Anda di halaman 1dari 33

Konsep Perancangan

Struktur Jembatan di
Wilayah Rawan Gempa

Prof. Iswandi Imran

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)


Institut Teknologi Bandung (ITB)
Jl. Ganesha 10, Bandung (40132)
Records of Earthquakes in Indonesia

Ir. E. K.Kertapati
Shallow Earthquake (< 70 km)
Intermediate (70 – 300 km)
Deep Earthquake (> 300 km)
MAJOR TECTONIC PLATES CONFIGURATION
IN INDONESIA

EURASIA PLATE
PHILIPINE PLATE

PASIFIC PLATE

12 cm/year

6 cm/year

INDO AUSTRALIA PLATE

Bock et al., 2003


Standar untuk Perencanaan
Struktur Jembatan Tahan Gempa
Ketentuan untuk Kuat Lateral Perlu dan Tingkat Kinerja
 Gaya gempa desain (berdasarkan hazard risk)
 Kelompok/Zona Gempa  sesuai hazard risk
 Tingkat kinerja untuk level hazard risk yang dipilih (divariasikan sesuai
tingkat kepentingan/keutamaan fungsi infrastruktur)
 Strategi untuk mereduksi gaya gempa
 Faktor modifikasi respon

Hal-hal tersebut diatur dalam SNI Gempa Jembatan (SNI 2833)


 Acuan : AASHTO

Ketentuan Desain dan Detailing Elemen untuk Daktilitas Struktur


 Persyaratan detailing untuk berbagai sistem struktur sesuai Zona Gempa
 Persyaratan material konstruksi sesuai zona gempa

Hal-hal terkait aspek desain dan detailing diatur dalam SNI Beton Jembatan.
 Acuan: SNI dan AASHTO
Map of PGA
Map of SS

0.10
0.05
1.20
1.00
0.90

0.70
0.60
0.50
Map of S1

0.20
0.15
0.10

0.25
0.50

0.05
0.40

0.30 0.40
0.25

0.20

0.30
Kelas Situs
Faktor Amplifikasi
SDS

Spectral Response Acceleration, sa (g)


AS = FPGA x PGA
SD1 SDS = Fa x SS
SD1 = Fv x S1

AS

0,2 TS TS=SD1/SDS 1,0


Periode, (seconds)

Design Spectrum
Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Seismic demand pada perancangan konstruksi


jembatan akibat respons spektra (percepatan
gempa) rencana di Indonesia pada umumnya sangat
signifikan  jauh lebih besar dibandingkan dengan
pengaruh beban lateral lainnya, seperti angin.

• Bila demand tersebut tidak direduksi, hal ini akan


berakibat pada massive dan besarnya elemen-
elemen struktur elevated pemikul beban gempa.

• Ada beberapa metoda untuk mereduksi seismic


demand tersebut.
Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Mengijinkan terjadinya kerusakan atau perilaku


inelastic saat bangunan terkena gempa kuat

• Isolasi massa besar bangunan dari gerakan


tanah saat gempa menggunakan “seismic
isolation atau LRB”

• Memanfaatkan “seismic dampers” → active atau


passive energy dissipation
Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Mengijinkan terjadinya kerusakan atau perilaku


inelastic saat bangunan terkena gempa kuat

• Isolasi massa besar bangunan dari gerakan


tanah saat gempa menggunakan “seismic
isolation”

• Memanfaatkan “seismic dampers” → active atau


passive energy dissipation
Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Bangunan harus berperilaku elastik (tanpa


kerusakan berarti) saat menahan gempa kecil
dan menengah

• Bangunan harus didesain dengan kemungkinan


yang rendah untuk “collapse” (namun boleh
mengalami kerusakan “ringan hingga berat”
dengan fungsi yang “tidak boleh atau boleh”
terganggu) saat menahan gempa rencana
(R=1000 thn)  perilaku inelastik diijinkan dalam
“batasan tertentu”.
Filosofi Desain JembatanTahan Gempa

Kapasitas Disipasi Energi Global

Gaya Elastis
Kebutuhan gaya elastis Fe
maksimum Kebutuhan perpindahan
elastis maksimum
Gaya pada saat kondisi
leleh
Non-linear
Reduksi gempa didefinisikan Kebutuhan
dalam bentuk parameter R : perpindahan
Fy non-linear
Fn maksimum
Fe
Fn =
R
uy ue um Perpindahan
R = 1,5 hingga 5
Performance Objectives

NCHRP 440

PE=1-(1-1/R)^n
Respons Global dan Kinerja Infrastruktur

NCHRP 440
Fully Operational Level

• Kerusakan struktur dan non-struktur pada


struktur jembatan relatif kecil
• Pengguna aman dan terlindungi selama
kejadian
• Utilities tetap fungsional
• Fasilitas dapat digunakan segera
• Losses < 5% nilai infrastruktur
Operational Level

• Kerusakan struktural relatif kecil


• Pengguna dalam kondisi aman dan terlindungi
selama kejadian
• Kerusakan minor pada elemen non-struktural
• Infrastruktur aman untuk dioperasikan secara
terbatas (tidak semua fungsi sepenuhnya berjalan)
 kemungkinan ada gangguan operasional
• Losses < 15%
Life Safety Level

• Kerusakan struktur cukup signifikan


• Kerusakan non-structural cukup parah dan
ekstensif
• Infrastruktur tidak aman untuk difungsikan
hingga dilakukan perbaikan
• Losses < 50%
Collapse Prevention Level

• Kerusakan struktur dan non-struktur bersifat


ekstensif (hampir keseluruhan)
• Struktur tidak dapat digunakan
• Perbaikan mungkin tidak praktis dan ekonomis
• Loss >> 50%
Klasifikasi Operasional Jembatan

• Jembatan sangat penting (critical bridges)


• Jembatan penting (essential bridges)
• Jembatan lainnya (other bridges)
Konsekuensi
Agar infrastruktur jembatan yang didesain dengan
kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan gaya
gempa elastik rencana dapat bertahan terhadap
gempa tersebut, maka:
• Struktur harus memiliki kemampuan untuk berdeformasi
secara bolak-balik di rentang inelastisnya.
• Struktur harus bersifat daktail
• Response inelastis struktur tidak boleh memperlihatkan
degradasi kekuatan dan kekakuan yang berlebihan

Agar infrastruktur jembatan dapat berperilaku seperti


diatas diperlukan sistem struktur dan material yang
daktail  perlu detailing yang memadai. Detailing
disesuaikan dengan tingkat kerawanan gempa (zona
gempa).
H D
H
Helastic

¾ × Helastic

½ × Helastic Kekuatan

¼ × Helastic Kebutuhan
daktilitas

Dmax D
Zona Gempa
Faktor Modifikasi Response
Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Mengijinkan terjadinya kerusakan atau perilaku


inelastic saat bangunan terkena gempa kuat

• Isolasi massa besar bangunan dari gerakan


tanah saat gempa menggunakan “seismic
isolation atau LRB”

• Memanfaatkan “seismic dampers” → active atau


passive energy dissipation
Lead Rubber Bearing (LRB)
Strategi Reduksi Seisimic Demand
Strategi Reduksi Seisimic Demand
Berbagai Hal yang Harus Diperhatikan
untuk Mendapatkan Infrastruktur
Jembatan Tahan Gempa

• Aspek Perencanaan  Perencana harus paham mengenai


persyaratan detailing, hirarki keruntuhan, material untuk
jembatan tahan gempa, serta kondisi geoteknik di lokasi
bangunan
• Penggunaan Material Code-Compliance  Perencana
dan pelaksana harus paham akan spesifikasi material untuk
konstruksi jembatan tahan gempa.
• Aspek Pelaksanaan  Pelaksana harus paham akan
standar pelaksanaan konstruksi tahan gempa.
Persyaratan Baja Tulangan untuk
Infrastruktur Transportasi Tahan Gempa

< 1,3
fy
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai