fpu


Aps
Prosedure ini secara umum lebih konservatif dan dapat digunakan sebagai
pengganti perhitungan tegangan yang lebih akurat berdasarkan kompatibilitas
regangan.
Bonded tendon :

Hal. 3-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

f
ps
= fpu [1- ~[p
/31
P
fpu +s·
f" c d p
((0 - (1/))] (3-11)

Unbonded tendon :
Jika rasio bentang terhadap tinggi penampang s 35
fps= fpe + 70 + f'r/(100pp) , (3-12)

Jike rasio bentang terhadap tinggi penampang > 35


fps = fpe + 70 + f'r/(300pp) (3-13)
Dimana:

(u = indeks tulangan baja konvensional tarik, p fyl f'c (I)=

(I)· = indeks tulangan baja konvensional tekan, (o' = p · fy I f'c


(Op = indeks tulangan baja konvensional tekan, (Op ::: pp fps I r;
p = rasio tulangan tarik non-prategang terhadap luas penampang beton.
p' = rasio tulangan tekan terhadap luas penampang beton.
Pp = rasio tulangan prategang terhadap luas penampang beton.
fpe = tegangan efektif prategang (setelah losses), MPa.
fpu = kuat tarik baja prategang, MPa.
Pe = Gaya prategang efektif (setelah losses), N
Aps = luas tulangan prategang, mm2

3. 2. 5 Preliminari Desein Ultimate

Untuk penyederhanaan, Asumsikan :


hanya ada tulangan prategang saja, tanpa tulangan baja biasa.
Lengan momen, jd = 0.8h
Tegangan nominal prategang, fps= 0.9fpu
Berdasarkan asumsi tersebut mornen nominal pada persamaan (3-4) dapat ditulis
sebagai berikut:

Mn= Ap/ps · (dp -:e t 2) = AP50.9fpu · (0.8h) = Aps0.72fpu · h

Maka luas tulangan prategang untuk preliminari (desain awal) dapat diperoleh dari
kebutuhan tegangan final atau kebutuhan momen rencana ultimate, Mn sebagai berikut,

Hal. 3-10
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

A.= M,, (3-14)


P' 0.72/f'" · h
Jika tinggi blok tekan beton a sama dengan tinggi flens h,, maka luas tekan beton
Ac·=b·a.
C = 0.85 f cAc'
T = fps Aps = Mn! (O.Bh)
Dari persamaan keseimbangan gaya C=T, maka luas tekan flens adalah :
A '= M II = M---'-'-, - (3-15)
' 0.8h·0.85J'c 0.68h·f\

3. 2. 6 Langkah-Langkah Desain Member Prategang Kondisi Ultimate

Langkah-langkah mendesain member prategang pada kondisi ultimate dapat ditentukan


sebagai berikut:
1. Tentukan dimensi penampang. Tinggi penampang, h = 1/20 L, atau dari Tabel 1-2
bila menggunakan penampang AASHTO. Dimana L = panjang span.
2. Menghitung gaya dalam momen layan, momen dan geser ultimate. Masing-masing
yaitu M1, Mu dan Vu,
3. Tentukan dimensi pelat. Pilih tiriggi flens ti, dengan rumus pada pers. (3-15) dan
Jebar pelat efektif.
4. Menghitung sifat penampang komposit girder dan pelat
5. Estimasi luas tulangan prategang, Aps berdasarkan ru mus pada pers. (3-14).
6. Hitung momen nominal, Mn (lihat flowchart).
• Pilih ukuran dan spasi tulangan non prategang
• Periksa juga tulangan baja minimum, As > 0.004 A (bila tidak prategang penuh)
7. Periksa momen desain <JiMn;:: Mu.
8. Periksa momen desain minimum perlu, ~Mn > 1.2 Mer untuk memastikan kecukupan
tulangan tarik baja non prategang khususnya pada tendon unbonded.

Hal. 3-11
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

c MULAI )

Ya
t put: Bentuk Penempang (T. 1_. Re~iagular. Bex),
/J.d.b,.11, .d 1,f._-.f1,s-.f; .. .f,,:,,f,,,,.E,.. E;,,
--·-········-·······--·«·· j
!

· · · · ·, f,., d 1kelahu1? Hitung le,,, dar\


~ kornpaub.htas regangan
i i<lk

------ ...--! "----- r----- ' --


f,,, = r,., • 70 • fJ( 1001 ,1.;
_ r,.~ = t,~ • 70 ~ f.)(30011"1
RSNI T12,2004 RSN 112-2004
I

'
/~ :.?~ .
"' berTlens? //
, Yn t ..
1
Penampang T,:lk Ya ·•(
ber1lens
<-,/ ci::;t;,? <,
,/ > Penarnpanq
pt:r~eyi

--
0
ApJ;, j
-··-··< ul; atau c..>;, + d Id;. (G.t-4') <:. 03{)~ _;
,., ~~~'--·····
- 1}.S5r, q., t
----·-., ..........,..,..- ...........,J

< Qt" -,.did;;·


. ~.>:. . i
(4•,, --~ ,.) <:. o~e~ Ya i
l ..
O•,f.!rrQinfm:,;.

M, = f';bd/ · (OJ6j.lJ-O GSti'l:)


': Tdk
'
Mo-ne(l oommal.
,\.J_., = A.A/~~ -(d, - ~I:! J-Asf,. -1;0 - el 1j- ,....,.. M--•~·:
A'/j'·(Bi~-cf}

I.I_. = A_,,J,., -(d; - al~)+ A/, -td-d:).,. ..


O.s5f·,ro. -b~)h. (r!, -h, ! 2)

Gambar 3·8 Flowchart Momen Nominal

Hal.3-12
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATE KAN UNTUK JEMBATAN

3.2. 7 Contoh Perhitungan Desain Member Prategang Kondisi Ultimate

CONTOH 3.1a

SOAL:

DIBERIKAN:
DESAIN BALOK PRATEGANG

Desain jembatan bentang 36 m dengan balok girder T-Bulb AASHTO.


v
Panjang bentang jembatan Lsl = 36· m

Jarak antar balok (as ke as) Le = 2.1 Om


Material
a. Beton:
Girder Pracetak

fc = 45.65MPa fc = 45.65-MPa
Ee = 4700-V fc·(MPa) Ee= 31755.448-MPa
fy = 400-MPa

Pelat:

fcp = 29-MPa

Ecp = 4700) fcp·(MPa) Ecp = 25310.275-MPa

Hal.3-13
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATE KAN UNTUK JEMBATAN

b. Kabel Prategang (Jenis Relaksasi Rendah)

fpu = 1860,MPa

fpy = 0.9fpu fpy = 1674·MPa

fpj = 0.75·fpu fpj = 1395·MPa (maks.)

fpi = 0.7.fpu fpi = 1302·MPa

fpeff = 0.8·fpi fpeff= 1041.6,MPa (asumsi


losses 20%)
Eps = 195000-MPa

Diameter Tendon (js = 12.?·mm


Luas efektif per tendon 2
Ap1 = 98mm

Hal. 3-14
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

RSNl·T12-04
LANGKAH 1: Menentukan Dimensi Penampang
Pasal 5.1.1.1

Penampang : AASHTO Tipe VI Faktor p1 terg antung dari


mutu beton. jika kurang
dari 30 MPa
h = 1828.8 -rnm nilainya 0.85. namun
jika tc lebih besar 30
bf= 1066.8-mm
MPa nilainya berkurang
x1 = 127mm secara proporsional tapi
tidak lebih kecil dari
x2 = 177.8mm
0.65.
b2 = 711.2mm
x3 = 254mm
x4 = 203.2mm
bw = 203.2mm

._
-,
_._-1x4 _
..... 1 ez ---·'
AASHTO llPE VI

Momen inersia 11 4
le= 3.052 x 10 mm
Luas Penampang 5 2
Ac= 6.999986 x 10 mm

Garis Berat Bawah Cb = 924.068 mm


Garis Berat Atas Ct= h - Cb Ct= 904.732 mm
le 3
Sec. Modulus Top St= - St= 3.374 x 108 mm
Ct

le
Sec. Modulus Bottom Sb=• 8
Sb= 3.303 x 10 mm
3
Cb

Hal. 3-15
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Radius Girasi r= ~ r = 660.337 mm


'1 AZ
2
r
kb= - kb = 481.961 mm
Ct
2
r
kt=• kt = 471.876 mm
Cb
tebal pelat total (asumsi - trial) hslb = 220mm

LANGKAH 2: Gaya Dalam

Faktor reduksi lentur ~= 0.8


Faktor reduksi geser qw = 0.75
Berat jenis beton -3
ye== 24-kN-m
Berat jenis beton prategang -3
ypt = 25·kN -rn
-3
Berat jenis baja ys = 78.5 · kN · m

Resume gaya dalam M + V dalam girder

3
Msdl = 2.629 x 10 kNm Vsdl = 292.068 kN
3
Mdl = 2.835 x 10 kNm Vdl = 314.999 kN
3
ML= 1.418 x 10 kNm VL = 157.584 kN

Mu= 1.3·(Msdl + Md1) + 2.2·(ML) Mu= 1.022 x 104kN-m Lihat kombinasi pembe•
banan pada BMS'92
Mt= 1.0·(Msdl + Md1) + 1.0·(ML) Mt== 6.882 x 103 kN -rn atau SNI peraturan
pembebanan untuk.
Vu= 1.3-(Vsdl + Vd1) + 2.2.(v~) Vu= 1.136 x 103kN jembatan.

Vt== 1.0·(Vsdl + Vd1) + 1.0·(VL) Vt = 764.651 kN

Hal. 3-16
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Keterangan :
Msdl =
Momen akibat beban mati superimposed,
seperti pelat lantai dan aspal
Mdl =
Momen akibat berat sendiri girder
ML = Momen akibat beban hidup

Vsdl = Geser akibat beban mati superimposed.


seperti pelat lantai dan aspal
Vdl = Geser akibat berat sendiri girder
VL = Geser akibat beban hidup

LANGKAH 3: Penentuan Tebal Pelat Lantai Jembatan


Tinggi perlu flens untuk menahan momen Mu
Mu 5 2
Ac'=---- Ac' = 2.251 x 10 mm
~·0.68·h·fc

bila lebar pelat efektif di atas girder,

bpi = Le bp1 = 2100 mm


maka tebal flens minimum,

Ac'
hf=-
bpt

hf= 107.188 mm < hstb = 220mm


Ket = "hslb > hf, OK"
Lebar effektif pelat, terkecil dari :

bpi = min ( ( bw + 16·hslb Le L:I ) ) bpi= 2100 mm

Tebal minimum flens menurut AASHTO


1.2·(Lc + 3m)
tmin =-----
30
tmin = 204mm < hslb · = 220 mm OK!

Ket = "hslb > tmin, OK"

Hal. 3-17
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

LANGKAH 4: MenghitungSifat Penampang Komposit

Modulus Elastisitas Girder Ee= 3.176 x 104 MPa


Modulus Elastisitas Pelat Ecp = 2.531 x 1 o4 MPa
Ecp
Rasio modulus nc=• nc = 0.797
Ec
Lebar sayap efektif bpi= 2100mm
Lebar sayap tranform. be= nc-bpl be= 1673.78mm
Luas Penampang Komposit
6 2
Ack =Ac+ behslb Ack = 1. 068 x 1 0 mm

Garis Berat Bawah Komposit


be-(hslb){ h + _h;_lb) + AcCb
Cbk = -----''--------- Cbk = 1.274 x 103 mm
Ack
Garis Berat Atas Komposit

Ctk = h + hslb - Cbk Ctk = 774.942mm

Hal. 3-18
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Momen inersia Komposit

2 be-hslb3 ( hslb )2
!ck ==le+ Ac ·(Cbk - Cb) + + be-hslb · Ctk - --
12 2
11 4
!ck = 5.552 x 1O mm
lck 8 3
Sec. Modulus Top Stk Stk = 7.164 x 10 mm
Ctk
!ck 8 3
Sec. Modulus Bottom Sbk = - Sbk == 4.358 x 10 mm
Cbk

LANGKAH 5: EstimasiLuas Prategang


Eksentrisitas Tendon

em =h- 200mm - Ct em== 724.068mm

Estimasi berdasarkan kondisi tegangan akhir pada serat bawah

e = 724.068mm Ft= OMPa


Nilai awal Peff = 1 . kN

Given -Peff Peff·e Md1 + Msdl ML


-----+ +--=Ft
Ac Sb Sb Sbk

Pf2 = Find ( Peff)


Pf2 = 5467.24kN

Estimasi berdasarkan kekuatan batas penampang


Luas perkiraan kabel
Mu 3 2 Aps dapat otperolen
Aps = -------• Aps = 4.657 x 10 mm
qi [0.72fpu-(h + hslb)J dengan menggunakan
persamaan 4-14.
Pf3 = Aps · fpeff Pf3 = 4.851 x 103 kN dimana Mn= Mu/~ dan h
= h+hslb.

Hal. 3-19
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Gaya prategang efektif yang dibutuhkan

Pf = max ( ( Pf2 Pf 3 ) ) Pf= 5.467 x 103 kN


Pf 2
Aps = -- Aps = 5248.886 mm
fpeff

Menentukan jumlah strand

n strand = ceil ( -A-ps) n_strand = 54


- Ap1
2
Aps = n_strand -Ap1 Aps = 5292 mm

LANGKAH 6: MenghitungKapasitas Momen

Diameter tulangan Os= 16-mm <!> ~ 0.8

Luas per tulangan As1 = 0.25·1t -Ds2 As1 = 201.062mm2


Lebar tekan balok bt = be bt = 1.674 x 103 mm

Jumlah tulangan ns = 7 (trial and error)

Luas Total tul. tarik Ast = nsAst


2
Ast= 1407.434mm

Cover beton de= 40-mm

Lengan momen prategang komposit Ct= 904.732mm

dp =Ct+ hslb + em dp = 1848.8mm

Hal. 3-20
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Pe = fpeff. Aps Pe= 5512.147kN

fpeff=1041.6MPa ~ 0.5·fpu=930MPa .. OK!

maka: Nilai untuk y p 0.55 bila fpy/fpu ~ 0.8


f . 0.4 bila fpy/fpu ~ 0.85
~ == 0.9 0.28 bila fpy/fpu ~ 0.9
fpu
yp = 0.28
p1 = 0.85 if fc 5: 30-MPa
0.65 if fc ~ 55-MPa

0.85- 0.008·(~ - 30) if 30-MPa < fc s 55-MPa


MPa

p1 = 0.725
Aps
pp=• pp= 0.495%
Ack
pc= o COC =0
Ast
pt=• pt= 0.132%
Ack

fy
rot = pt·• rot = 0.012
fc

fps= fpu-[1 - .2'.!:. ·[pp· fpu +~·(cot - roe)]


p1 fc dp

fps= 1706.044MPa
fps
cop= pp-• rop = 0.185
fc

Hal. 3-21
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Lebar stress blok pada beton


(asumsi garis netral berada di flens)
Tps = fpsAps Tps = 9.028 x 1 3 kNo
Ts= Ast·fy Ts= 562.973kN
Bila asurnsi salah maka
Tps + Ts narus
a=---- a= 147.68mm < hslb = 220mm pendekatan
o.eseu diperhitungkan sebagai
( OK, asumsi benar) balok T. Lihat sub bab
4.2.2
Periksa Tulangan Maksimum

Berdasarkan ACI I NAVVY (untuk balok segi-4)


fps
cop = pp·- (J)P = o.185 < o.36·P1 = 0.261
fc
OK {jika prategang penuh)

d
cop+ -·(cot - roe)= 0.198 < 0.36·P1 = 0.261
dp OK (jlka baja tulangandiperhitungkan)

Notes : jika rasio tulangan < 0.36 p1 maka under-reinforced,


jika tidak maka over-reinforced.

d
OVER = "Y" if cop+-. ·(cot - roe)> 0.36·P1
dp
"N" otherwise

OVER= "N"

Berdasarkan AASHTO 3rd Edition 2004, Sec. 5.7.3.3

Kedalaman tulangan efektif pada penampang


Aps .fps·dp + Ast -fyd
de= -------- de= 1.857 m
Aps .fps + Ast ·fy
a
c =- c = 203.753 mm
P1
c < 0.42 OK.
- = 0.11
de

Hal. 3-22
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

c
OVER= if ->0.42·~1 OVER= "N"
de
"N" otherwise

Mn = Tps{ dp - ~)+Ast -fy{ d - ~)

Mn= 17102.525 kN -rn

LANGKAH 7: Periksa Momen Desain Ultimate


Momen Nominal Mn = 17102.525 kN -rn Periksa:

~·Mn= 13682.02 kN ·m > Mu = 10222.851 kN · m

check apakah ¢Mn > Mu jika ya --> OK

LANGKAH 8: Periksa Momen Desain Minimum Perlu


11 4
Ac= 699998.6 mm2 le= 3.052 x 10 mm

Pe= 5.512 x 103 kN

Tegangan tarik retak fr= 0.7.) fc-Mpa fr= 4.73 Mpa

Menghitung momen retak penampang

Tegangan serat bawah girder akibat beban layan total, Mt


-Pe Pe-e Mdl + Msdl ML
fakt = -- - -- + + --
Ac Sb Sb Sbk
fakt = -0.163 Mpa
Momen untuk meretakan penampang adalah

Mer = (fr - fakt) · Sbk + Mt

Mer= 9013.961 kN -m

Hal. 3-23
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Periksa rasio momen kapasitas terhadap momen retak


$·Mn > 1.2 ...OK!
-- = 1.52
Mer

3.3 Perencanaan Balok Terhadap Geser

Aturan perencanaan ini berlaku untuk balok prategang yang mengalami geser Vu,
momen lentur Mu dan aksial Pu, atau yang mengalami geser Vu, momen lentur Mu, aksial
Pu dan puntir Tu, dengan ketentuan memenuhi persyaratan untuk puntir jug a.

Analisis geser balok harus dilakukan dengan cara Perencanaan berdasarkan Beban dan
Kekuatan Terfaktor (PBKT).

Pada balok yang tidak prismatis atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan
kekuatan geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik atau tekan miring akibat
adanya variasi tinggi penampang.

3.3.1 Kekuatan Geser Batas Nominal

Kekuatan geser batas nominal Vn, tidak boleh diambil lebih besar dari jumlah kekuatan
geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan geser dalam penampang komponen
struktur yang ditinjau, yaitu:

3.3.2 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan Oleh Beton


Kekuatan geser batas beton Ve tanpa memperhitungkan adanya tulangan geser, tidak
boleh diambil melebihi dari nilai terkecil yang diperoleh dari 2 kondisi retak, yaitu retak
geser terlentur (Ve,) dan retak geser badan (Vcw), kecuali jika penampang yang ditinjau
mengalami retak akibat lentur, di mana dalam kondisi tersebut hanya kondisi retak geser
terlentur yang berlaku.
a). Kondisi retak geser terlentur
Kuat geser Ve; harus dihitung dari:

Hal. 3-24
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

di mana

6M" = z.( J;' + f~ - t,) = mom en retak dikurangi mo men berat sendirt.

~Vu = VuoL+ VusoL = geser total dikurangi geser berat sendiri.


~Mu = MuoL + MusoL = momen total dikurangi momen berat sendiri.
ZI) = I I Yb

tetapi v; tidak perlu diambil kurang dari ~ b u d.

b). Kondisi retak geser bagian badan

~ u- = V, + VP
di rnana:
Vi = gaya geser yang, bila dikombinasikan dengan gaya prategang dan
pengaruh aksi lainnya pada penampang, akan menghasilkan tegangan
tarik utama sebesar 0,33 . .J( pada sumbu pusat atau perpotongan
bagian badan dan sayap, mana yang lebih kritis, atau dapat diambil
sebesar:

V, = 0,3 (fl:+ J; )b,. d


Dimana:
fpc = menyatakan tegangan tekan rata-rata pada beton akibat gaya
prategang efektif saja, sesudah memperhitungkan semua kehilangan
gaya prategang
b; = lebar penampang geser
d = tinggi efektif penampang geser

Bila pada komponen struktur pratarik terdapat keadaan di mana penampang yang
berjarak h/2 dari tumpuan berada lebih dekat ke ujung komponen dari pada panjang
transfer tendon prategang, maka dalam perhitungan Vcw untuk kondisi retak akibat geser
badan digunakan nilai prategang yang direduksi. Gaya prategang dapat dianggap

Hal. 3-25
·····•·····

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

bervariasi dari nol pada ujung tendon sampai harga maksimum sebesar 50 kali diameter
(kawat untai) atau 100 kali diameter (kawat tunggal) pada titik sejarak panjang transfer
tendon.

3.3.3 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan o/eh Tu/angan Geser

Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser batas, Vs,
ditentukan dengan persamaan berikut :

a). untuk tulangan geser tegak lurus


A,f,.d
v = .
' s
b). untuk tulangan geser miring

. --·'------- --~
AJ, (sin a:+ cos a )d
v= - .
s
di mana a menyatakan besarnya sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal
komponen struktur, dan d adalah jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat
tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu diambil kurang dari 0,8h.
Dalam segala hal Vs tidak boleh melebihi (2-.J(/3) bv d.

3.3.4 Kekuatan Geser Batas Rencana

Kekuatan geser rencana harus diambil sebesar ¢Nn, di mana kuat geser batas Vn, dan ¢
adalah faktor reduksi kekuatan.

Untuk memenuhi syarat keamanan geser, kuat geser rencana harus diambil tidak lebih
kecil dari gaya geser batas (ultimit, atau gaya geser rencana terfaktor) Vu pada
penampang yang ditinjau akibat kombinasi pembebanan luar yang paling berbahaya.
¢V,, ~ V,,

3.3.5 Gaya Geser Maksimum Di Dekat Tumpuan

Hal. 3-26
Gaya geser batas atau gaya geser rencana terfaktor Vu dihitung dengan menggunakan
beban rencana batas seperti yang ditentukan pada Peraturan Pembebanan untuk
Jembatan.

Hal. 3-27
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Gaya geser maksimum di dekat tumpuan harus diambil sebagai gaya geser pada:
a). jarak h/2 dari muka tumpuan, jika tidak ada beban terpusat bekerja antara muka
tumpuan dan lokasi sejauh jarak tersebut, atau
b). muka tumpuan, jika retak diagonal akibat geser mungkin terjadi pada tumpuan
atau ber!anjut sampai pada tumpuan.

3.3.6 Tulangan geser minimum

Luas tulangan geser minimum adalah:

A, =Ui,J
Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan, tulangan
geser minimum dapat dihitung dengan persamaan di atas atau persamaan berikut:

A.=A",J""L
I 80 I, d v{A_b,,
3.3. 7 Persyaratan tulangan geser

Persyaratan untuk tulangan geser berikut ini harus diterapkan dalam perencanaan
geser:
Jika gaya geser rencana terfaktor Vu tidak melebihi kekuatan geser rencana balok
dengan tulangan geser minimum, Vu !5; ~Vnm1n, maka hanya perlu dipasang tulangan
geser minimum.

Syarat pernasangan tulangan geser minimum ini pada balok bisa diabaikan jika Vu $ ¢Ve
dan tinggi total komponen struktur tidak melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan
setengah lebar badan.

Ketentuan mengenai tulangan geser minimum ini dapat diabaikan bila menurut
pengujian yang mensimulasikan pengaruh perbedaan penurunan, susut, rangkak dan

Hal. 3-28
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

perubahan suhu yang mungkin terjadi selama masa layan, komponen dapat
mengembangkan kuat lentur dan geser nominal yang diperlukan.

Jika Vu> q,Vn.min, maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat geser batas Vs.
Jika gaya prategang lebih besar dari gaya geser rencana, Vp > Vu, maka gaya
geser rencana semula harus dimodifikasi menjadi Vu= 1,2 Vp -Vu awai dan untuk
perhitungan selanjutnya Vp dianggap nol.

Contoh 3.2-1 Merencanakan kapasitas geser balok T pada contoh 3.1.

Bentang l == 36 m

Penampang
Tinggi penampang h == 1.829 m
Lebar badan bw == 0.203 m

Ac == 7 x 105 mm2
Yt"' 904.732mm

3
Sb == 3.303 x 108 mm ----i
<!

2 L,1,
Pe= 5512.147kN Aps == 5292 mm dp = 1.849 m _.-1 _

Pe [. ,; J
fpe =- fpe = 1041.6MPa > 0.4fpu = 744MPa
Aps AASHTO TIPE VI

layout kabel mengikuti persamaan parabolik sebagai berikut:

ex(x) = u1 ·X 2 + ~\1 -x + y1

ul = -0.0022 m·1 [31 = 0.0805 y1 = 0 m

check ex(0.5L) "'0.724 m = em

Material

Faktor reduksi ~"' 0.75


Kuat tekan beton fc"" 45.65Mpa
Tegangan leleh tul. fy = 400Mpa

Hal. 3-28
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Beban
kN kN kN
Qgir; 17.5- Qsdl ; 16.226- QII; 8.755-
m m m
kN
OuoL ; 1.3·0gir OuoL = 22.75-
m
kN
QusoL = 1.3·Qsdl OusoL = 21.094-
m
kN
QuLL ; 2.2·011 0ULL = 19.261-
m
kN
Qu :c OuoL + OusoL + OULL Ou= 63.105-
m

kN
AOU ; OusoL + Qull A0u = 40.355-
m

Gaya-gaya dalam :
Saat beban layan be/um bekerja (geser hanya ditahan oleh girder saja)
beban konstruksi yang bekerja = 1 kN/m2

L (x)2]
MuoL(x) = OuoL· [ - -2-
2 ·X

Mu(x) =au.(~ ·x - ~2) Vu(x) = au{~ - (x)J

L
6Mu(x) = 60U· [2·X--2-
(x/] 6Vu(x) = 6Qu{~ - (x)j

Hal. 3-29
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Diagram momen
1.5 ·104

MuoL(x)
(kN·m)

AMu(x)
(kN·m)
1 ·104

/ /
/
,,,,.,. ~--
.. --------
<,
"-
"" '\
Mu(x) 5000 / ,· \
~N:_m) /_/ -. .. \
I,,- . ·. \
/.': ·· -. .\
Q""--------------------"'
0 10 20 30
x
Diagram Geser

Vuod x)
kN
tiVu(x)
kN
1000

0
-. .....

-- <;
··· ·· ·· :':':.~

--
-...:.;:_-~--- ..
......._
Vu(x) .........
<,
kN -1000

-2000 L.._ _,

0 10 20 30
x

Hal. 3-30
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

h x2 = 0.25L x3"' 0.35L


x1 = -
2 x2 = 9m x3 = 12.6m

Mom en
Mu1 = Mu(x1) Mu1 "'1012.272kN-m

Mu2 = Mu(x2) Mu2 = 7667.228kN-m

Mu3 = Mu(x3) Mu3 = 9302.903kN·m

Geser

Vu1 = Vu (x1) Vu1 "'1078.183kN

Vu2 = Vu (x2) Vu2 = 567.943kN

Vu3 = Vu (x3) Vu3 = 340.766kN

Jarak serat atas ke pusat prategang, dp


dp1 =YI+ ex(x1) dp1 = 0.976m

dp2 = Yt + ex(X2) dp2 = 1.448m

dp3 = Yt + ex (x3) dp3= 1.564m

Persyaratan Geser menurut ACI :

0.4-fpu = 744Mpa < fpe = 1041.6Mpa


dapat menggunakan metoda sederhana sebagai berikut :

Vudp _v_u_1_. d_p_1 = _


--<1 1 04
Mu - Mu1

Vu2 ·dp2 "'0.10?


Mu2

_v_u3_·_dp_3 =
0_057
Mu3

Hal. 3-31
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

vc1 = (_..!._
20
.J fc + 4.8-1.o) · Mpa
Mpa
vc1 = 5.138MPa

vc2=(_!_-J fc +4.8·0.107)·Mpa vc2 = 0.851 MPa


20 Mpa

vc3 = l_!_-J fc + 4.8·0.057)·Mpa vc3 = 0.611 MPa


20 Mpa

').. = 1 (untuk beton normal)

vc1 = 0.4- ')..-yfc- (Mpa) if vc1 > 0.4-1. -v fc-Mpa vc1 = 2.703Mpa
')._
2:. .J fc- (M Pa) if vc1 5 - ·V fc-(MPa)
6 6
vc1 otherwise

vc2 = 0.4-11. ·V fc-(Mpa) if vc2 > 0.4-'}.. -J fc-Mpa vc2= 1.126Mpa


A ')._
--yfc-(MPa)
6
if vc2 5 -
6
·V fc·(MPa)
vc2 otherwise

vc3 = 0.4·A ·V fc-(Mpa) if vc3 > 0.4) .. J fc-Mpa vc3 = 1.126 Mpa
')._ A
-6 ·V fc-(MPa) if vc3 5 --)
6
fc-(MPa)

vc3 otherwise

Saat beban layan bekerja

Hal. 3-32
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Pada titik 1: x1 = 0.914m

Vu1 = 1078.183kN > $ -vc'l-bwdpl = 402.167kN


maka diperlukan tulangan geser tidak minimum

Menentukan spasi, s Sact = 200mm (praktis)


' 0.75-h lJ'
~= min 600mm s"' 200mm
[[
Sact ;

Luas tul. minimum bw-s


Avmin = ---Mpa Avmin = 33.867mm2
3-fy

Menentukan luas tulangan geser, Av


Vu1 - vc1-bw·dp1 ) ·- s
Av1 = ( -- Av1"' 226.722mm2
~ fy-d

Luas tul. geser dia = 13· mm


2
Av1act = 0.25·11 ·d1. a2 · 2 Av1act= 265.465mm > Avminatau
Av1 .. OK!

~Vn 1 "'$ 'l( VC1·bW·dp1+ Av1act·fy·d) S $Vn 1 "'1193.702kN

Hal. 3-33
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Pada titik 2: x2 = 9m

Vu2 =- 567.943kN > $ ·VC2·bw-dp2=- 248.461 kN


maka diperlukan tulangan geser tidak minimum

Menentukan spasi, s sact = 250mm (praktis)

. 0.75,h JJ s = 250mm
s = min 605~:m
[[
Luas tul, minimum bws
Avmin = -- -Mpa Avmin = 42.333mm2
3-fy

Menentukan luas tulangan geser, Av


Vu2 ) s 2
Av2 = ( -- - vc2-bw-dp2 ·- Av2= 133.935mm
$ fy-d

Hal. 3-34
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Av2act·fy·dJ
$Vn 2 = $ · ( vcz-bwdpz +
5
$Vn 2 = 881.689kN

Pada titik 3: x3 = 12.6m

Vu3 = 340.766kN > $ ·0.5vc3-bw·dp3 = 134.171kN


maka diperlukan tulangan geser tidak minimum

Menentukan spasi, s Sact = 300mm (praktis)

s = 300mm

bws
Luas tul. minimum Avmin = -- · Mpa Avmin = 50.8 mm2
3.fy

Menentukan luas tulangan geser, Av


Av3 = ( --Vu3 - vc3,bw·dp3 ') .- s Av2 = 133.935mm
2
$ fy-d

Luas tul. geser dia = 1 D· mm

AV3act = 0.25-11 ·d1a.2 ·2 Av3act= 157.08mm


2
> Avmin atau

(
Av2 ..0K!

$Vn 3 =

4j)Vn (x) =
$ · vc3-bw-dp3 +

$Vn 1
=:
if Om < x s x2
5
$Vn 3 = 580.585kN

$Vn 2 if x2 < x s x3

$Vn 3 if x > x3

Hal. 3-35
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

kN
I
~Vn ( X)
kN

L
2

Hal. 3-36
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3.4 Daerah pengangkuranuntuk angkurprategang

3.4. 1 Angkur untuk komponen prategang pasca tarik

Tulangan harus dipasang untuk memikul gaya tarik yang tirnbul dari aksi dan
penyebaran gaya prategang pada daerah angkur.

Pada daerah pengangkuran harus dipasang tulangan untuk menahan gaya pemecah
(bursting), gaya pembelah (splitting), dan gaya pengelupas (spalling) akibat
pengangkuran tendon, kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa hal itu memang tidak
diperlukan.

Daerah dengan perubahan penampang mendadak harus diberi tulangan yang cukup.
Angkur, penyambung dan penutup akhir (end fitting) harus dilindungi secara permanen
terhadap karat.

3.4. 2 Pembebanan yang diperhitungkan

Pembebanan yang harus diperhitungkan meliputi:


a). semua beban pada angkur;
b). beban kritis selama pelaksanaan penarikan.

Bila jarak antara 2 angkur kurang dari 0,3 kali tinggi atau lebar total komponen, harus
dipertimbangkan pengaruh pasangan angkur yang bekerja sebagai angkur tunggal
ekivalen di bawah gaya prategang total.

Dalam menghitung pengaruh rencana harus digunakan nilai maksimum gaya prategang
selama transfer.

Jika angkur majemuk ditegangkan secara berurutan, gaya prategang total pada tiap
tahapan dapat dikurangi untuk mengantisipasi kehilangan pada tendon yang sudah
ditegangkan.

Hal. 3-37
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

3.4.3 Perhitungan gaya tarik sepanjang garis kerja gaya angkur

Resultan gaya pecah dari tegangan tarik melintang yang terjadi sepanjang garis aksi
gaya angkur besarnya tergantung pada gaya maksimum yang terjadi pada angkur saat
penegangan, dan perbandingan tinggi atau lebar pelat tumpuan angkur dengan tinggi
atau lebar prisma simetris.

Tinggi atau lebar prisma harus diambil yang terkecil dari:


c), 2 kali jarak dari pusat angkur ke permukaan beton terdekat pada bidang penampang
memanjang.
d). Jarak dari pusat angkur ke pusat angkur sekitarnya yang terdekat.

Tampak
atas

Tarnpak
samping

Gambar 3.3-1 Daerah Angkur Lokal dan Global

3.4.4 Jumlah dan distribusi tulangan

Untuk gaya pemecah {bursting) di mana tulangan tidak di dekat permukaan beton dan
ada tambahan tulangan permukaan, tegangan pada tulangan harus dibatasi
maksimum 200 MPa.

Untuk gaya pengelupas (spalling) di mana terdapat lapisan tulangan pada tiap sisi
komponen, tegangan pada tulangan permukaan harus dibatasi sampai 150 MPa untuk
mengontrol retak. Tulangan harus dianqkur dengan baik untuk menyalurkan tegangan
tersebut.

Tulangan harus didistribusikan sebagai berikut:

Hal. 3-38
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

Tulangan untuk gaya pemecah harus didistribusikan dari O, 1 h sampai 1,0h dari
permukaan yang dibebani.
a). Tulangan yang serupa harus dipasang dari bidang pada 0, 1 h sampai sedekat
mungkin ke muka yang dibebani. h harus diambil sama dengan tinggi atau lebar dari
prisma simetris. Tulangan yang dipasang untuk mencegah pemecahan juga dapat
digunakan untuk mencegah pengelupasan asalkan posisinya tepat dan dijangkarkan
dengan baik.
b). Tulangan untuk gaya pengelupas harus dipasang sedekat mungkin ke muka yang
dibebani dan konsisten dengan persyaratan selirnut beton dan pemadatan.
c). Pada tiap bidang yang sejajar dengan sisi yang dibebani, tulangan harus ditentukan
dari penampang memanjang dengan persyaratan tulangan yang terbesar pada
bidang tersebut, dan harus diperpanjang ke seluruh tinggi atau lebar daerah ujung.

3.4. 5 Angkur Untuk Komponen Prategang Pratarik

Pada daerah pengangkuran komponen pra-tarik, tulangan untuk gaya pemecah


umumnya tidak diperlukan.

Untuk mengontrol retak horisontal, sengkang vertikal yang dipasang harus menahan
minimum 4% gaya prategang total saat transfer. Untuk mengontrol retak vertikal
diperlukan sengkang horisontal dalam luas yang sarna, dan dipasang bersama-sama
sengkang vertikal jika diperlukan kontrol terhadap retak vertikal dan horisontal.
Sengkang ini diternpatkan sebagai tulangan pencegah pengelupasan (spalling
reinforcement) di sepanjang 0,25 kali tinggi (lebar) komponen dari muka ujung.
Tulangan harus direncanakan untuk menyalurkan tegangan sebesar 150 MPa.

3.4.6 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran

Harus diperhatikan tulangan yang diperlukan pada daerah tegangan tarik setempat
seperti pada sudut tak bertegangan (dead end), angkur internal, dan angkur luar.

Pada angkur internal, tulangan khusus harus dipasang untuk menahan 20-40% gaya
prategang dalam tendon.

Hal. 3-39
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

Bila digunakan angkur luar, selain tulangan untuk menahan gaya pemecah, diperlukan
tulangan tambahan untuk menahan tarik akibat kelengkungan tendon, menyediakan
sarnbungan geser ke kornponen utarna dan melayani penyebaran gaya prategang, serta
rnenahan tarik akibat eksentrisitas seternpat dari gaya prategang.

3.4. 7 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik

Jika tidak ada data pengujian yang cermat, panjang penyaluran Lp untuk pelepasan
berangsur diambil minimum sebagai berikut:

• 150 kali diameter untuk kawat baja (wire)

, 60 kali diameter untuk kawat untai (strand).

• (jp, - f J; ) d h 17 mm

Bila lekatan kawat untai tidak menerus sampai ke ujung komponen, dan bila akibat
beban kerja terdapat kondisi tarik pada beton yang awalnya mengalami tekan, maka
nilai panjang penyaluran di atas harus dikali 2.

3.4.8 Penyaluran tegangan tendon pasca tarik dengan pengangkuran

Pengangkuran tendon harus mampu menyalurkan kekuatan tarik fpu ke dalam tendon.

Angkur untuk tendon yang tidak terlekat harus mampu menahan kondisi pembebanan
berulang.

Hal. 3-40
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

4 KEHILANGAN PRATEGANG

4.1 Umum

Secara umum kehilangan prategang dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
1. Friksi (pasca-tarik saja)
2. Slip pengangkuran (Anchorage-seating)
3. Perpendekan elastik beton (Elastic-shortening)
4. Rangkak
5. Susut
6. Relaxation

Adapun penjelasan semua jenis kehilangan prategang ini dapat dijelaskan pada sub bab
selanjutnya.

4.2 Kehilangan Akibat Frfksi

Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

fa : fx e (nu+ Kl)

(CL. 5.9.5.2.2 AASHT0-2004)


Dimana
f0 = tegangan baja prategang pada saatjacking sebelum seating.
fx = tegangan baja prategang di titik x sepanjang tendon.
e = nilai dasar logaritmik natural naverian
µ = koefrsien friksi, bila tidak disebutkan dalam spesifikasi material nilainya dapat
dilihat pada Tabel 2-1 Koefisien Friksi
u = perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari titikjacking
K = koefisien wobble, bila tidak disebutkan dalam spesifikasi material nilainya
dapat dilihat Tabel 2-1 Koefisien Friksi
L = Panjang baja prategang diukur dari titikjacking.

Hal. 4-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

<[ i
Abut 1 Bent 2
I I
i
i

0.5 L., o.: L,


®
Gambar 4-1 Contoh Model Layout Tendon

Tabel 4-1 KoefisienFriksiuntuk tendonpasca-tarik(CL. 5.9.5.2.2 AASHT0-2004)


Type of Steel Type of Duct K m
Rigid and semirigig galvanized metal sheathing 6,6 x 10-7 0,15-0,25
Wire or strand Polyethylene 6,6 x 10-7 0,23
Rigid steel pipe deviators for external tendons 6,6x10-7 0,25
Hi_g_h strength bars Galvanized metal sheathing 6,6 x 10-7 0,30

Hal. 4-2
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Conteh Perhitungan:

CONTOH 4.1 Kehilangan Akibat Friksi

SOAL : Jembatan dua bentang box-girder yang ditarik di satu slsi,

't i
AbL11 3
Aw....1.._-
1 - 48 m ---~B·~ 42 rn
!

:
"\
•J:t ': --··"- .. Iui!<'~ti,'l l
.P'-'in1 ~1 yp·i
1.9

-·t-16 8 .,
(f.) @
4.8m 4.2m

DIBERIKAN:
Jumlah titik Analisis np = 7

Jumlah bentang nb = 2

Panjang Bentang Sbo = 48m Sb1 = 42m


(bentang pertama) (bentang kedua)

Hal. 4-3
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Material

Kabel Prategang
Jenis prategang Post = "Ya" (Post-tension)
Jenis baja Low_relax = "Ya"

Tegangan putus fpu = 1860-Mpa

Tegangan saat jack fpj = 0.75-fpu


fpj = 1.395 x 103 Mpa (maks.)

Tegangan leleh fpy = 0.85,fpu


fpy = 1581 Mpa

Modulus elastisitas Eps = 195000-Mpa

Koefisien friksi µ = 0.15 (panjang frame < 180 m)


1
Koefisien wobble K = 0.00066·•
m
L, " ja rak dari uiung

Layout kabel penarikan kabel terha•


dap titik yang dittinjau.
L\ = 0 Yp = 1.05 YP = elevasi kabel
0
Lx
1
= 19.2 Yp
1
= 0.305 terhadap serat terbawah
penampang.
L~ = 43.2 Yp
2
= 1.32

L~ = 48 Yp
3
= 1.52
Lx
,i
= 52.2 Yp = 1.32
4
L~ = 73.2 Yp
5
= 0.305
L\ = 90 Yp
6
= 1.05

Langkah 1 :Menentukan beda tinggi y dan beda jarak L

Array spasi i = O .. (np - 2) {bilangan 0, 1, .. ,s/d 5}

Li= Lx - Lx
1+1 I

Hal. 4-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN

Langkah 2 :Menghitung perbedaan sudut vertikal (radian)

a =
Segmen y (m) L (m) a = 2(y/L)
AB 0.745 19.200 0.078
BC 1.015 24.000 0.085
CD 0.200 4.800 0.083
DE 0.200 4.200 0.095
EF 1.015 21.000 0.097
FG 0.745 16.800 0.089

(y L)

Langkah 3: Menghitung rasio tegangan setelah friksi terhadap fo (= fp


Segmen µ a= 2(yfL) LO Wobble, K L LL µI:a + KI:L e -(µ[a. ~[l)

AB 0.150 0.078 0.078 0.00066 19.20 19.200 0024 0976


BC 0.150 0.085 0.162 0.00066 24.00 43.200 0.053 0.949
CD 0.150 0083 0.246 0.00066 4.80 48.000 0.069 0.934
DE 0.150 0.095 0341 0.00066 4.20 52.200 0.086 0 918
EF 0.150 0.097 0.437 0.00066 21.00 73.200 0.114 0.892
FG 0.150 0089 0.526 000066 16.80 90.000 0 138 0.871

Langkah4: Menghitung kehilangan tegangan akibat friksi

~fit--o-fx-o f -t: [1 -e -(µfo+KH)J (Rum us)


/
Mt= f0( 1 - Rt) 0

{bilangan 0, 1, .. ,s/d 6} 33.507


j=O .. (np-1)
71.798
Mr= 0 if j:::: 0
J Mt= 92.369 MPa
fpj-(1 - Rt. ) otherwise
J-1 114.4
150.208
\ 180.203

Langkah 5: Tegangan prategang subtotal setelah friksi

Hal. 4-5
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

fptj = fpj - Mt
J
j fptasal 6ft fpt
MPa MPa MPa
0 1395.000 0.000 1395.000
1 1395.000 33.507 1361.493
2 1395.000 71.798 1323.202
3 1395.000 92.369 1302.631
4 1395.000 114.400 1280.600
5 1395.000 150.208 1244.792
6 1395.000 180.203 1214.797

[ fpj Mt ]
(MPa) (MPa)

1400

fpt
----'--4 300
(MPa)
--
1200
0 20 40 60 80 100

Lx

4.3 Kehilangan Akibat Slip Pengangkuran

Kehilangan prategang yang disebabkan oleh slipnya baji-baji pada angkur saat gaya
jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada angkur saat gaya
jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada sistem prategang
yang digunakan, n ilainya bervariasi antara 3 - 10 mm. Nilai slip angkur 6 mm dapat
diasumsikan dalam perhitungan untuk pendekatan (CL. 5.9.5.2.1 AASHT0-2004).

Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan dengan
pendekatan rumus sebagai berikut :
2·d·X
M A =--
L

Hal. 4-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Di mana
.MA = kehilangan prategang akibat slip angkur
d = kehilangan akibat friksi pada jarak L dari titik penarikan.
x = panjang yang terpengaruh oleh slip angkur
L = jarak antara titik penarikarujackinq) dengan titik dimana kehilangan diketahui
.:1L = slip angkur , normalnya 6 mm s/d 9mm.

I
j
~1 i
i• ! I

c ·\
\Q.
,;::,
\f/
i
1

Gambar 4~2 Slip Angkur

2
CONTOH 4.2 Kehilangan Akibat Slip Angkur

SOAL: Hitung kehilangan akibat slip angkur pada contoh 2.1.


Diberikan:

Modulus elastisitas kabel Eps = 195000MPa


Besarnya selip pada angkur .:1L = 0.0095 m
Jarak ke titik yang diketahui L = Lo+ L1 L = 43.2 m
Kehilangan akibat friksi sejarak L d = L1ff2 d = 71.798MPa

Hal. 4-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Langkah 1 : Jarak yang terpengaruh oleh slip angkur, x

x = j Eps~Lll·L x = 33.386 m

Langkah 2: Kehilangan tegangan akibat anchor set

2·d·X
Ma=-• Ma = 110.975MPa
L

Langkah 3: Check tegangan pada posisi angkur setelah slip


(tegangan harus kurang dari 0.7fpu)

fp = fpj - Ma

fp"' 1284.025MPa < 0.7fpu = 1.302 x 103 MPa OK!

Langkah 4: Tegangan prategang setelah slip angkur


Tegangan di ujung fPuj = fpj - Ma
3
fPuj = 1.284 x 10 MPa

fpt2j = fPuj if j = 0

min(tptj, fPuj + Mti) otherwise

Redefinisi kehilangan akibat slip angkur

Ma = fpt - fpt2

Hal. 4-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

j fptasal L:i fa fpt


MP a MP a MP a
0 1395.000 110.975 1284.025
1 1361.493 43.961 1317.532
2 1323.202 0.000 1323.202
3 1302.631 0.000 1302.631
4 1280.600 0.000 1280.600
5 1244.792 0.000 1244.792
6 1214.797 0.000 1214.797

[ fpt Ma ]
(MPa) (MPa)

1400

-
'
1350 '
fpt
(MPa)
- - . - - 1300
-- fpt2
(MPa)
/
-- 1250

1200
0 20 40 60 80 100

Lx

4.4 Kehilangan Akibat Pemendekan Beton

Seton menjadi lebih pendek bila gaya prategang diaplikasikan. Bersamaan dengan
pemendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut kehilangan sebagian gaya
yang dibawanya.

Untuk beton prategang pasca-tarik kehilangan akibat pemendekan beton tidak ada bila
beton ditarik bersamaan. Bila tidak bersamaan kehi1angan prategang pada pasca-tarik
besarnya Y2 kali nilai pra-tarik.

Hal. 4-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

P, -+- - - - - - I.e'2.d<2!1_ - - - - - -+-P,


L I

Gambar 4-3 Pemendekan Seton


Gambar 4-3 mengilustrasikan pemendekan beton yang disebabkan bekerjanya gaya
prategang initial P;. Regangan yang terjadi adalah

6Es---
- ~ES - fc
----
- P,
L EC ACEC
Kehilangan tegangan akibat pemendekan beton dapat dihitung sebagai berikut:
p p
Jjf ES= 6Es Es = -'- Es = -' n = fcs n
Ac Ee Ac
Dimana
fcs = tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang.
n = nilai modular atau rasio Es/Ee

Jika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang dan berat
sendiri beton ikut diperhitungkan maka :
P,
fcs = -- A M,;-e
( l+-e2) +-
,.
2
r
1
r

Catatan:
fcs bernilai (-) bila menyebabkan tekan dan bernilai (+) bila menyebabkan tarik.

Hal. 4-10
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

3
CONTOH 4.3 Kehilangan Akibat Pemendekan Seton

SOAL: Hitung kehilangan akibat pemendekan beton pasca-tarik pada contoh 2.1.
a. Jika 2 tendon sekaligus dalam sekali penarikan
b. Jika 1 tendon dalam sekali penarikan
c. Jika semua ditarik bersamaan
Diberikan:

Mutu beton silinder fc = 60MPa


Modulus elastisitas beton (28hari) Ee = 4700-V fc-MPa
. Ee= 3.641 x 104MPa
Mutu beton saat transfer fci = 0.65-fc fci = 39MPa
Modulus elastisitas beton initial Eci = 4700-V fci-MPa
Eci = 2.935 x 104 MPa
Luas penampang 2
ACj = 6m
4
Momen inersia lcj = 3.764m

Garis berat bawah Yb. = 1.05m


J

t{zl:e"
Radius girasi r=

Berat isi beton -3


Ye= 24kN-m

Jumlah tendon ntd =4


Luas total kabel Aps = 7200mm 2

Langkah1 : Menentukan eksentrisitas kabel

ex = Yb. - Yp. -rn


J J J

Hal. 4-11
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

j Lx ex Catatan:
m m tanda (+) dibawah cgc
0 0.00 0.000
1 19.20 0.745
2 43.20 -0.270
3 48.00 -0.470
4 52.20 -0.270
5 73.20 0.745
6 90.00 0.000

( Lx : )

Langkah 2: Hitung Momen akibat berat sendiri

-1
Qd = 144 m kN
1 Qd 2
Mo(x) = - ·Od·Lb·x - - -X
2 2
j Lj Mo
m kN m
0 0.00 0.00
1 19.20 39,813.12
2 43.20 14,929.92
3 48.00 0.00
4 52.20 11,430.72
5 73.20 30,481.92
6 90.00 0.00

Langkah 3: Tegangan pada beton di level prategang


Gaya prategang saat transfer
(nawymembolehkan reduksi 10% , Pi = 0.9Pj)
Pi = fpjAps Pi= 10044kN '1.674'
-4.725

fcs .;'
J Acj
+ hJ21-
(rj)2
Mo,
le J
e~ fcs =
2.939
2.263 MPa
2.688
Catalan:
untuk losses tegangan tekan yang -2.878
menyebabkan losses)
-, 1.674

Hal. 4-12
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Langkah 4: Kehilangan tegangan pada beton pra-tarik


Eps
n=- n = 6.644
Eci

MES_pre = n·fcs (kehilangan pemendekan total


bila terjadi pada pra-tarik)

Langkah 5: Kehilangan tegangan pada beton pasca-tarik


Untuk pasca tarik yang ditarik tidak bersamaan,
dengan kondisi penarikan sebagai berikut:

a. Masing-masing penarikan per 2 tendon.

ntj = 2
. ntd
jumlah penarikan nJ =•
ntj
nj =2
' 5.561 "
nj -15.696
i-1

i 1
I= nj - 1 9.764

MES_post = ---- ·MES_pre MES_post = 7.519 MPa


nj
8.931
-9.561
, 5.561

b. Masing-masing penarikan per 1 tendon.

ntj = 1
ntd
jumlah penarikan nj =• nj =4
ntj / 5.561
nj -15.696
i -1
I
i =1
nj - 1 9.764

MEs_post = ---- ·MES_pre MEs_post = 7.519 MPa


nj
8.931
-9.561
, 5.561

Hal.4-13
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

c. Penarikan semua tendon sekaligus


ntj = ntd ntj = 4
. ntd
jumlah penarikan nJ =• nj = 1
ntj /0
nj 0
i- 1
I
i = 1
nj - 1 0
MEs_post = -----·MES_pre MES_post = 0 MPa
nj
0
0
Kehilangan akibat pemendekan
\. 0 I
MES = MES_post if Post= "Ya"
MES_pre otherwise

Hal. 4-1414
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Tegangan prategang setelah pemendekan

fpt31 = fpt2j - MES.


J
j fplasal ~fEs fpt
MP a MPa MP a
0 1284.025 0.000 1284.025
1 1317.532 0.000 1317.532
2 1323.202 0.000 1323.202
3 1302.631 0.000 1302.631
4 1280.600 0.000 1280.600
5 1244.792 0.000 1244.792
6 1214.797 0.000 1214.797

( fpt2 MES)
MPa MPa

1.35 ·109

fpt2
- ... ~ -
1.3 ·109
/
fpt3
--1.25·109

12 ·109
0 20 40 60 80 100

Lx

Hal. 4-1515
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

4.5 Kehilangan Akibat Susut Beton

Bila tidak terbenam dalam air terus menerus (kondisi kelembaban 100%), beton akan
kehilangan kebasahannya (moisture) dan berkurang volumenya. Proses ini disebut
sebagai penyusutan beton. Besarnya penyusutan beton dapat bervariasi dari nol
(terbenam dalam air) sampai 0,0008 untuk penampang tipis yang terbuat dari agregat
dengan penyusutan tinggi dan tidak dilakukan curing dengan baik.

Besarnya susut beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


• proporsi campuran
• jenis agregat
• rasio wlc
• jenis semen
• jenis dan waktu curing
• ukuran dan bentuk, atau rasio volume terhadap permukaan ( V/S)
• kondisi lingkungan. kelernbaban rata-rata di lokasi jembatan

Rumus urnum kehilangan tegangan akibat susut berdasarkan PCI (Prestressed


Concrete Institute) dituliskan sebagai berikut :

M,n =8.2·10-6 ·Ks11 . e; -(1-0.006· ~)-(100-RJ

Dimana:
Ksh = konstanta yang bernilai 1 untuk pretension. Adapun untuk post-tension
nilainya diberikan pada tabel dibawah ini.
Eps = Modulus elastisitas baja prategang. [ MPa]
Rh = kelembaban relatif. [ % J
V/S = volume/ luas permukaan. [ inciJ

Tabel Ksh untuk pasca-tarik.


hari 1 3 5 7 10 20 30 60
Ksh 0.92 0.85 0.8 0.77 0.73 0.64 0.58 045

Hal. 4-1616
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Kehilangan akibat susut untuk kondisi standar bisa juga dihitung sebagai fungsi waktu
dengan persamaan lainnya. Cara seperti ini dapat dilihat pada persamaan di bawah ini
sebagai berikut:

a. Perawatan kondisi basah (moist-curing), setelah 7 hari

Msh =(-t-·0.51·10-
35 + t 3)·K
s
·K h ·E ps

b. Perawatan stream-curing, setelah 1 sampai dengan 3 hari.

Msh =(-t-·+0f.56-10-3)-K ·K h ·E
55 s ps

Dimana:
= waktu (hari)
Eµs = Modulus elastisitas baja prategang. { MPa]
Msh = Kehilangan akibat susut { MPa]
Ks = faktor ukuran, ditentukan dalam gambar 2-4, atau persamaan berikut

26-e
oo142{f) +t
.(1064-3.?0·svJ
K s (t) :=
923
45+!

Catatan : V/S dalam [ mm ] dan t caiam I hari J

K11 = faktor kelembaban, ditentukan dalam tabel 2-4 atau persamaan berikut

140- H
K h := if H < 80
70
3·(100-H)
if H ~ 80
70

Dimana:
H = kelembaban relatif (%)

Hal. 4-17
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

OL--'--1.--'L--"'--'-......., ..,... . ._........_~~


1 2 S 10 100 1000 10000
drying time (dayi)

Gambar 4-4 Faktor Ks

Tabe.14-3 Faktor Kh
Average Ambient Relative Humidity
Kh
%

40 1.43
50 1.29

60 1.14

70 1.00
80 0.86
90 0.43
100 0.00

Hal. 4-18
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

4
CONTOH 4.4 Kehilangan Akibat Susut Beton

SOAL : Hitung kehilangan akibat susut beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan
menggunakan :
a. Metoda PC I
b. Metoda AASHTO
Diberikan:

Jenis prategang Post = "Ya" (Post-tension)


Jenis curing Moist = "Ya" (moist curing)
Waktu setelah curing t = 14 (hari)
Kelembaban relatif Rh = 70 (%)
Asumsi: S=1 (Luas permukaan yang terekspos)

V = 2-S V == 2 (Volume beton)

Langkah 1 : Hitung Kehilangan akibat Susut Seton

a. Rumus PCI (Metoda Ksh),

Ksh bernilai 1 untuk pratarik,


adapun untuk Pasca-tarik lihat label dibawah

Ksh ~..--~-,~--,.---:c..----,,..-~~~,...-~~-=--:-..---,,=
I t (hari) I 11 31 51 71 101 201 301 601
I Ksh I 0.921 0.851 0.81 0.771 0.731 0.641 0.581 0451

Ksh = 0.694
6
Llfsh_1 = 8.2-10- · Ksh -Eps{ 1 - 0.006·: }( 100- Rh)

Msh_1 = 32.892 MPa

b. Rumus AASHTO

Hal. 4-19
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Msh_2 • , ( 117 - 1.03Rh)MPa if Post « "Ya"

(93 - 0.85·Rh)·MPa otherwise

Msh_2 = 33.5MPa

Mshi = max(Msh_1 , Msh_2)

max(Msh_1 ,Msh_2) = 33.5MPa

Langkah 2: Tegangan prategang setelah susut

fpt4j = fpt3j - Msh.


J

j fptasal 6 fsh fpt


MP a MP a MPa
0 1284.025 33.500 1250.525
1 1317.532 33.500 1284.032
2 1323.202 33.500 1289.702
3 1302.631 33.500 1269.131
4 1280.600 33.500 1247.100
5 1244.792 33.500 1211.292
6 1214.797 33.500 1181.297

[ fpt3
(MPa)
Msh
(MPa)
J
1350
.. . - - - -
. ,-·- '
1300 . . -
fpt3 ..
(MPa)
- - .. - - 1250
fpt4
./ ' -
'
(MPa)
-- 1200

1150
0 20 40 60 80 100

Lx

Hal. 4-20
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

4.6 Kehifangan Akibat Rangkak Beton

Pada bab awal telah diterangkan mengenai kurva tegangan-regangan beton. Kurva
tersebut sangat tergantung pada besarnya pernbebanan dan time-history pembebanan.
Bila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara konstan sehingga
regangan beton rneningkat, maka peristiwa ini disebut rangkak.
Regangan atau deformasi pada beton umumnya disebabkan oleh 3 hal yaitu susut,
rangkak dan beban itu sendiri. Regangan akibat susut dan rangkak disebut regangan
fungsi waktu (time-dependent), sedangkan regangan akibat beban disebut regangan
seketika. Komponen regangan ini dapat dilihat pada gambar 4-5.

c
-~
u5

tsh(t)-susut

Gambar 4-5 Regangan vs waktu untuk specimen dibawah tegangan konstan

Regangan susut mulai terjadi sesaat setelah pengeringan dimulai pada waktu ~
(seketika setelah setting atau pada akhir moist curring). Regangan susut terus
meningkat seiring dengan penambahan waktu. Saat tegangan pertama diaplikasikan

Hal. 4-21
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

pada to, tegangan ini menyebabkan lonjakan regangan secara seketika dalam diagram
regangan yang langsung diikuti pula oleh regangan rangkak.
Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung dengan menggunakan
rumusan dari AASHTO (CL. 5.9.5.4.3 AASHT0-2004) sebagai berikut:

Mer= 12.fcs - 7.Mcdp ~ 0,0

Catatan

fcs = tegangan beton di level pusat prategang


Mcdp = perbedaan tegangan beton di level pusat pratekan akibat beban permanen
dengan pengecualian beban yang bekerja saat gaya pratekan diaplikasikan

5
CONTOH 4.5 Kehilangan Akibat Rangkak Seton

SOAL : Hitung kehilangan akibat rangkak beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan
menggunakan :
a. Metoda AASHTO
b. Metoda ACI-ASCE
Diberikan:

Jenis prategang Post= "Ya" (Post-tension)

kN
Beban mati superimposed Qsd = 5.5-
m

Langkah 1 : Momen akibat superimposed


Mso (x) adatah momen
Beban mati superimposed akibat beban mati
superimposed yang
kN
Qsd = 5.5- didefinisikan sebagai
m fungsi terhaoap jarak x
dari ujung penarikan.
1 Qsd 2
Mso(x) = --Qsd-Lb·x---x
2 2

Hal. 4-22
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

j Lx Mso
m kN m
0 0.00 0.00
1 19.20 1,520.64
2 43.20 570.24
3 48.00 0.00
4 52.20 436.59
5 73.20 1, 164.24
6 90.00 0.00

( Lx -M- SD)
kN·m

Langkah 2: Tegangan akibat superimposed


f,.., = tegangan akinat
Mso I be ban mati supenrn-
fcsd. = --·ex posed di level tendon
I ICj I prategang.

Mcdp. = fcs - fcsd.


J I I
'·· = tegangan akibat
beban mati berat sendiri
balok di level tendon
j fcs fcsd 6. fcdp prategang.
MP a MP a MP a
0 1.674 0.000 1.674
1 -4.725 0.301 -5.026
2 2.939 -0.041 2.980
3 2.263 0.000 2.263
4 2.688 -0.031 2.720
5 -2.878 0.230 -3.109
6 1.674 0.000 1.674

(~
MP a
f csd )
MPa

Hal. 4-23
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Langkah 3: Menghitung kehilangan tegangan akibat rangkak

/
8.37 '
-21.519
Rumus AASHTO
14.411
Mer. = 12·fes. - 7·Medp. Ater= 11.317 MPa ·
J J J
13.223
-12.778
8.37
'
Rumus ACI-ASCE

Ker= 12 if Post « "Ya"


1. 6 otherwise r 14.346 "

-43.073
Ker= 1.6
25.542
Eps )
Mer= Ker·- ·(fcs - fesd Mer= 19.398 MP a
Ee
23.309
-26.641
, 14.346

Langkah 4: Tegangan prategang setelah rangkak

fpt5j = fpt4j - Mer.


J

Hal. 4-24
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

j fptasal 6fcR fpt


MP a MP a MP a
0 1250.525 14.346 1236.179
1 1284.032 -43.073 1327.106
2 1289. 702 25.542 1264.160
3 1269.131 19.398 1249. 733
4 1247.100 23.309 1223.791
5 1211.292 -26.641 1237.933
6 1181.297 14.346 1166.951

( fpt4 Ater )
MPa MPa

1.4-109

fpt4
1.3·109
. . - .. - .
fpt5 ~ '· - ' ..
--1.2-109 .'
1.1 ·109
0 20 40 60 BO 100

Lx

4. 7 Kehilangan Akibat Relaksasi

Relaksasi baja prategang harus diperhitungan sebagai faktor yang mempengaruhi


kehilangan gaya prategang. Besarnya kehilangan relaksasi tidak hanya tergantung pada
lamanya waktu diaplikasikan gaya prategang, tetapi juga berdasarkan rasio fptfpy
tegangan awal (initial) dengan tegangan leleh tulangan prategang. Jika tidak ada
perhitungan yang lebih teliti, maka kehilangan tegangan dalam tendon akibat relaksasi
baja prategang harus diambil sebesar :

M = r(log(t 2 )- log(t,)). (~ -0.55) untuk baja stress-relieved, atau


r "' 10 fPY

M, a t: cog( t' ~~log( I' ) ) { ;: - 0 .55) unlu k baja low-relaxalion.

Hal. 4-
2525
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN
Dimana:
t2, t, :;:; waktu akhir dan awal interval [ jam )
fp; :;:; tegangan awal baja prategang [ MPa ]
Mr :;:;
Kehilangan akibat relaksasi [ MPa J

6
CONTOH 4.6 Kehilangan Akibat Relaksasi

SOAL: Hitung kehilangan akibat relaksasi pada contoh 2.1 dengan kondisi sebagai
berikut:
a. tahap I, saat transfer gaya prategang
b. tahap II, saat beban superimposed diletakan
c. tahap Ill, setelah 2 tahun beban superimposed diletakan.
Diberikan:

Jenis baja prategang: Low_relax = "Ya"

Tahap I, saat transfer

Lama hari sebelum transfer t1 = 18 (hari) to= 1

Kehilangan akibat relaksasi saat transfer

. ( log(t1 -24) - log(to}) ( fpj )


fpJ· · - - 0.55 if Low_relax,;,. "Ya"
10 fpy

_ ( log(t1 -24) - log(to)) ( fpj )


fpj- · - - 0.55 otherwise
40 fpy

Mr1 = 30.547MPa

Tahap II, saat superimposed diletakan

Kehilangan setelah umur 30 hari t2 = 30 (hari)

Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari

Hal. 4-
2626
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

·(log(t2·24)-1og(t1-24))(fpj )
Mr2 = fpJ· · - -0.55 if Low_relax * "Ya"
10 fpy

. ( log(t2·24) - log(t1 ·24)) ( fpj )


fpJ· · - - 0.55 otherwise
40 fpy

Mr2 = 2.571 MPa

Tahap Ill, setelah 2 tahun superimposeddiletakan

Kehilangan setelah umur 2 tahun t2 = 365-2 (hari)

Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari

·(log(t2·24)-1og(t1·24)) (fpj )
fpJ·
10
· -
fpy
- 0.55 if Low_relax * "Ya"
. ( log(t2·24) - log(t1 ·24)) ( fpj )
fpJ· · - - 0.55 otherwise
40 fpy

Mr3 = 16.067 MPa

Tegangan akhir prategang setelah relaksasi

Mr= 49.186MPa

fpt6j = fpt5j - Mr

Hal. 4-27
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

j fp!asal L:ifcR fpt


MP a MP a MP a
0 1236.179 49.186 1186.993
1 1327.106 49.186 1277.920
2 1264.160 49.186 1214.974
3 1249.733 49.186 1200.547
4 1223.791 49.186 1174.605
5 1237.933 49.186 1188.747
6 1166.951 49.186 1117. 765

( fpt5
MP a
~)
MPa

1.4·109

•,
'
fpt5
..... 1.3·109
'

fpt6
.

--
.!P.14-1.2·109 . ·.
~
1.1-109
0 20 40 60 80 100

Lx

4.8 Kehilangan Total

Perhitungan jumlah keseluruhan kehilangan prategang antara pra-tarik dan pasca-tarik


sangat berbeda, karena perbedaan metoda yang dipakai. Total kehilangan untuk
masing-masing dapat dihitung sebagai berikut:
(i) Pra-tarik

Dimana:
,1f r = total kehilangan [ MP a J
,1fEs = kehilangan akibat pemendekan beton [ MPa ]
,1f, = kehilangan akibat relaksasi [ MPa ]

Hal. 4-28
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

L1fcr, ,1f sh = kehilangan akibat rangkak dan susut [ M Pa ]

(ii) Pasca-tarik

Dimana:
,1fr = total kehilangan [ MPa ]
,jfA = kehilangan akibat slip angkur r MPa ]
Llf, = kehilangan akibat friksi [ MPa ]
LJfEs = kehilangan akibat pemendekan beton, pada pasca-tarik tidak ada jika
tendon ditarik secara simultan [ MPa ]
L1fc, ,,1f sh = kehilangan akibat rangkak dan susut [ MP a ]

4
CONTOH 4.7 Kehilangan Total

SOAL: Hitung kehilangan total pada contoh 2 .1:

Berdasarkan perhitungan pada contoh 2.1 s.d contoh 2.5 dapat dihitung
kehilangan total sebagai berikut.

MtotJ = Mt.+ Ma.+ MEs. +Mr+ Mer.+ Msh if Post= "Ya"


J J J J J
MEs. +Mr+ Mer.+ Msh otherwise
J J J

Mtot= MPa
0
0 208.007
1 117.08
2 180.026
3 194.453
4 220.395
5 206.253
6 277.235

Hal. 4-29
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN

Persentase kehilangan total terhadap fpj

.Mtot
%
fpj 0
0 14.911
1 8.393
2 12.905
3 13.939
4 15.799
5 14.785
6 19.873

Hal. 4-30
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5 ANALISIS STRUKTUR

5.1 Umum

Pada struktur statis tertentu deformasi penampang individual dapat terjadi tanpa
memperhitungkan kekangan di perletakan dan gaya dalam dapat ditentukan dengan
prinsif statis biasa.

Adapun pada struktur statis tak tentu gaya dalam sangat tergantung pada kekakuan
relatif member terhadap kekakuan individual lainnya. Dalam analisis struktur statis tak
tentu, kompatibilitas geometrik perlu ditambahkan dalam persamaan keseimbangan.

5.2 StrukturStatis Tertentu (ST)

Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
persamaan keseimbangan biasa untuk memperoleh gaya-gaya dalam. Oimana bilangan
yang tidak diketahui harus memenuhi 3 persamaan sebagai berikut:
.rM=O,
.rv = 0, dan
.[H = 0

Hal. 5-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Analisa Struktur Balok Sederhana (Simple-Beam)

ll II II II 1111111111111111 !I II II llll llriftf ii + q

~+---i:
----(
b
Diketahui:
P:= 525kN (setelah semua losses)
kN
q:=7-
m
e0:= 200mm

b := 300mm h:= 600mm


Modulus elastisitas beton Ee := 2500m4Pa

le= 5.4 x 10-3 m4


1 3
Momen inersia /c:=-·b·h
1.2

1. Mencari kebutuhan gaya prategang, P (optimum)

Besarnya P dapat diperoleh dari 2 buah persarnaan lendutan pada tabel 3.3a sub bab 3.6

Simple span dengan beban rnerata: 5 wf4 w=q


~:::--
384 El

Simple span dengan bentuk parabolik: ~=


[
e +-5(e -e)
e 6 c e
J -pBEi
·p2

Oengan memasukan nilai e0 := o ec := e0 maka diperoleh

Popt= 630kN

Hal. 5-2
······-·· ...

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

2, Mencari beban merata ekivalen dengan gaya P aktual

kN
qp = -5.833-;;

3. Menghitung Gaya Dalam


Akibat q

Momen: Mq(x) =q-:L : -21-q-x 2

Geser: Vq(X) := z-
q-L
qx

Akibat qp

qp·L 1 2
Momen: Mqp(x) :=-2--x -
2-qp·X
qp·L
Geser: Vqp(x) := -2- - qp·X

4. Menghitung lendutan

/1. (x) :=
qx ( 3 2
· L - 2-L-x + x
3) I'. (O.SL) ;; 14mm
24-Ec-lc

6 (x) :=
qp·X ( 3
· L - 2-L-x
2
+ x
3) l'.p(0.5L) =-11.667mm
P 24-Ec-lc

Hal. 5-3
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Diagram momen

x
Diagram Geser

Vq(x) 2
kN

vqp(x)

kN - 2

-4

-6

Hal. 5-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5.3 StrukturStatis Tak Tentu (STT)

Seperti di beton bertulang dan material struktural lainnya, sistem menerus dapat dibuat
dari elemen horizontal seperti balok yang disatukan dari ujung ke ujung dengan
memberi perletakan intermediate/antara pada setiap bentangnya atau menambah kaki
pada sistem rangka. Seiring dengan pengurangan momen dan tegangan pada midspans
melalui perancangan sistem menerus rnenghasilkan bentuk penarnpang yang lebih kecil
dan lebih kaku dibanding struktur perletakan sederhana dengan bentang dan beban
yang sama. Disarnping itu struktur menerus menghasilkan lendutan atau defleksi yang
lebih kecil. Akhirnya sebagai konsekuensi. struktur yang lebih ringan dengan pondasi
yang lebih ringan pula diharapkan dapat menekan ongkos material dan konstruksi.
Sebagai tambahan juga, stabilitas struktural dan ketahanan lateral dan longitudinal pada
urnumnya meningkat dengan sistem menerus. Sebagai hasilnya, perbandingan span-to•
depth dapat ditingkatkan. tergantung pada jenis sistem menerus yang dipertimbangkan.
Struktur flat plates, dapat menggunakan perbandingan span-to-depth 40 - 45,
sedangkan balok box girder mencapai 25 - 30.

Suatu keuntungan tambahan lagi dari sistem menerus adalah penghapusan angkur
pada perletakan intermediate dengan cara melakukan post-tensioning menerus atas
beberapa span sekaligus. dengan demikian mengurangi lebih lanjut ongkos material
dan tenaga kerja. Seton pra tekan rnenerus secara luas diterapkan dalam konstruksi

Hal. 5-5
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

jembatan berbentang panjang. Jembatan box girder kantilever yang dibuat secara
segmental, secara luas banyak digunakan di eropa.

Aplikasi jembatan dengan tendon menerus dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

centroidal ax is / P'."""'ing tendon •

F-~?;>--&::::=-~
7

tendon 3#7;hor.oge and coupling

----E-.---==~
(d)
·=~:=-~-
. ?:"--. +- i
prestressing tendons

Gambar 5-1 Kurva tegangan-regangan 7-wire stress-relieveddan low relaxation (Nawy,


1996)

Hal. 5-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5.3.1 Kerugian Kontinuitas Prategang

Ada beberapa kerugian bila struktur dibuat menjadi sistem menerus:

1. Kehilangan friksi menjadi lebih tinggi dalam kaitan dengan jumlah tekukan yang lebih
banyak dan tendon yang lebih panjang.
2. Pertemuan momen dan geser besar di bagian perletakan, yang mengurangi
kekuatan momen pada potongan itu.
3. Momen dan gaya lateral yang berlebihan di dalam kolom penyangga, terutama jika
dihubungkan secara kaku dengan balok. gaya ini terjadi oleh karena pemendekan
elastis sepanjang balok di bawah gaya prategang.
4. Efek tegangan sekunder yang lebih besar berkaitan dengan adanya penyusutan,
rangkak, variasi temperatur. dan penurunan perletakan.
5. Momen sekunder dalam kaitan dengan reaksi di kolom penopang disebabkan oleh
gaya prategang.
6. Pembalikan momen yang serius mungkin saja terjadi dalam kaitan dengan
kombinasi pembebanan tertentu.
7. Adanya momen tambahan di perletakan interior yang memerlukan penulangan
tambahan, yang mungkin tidak diperlukan bila menggunakan sistem perletakan
sederhana.

Hal. 5-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5. 3. 2 Metode Perhitungan

Penyelesaian analisis struktur statis tak tentu dapat ditempuh dengan bermacam•
macam cara, beberapa cara diantaranya yang cukup mudah dan sederhana adalah
dengan cara persamaan 3-momen dan distribusi momen cross. Kedua metoda ini akan
dibahas pada uraian selanjutnya di bawah ini.

5.3.3 Teorema 3 Momen (Clapeyron)

Metoda 3-momen sangat efektif untuk menghitung momen lentur pada struktur dengan
lebih dari 3 perletakan yang berturutan. Konsep perhitungan 3-momen dapat
dikategorikan sebagai metoda gaya (force methode). yaitu menggunakan momen
perletakan (di tengah) sebagai redundan sehingga balok dapat dianalisis sebagai balok
di atas dua perletakan sederhana. Ambil dua span bentang menerus yang berturutan AB
dan BC seperti dapat dilihat pada gambar 5.2. Gunakan momen tengah Mb sebagai
redundan dengan membayangkan terdapat sendi engsel (hinges) dimana Mb berada.
Kemudian, aplikasikan Mb pada hinge dan momen lainnya Ma dan Mc. Arah positif
adalah momen yang menekan serat atas lihat gambar 5.2c. Gunakan momen area
methode untuk menghitung putaran sudut eba dan ebc akibat beban luar dan momen
redundan:

ob ::: 6 AB
a L
= !..
L
·I b Mx -x dx
El
a (Pers.5.1)

(Pers. 5.2)

Hal. 5-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

eb c = t, CB
L
= !.. ·Jb
L
Mx ·X dx
El
c (Pers. 5.3)

(Pers. 5.4)

Untuk konsistensi deformasi struktur :

eba + 9bc =0
(Pers. 5.5)

Dengan menyelesaikan persamaan di atas, maka dapat disusun persamaan 3-momen


berikut:

(Pers. 5.6)
Dimana:
: mornen-momen pada 2 bentang yang berturutan. (lihat gambar 5.2)
: luas diagram momen pada bentang 1 dan bentang 2 akibat gaya luar
dengan masing-masing span dipertimbangkan sebagai perletakan
sederhana (simple span).
: jarak titik pusat luasan A 1 dan A2 pada metode momen area.
: Panjang bentang 1 dan bentang 2.
: Kekakuan batang yang terdiri dari modulus elastisitas dan momen
inersia pada bentang 1 dan bentang 2.

Hal. 5-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

El,, L,
a. Bentang interior menerus yang berturutan

<> ------
x, X2
b. Diagram momen akibat beban luar pada balok perletakan sederhana
(redundan M~ dihilangkan)

c. kurva elastis dengan hinge diletakkan dimana momen redundan dihilangkan

d. Diagram momen akibat redundan

Gambar 5·2 Teorema tiga momen

Aplikasi perhitungan analisis struktur dengan metoda 3-momen dapat dilihat pada
contoh sebagai berikut

Hal. 5-
1010
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

v
Analisis Struktur Balok Menerus
CONTOH 5.1
Metoda 3-Momen (Clapeyron)

SOAL : Berikut ini adalah contoh perhitungan analisis struktur tiga bentang dengan
panjang bentang dan beban merata seragam untuk seluruh bentang. Gaya dalam untuk
kasus seperti ini dapat diperoleh dengan persamaan tiga momen maupun koefisien momen
pada lampiran 8.1 manual ini.

Ii Iii I iii Iii i I ltiiti ii i~I I l~~ili~l~~:,~tii ti!i I i!iiii !ti!i !iii! ltiliii Iii Ii Iii i !i Ill I Ii ii I Iii! Iii! 11!1 I i!i 1111 Ii ii ti! I ti! ii
A B c D

L1=30 g
t Rb
L2=30
r Re
L3=30
Rd 1
I

Diketahui:

Modulus elastisitas beton Ee := 2500C1'APa


4
Momen inersia le:= 0.5-m

P :: 525kN (setelah semua losses)


kN
w:= 10·•
m
4
11 := 1c 11 = 0.5m

4
L2:= 30m 12 := 1c 12 = 0.5m

L3:= 30m

Hal. 5-11
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

1. Menuliskan persamaan mornen sepasang span yang bersebelahan

j Tinjau span 1 dan 21

I Tinjau span 2 dan 3 I

2. Menentukan batasan-batasan (bounda(YJ dan rnomen


perletakan yang tak diketahui

Karena Ma=O dan Md=O maka persamaan akan diserhanaan lagi


sehingga dapat diselesaikan ( 2 unknown dan 2 persamaan)
sebagai berikut:

j Tinjau span 1 dan 21


2·Mb·(:..!_ + L2) +
11 12
Mc·( L2):::
12
~ ·( w-L/ +
4 11
w-L12/l

Persarnaan diatas dapat disederhanakan kembali dengan mengalikan ruas


kiri dan kanan dengan nilai lnersia, le sehingga persamaan menjadi sebagai
berikut:
Mb:~ 1-kN-m Mc-» 1,kN-m

Given

2-Mb·60m + Mc-30m = -1.35x 105 m2 kN

Mb-30m + 2Mc·60m = -1.35x 105 m2 kN

. -900)
Find(Mb.Mc)= -kN-m
( -900

Hal. 5-12
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Nilai ini menunjukkan hasil yang sama dengan koefisien


momen pada Lampiran 6.1

Mb= -900-kN·m

Mc= -900-kN·m

3. Menentukan reaksi perletakan

M8:=0kN-m Md:=OkN-m

Rab= 120-kN

Rba = 180-kN

w L2 Mb -Mc
Rbc:=-2- - L Rbc = 150-kN
2

w-L2 Mb - Mc
Rcb :=-2- + L Rbc = 150-kN
2

Red= 180-kN

Rdc = 120-kN
Ra:= Rab Ra= 120-kN

Rb := Rba + Rbc Rb= 330-kN

Re= 330kN

Rd= 120-kN

Hal. 5-13
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Nilai ini menunjukkan hasil yang sama dengan koefisien geser


pada Lampiran B.1

4. Menentukan momen dan geser maksimum

a. Momen maksimum sepanjang bentang Adan B

Momen maksimum terjadi bila nilai diferensial fungsi momen di atas = 0.


Nilai awal x := 1m

Given

d x := Find(x) x = 12m
-Mx(X) = 0
dx

Mx(x) = 720-kN·m
Nilai ini sesuai dengan koefisien momen 2
O.OB·W·L1 = 720-kN·m

Hal. 5-14
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Geser yang terjadi pada awal dan akhir bentang

Vx(O) = 120-kN
vx(L1} = -180-kN

b. Momen maksimum sepanjang bentang B dan C

Momen maksimum terjadi bila nilai diferensial fungsi momen di alas = 0.


Nilai awal x := 1m

Given
d x = 15m
-Mx(x) =0 x := Find(x)
dx

Mx(X) = 225,kN·m

2
Nilai ini sesuai dengan koefisien momen 0.025·W·L2 = 225-kN·m

Geser yang terjadi pada awal dan akhir bentang

Vx(O) = 150-kN
Vx(O) = 150-kN
vx(L1) = -150-kN

Diagram momen:

Hal. 5-15
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

-900 -900
+ 12 .0 m+
A 720 B 225 c 720 D

-150

Hal. 5-16
..-··-·····

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5.3.4 Distribusi Momen Cross

Cara distribusi momen dapat digunakan untuk menganalisa semua jenis balok atau
kerangka kaku statis tak tentu. Metoda ini waktu pertama kali diperkenalkan oleh Hardy
Cross merupakan sebuah konsep pendekatan untuk mendapatkan jawaban nilai eksak
dari sebuah analisis struktur dengan melakukan iterasi yang cukup.
Langkah-langkah:
1. tentukan besarnya kekakuan relative.
2. tentukan faktor distribusi.
3. tentukan momen ujung terjepit ( FEM ).
4. tentukan besar momen kunci sebesar penjumlahan dikalikan negative(-)
5. tentukan momen seimbang.
6. tentukan momen CO (Carry Over ) sebesar Yz x momen seimbang pada ujung
batang yang berseberangan (untuk batang prismatis).
7. tentukan momen kunci sebesar penjumlahan x negative(-)
8. tentukan momen seimbang.
9. lakukan beberapa siklus hingga mendapatkan nilai " CO " yang mendekati nol
(0).
10. jumlahkan semua momen pada setiap siklus kecuali momen kunci.

a. Menentukan Faktor Kekakuan (Stiffness) dan Carry Over


Faktor Kekakuan
Kekakuan (stiffness) didefinisikan sebagai momen yang bekerja untuk menghasilkan
rotasi sebesar 1 satuan unit rotasi (lihat gambar 5.3). Stiffness SAa adalah besarnya
momen Ma yang diperlukan untuk membuat putaran sudut Ba= 1. SAa dapat diperoleh
dengan menghitung besarnya putaran sudut di titik A akibat momen Ma dan Mb
menggunakan momen area method.

(Pers. 5.7)

Hal. 5-17
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

(Pers. 5.8)

Adapun putaran sudut di B dihitung sebagai berikut

(Pers. 5. 9)

(Pers. 5.10)

Batasan kondisi untuk struktur jepit sendi diatas adalah:


ea = 1 dan eb = 0.

Ma= SAs9a = 4£/

~
~ -- Ma (1-x/L)
II <{ .

+ ~
M, {-x/L)

Diagram momen akibat redundan

Gambar 5.3 Faktor kekakuan dan Carry Over.

Dengan memasukan kondisi eb = eaA=O dan ea = eAe=1 kedalam persamaan 5.8 dan
5.1 O diperoleh:

Hal. 5-18
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

(Pers 5.11)

(Pers 5.12)

Faktor Carry Over


Pada saat titik A dikunci dan kemudian dilepaskan dengan memberikan momen Ma
seperti terlihat pada gambar 5.3, titik B dalam keadaan jepit (terkunci). Pemberian
momen Ma di titik ujung A pada member AB membuat terjadinya momen Mb di titik B
yang perletakan jepit. Besarnya momen induksi di titik B, Mb untuk penampang prismatis
adalah % dari momen yang diaplikasikan Ma. (lihat pers. 5.11 ).

Mb 1
CAa=- =•
M8 2
(Pers. 5.13)

b. Menentukan Faktor Distribusi


Pada saat joint yang terkunci dilepaskan, joint tersebut akan berotasi untuk mencapai
equilibrium. Besarnya rotasi proporsional dengan momen penyeimbang di titik itu.
Momen penyeimbang ini didistribusikan secara proporsional dengan kekakuan masing•
masing member yang bertemu di joint tersebut .

Momen balance
II
M;1(: M ~ M,k
~
M;1

Gambar 5.4 Faktor Distribusi

Pada saat kunci di titik i dilepas, semua elemen yang bermuara ke titik i akan berotasi
yang besarnya sama. e;i = 9;k = 9;i = 9;
Mij M;k M;1
9;=-=-=-
sij s;k s;1

Hal. 5-19
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

MI]·+ MIk+ MI1--M

/
Analisis Struktur Balok Menerus
CONTOH 5.2
Metoda Distribusi Momen Cross

SOAL: Ambil soal 5.1 kemudian hitung dengan metoda distribusi momen cross.

11111111111111111111111~111~~1~~1~~:1~111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
A B c D
I
k
t
£ jam
1 L,=30
£r
Konvensi :
R.
S··
momenL1=30
(+) searah jarum
t Rb
L2=30
R, I Rd
M.. - IJ ·M
IJ - 5 II.. + S·Ik + S·1
I (Pers. 5.14)

Conteh aplikasi perhitungan metoda distribusi momen cross dapat dilihat sebagai
berikut:

Hal. 5-20
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

1. Menentukan momen ujung jepit (FEM)

2
w L1
MFaA:=--
12

MFAB= -750-kN·m MFBA= 750·kN m


2 2
-W·L2 W·L2
MFac:= 12 MFca:=--
12

MFBC= -750·kN·m MFCB= 750·kN·m


2 2
-W·L2 W·L2
MFCO:= _1_2 _ MFoc:=--
12
MFco= -750·kN·m MFoc= 750-kN·m

Hal. 5-21
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

2. Faktor distribusi (OF)


Ditentukan Modulus elastisitas beton, Ee. Oalam kasus Ee=konstan
atau lnersia l=konstan maka Ee can I dapat dihilangkan.
4·Ec·I; 4·1;
Stiffness: S;k=--=-
L; L;
4·11
SaA:=•
L1
3 3
SAB = 0.067·m s8A = 0.067·m

4·12 4·12
sac:=- L2
sea:"'-L2
3 3
s8c = o.067·m sea= o.067·m

4·13 4·13
Seo:=- Soc:=-
L3 L3
3 3
Seo= o.067·m soc= o.067·m

Faktor distribusi

SAB SBA
OFAa:= OFAa = 1 OFaA := DFaA = 0.5
SAa + 0 saA + sac

sac sea
DFac:= OFac= o.5 DFca:= DFca= o.5
sac+ saA sea+ Seo
Seo Soc
DFco:= DFco= os DFoc:= DFoc= 1
Seo+ sea Soc+ o

3. Menentukan momen titik untuk mengunei posisi. Jumlah momen ujung jepit
(FEM) semua sisi di sebuah titik temu member adalah momen yang diperlukan
untuk mengunei posisi di titik tersebut atau disebut juga momen unbalance.
pada titik A -750 kNm (berlawanan putaran jam), di B 0.0 kNm. di C 0.0 kNm
can di D 750 kNm (serarah putaran jam).

750

4. Distribusi Momen
Ketika titik A sebagai perletakan jepit dan akan diperhitungkan sebagai sendi
bila titik B dibuka jepitannya, maka titik A harus dibuka jepitannya dan
diseimbangkan tertebih dahulu. besar momen ujung jepit (FEM) akibat beban
merata di titik A adalah -750 kNm. bertanda (-) karena berlawanan arah jarum
iarn. Momen FEM ini rnenimbulkan momen unbalance (MUS) -750 kNm. =
Hal. 5-22
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Momen ini harus diseimbangkan dengan cara mengalikan dengan minus faktor
distribusi DF. MBAL=MUB*(-1 )*DF=750 kNm. Ketika titik A diseimbangkan
dengan MBAL. maka setengah momen balance (MBAL) harus dibagikan ke titik
B sebagai mo men carry over (MCO). selanjutnya MCO dipertimbangkan
sebagai momen unbalance baru.

G Tanda momen ujung positif

111111111111111111111~11:111~1:~11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
A B c
Ji( L1=30
)~( L:;i:::30
)£( L:F30
~II
Q
FEM -750 750 -750 750 -750 750
DF 1 05 0.5 0.5 0.5 1
····.··· ....,:,:;• =e t~H~~~r~r~1\tF:i! :,:;,,·e:D(".
'~l'l'r, JOINT· A• B ;_~?:,:;!7,[l;rl,~·-.i

Momen ujung. AB BA BC CB. CDDC


~i~!IJS OF 1.0 0.5 I 0.5 0.5 I 0.5 1.0
1 FEM -750.00 750.00 I -750.oo 750.00 I -750.00
750.00
MUS -750.00 0.00 0.00 750.00
ft • MBAL. 750.00, 0.00 0.00 I 0.00 -750.00
I 0.00 ' J

!ah:!'.·,. 2MCO 0.00 " '375 00 I 0.00 "' 0.00 I -375.0 0• I' 0.00
MUS· 0.00 375.00 -375.00 0.00
MML 0.00 , , -187.50 I -187.50, 187.50 I 187.50 ; 0.00
j:;':; 3MCO -93. 75 ~ " 0.00 I 93.75 • , -93.75 I 0.00 ' "'93.75
MUS -93.75 93.75 -93.75 93.75
.. MBAL 93.75 , -46.88 I -46.88 , 4688 I 46.88 , IJ -93. 75
.'
4 MCO -23.44" ' 46.88 I 23.44 • ' -23.44 I -46.88 • I' 23.44
MUB -23.44 70.31 -70.31 23.44
\\;llV
MBAL 23.44 , , -35.16 I -35.16 , 35.16 I 35.16 [; -23.44
5 M_CO -17 58 ~ "'" 11.72 I 17.58 • , -17.58 I -11.72' I"' 17.58
Hi·) MUB -17.58 29.30 -29.30 17.58
.
MeAL 17.58 , -14.65 I -14.65 , 14.65 I 14.65 , -17.58 J
...
\~f(<.:··. 6 MCO -7.32 "' 8.79 I 7.32 •" -7.32 I -8.79 • " 7.32

·•·"·.r
: .•
M,\JB
MBAL·
7 MCO
-7.32
7.32
-4.03 •"
. 3.66
16.11
, -8.06 I -8.06 , ,
I 4.03 " "
-16.11
8.06 I 8.06 1; -7.32
-4.03 I -3.66 • I"' 4.03
7.32

MUB -4.03 7.69 -7.69 4.03


}fit\,
."
'".
s•
MBAL 4.03 I -3.85 , I 3.85 -4.03
' -3.85 3.85 ;

8 Meo, -1.92 "' 2.01 I 1.92 •" -1.92 I -2.01 1.92


J);~/· MUB -1 92 3.94 -3.94 1.92
MBAL 1.92 -1.97 I -1.97 1.97 I 1.97 -1.92
JUMLAH 0.00 900 01 -900.01 90001 -900.01 0.00
5. Menggambar Diagram Momen dan Geser
Setelah mendapat momen ujung tahapan selanjutnya sama seperti pada solusi
contoh 5.1 langkah (3) mencari reaksi perletakan dan (4) mencari gaya-gaya
dalam maksimum. Diagram gaya dalam dapat dibuat setelah semua gaya
dalam momen dan geser dioeroleh.

Hal. 5-
2323
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5. 3. 5 Penampang Non Prismatis


Analisis struktur balok menerus dengan penampang non-prismatis (penampang tidak
konstan) dapat diselesaikan secara manual dengan metoda distribusi momen.

Penentuan momen jepit ujung, faktor distribusi, dan faktor carry over yang biasa
digunakan pada properti penampang konstan tidak berlaku lagi pada penampang non•
prismatis, namun semua parameter di atas dapat diperoleh melalui prinsif yang sama
yaitu persamaan kesetimbangan dan momen area method.

Perhitungan penampang non-prismatis dapat difihat pada contoh berikut ini:

Hal. 5-
2424
MANUAL PERENCANMN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Analisis Struktur Balok Menerus


CONTOH 5.3
Penampang Non-Prismatis 1

SOAL : Hitung dan gambarkan diagram momen pada struktur dengan El tidak konstan di bawah ini.
Gunakan metoda Cross.

!,ll l,J',~1m!i1.1i , ,11:11'i1~C,lhllJl1111mI1!1llnli 1111111:1:111'il ml i,ll,illlllmm~,~,1m111111Hllilmllillfll'lll'llil l1ll1ll 1I II I! l1l 1il II i llllll11.i1l~IIH


D

10 KN/m

LI L2 L3

L1 := 10m
kN kN
w1:= 20 w2:= 10
m m

1. Menentukan momen ujung jepit (FEM) Keterangan :


Boundary
e ab : Jumlah
perubahan putaran
Ua :=- 0 Hb := 0 sudut total antara titik
A dan 8. Jumlah
Panjang bentang L := 10 putaran sudut ini
diperoleh dengan
FEM pada bentang A·B cara menghitung luas
daerah dalam kurva
20KN'm M/EI antara Adan 8.

111110111111111110llllll111 1 1mr 6. ba(O) : Lendutan di


~A B titik B sehubungan
~~\~~~~ adanya garis tangen
~ ~
!I putaran sudut di titik A
akibat momen
ZOKN/m redundan M8 dan Mb
. Lendutan ini
diperoleh dengan
menghitung statis
momen dari luas
daerah dalam kurva
M/EI akibat momen
~MIIIIIMMlallllilw!iMM
tlb
antara A dan B dikali
jarak pusat daerah
dalarn kurva M/EI
terhadap titik B akibat
momen Ma dan Mb.
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Momen akibat beban merata w1 sepanjang bentang L1 t:,. ba(1) : Lendutan di


titik B sehubungan
W1·X
Mq(x)= --·(L- x) adanya garis tangen
2 putaran sudut di titik
A akibat momen Mq.
Modulus elastisitas bahan, E Lendutan ini diperoleh
dengan menghitung
Momen inersia balok lurus, /0 := 1 statis momen dari luas
daerah dalam kurva
Momen inersia daerah pembesaran f/)aunch). M/EI akibat Mq antara
A dan B d1kali [arak
fab(x) := /0 if osx <5 pusat daerah dalam
kurva M/EI terhadap
titik B.

tJ. ab : Lendutan di
titik A akibat adanya
Persamaan putaran sudut pada ujung-ujung member dimana garis tangen putaran
kedua ujungnya jepit. sudut di titik B.
Lendutan ini
diperoleh dengan
menghitung statis
momen dari luas
daerah dalam kurva
M/EI antara Adan B
A ( 0) A ( 1) dengan jarak pusat
= '-' ab - ab
0

0 be L = ()b = 0 daerah dalam kurva


M/EI terhadap titik A.

Dari persamaan putaran sudut di atas dapat dikembangkan persamaan berikut: 6a : Putaran
sudut di titik A.

L Ma·U- 1 }(L - x) IL Mb(-~}(L - x) IL _w·(L:·x- x{ 1 eb : Putaran

ea= --'-----'---- dx + dx - dx ·- sudut di titik B.


E -/8b(x} E ·fab(x) E ·fab(x} L
I0 0 0

L Ma·U - 1}<x) IL Mb·(-~}(x) JL w;x ·(L - x) -x ] 1


eb = dx + ox - ax ·-

rJ
0
E ·lab(x}
0
E-18b(x)
0
E-18b(x) L

Unluk menghitung integrasi di alas akan digunakan cara Simpson.


Rumus lntegrasi numerik Simpson :

Hal. 5-26
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

(~ - 1}(L - x) (~-1}(x)
A1(x) := ....;....---'---• A2(x) := ....:...._--'---•
E·lab(x) E-l ab{x)

(-~}(L -
81 (x) := ---•
x) (-~}(x)
B2(x):=--•
E · 1ab (x) E·lab(x)

w1-x 2 W1·X
--·(L-x) --·(L-x)-x
2 2
C1(x):=----- C2(x):= -----
E·lab(x) E 'ab(x)

Hal. 5·27
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Menghi!ung :

JL A1(x) dx = -31.581
0

L = 10
Range = 10
Jumlah interval = 20
s = 0.5
Point X; l(x) M(x) f; 4f, 2f,
(i) =M(x)/i(x) (ganjil) (genap)
0 0.000 1.000 -10.000 -10.000000
1 0.500 1.000 -9.025 -9.025000 -36.1000
2 1.000 1.000 -8.100 -8.100000 -16.2000
3 1.500 1.000 -7.225 -7.225000 -28.9000
4 2.000 1.000 -6.400 -6.400000 -12.8000
5 2.500 1.000 -5.625 ·5.625000 -22.5000
6 3.000 1.000 -4.900 -4.900000 -9 8000
7 3.500 1.000 -4.225 -4.225000 -16.9000
8 4.000 1.000 -3.600 -3.600000 -7.2000
9 4.500 1.000 -3.025 -3.025000 -12.1000
10 5.000 1.000 -2.500 -2.500000 -5.0000
11 5.500 1.331 -2.025 -1.521412 -6.0856
12 6.000 1.728 -1.600 ·0.925926 -1.8519
13 6.500 2.197 -1.225 -0.557579 -2.2303
14 7.000 2.744 -0.900 -0.327988 -0.6560
15 7.500 3.375 -0.625 -0.185185 -0.7407
16 8.000 4.096 -0.400 ·0.097656 -0.1953
17 8.500 4.913 -0.225 -0.045797 -0.1832
18 9.000 5.832 -0.100 -0.017147 ·0.0343
19 9.500 6.859 -0.025 -0.003645 -0 0146
20 10.000 8.000 0.000 0.000000
Total ·125.7545 -53.7374

Result: = 0.50/3*(-10.0000 + -125.7545 + -53.7374 + 0.0000) = -31.58198

Hal. 5-28
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Menghitung :

JL B1(x) dx=-12.169
0

L = 10
Range = 10
Jumlah interval = 20
s :::: 0.5
Point x, l(x) M(x) f; 4f; 2f;
(i) =M(x)/i(x) (ganjil) (genap)
0 0.000 1.000 0.000 0.000000
1 0.500 1.000 -0.475 -0.475000 -1.9000
2 1.000 1.000 -0.900 -0.900000 -1.8000
3 1.500 1.000 -1.275 -1.275000 -5.1000
4 2.000 1.000 -1.600 -1.600000 -3.2000
5 2.500 1.000 -1.875 -1.875000 -7.5000
6 3.000 1.000 -2.100 -2.100000 -4.2000
7 3.500 1.000 -2.275 -2.275000 -9.1000
8 4.000 1.000 -2.400 -2.400000 -4.8000
9 4.500 1.000 -2.475 -2.475000 -9.9000
10 5.000 1.000 -2.500 -2.500000 -5.0000
11 5.500 1.331 -2.475 -1.859504 -7.4380
12 6.000 1.728 -2.400 -1.388889 ··2.7778
13 6.500 2.197 -2.275 -1.035503 -4.1420
14 7.000 2.744 -2.100 -0.765306 -1.5306
15 7.500 3.375 -1.875 -0.555556 -2.2222
16 8.000 4.096 -1.600 -0.390625 -0.7813
17 8.500 4.913 -1.275 -0.259516 -1.0381
18 9.000 5.832 -0.900 -0.154321 -0 3086
19 9.500 6.859 -0.4 75 -0.069252 -0.2770
20 10.000 8.000 0.000 0.000000
Total -48.6173 -24.3983

Result: = 0.50/3*(0.0000 + -48.6173 + -24.3983 + 0.0000) = -12.16927

Hal. 5-29
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Menghitung :

r 0
C1(x) dx

L = 10
Range = 10
Jumlah interval = 20
s
l(x)
= 0.5
Point X; M(x) 4f, 2f,
(i) =M(x)/i(x) (ganjil) (genap)
0 0.000 1.000 0.000 0.000000
1 0.500 1.000 451 250 451.250000 1805 0000
2 1000 1.000 810 000 810 000000 1620.0000
3 1.500 1.000 1083.750 1083. 7 50000 4335.0000
4 2.000 1.000 1280000 1280.000000 2560 0000
5 2.500 1.000 1406 250 1406.250000 5625.0000
6 3.000 1.000 1470 000 1470.000000 2940.0000
7 3.500 1.000 1478750 "1478.750000 5915 0000
8 4.000 1.000 1440 000 1440.000000 2880 0000
9 4.500 1.000 1361.250 1361.250000 5445 0000
10 5.000 1.000 1250.000 1250.000000 2500.0000
11 5500 1.331 1113.750 836.776860 3347.1074
12 6.000 1.728 960 000 555.555556 1111.1111
13 6.500 2.197 796.250 362.426036 14497041
14 7.000 2.744 630.000 229.591837 459.1837
15 7.500 3.375 468.750 138.888889 555.5556
16 8.000 4.096 320.000 78.125000 156.2500
17 8.500 4.913 191.250 38.927336 155.7093
18 9.000 5.832 90.000 15.432099 30.8642
19 9.500 6.859 23.750 3.462604 13 8504
20 10.000 8.000 0.000 0.000000
Total 28646.9269 14257.4090

Result = 0.50/3#(0.0000 + 28646.9269 + 14257.4090 + 0.0000) = 7150.722651

Hal. 5-30
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Oemikian pula dengan cara yang sama digunakan untuk menghitung :

f L A2(x) dx
0
= -12.169

JL B2(x) dx = -12.831
0

JL C2(x) dx = 5018.506
0

Selanjutnya setelah semua integrasi diatas diperoleh, maka persamaan


momen jepit diatas dapat ditulis kembali sebagai berikut

Ua =0 l)b = 0

Ma:= 1 Mb:= 1

Given

Oa:: Ma·(-31.581) + Mb·(-12.169) - 7150.722

Ob:: Ma·(-12.169) + Mb·(-12.831) - 5018.506

MF ab) := Find(Ma, Mb)


MFabJ = (-119.319)
[ MFba [ MFba -277.96

FEM pada bentang B-C


Boundary
eb := o ac := o
Panjang bentang L := 16

Hal. 5-31
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

ll!llllllllllllllllllllllllll!ll[lliililllllllllllllll
2
0

illlamtflffffitlmlEilll
K
N

l=== M
1
m
I\
~ Dalarn hal ini la dapat
. 20KNlm
= diambil sebesar

c;p= ===Ji
1111111111111111t11111111111111111ttllttltltttlttlttttl
M
, satuan untuk memper-
= mudah perhitungan,
M
t
ka rena akan saling
rneruadakan.

8i,( JJq e,,(1 n M",,


~-==::::::::J~----~)
Momen sepangjang bentang L2

Mbx(x) = Mb{ 1-f) Mcx(x) = Mc{--z)


Momen inersia balok lurus,
'o := 1
Momen inersia daerah pembesaran (haunch),

lbc(x):~ 1 {2-~r
0 if os x «s
(' 0) if 5 < x s 11

Persamaan putaran sudut pada ujung-ujung member.


1)
t1 cb ( O) - fl. eb (
Ube= = !Jb = O
L
fl. ( 0) fl. ( 1)
be - be
8cb = L
= 8c = 0
Dari persamaan putaran sudut di atas dapat dikembangkan persamaan berikut:

Hat. 5-32
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

0b=
rJ0
L Mb( i - t}(L -
E lbc(x)
x)
dx+
JL Mc(-i}(L- x)

0
E lbc(x)
dx-
fL
0
w;x ·(L - x/

E lbc(x)
.
I
dx--
t

Mb(i- t}(x) 1·L Mc(-f}x) 1·L w;x (L-X)·X 11


rj
·L
ec = dx + dx - dx . -
E·lbc(X) E 'bc(X) E·lbc(x) L
0 0 0

MFbc
( MFcb
J := Find(Mb, Mc)
MFbe ) ( -530. 988)
( MFcb = ( -530. 988

Momen Jepit di ujung-ujung member (FEM) menjadi sebagai berikut:

MFAB = -119.31928 MFBA = -277.96039

MFBC = -530. 988 MFCB = -530. 9879

MFCD = -277.96 MFoc=-119.319

2. Faktor distribusi (DF) dan Carry Over


Ditentukan Modulus elastisitas beton, Ee. Dalam kasus Ec=konstan
atau lnersia l=konstan maka Ee dan I dapat dihilangkan, namun tidak
demikian bila penampang non prismatis.

Tinjau bentang AB

Hal. 5-33
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

+ ~
M (,xfL)

Menentukan stiffnessSab

Faktor kekakuan (stiffness) Sab diperoleh dengan memberikan putaran sudut


e =
dititik yang berputar satu satuan, a 1 sementara titik B dikunci.
Boundary
Oa := 1 f:Jb := 0 L := 10
Max(x) = Ma{ 1-i) Mbx(x) = Mb{-i)

J0 := 1 E : ec 1

lab(x):= 10 if O~x<5

Persamaan putaran sudut di titik A pada bentang AB

!lab
eba = --
L
= o
Ma:= 1 Mb:= 1

Given

Hal. 5-34
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

to Ma( 1-n(L -x) JIO Mb{-f }(L-x)


I
ea= dx + dx
1
E·lab(x) E·lab(x) L
0 0

6b =
to Ma{ 1-Hcx)
dx +
I'o Mb{-Hcx) dx
1
I 0
E·lab(x)
0
E-18b(x) L

Ma ) "" ( 0. 499 )
( :: ) :::c Find(Ma, Mb)
( Mb 0.473

Mb
- ""0.9484 carry over
Ma

SAB := Ma x El [MPa m3] faktor kekakuan stiffness

SAB = 0.499 x El [MPa m 3]

Menentukan stiffness Sba


Faktor kekakuan (stiffness) Sbc diperoleh dengan memberikan putaran sudut
dititik yang berputar satu satuan searah jarum jam, 9 b = 1 (atau 8 b = -1 untuk
putaran yang berlawanan arah jarum jam) sementara titik A dikunci.
Boundary

eb :=-1 ea :=O L:= 10

Max(x) = Ma-( 1 - ~) Mbx(x) = Mb{-~)


lo:= 1

Hal. 5-35
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Persamaan putaran sudut di titik B pada ben!ang AB


D.ab
eba = -- = 1
L

Ma:.., 1 Mb:= 1

Given

L Ma{ 1- ~}(L-xJ dx + IL Mb{-HcL-x) dx .~


Oa =

I0
E·lab(x)
0
E !8b(x) L

~JL Ma{ 1-H(x) JL MoH}cxJ 1


Ob= dx + dx ·-
E·lab(x) E-l8b(x) L
0 0

(::) :..., Find(Ma, Mb) (.Ma)"'('


Mb
0.473)
1.228

Ma = 0. 3853 carry over


Mb

SBA:= Mb X EID [MPa m3] faktor kekakuan stiffness

SBA..., 1.228 x EID [MPa m3]

Tinjau bentang BC

B C

l===-----'-1--====1

Hal. 5-36
MANUAL PERENCANAAN STRUF<TUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

+ 0
~
M (-xll.)

Menentukan stiffness Sbc


Faktor kekakuan (stiffness) Sbc diperoleh dengan memberikan putaran sudut
dititik yang berputar satu satuan searah jarum jam. e b 1 (atau e b =
1 untuk =·
putaran yang berlawanan arah jarum jam) sementara di titik C dikunci.
Boundary

{:)b := 1 ec:= o L := 16

Mbx(x) = Mb{ 1- ~) Mcx(x) = Mc{-i)


'o := 1

'bc(x):= '0{2-1r if 05:x5:5

(to) if 5<X5: 11

Hal. 5-37
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Persamaan putaran sudut di titik B pada bentang BC


L':.cb tsbc
*1bc = -- = 1
L
Ucb = --
L
=0

Mb:= 1 Mc:== 1

Given

rL .
Mb-(1-~}(L-x)
IL Mc{-i}<L-x)
1
t)b = dx + ------ dx --
E ·I bc(x) E ./bc(x) L
J0 0

rL Mb{, -n(x) IL McH)<x) 1


ec = dx + dx ·-
E-lbc(x) E-lbc(x) L
J0 0 -

( :; ) :== Find(Mb, Mc) Mb)=


( Mc
(0.705)
0.5

Mc
- = O. 7089 Carry Over (CO)
Mb
Sac:= Mb X El [MPa m 3) faktor kekakuan stiffness

sac == o. 7047 x El [MPa m 31

Faktor kekauan tiap member dapat dituliskan sebagai berikut:

Sea:= Sac sea= o.7047


sco:= saA sco== 1.228

Soc:== SAB

Hal. 5-38
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Faktor distribusi

SAB SBA
DFAB := DFAB = 1 DFaA:= DFaA ~ 0.6354
SAB + 0 saA + sac
sac Sea
DFac :=
sac+ SaA
DFac = o.3646 DFca := DFca = o. 3646
Sea+ Seo
Seo Soc
DFco:= DFco= o.6354 DFoc:= DFoc = 1
Seo+ sea Soc+ o
3. Menentukan momen titik untuk mengunci posisi. Jumlah momen ujung jepit
(FEM) semua sisi di sebuah titik temu member adalah momen yang diperlukan
untuk mengunci posisi di titik tersebut atau disebut juga momen unbalance.
pada titik A -119. 31 kNm, di B -253.02 kNm (berlawanan putaran jam), di C
392.0 kNm dan di O 59.65 kNm (serarah putaran jam).
-119.31 -25302 392.00 59.65

~
/!.,
<£1
B
~
c
~
D

4. Distribusi Momen
Ketika titik A sebagai perletakan jepit dan akan diperhitungkan sebagai sendi
bila titik B dibuka jepitannya, maka titik A harus dibuka jepitannya dan
diseimbanqkan terlebih dahulu. besar momen ujung jepit (FEM) akibat beban
merata di titik A adalah -119.319 kNm. bertanda (-) karena berlawanan arah
jarum jam. Momen FEM ini menimbulkan momen unbalance (MUB) -119.319 =
kNm. Momen ini harus diseimbangkan dengan cara mengalikan dengan minus
faktor distribusi DF, MBAL=MUB*(-1 )*DF=119.319 kNm. Ketika titik A
diseimbangkan dengan MBAL, maka sebagian momen balance (MBAL) harus
dibagikan ke titik B sebagai momen carry over (MCO). selanjutnya MCO
dipertimbangkan sebagai momen unbalance baru.

(! Tanda momen ujung positir

211KNlm
IDKNlm
llltlllltliilllllllllllllillllllOlllllllll!lll!lllllllllllllll!illilllilllll1111111m111111111,,,,,,, iiiitillllititil!liillU
D

- -- -.
LI u LI
~ ,-
'
- -
FEM -119.31 277.97 {-530 99) 530.99 -13899 59.65
-253.02 392.00
OF 1 0.635 0365 0.365 0.635 1

co 0.948 0.385 0.709 0.709 0385 0.948

Hal. 5-39
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

.,
JOINT A B c D
..•.. ·.. Momen uiunQ AB BA BC CB CD DC
Sik'lus co 0.9484 0.3853 0.7089 0.7089 0.3853 0.9484
OF 1.000 0.635 0.365 0.365 0635 1 000
;:~.<"·
1 FEM -119.31 277.97 -530.99 530.99 -138.99 59.65
MUS -119.31 -253.02 392.00 59.65
t~~~~~:h1.1., ·. MBAL 119.31 , 160.77 92 25 , -142.92 -249.08 , -59.65
2MCO 61.94 ... ""113.15 -101.32 .. " 65.40 -56 58 ., , ... -95.97
w,>· .:.. MUB
MBAL
61.94
-61.94 -7.52
11.83
-4.31 -3.22
8.82
-5.60 . -95.97
, 95.97
3 MCO -2.90 - "' -58.75 -2.28 "'" -3.06 91.02 ., • -2.16
~f,f? ~us
- " - MBAL •
-2.90 -61.03 87.96 -2.16
2.90 ' 38.78 22.25 -32.07 -55.89 , 2.16
i:;::;:;:" 4MCO.. 14.94 - "' 2.75 -22.73 • " 15.77 205 • • -21.53
MUB: 14.94 -19.99 17.82 -21.53
;~l~.~~;~: · .:.-_,•, MBAL>· -14.94 12.70 7.29 -6.50 -11.32 . 21.53
5MCO 4.89 .. "-14.17 -4.61 "" 5.17 20.42 • ...-4.36
:-:::, MUS
MBAL
4.89
-4.89 11.93
-18.78
6.85 -9.33
25.59
-16.26
-4.36
, 4.36
6MCO 4.60 .. "' -4.64 -6.61 ,. "' 4.85 4.14 • • -6.26
\< MUS 4.60 -11.25 8.99 -6.26
MBAL -4.60 7.15 4.10 -3.28 -5.71 , 6.26
., ..
..
7 MCO
'
2.76 - "' -4 36
'
-2.32 "'" 2.91 5.94 • • -2.20
MUS 2.76 -6.68 8.85 -2.20
.•-r:;;.:·.,·:. MBAL -2.76 ' 4.25 2.44 -3.23 -5.62 2.20
8 M<::O 1.64 .. "" -2.61 -2.29 " " 1.73 2.09 • "' -2.17
MUB. 1.64 -4.90 3.81 -2.17
-- . MBAL -1.64 ', 3.11 1.79 ' -139 -2.42 2.17
9MCO 1.20 - "" -1.55 -0.99 "" 127 205 • 11 -0.93
MUB 1.20 -2.54 3.32 -0 93
MBAL
10 MCO
MUS.·
-1.20 ',
0.62
0.62
- ....
1.61
-1.14
-2.00
0.93
'
-0.86 ,. "
-1.21
0.66
1.54
-2.11 ;

0.89 ' "' -0.81


0.93

-0.81
.. MBAL -0.62 1.27 0.73 -0.56 -0.98 0.81
'"''!·•;. . ',l.J 0.49 ... ,.
"' -0.59 -0.40 "Ill 0.52 0.77 •"' -0.38

1 .-.::iii,tl\l'i':+:{ !!itD;:•.• 0.49


-0.49 ' ; 0.63
.....
-0.99
0.36 -0.47
1.29
-0.82
-0.38
0.38
•12 MCO 0.24 -0.46 -0.33 ""' 0.26 0.36 •"' -0.32
-. ;.;;.ol
-s. :,.:·
.. •MUB 0.24 -0.80 0.61 -0.32
.· MBAL -0.24 ..... 0.51 0.29 - -0.22 -0.39 - 0.32

JUMLAH 0.00 540.78 -54078 422 05 -422.05 000


Diagram Momen
-540.78
-422.05

~ ~
0. £~2 % '. ,'/.
A B c D

Hal. 5-
4040
.

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Hal. 5-
4141
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5.3.6 Konsep Beban Ekivalen

Kabel prategang yang bekerja pada balok dapat digantikan dengan beban ekivalen.
Beban ekivalen ini terdiri dari gaya horizontal, gaya vertikal, dan momen pada
perletakan, gaya tranversal sepanjang profil tendon. Gaya transversal diperoleh dari
kelengkungan (curvature) atau perubahan pada profil tendon. Untuk tendon
melengkung, besarnya beban transversal per unit panjang adalah Plpx, dimana Px
adalah radius kelengkungan pada potongan yang ditinjau.

(a)

I
(b)
l
~ - -1- F sin O =::: F (J = F(J/2

~--°·~ 0 0

F cos (Jo ::-::: F


(;}O s:mg::ir l<ecil
~--Fi~~::
-.., -......,
;I
"-1
io~- -
F
R

x I
\...dx = 1

{cl

Hal. 5-42
-

MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Gambar 5.3 Konsep beban ekivalen (a) Profil tendon. (b) Beban transversal akibat
prategang. (c) Free body balok

PROFIL KABEL PRATEGANG BEBAN LUAR Et<IVALEN

F sin o.. F sin o.


f
F cos 00

F M ~F
=- e tttttff Hf 11 ilj I I
F cos 00
Profil kabel parabolik :
FO 8Fb
w=-,=-7
Profil kabel lingkaran:

FO F
w=--=--
I R

F sin 00 F sin 00
t
F cos 8~ t,
--t-••~~~~--,.~~~~--e•4)--.
F
M = -- Fe tp J/
F cos 00
1,,..--.----..._

~j
6
P =- Fo :::: - 4F --
\adian f

I FO 2Fb
w=-,=- 7

_F~~-·--~~~~~~-•-r
M"" - Fe M

Gambar 5-4 Rumusan beban ekivalen untuk profil tendon tipikal pada balok.

Hal. 5-43
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Aplikasi perhitungan beban ekivalen dapat dilihat pada contoh praktis berikut ini:

Saal 5.4 Hitung beban ekivalen untuk profil kabel sebagai berikut:

Diketahui:
Gaya prategang F :::c 250(].;N

Panjang bentang L:= 16m u I := 0.6 u2 :"" 0. I

Eksentrisitas .:2 := 40Cmm

Tinggi parabola 3 r1 = O.l 17m

Parabola 3 0
-....,
Parabola 1 e2
A
h
'
i
B Parabola 2

t-a2L
~: (1-a,)L
L 'I.
a,L

, , iwp3=227.865 kN/m

~~ .
0

Hal. 5-44
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Parabola 1

Total Perubahan sudul kelengkungan :

L':=(l -u1)L
2·e1
81:=t: 61 = 0.094

Beban merata ekivalen :


F f·U1
wp =- = --
l R L'
F-81
kN
wpl :=L' wp1 = 36.621·•
m [tJ
Parabola 2

Total Perubahan sudut kelengkungan :

L':= u1 L- az·L

2·(e1 + e2 - c1)
62 := L' e2=0.146

Beban merata ekivalen :


F F-Hz
wpz =; = L'
F·02
kN
wp7 :ce --
~ L' ,,·pz = 45.573- (t J
m

Hal. 5-45
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Parabola 3

Total Perubahan sudut kelengkungan :


L':= a2-L
03 := 62 (-)3 = 0.146 atau

2·(e1 + e2)
63:=---• 63 = 0.146
arL

Beban merata ekivalen :


F F·U3
wp3
-
= -R = --
L'

f.03
wp3 ::=-
L'
wp3 ,:: 227.865- kN
- m
'J
(T

Hal. 5-46
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

.---------..-------------~~--------~~----,-----,,

CONTOH 5.5 Analisis Lentur Balok Box-Girder

SOAL : Analisis tegangan lentur pada struktur box-girder menerus berikut ini.

'!;",! .. L. ,_T. :~r~r:·~=[ T·c-T~r·.:::"~:::: ~J.::.~JL..Cr~-1.~J·~.: '.T":C :~ ;;;L T r1-- ~=~:~· ; :·rL.J1
j ..
., i. · :-1.i : ... c·::, ...
... ·---------·- :~"'"''"'''"'

Balok Simetris

Kombinasi beban hidup yang diperhitungkan


LO
u.~
LO
lit I I Ii I I Ii ii I Ii I I I I)) I I I I I I I I',:::::::::::::::::::::::::::::1:::::::::::::::::::::::::I:I:I:i :I iii I I Iii I I It I I I Ii I Ii II i I I
iiiilil)jj))))4)i)i)i)))!)jjjj )))jjj)))i))))i,jj))i)))l)i)j))
A B E C D

Ft~
Ll:a40m
~I
f~ L2::80m
lII ~I
;c LJ::40m
i.,.
Rd
>~ >< ~

Hal. 5-47
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Diketahui:

Be ban
Asumsi beban lalu lintas, wLL= 8 kN/m2 total 100% selebar jalan 5.5m
selebihnya 50%
kN
wLL= 8·5.5 + 4·3 -
m
kN
wLL= 56 -
m

Asumsi beban lalu lintas terpusat, PLL= 44 kN/m total 100% selebar
jalan 5.5m selebihnya 50%

PLL:=(44-5.5+ 22-3)·1.4 PLL = 431.2 kN

Material
Mutu beton fc' := 37MPa
Mutu strand fpu := 186CXv1Pa (ASTM A4 I 6 270 K)
Diameter strand 12.5 mm ( 0.5 inc}
Luas strand 2
Aps1 :.., 100mm
Jumlah strand per tendon nst := 12
Jumlah tendon nt:= 2·12 nt = 24
Jumlah strand total nps := nst-nt nps = 288
Asumsi tegangan efektit fpe :"' 0.4-fpu fpe = 744-MPa

Gaya prategang F := fpe-nps·Aps1 F = 21427.2-kN

Panjang bentang L := 40 + 80 + 40

Eksentrisitas "t := (950- 575)mm


e1 = 0.375m

1. Menentukan Beban Ekivalen


Menentukan center gravitasi kabel (cgs) untuk mendapatkan layout kabel Struktur I ni dapat
gabungan. dimodelkan sebagai

•.
sendi di ujung kiri dan

~· rot pada perletakan


lainnya. Pada contoh
sebelumnya telah
diberikan perhitungan

tR., Parabola I . tRo Parabola 2 t tR4


dengan analisis
struktur secara manual
rnetoda cross dan 3-
rnomen, namun pada
Ll=<Wm L2910m
.: )~ ) <' Ll=40m
) contoh ini akan
dihitung dengan
software sejenis
Menentukan besarnya beban merata ekivalen. SAP2000atau MIDAS.

Hal. 5-48
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Parabola 1

Total Perubahan sudut kelengkungan :

L':= 40m

2-e1
fJ1:=L' 131 = 0.0·19

Beban merata ekivalen :


F F·fJ1
WP1 = R = L'
F-131
kN
wp1 ;;:L' WP1;: 10.044·•
m

Parabola 2

Total Perubahan sudut kelengkungan :

L':= BOm

2-e2
02:=L'

Beban merata ekivalen :


F F·fJ2
wp2=R=L'
F·02
wp2:=L' WP2 = 12.22·•
kN (t)
m

2. Pemodelan

Hal. 5-
4949
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Input Beban Beban harus dlsusun


Load case #1 agar dapat dlperoleh
q
00 momen paling kritis
1'3 baik momen negatif
=oooooooooooocoooooo ioooooooooqoqooooooo= maupunpositff.
i,-~~~-~~,-~~~~:- ~r-1~~~-~~J~~~ 1-~~~~~~~~~~11q
7~~~:~~.;~~~~\~~

.~l, ti, t * t ~ i ~J;. t ~ + i ~ t i t ti, +, , , tl_ij_e~.J,,, t, t, t ~~,


Load Case #1 diten•
tukan untuk mernper•
oleh momen negative
maksimum,sedangkan
load case #2 untuk
momen positif di
Load case #2 tengah bentang.

Loadcase #3

Input Properties penampang Catatan:


Properties penampang
(::•_-,_.P.1< --~.•. 1"._11._;,, ~··-'t' .-'1J•.r'.''··'' ,.,.,,. • .. •.Jt'.. _-,_:•, • .: "··''·-"'-~1.;?:,.Jf'"- ,,.,,, ,·,_.:, •-•.!-' ·~ ' .• :'f! tiap potongan harus
dlhitung manual dan
diinput kedalam
software. (sebaiknya
digunakan software
yang dapat
menghitung
penampang non
priamatis dengan
balk). Properties
penampang inersla I,
dan luas A bisa
dihltung juga
menggunakan
software prestress
PBKT dalam paket
manual.

Hal. 5-50
MANUAL PERENCANAAN 8TRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

10 Type Sh~ Name ATea Asy Asz lxx lyy In


lm'l Im'} !m'l tm~4) (m~4) (m~4)
22 PSC tCEL bc:,;'. 14.1ei25 10e838 5.2~1 1' C-.5.:."'l, 63548 64c2~7D
17 ;>SC •GEL be>:1'J 1C.3?.5C 4 7f53 :.;::,g 7 221~ .t crie ee ,:H,
5 ?SC
T "SC
1GEL
1::EL
co-,; 1
boy 12
1U75C ..; 7F.33
~~ ::,e,-.2: 13.5:40 ,.
3 .55;}4 8.3,Ji -32.2":4C-
47'le 2~ :·~8 4f M34
e1..,:::33
9::?.7!24
1 ?SC bo~2 7.1E·JC 3 e231, : s:·~i7 1 7018 ~ ezzs
2 i=ISC
3 =sc
KEL
'.CEL
,CEL
C())!3
bc:,;4
.
" 1200 3 5739
Jf,{)C 3 4717
oaeJ, ~.8923 4 _ggdg
O g19: 3.1?.57 .: 7452
s2.e341
54 C.· 3G
5-0 2oS2
11 =sc ~CEL bc,;;5 8 1C•5C 4.1!).;. 1 1141 3.e1 rn 7 ,4e~Je 51.A:255
ff P3C "!C-EL brue 8.1700 4.1E2S 1-4045 ..;._087: G.1?1e 57e;;.n
.: ~sc •CEL box7 8 7C7E ..; 3313 I ecss 4 751:J 11 1,734 5~€757
1e 0SC •CEL bo):C g 1408 41P~ 2.J,38 5.32.38 1E 1,S52 61 7_.. 3c
: PSC 1:::EL be:.£< s. seso 4 8E5D 1.3148 '3.2~'.2 1~ .G~,7e -57 1' 19
8 ~ ..oered 'CEL bvar· 7 1rno 3 633B :_a:-~;:- 17618 .4.8228 5~e:-41
g T.;perid "CEL bvar2 7 :.:oc 3E7S8 o.eeo; ~-8923 .:_99,;ig MC73C
1C Tap~ra-::J
12 Tapered
,::EL
1CEL
t·:ar3
b".1r4
T JE-OD 3 4758
8 105D 4 11'..J.l
- g,s: 3 1357 s 745:t
1 1141 1e: 1g 7 46(}8
5-0 E6S:
5V 423E
14 Ta-perE<l 'CEL bvar5 B 1700 4.1t28 1.4C45 4,0575 g 1·;,1e 57.8'3J3
18 Tapered 'CEL b•,1.at"':, 8.7b'75 4.3313 1 e23a ..l.7510 1 : t-734 5g e,-s,
1G Tapered •CEL b"ar7 g ~l 50 -1.51 oe 2_::g~a 54Z.48 1: 3:.:% e1 e,;,1c
2C Ta;:,ered 1cEL b·.·~r.;. 9.ae,50 4 a::·5J 2.314e 52-:42 ,~n.7e 67 r- rn
,2, Taoered 1CEL bva,Q 1C335G 4.7M3 2 ;;:~, 7.2212 2::.C71e ee.n,g
1:? T~Jlered 'CEL V-ir-1 .; e2·so 26fd2 0.,1578 1.6&:I~ 4 4258 12.e~r2

Potongan ujung tipikal


t
,,j<.
···t :~ ... :---· .... .-.;~1... """""":.f?
····-----,. - - ,--- ..·,····· .. "T'"

~ .<. ;;.
rL ••• - '

; ·,·
r:
_11°'.~.
·, i l_
~., ··--- ·····~---- ....
. .l
i

f'>QJQ~gAN -2 ~ 2'1.
":,)-;\_,\ . ':~:

··~
(~: --"~ f ·: ~:~- _: r~=--~!r-·~ ::~=~-=~)lt'
:-~~-i ~ •.:~()~ {
i_~:...

-------·--r---..+.-..~.. ·-·,:·-;:-' ,
'.((Ji· ! '

fQJ~QAN_-1
:,_,-<,., :,:,
_S,. n

Hal. 5-51
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

·.,...
.
··1
'-.r.:

FQTQNG"N"12
'§,J.,~1::..;
,.,,
.. .. ~,.~ .. --~->.i ..
(
.
. ..

.·-- -· i:-· -·' . •.:'..!


'"'' ... ~!~
"'""•"'"''1.. _ •.. ·--··-· ... ·--··-·· -- ....

i ;

L.,,J l;
l I I I
r-·-----,--.•---------1
. ·-·····---···-·----,.,• . -· .. ·-~~--._l --.--·-···--·. ~·-·«
............... ..:~'¥\.,, .
POTONGAN
,,..,.. ~ ,.(; -11 &. 13

Potongan - layout kabel

- -~r ;.f·-rr· ·:-~


T -- - -
~r"-J-~1~1 ·-
.,,~,..1?·-:'.1 ·
JfiCii
1

.~ .. !
.. '
.\ . L.·---------·-·--···----·- J
'·"" ~
POfONGAN-1
si,;,t:,,i. l..~.D

Hal. 5-52
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

POTCNGAN-2
.i('.,.,_ . . ·:.,_;

POTONGAN.-5
'v<.U.."- l:~::t

c
:_fi~\ ... U~-------.. :.iJ~"""
'~E~~
·-···· .....·--~------
1'S:
. ·· ·· -···-····- ·············-·-·····--------------
- ..- m, ··- li..i!

· 'i:·"~'"t'.'~it-;;~;;.:.. ;.::a~~iw''.tt:"'"~-"~·:
.t~

; . '

POTONGAN -~ I

3. Diagram momen (hasi! output)

Hal. 5-53
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

-------~
Hasil Load Case #1

13076
Hasil Load Case #2
-2966 18

-12789. 13 -12789.13
Hasil Load Case #3
-35436 -35436

15524

Hasil diagram momen akibat prestress (beban ekivalen)

-3119.86

6258.43 6258.43

Hal. 5-54
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

4. Check Tegangan

Asumsi beban mati dipikul oleh kabel prategang alas pada saat ereksi.
Dengan demikian kabel tendon hanya memikul beban lalu lintas saja.
Tegangan di titik E
Keterangan:
Tegangan di serat atas
Mp. = Momen akibat
4
Mps := -2960.3!:*N -m I:= 6.35478E+12-mm Y(= 834.061&-nm beban prategang
ekivalen.
MLL := 15524kN·m Ac:= 1416250a-nm2

MLL = Momen akibat


> c tk := -0.45· fc' beban hidup.

> "t« = -16.65-MPa


OK!
Tegangan di serat bawah

Mps :=-3256kN-m I:"' 6.35478E+12-mm4 Yb := 220Ctnm - Yt

MLL := 15524kN-m Ac :::cc 1416250Q-nm2 Yb= 1.366m

< crfr := 0.5-y fc'·(MPa)

< crtr = 3.041-MPa

OK!
Perhitungan pada titik-titik lainnya sepanjang jembatan dapat digambarkan ke
dalam grafik sebagai berikut:

Hal. 5-55
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Load case #1 + Prategang

Seperti terlihat pada


'j_ -2 50 grafik bahwa
~ e -5.00
-7 tegangan yang terjadi
" 1-- Serat Saw ah (MPa)
50
Cl
e ' "'
Cl
- .•..,. ... Serat Atas (MPa} , masih berada
10.00
Ill 1---6- Batas Tekan (MPa} , i diantara batas tarik
I- -12 50
l~Batas Tarik(M'a) dan tekan yang
-15 00
-17.50 diijinkan dengan
-20 00 ~--------------··---·-·-· --·----! demikian struktur box
0 50 100 150
Jarak [m] girder ini aman.

Load case #2 + Prategang

5.00 ~-~·~·~~~·~~~~~~·~··~·~·~~~·~~-;~~e·~··~··~e~a~··~~~-e~~~~~~- i
0.00

a".' ..... .... .I }•<


~ -5.00
c: i-+- Serat Saw ah (MPa)
"C~'l -10.00 .•_..... Serat Atas (MPa}
Cl
Ill
I- I -tr-- Batas Tekan (MPa)
-15 00
-20.00 ·
0 50 100 150
Jarak [mJ

Load case #3 + Prategang

5.00 .. ,._,, ,.,. ,.. , ·~··---··- '---···· ----··-··------' .. -..... ,, . ····----· ··-···--· ····- · -· -·- ·-----·,
I
i
0.00 l
i

t::!!: -5.00
-e

c: ! -+-- Serat Baw ah ( r.tf'a)


"c:'
Cl
-1000 ··•· SeratAtas (I\Pa)
"'
ti)
Ill
I-
--i!r- Batas Tekan (MPa)
-15.00 ~ Batas Tarik (WPa)
41rtln!rtl--n!1·~6 660666666dlr6666.!s66A66 66All 666666

-20.00
0 50 100 150
Jarak {mJ
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

5. Check terhadap kondisi batas

fpu = 1860MPa

fpy := 0.9fpu fpy = 1674-MPa


2
Aps := nps Aps 1 Aps = 0.029m

Di tengah bentang (titik E)


Luas penampang Ac := 7. 15m2
Jarak pusat kabel ke serat atas dp := 1825mm

Mu= 2.0-MuLL
Mu:= 2.0· 15524kN-m Mu= 31048-kN·m
maka : Nilai unluk y p 0.55 untuk fpy/fpu 3 0.8
f : 0.4 untuk fpy/fpu 3 0.85
_EI_ = 0.9 0.28 untuk fpy/fpu 3 0.9
fpu
yp := 0.28

P1 := 0.85 if tc' s 30-MPa


0.65 if fc' ~ 55-MPa

0.85- 0.008· -- fc' - 30~ if 30· MPa < fc' s 55.MPa


[ (MPa)

~1 = 0.794

Aps
pp:=• pp= 0.403·%
Ac
pc:= 0 {!)C := 0

pl:= 0 OJ!:= 0

d:=0

tps :- f ·[1 - YPP 1 .IPP· fpu s.


+ ·([l)f - we)]
pu L tc' dp ·

fps= 1727.185-MPa

Hal. 5-57
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Lebar stress blok pada beton


asumsi tinggi tegangan tekan saat ultimate, a berada di pelat
lebar pelat bf:= 11m
tebal pelat hplt := 250mm

4
Tps := fps-Aps Tps = 4.974 x 10 kN
Tps
a:=-- - - a= 143. 786-mm < hp/t = 250-mm
o.ss.tct«
( OK, asumsi benar)

Periksa Tulangan Maksimum

Berdasarkan ACI I NAWY (untuk balok segi-4)


fps
rop :=pp·• rop = o.188 < 0.36-pt = o.286
fc'
OK, under reinforce (jika prestressed only)
Periksa Momen Desain Ultimate

Mn:= Tps(dp-~)
Mn =c 87204.649-kN-m
Momen Nominal Mn= 87204.6487-kN-m
Periksa :

$ -Mn= 69763.719-kN·m > Mu= 31048-kN-m

periksa apakah $ Mn > Mu jika ya --> OK

Untuk pemahaman yang komprehensif terhadap perhitungan prategang, berikut ini akan
diuraikan contoh aplikatif perhitungan jembatan box girder.

Hal. 5-58
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

CONTOH 5.6

SOAL :
Analisis Lentur Balok Box-Girder

Analisis tegangan lentur pada struktur box-girder menerus berikut ini.


I
l, ···.: ..I
.'":?. .. • 1.~:; ·4·~·4---~·-·

Balok Simetris

Kombinasi beban hidup yang diperhitungkan


LCI
Lt:2
LO
i ii•i i iiiiiiiiiiiiiiiiii ii\:: : : ::::::: :::::::: :::::1:: : :: : : :: :: : : : : : : •ii li i iiiiiii i i ii iiii
1
liti 11 iiiili 11.iiiiii 11 ii ii iii
1 11 1
iii ii 111111)iit.111 I ii iii I I I I ii
A B E C D
1J--- I I m I I -i)_
"f:~ Ll=40m
~;,.
_ ~ L2=10m
'l!,
_ - Ll=40m
"t~._
r

Hal. 5-59
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Diketahui:

Be ban
Asumsi beban lalu lintas, wll; 8 kN/m2 total 100% selebar jalan 5.5m
selebihnya 50%
kN
wLL= 8-5.5 + 4.3
m
kN
wLL= 56 -
m
Asumsi beban lalu lintas terpusat, PLL= 44 kN/m total 100% selebar
jalan 5.5m setebihnya 50%

PLL =(445.5+ 22·3)·1.4 PLL = 431.2 kN

Material
Mutu beton fc' := 37MPa
Mutu strand fpu:= 1860MPa (ASTM A416 270 K)
Diameter strand 12.5 mm ( 0.5 inc)
Luas strand 2
Aps1 := 100mm
Jumlah strand per tendon nst := 12
Jumlah tendon nt := 2-12 nt = 24
Jumlah strand total nps := nstnt nps = 288
Asumsi tegangan efektif fpe := 0.4-fpu fpe = 744-MPa
Gaya prategang F := tpenps Aps1 F = 21427.2-kN
Panjang bentang L := 40 + 80 + 40

Eksentrisitas e1 := (950- 575)mm


e1 = 0.375m

1. Menentukan Beban Ekivalen


Menentukan center qravltasi kabel (cgs) untuk mendapatkan layout kabel Struktur lnl dapat
gabungan. dimodelkan sebagai
sendi di ujung kiri dan
rol pada perletakan
lainnya. Pada contoh

~
-,~A ·
J/,n.
tR. Parabola I tRt P b I 2
ara era ;t D· ~
tR,_i
sebelumnya telah
diberikan perhitungan
dengan analisis
struktur secara manual
metoda cross dan 3-
E Ll:40m ) ( LNIOm )I < Ll=40m ) momen, namun pada
contoh ini akan
dihitung dengan
Menentukan besarnya beban merata ekivalen. software sejenis
SAP2000 atau MIDAS.

Hal. 5-60
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR SETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

Parabola 1

Total Perubahan sudut kelengkungan :


L' := 40m
2 e1
91 := L' 91 = 0.019

Beban merata ekivalen :

F F·91
WP1R
: : L'

F 01
wp1:=L'
kN
wp1 = 10. 044- - .
m
[•J
Parabola 2

Total Perubahan sudut kelengkungan :


L':=BOm
2·e2
92:=7

Beban merata ekivalen :


F F 92
WP2=R=L'
F-02 kN
wp2:=L' wp2 = 12.22·•
m
(tJ

Hal. 5-61
LAMPI RAN
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG
UNTUK JEMBATAN
LAMPIRAN A RUMUS DAN DIAGRAM BALOK

A.1 NOTASI

E = Modulus Elastisitas, kN/m2.


I = Momen lnersia balok, rn".
L = Panjang total balok antara titik-titik reaksi, m.
Mmax = Momen maksimum, kN-m.
M1 = Momen maksimum pada potongan kiri balok, kN-m.
M2 = Momen maksimum di potongan kanan balok, kN-m.
M3 = Momen positif maksimum beam dengan kombinasi momen ujung, kN-m.
Mx = Momen sejarak x dari ujung balok, kN-m.
p = Beban terpusat, kN
P1 = Beban terpusat yang terdekat dari reaksi kiri, kN.
P2 = Beban terpusat yang terdekat dari reaksi kanan, dan besarnya berbeda
dengan P1, kN.
R = Reaksi balok ujung untuk kondisi pembebanan simetris, kN.
R1 = Reaksi balok ujung kiri, kN.
R2 = Reaksi balok ujung kanan atau antara, kN.
R3 = Reaksi balok ujung kanan, kN.
V = Geser vertikal maksimum untuk kondisi pembebanan simetris, kN.
V1 = Geser vertikal maksimurn pada reaksi kiri, kN.
V2 = Geser vertikal maksimum pada reaksi kanan, atau kiri antara, kN.
V3 = Geser vertikal maksimum pada reaksi kanan, atau kanan antara, kN.
Vx = Geser vertikal sejarak x dari ujung balok, kN.
W = Beban total di atas balok, kN.
a = Jarak tertentu di sepanjang balok, m.

LAMPIRAN A-1
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

b = Jarak tertentu di sepanjang balok yang mungkin nilainya lebih besar


atau lebih kecil dari a, m.
= Panjang total balok antara titik-titik reaksi, m.
w = Beban terdistribusi seragam per unit panjang, kN/m.
W1 = Beban terdistribusi seragam per unit panjang dekat reaksi kiri, kN/m.
w2 = Beban terdistribusi seragam per unit panjang dekat reaksi kanan dan
nilainya berbeda dengan w1, kN/m.
x = Besarnya jarak di sepanjang balok dari ujung kiri balok, m.
x1 = Besarnya jarak di sepanjang overhang dari titik reaksi terdekat, m.
D.max = Defleksi maksimum, m.
D.a = Defleksi pada beban titik, m.
L'ix = Defleksi pada jarak x dari titik reaksi kiri, m.
Llx1 = Defleksi balok overhange pada jarak tertentu dari titik reaksi terdekat, m.

LAMPIRAN A-2
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

A.2 FORMULAS! YANG YANG SERING DIGUNAKAN.

Formulasi di bawah ini sering diperlukan dalam perancangan struktural untuk memudahkan
insinyur atau siapapun yang jarang menggunakan rumusan ini sebagai referensi

Balok
Tegangan lentur pada serat ekstrim:
M·c M
f=--=-
I S

Tegangan lentur pada serat tertentu:

f =M · Y
I
, dimana y = jarak dari sum bu neutral penampang.

Sudut dan defleksi pada titik tertentu


Eld2y =M Dimana:
dx2 x =jarak absis dari titik pertetakan
y = jarak ordinat dari sumbu netral penampang
(lntegrasi pertama memberikan rotasi/sudut, integrasi kedua memberikan defleksi. Semua
konstanta integrasi harus ditentukan).

Balok Menerus (teorema tiga momen).


Beban Merata:

M !:J_+2M (!:J_+f:LJ+M 12_=_..J_[w,(L,)3 + w2(L2)3)


• I, b I, /2 c /2 4 I, 12
Beban Terpusat:

M

!:J_ + 2M (!:J_ + 12_) + M
/1 e I, I2 c
12_ = _ P,a,b,
I2 I,
( 1+ ~J-
L,
P 2a 2b 2
I2
( 1 + !:3._)
L2

Dengan menggunakan dua bentang yang bersebelahan dalam struktur menerus:


Ma, Mb, Mc =
Momen pada perletakan kiri, tengah dan kanan secara berurutan pada
sepasang bentang yang bersebelahan.
=
Panjang bentang pada bentang kiri dan kanan secara berurutan.
=
Momen inersia pada bentang kiri dan kanan secara berurutan.
=
Beban merata pada bentang kiri dan kanan secara berurutan.
= Beban terpusat pada bentang kiri dan kanan secara berurutan.
=
Jarak beban terpusat dari kiri perletakan pada bentang kiri dan kanan secara
berurutan.
= Jarak beban terpusat dari kanan perletakan pada bentang kiri dan kanan
secara berurutan.

Rumusan tiga momen ini digunakan untuk balok dengan momen inersia konstan pada setiap
span tetapi nilainya boleh berbeda masing-masing span, menerus di atas tiga perletakan atau
lebih. Dengan menuliskan persarnaan diatas untuk sepasang bentang dan rnenentukan nilai
mornen-momen ujung (biasanya nol), maka momen lainnya dapat ditentukan dengan cara ini.

LAMPIRAN A-3
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

A.3 FORMULASI DAN DIAGRAM BALOK


RUMUS DAN DIAGRAM BALOK
Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

l. SIMPL( Bf'.AM·-UNlfORMl.Y o,snrnwn.o L0,'10

R - V

- ~-({--- .. )
M mu. ( Clltf,.h )

?.. SIMPLf BEA.M·-LOAO INCREASING UNIFORlo'llY 10 ONf. CNO

T 01.,1 Eqoiv. Unifo,m l o~d

.. "j"

.. ''j~w..
\V w,a
.1 1i

M mu . . - ,,. . 1 l ...
(di, - .\n,1)

"• . . .
.3. SIMPLE 9f.AM-LOA.0 INCREASING u~mORMLY TO CtrHrn
4W
Toul (qtJi'f. IJnllorm to~<:I

I(~ V

v.
WI .
M m;t~. ( di 1•"'113h ) - -t,-

Mi ( jlh ¥ ,;-n - vc« (}


WI•
·-t:-)
,\ma 1. ( di tH191'1 ) - 6'ii¥r

"· c ii"• • -: -D
LAMPIRAN A-4
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

,i SIMPLE P.[M.l lJNlfORM COAD PAl.!JIALLY U:~',THlf!UT[O

n, •· v, (rn.i:1 • c/\ tslL.1


r . .. ··-· .. o .
r"!-l ---r~ r~ t ~ • ·~)
t.4,![i ~
! Vi ( m.1, l'b
;_~ :;_._-iR~
R.~---
v, ( 1•L< • • .a ••• ., t,•) .
~: n:n.,, ',. ·~ M rT"l,l,f ( • •J• I - i •
A'
..·
\
) ,. H, ( •
A,',
7,~ ,}
.
,•
J ' ;. •.•..• ·- -·- .... '. ~

.... : ,.i.
• . ...
( I'~• -; ')
M• ( .. ~. ~ :> I <lo <: (• + t>;)
...

..,.
·~ J '

~ ... ·-· ; (1 d .• ..,,, ..

M• ( j<l..a
• ;, (> .. t,1)

5. $f\~P~E BEAM-UNIFORM tOAD PA.RilAtl,Y DIS: RlflVTtD A, ONF f././D

W:~I

M f'Tt..l .. ~ ( Jji < . n_,. \


... / '
n,•
··2,.
+v M, ( j; i'-.,i; • •.: • ')
! >
M, ( Jt-'-"' • .l··1
""' it1 f · · A~

~. ( J•~.1 I ~:.:-
'
.. } • -:ri£\;( ,I I f2t·-~}t ~>1 --~~:-·; :,.} "t' ,·.~ 3)

~"'11
( jiA.1 I
~-· ~) ""at4'·"-{:1 i·J. ). (41., ··:a ... ~· .i'

6. SIMPLE: BEAM-UNIFORM LOAD PARTIAll 'r' DISTRIBUTED Al CA.CH fND

R, - Vt
v,. ( i·~· • A •C. ·) - 1'1 ., I,· 1,.1

( i,··· ., ...... < {.t -f b)) - Rl-- to',•

LAMPIRAN A-5
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

7. SIMPLE BEAM·---CONCENTRATED LOAD AT CENTER

(""" .- .. ···-· ·----·-···1 Tol~I Equiv. Uniform loJd


:.,. ~,._. 1P \
' ~
y
l
' II - V - ,.
p

M ma,. ( a\ poit1t ~, loJ~)

(
PP·
- •Ai•
Px
( . . . . - 4°iiYr n" -4x'1

8. SIMPLE BEAM-CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT

3 P~b
=rt«:
1i.-v,(mu . b)
- ....
ii~• • <. ~·r
.../-
P•b
- . "j ...
f'b•
·-i·-
P,t; (~ + 71)} '>''ii.'<i'+-2.b)
- --- fft:(1 ""· ---- -
P>•b•
- 'lciT
- ...!'..~(I'·-
6f.l l
b• ... ~·>

9. SIMPLE BEAM-TWO EQUAL CONCENTRATED LOADS


SYMMETRICALLY PLACED
I Pa
-·--·-l·---
~1 ;•
Total Equlw. Uniform l~d .. ' 'i.

R-V - p
R R
- p~

Pa
• 2-i'E,· <31• -· h'l

- ..!.6E.I
.'L <Jra - 3:a• - . "'>
( j;a.. x < ") < (I··· a)) • -·~·-
6E.l (31z •·• lx• -- a•)

( ji~• ,: > 2 dan

LAMPIRAN A-6
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATLGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

10. SIMPLE SEAM-TWO EQUAL CONCENTRAT£0 !_OADS


UNSYMMETRICALLY PU\CED
nf "v,(rru ... ii~· • < b) f'
(i-- ~ + tl)

p
- -.i • u .... b ~ .t)

r :, ~ i i.at\' • · ~ i ,., b; )

;a.• ~ :;.. b) - n,.,


( rn..1,. j .i~• ~ < I,) "' Rab

( ji\• • <'. . a)
(· jit)l f,I, I l ..... p (, ~)

t t. SIMPLE BEAM--TWO UNEQUAL CONCENTHATED l.OADS


UNSYM ME:TRICALL Y PLACED
P1 (i- a)+ Pili
I ---

..P.. ,·-~-·--+·- P,{'""(I···· bJ


..

( . jil• • ,• ,l .... ' (/ - t,))


\

M, ( n\..1¥. jili. 1t R, c P,)


M,
(
"'""· ,... , R, -; P:)
M, ( slk• ~<a)
M• ( iiL~ . ::,. ~ """ < (1-b)}

12. BEAM FIXED AT ONE END, SUPPORTED AT OTHER•


UNIFORMLY DISTRIBUTED LOAD
- ig/
3.,,1
- -&"··
- ,Swrl-
ill:' R1-KiJt
wiJ
- 6-
s
• T2ii" "'1'
,....xi
- R,• . --2-
,..-1•
- ,a~Ef
. . . . , . . • ·;au·rAr (/J - Jlx• + 2x•1

LAMPIRAN A-7
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisipembebanan statik

13. BEAM FIXED AT ONE END, SUPPORTED AT OTHER•


CONCENTRATED LOAD AT CENTER
31'
Total Equiv. Uniform load - "2.
&f'
R1 - v, .. ~ "~·~·
16
t tP
---- --1 -·-" -····.. .;
p I g '''if.·-

,,, u1J~.('11:t
. fi.ud ~nd)
\ JPI
·1 fj
~Pl
M: ( ~l pOrnl uf lo.id) , ~ ..32-

M• ( jib x ,: fl
I\ - p ( I .•. _, ~~- )
M, (• JI~• ~ :• ·'f ) .:.: , !~ ..
Pl•
• ·ief..°l'i's "'
i>I*
~m•i. ( ctl x ··I\([- .H:12i) 7 • ..
,O(}<J31 F. I
7p1>
A, ( at point of lo.id) - 1~"1:Y

,h c Jib " -: -D Px
.. '§6t-.- c3P -- s,•)
p
c., ( jib ~> 1) • "ioi::"1 (£ - l)X Cl h. - 21)

T4. BEAM FIXED AT ONE END. SUPPORTED AT OTHER····


CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT

R:i .. Va

r . - - ,--------.1 ( .-..l P<>int of lo•<.l)


p

(at l'ind ~nd) • _Pi~-(a


21•
.,·. .n.

( Jlk• • < ~)

( Jib x > .. ) • f\1>.-· P <~ ---a)


l•-+·.i") P2 CJ• -- ;a,1)1
.o.m,u. ( JI.kt .i < .4141.it x • I 31,._.,.: - ;J°Ei°. ll°ti-:'.:ai\-i'
M,
Am~,;. ( Jtt.a a> .•Hl•h.,1-v~~~ .. )- ~~r-"\,/;-;--;; :
P.t•b•
( at point of load) • •. 12ETfi (l/ + II)
(iuur x<~) - ~
12E.11 •
(3a 1-1-21xt--~it)

( x > J)
)lb - ··12EII•
_f>!_ (l-x)•(.l!'•·~•,-2.a•t

LAMPIRAN A-8
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisipembebanan statik

15. BEAM FIXED AT BOTH ENDS-UNIFORMLY DISTRIBUTED


LOADS
Total quiv.
[ Uniform l.o.Jd - -l
2"'' -

n- v
"';

v . ...... .
M ma,. ( di ujUn<,J )

M 1 ( di te"9al\ )
...
- Ti' (6fr -· 1• .• a,•J

(d'~") - 38W

16. BEr,M FIXED AT BOTH ENOS-CONCENTRATED LOAD AT


CENTER
Tot.ii Equiv, Uniform Load • p
p
R --r
M ma•. ( teng•h d.lln ujung ) - ,·
Pl

r
""• ( jtloa ~ <}) - ·, (~· ·- IJ
Pt•
.1ma.,. ( di .. ftG,h) . • ,sirr
P..;t ' .
- 48£f (3• ..• 4•.1

17. BEAM FIXED AT BOTH ENDS--CONCENTRATED LOAD AT


ANY POINT
Pt:•
R,-v.(m•t.
''""' "<" b) • -·; ,·· (3• ;. b)
.. -- ..---1 _. P,•
n1.:. v2:(m . . ,. Jllul .. >b) '"I'''(" + 3b)
p
M1 ( fflll .. )lka • ~ b) ·-r.- P~b1

r.i•b
M, ( max. Jlka • » b) - •n•ii"•••

Ma

M,
( .at point of load ) - -,-.-·2Paib•

P~b•
( Jlka s <: &) - fl1•-
1:.--

~·r.
?P..•b•
-· « om.ix. ( Jll1a a> b atx - 2a /
i'i-+ti' . )
• .3EI (lll + b)•
Pa•b•
ti.:a ( .al point of lo.ad ) • 3£11··
.. Pb•~•
:.~ ( Jl~a :r. <: • ) - lci,T (3~1-3.u -b•l

LAMP!RAN A-9
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

18. CANTILEVER BEAM--LOAO INCREASING UNIFORMLY


TO FIXED END
foul EQ.ui,,. Unltorm load

P. ·~ v w
v. - y.· ·:: ''
M rnJ~. ( .i, fl.•.td t.rHS)

\l'v' ...
. . , '"'31 ',

;\nu,. ( a\ free cr,d) - , - ; ~,


Y.'/1

{.1. \ .... ~t"t >; 1;,11;

19. CANl'IU'.VER BEAM -·-·LJNIFORML Y DISTHIBUTEO LOAD

· 4t.·!

M mu,.( .tt fi~<d end) ..... -•·r-•-


;,

20. tHN,1 f"IXE.D AT ONE


END. FRH TO 0£1-'L(CT vrnTICALl Y OUT t-.'OT
ROTAT( AT 01Hf:R-UNIFORMLY orsrmaun;o LOAD
I···-·· T.otaf Equiv. Uniform load ., _8 v-t
3
R-V -- 11.•l

Vx
.... , t,
M r,,a.,.( at fiud ~nd)

M, ( .tt dot1.,.te4 ,no)


•• •••• •
...
- ,.,, (l' •• 3.KI)
Ml'

4maa. ( at
'

d•tl~t..i ~nd)
..,,~
~ - R"f'f
w {/I - a•)J
•...... 24t't

LAMPIRAN A-10
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisipembebanan statik

21 CANTILEVER BEAM·-CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT

Tol.a.l Cqulv Uniform lold - =&rP:t,


R ·- \f • • . • •. p

M m.)1.( it fiudtl'ld)

M, ( ~~I • > -)
l'b'
:.m,u.. ( ~t fru el'lil) .A '6{C \l: ·- OJ
Pb>
.H ( at po.i"t ot load) . ~ "lt:.1
Po'
"'• ( ~~· .. c ) ... 6i!:T (lt -l•,. b1
p (! -A) I
,\ l ( {lkl • > ) - ·-·-tit,••·• .. ()t, .. t i •f

22. C,'\NTILEVEH BEAM CONCF.N".'HATED LOAD AT FF~EE END

-· - -1---··----~·
P I
A. - V - p

M n,.u. ( &! foHd tl'id)

- r,

n. OEAM FIXED AT ONE. f.NO, FR(( TO D(fL(CT VERflCALLY BUT


NOT ROTATE ,\T Onl(f~ ···CONCENTRAT~D LOAD Al DEFLECTED END

-···---, ~---·- -, Total fqdv. Uniform lo.id - 41'


p '

",..
M m.i~.( .1! both tn<h )

J.. (I
. - "iftIT'
ni, • • . • •. • • •
_.!.(.l.:-•>' u+z.o
17.f't

LAMPIRAN A-11
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

2-1. BEAM OVERHANGING ONE SUPPOHT---UNIFOHML Y


DJSTRJ OUTED LOAD
n, - v, . •. -); (ll ~·i

( tr,r ovtrhu1g) ,

(H•-f!1 . . ;:})
( al Ra J

25. BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT··-UNIF-'ORMLY


DISTRIBUTED LOAD ON OVERHANG

A,-v,+v, ...
- i{ (21 i- 11)

-··----··"I .,..... ~- v, - ....


·-· •-j (10, over h.ing)

( be"\wccn ,up,:,on.,)

M, ,
. (toronrh .. oo) . - ; {a .. ,;)'

. I ) ...-a•I• ., ·.c. ,•:•...


Am.a,.
( bttw«n 11;ppo,1..at x• ;3 - 18-:;, 3-iZ'r
... 0,4"v! -

( r~, ov(rh-•nv •• •• • , ) -
21fr (41 + b)

( ~~twttn svpporu)

( f~r vvt.rh.ar,9) . .

LAMPfRAN A-
1212
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN D'IAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondlsi pembebanan statik

26. BEAM ovcr,HAN(":;iNG ONE SUPi'OfU··--CON<::ENTR/\TEO


LOAD AT ENO OF OVFRHANG
. ..
- --r
p
- , ,._: '1 · a)
- f'
- · P1
R,'!'

.... p (.~ • ··• .1 :}


.

27. SEAM OVCRHANGING ONC sur-r-onr ·UNIFORl..-tl.. . Y


DlSTRIBUTlO l,OAD OETWEEN SUPPORTS
T,t,1 {,,111,. Un·lo,rr, 1.0,1·.:l - ,.r
n-v
¥1 . ..-( -; ... ~)
ft' . ..,,~, ( •:uMc:) .. -sf-l
II

. .. .

• -u.,, .i"
,., 1 •
- 'i \··· ..
.,..,
. . ,;e~i· (i• --;.!I•'+ ,~i
.. t •••
- -~Et..

28. BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT--CONCENTRATEO


LOAD AT ANY POfNT OETWCCN SUPPORTS

.J
h. _J.

LAMPIRAN A-13
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

29. CONTINUOUS BEAM ---TWO EQUAL SPANS ·UNIFORM L(MD


ON ONE SPAN
louf ti;ui..-. Unitc,rni lo.1d •~:?.
1,4
. t II.'

A, -V, .. ~!.1(,·~ ~·,


)
· a· ·" I

HJ-.... V1
.L
lt
.. r
_!I_ ... J
v. a
M rou. ( •t A - }r; 1) -~~- u I'
51:?

M1 ( al a11pport n,) ·le . .. .


M• ( -wh1n • < J) . ·"
'6'' ·01-H,i
0.001 l c..d"J £.I
t l>'.u. (0.47l I from R,)

30. CONTINUOUS SEAM· ·TWO EQUAL SFANS---CONCENTRATED


LOAD AT CENTER OF ONE SPAN
1_ l, fJ
a
1'
'3i' r>
1l
Ti".,
- ----~,3Z-- r
_,_~_ p
.J~~

Uf',
1t-
0.015 PP/[I
Pl

31. CONTINUOUS BEAM-TWO EQUAL SPANS--CONCENTRATED


LOAD AT ANY POINT

R,
R~ ·-l-·---··- ·J R1

v.
M n1a:i:.(1t point of load).

Ms

LAMPIRAN A-14
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisl pembebanan statik

32. BEAM·--UNlrORMLY DISTRIBUTW LOAD MW VARJABU ENO MOMENTS

M. ( •t I = -· I
2 - ..-- -;-··M,) .
+ H,, t.·,

i.·f•
- ··e- -- M, +·····M- ,
2
(M, - M,l'
1;.;1,
- .

M, : "f
w,i .
(I - x} + (M
--·',-- M,) , ; - M,

To toe.at•
b ( l"IIKtlen polnb)
)
· = \ {'f,17; - (M'- ·-;.;-·-
+ M,)··-···c·M-;"°::M;-)-,
+ --··;:·: ...
.:i -
.o...,;
--·
[
1• -
(
2! + •M, - 4M,
--,. ) •' + f2M.
-w • + I• -
eM,I
·-·-- -
,M,i]
·····-
' - i4U ,d ,.:I 1,;., "'

33. BEAM ----CONCENTRATED LOAD AT CENTER AND VARIABLE ENO MOMENTS

~. ··--·-- t . ··-··. ··~··i


i... .. , •. ..; !P !

"'c· i i
M, :~M,
)"'· R, =: V, = 2- + -rP i-M,

R, R.

fl/ M, + M,
Mt ( ~I le,n;.tl ) :: 4 - -2-- ..

M, ( ~ 1t < T) : (.; + M, -; M,) 1 - M,

M, ( Jikl a> { ) ::: ¥ (/ - a} + (~~~=;-~)• - M1

LAMPIRAN A-15
MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATl;GANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untu k berbagai kondisi pem bebanan stan k

35. CONTINUOUS BEAM-THREE EQUAL SPf,NS-(ND SPANS LOADED

A~~~-
~
"1~~ ,=,-ro=;:-.,~ ~
I
- ,...... .,O..
rr ,.,...l,[lr..-.T., .,9

RA = 0.450 wl Re == 0.550 wl Re = 0.550 ud Ho,;::., OASO wl


,.501,,li,,-.. i O.S~Owl~nl"°T'--·-- I
SH0 ... . <r,".::.::·:::: .550 td ----=;:-:::?r G.450 w!
~R ~- i;,a..,..... 90 r-- i
j --0.05:J wl' :
_ ~0.1013 l~; 1 I-J1.JJIJTI}fu-. +D.~0~3 wll
MOM ENT ~IU!H.llv l i ':::....'._J..l.il.lJ.~. '
~o._,)50 [~ r ! i-2.:/·S.O.L'.I
a Max. (0.4~ I from A or D) O.OO"tS a-t<,1(1

ss. CONTINUOUS BCAM-THR£t. EQUAL SPANS-·ALL SPANS LOADW


wl u:l ll!~

OMENT

6. Mu. (0.44ti I fron, Ao, 0) , .. 0.0069 oo/4/U

LAMPIRAN A-16
MANUAL PERENCANAAN S !RUKTUR BETON PRATt:GANG UNTUK JEMBATAN

RUMUS DAN DIAGRAM BALOK


Untuk berbagai kondisi pembebanan statik

37. CONTINUOUS BEAM--FOUH EQUAL SPAN:;. ··THIRD SPAN UNLOADrn


uil wl wl

. A 1-,. .., l
~rrn"r?=l -
8 I ~--·· ... . l__ ,
-
U.JJJ.::u:u:rn::,i ,
l
j ~'°--·
. ..J E
RA e,: 0.380 wl RB= 1.223 w[ Re""' 0357 wl Ro= 0.596 wl R, = a 4A2 1'
f I L E , . ~ !L,
1
0.380 u.l '"'h-~ 0-?~~-~'!fT'--r~- . . ~£f!fnD:t..,,,_ --.::::r: ~
SHEAR i~-J..iO G20 w[ ~o.39f;:;7( 10.040 eel :0.442 wl
' -0.1205 iol! I ' '
--0.0179 uii! --0.058 wl2 i
j +o.072 1:l'i' , ' rrrrrTT"l~-09_77 iol? l
I i I ; ; ' +o v.in u·P i
t'1TI!CY:/~---r-· . ::_r:::::J;;-.. 4==G . 1·· ~'J)J?
MOM ENT1·_1) sso •• _,._, I,
..... ,v.H,.,...__...
r' ;
I ·o~
r
l). t:'.) J ~
,r
• • •• _..4-,
; 1! ;! -~o·
' .~ !,') 1;
i ..... ~ ;
~-~---~ ...,.,.~

& Mu. (0.47SI t,o.., E) ,., -, o.~4 ,I'!'/!'..!

38. CONTINUOUS BE.AM· FOUR EQUAL SPANS·-·LOAO FJRSf ANO THIRD SPANS
wl wl

A ;irr-~-,--~-~~.. ,. . ~-~-L.- ~~,. ,.r~--.=r~:-· :·-~ c~-~~~~_=z - ~ . ·-1 [


RA .:,;o 0.446 wl Re:::: 0.572 wt Re= 0.4&4 wl Ro :o,: 0.572 ui! R _ -0 oc· .,_,
E ~ . ;J'f t.... ~..

0.446 wlf.1i;,_;:,;;. ~..!0~.0~1;8:;.w:;..·l1 ~=;::.::~9::::.-:::i}~.2.:iu;:;: lj_~J; .:!::~~0~.0~54.;


~w· l~·I==:-~:::::-1:'., :ex,:::::::, ic::::::;10.054 iol
I
P, ;;

SHEAR '/0.554 wl ·- · · · ;0.518 ii,·l i


-0.0536 uil? j
r

+0.09% wt: !

lo.s1sti ··~
~--·
t. Mu. (0.4n l fNm A.}•• 0.0097 &d"/U

R CONTINUOUS 8 EAM--FOU R EQUAL SPANS -Au, SPANS LOADEO

,:.. M~,:. (0.440 I rrom A and E} = 0.0065 °"'IEI

LAMPIRAN A-17
0\()
•ii - Sr
Q
r
':!

Era ~\o
CJ)
r...a...
Q)
rJ)
c
ra
.0
Q) ~
z .0
c
~
<(
m
"O
::i:i Ol ~
~ c
i.J.l
-. .£9c
~ Q) ~
::::, .0 <( ~
,....

:J
z
c
m
Ol
c
0:::
UJ
~
c:
0
(!)
"Cl iq
z ~
< 0
z<(
0
,.t.....l
~
ro
.0
~:,
c:,
co
UJ
co
~
ffica
0.. ti) ::::::,
:J c:
m I-
~
:;:; ,:t: ~ra z::::::,
co w c
ix:
2
z :,
.21
0:::
w
w
"Cl
roo, ow:
~
::i
~
:e ra
-0
(9
f-,
~ z
VJ
z<( 0 :~
.c
<( ...
0
...J 0 ci
+
<(
z<( ~ zUJ
.0
~ ~ '5 ~
:z
i.J.l 0
c.:: aJ E
i.J.l ~ ~
0..
-l z CJ)
z
w C'\i

- "Cl

.~
LJ..
I
<( <( "Cl

o: ~
m
c:
::i ,:t:
UJ
E:
.!S!
~
z
Q.
~
'iii
ra
:J
0
~
i
<( § ,-
0 ~
...J LI.. a:i
I)._

....J
£...2..
-c
0::: q
~ ...
z
<{ 0.
0.. 0 0
~
,..
N

Q.
-..c, ....
z<{
oz
UJ
0. 0
I• ~
<{ Cf)
Cf) :::::>
:::::> Cl.
Cl.
0::: 0:::
UJ
llJ 1-
1-
z z
<{
a1
llJ
en
UJ
en en
~ ~
:::::> :::::>
1- 1-
z z
:::::> :::::>
0::: 0:::
llJ UJ
Cf) Cf)
llJ UJ
o o
z z
<{
~ 0
z z
llJ iu
~ ~
0 0
~ ~
z z
llJ UJ
Cf) Cf)
u::
UJ
U:::
llJ
0 0
~ ~
N (")
a:i en
0..
~ "'
Q
~
Cl. 0..
~
Q. r-
f) a. ...f5
~ Q.
z<( 0.. IL

II- IL
:::s::: ~
~
<(
'z
~
zUJ Ol
'"l
0

o:
::::>
a..
a:::
UJ
r
z
~
UJ
CD
:::s:::
::::>
r
z::::>
a:::
UJ
(/)
LU
(9
z<(
0
z
LU
2
0
2 ..,
z s
UJ "'
i~
(/)
u,
UJ
0
~
-.::-
iS -5!E
~
cci

Anda mungkin juga menyukai