Anda di halaman 1dari 147

KONSEP DAN PERENCANAAN STRUKTUR

PRACETAK DENGAN PROGRAM


(3 DIMENSI) BERBASIS KOMPUTERISASI
Riyanto Rivky-IAPPI
WORKSHOP MATERIAL KONSTRUKSI BETON PRACETAK DAN PRESTRESS

05 DESEMBER 2020
PENDAHULUAN
Beton Pracetak (Precast Concrete) adalah beton yang dicetak di beberapa lokasi (baik dilingkungan
proyek maupun di pabrik- pabrik) yang pada akhirnya dipasang pada posisinya dengan suatu sistem
sambungan sehingga rangkaian elemen demi elemen beton pracetak menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai
suatu struktur

22
PENDAHULUAN
Penggunaan beton pracetak pada pelaksanaan gedung di Indonesia mulai
berkembang dengan pesat, IAPPI sebagai suatu wadah ahli pracetak Indonesia
sangat mendukung perkembangan (pertumbuhan) sistem pracetak di Indonesia

Baik bangunan tingkat rendah, menengah,maupun pada bangunan tingkat


tinggi

Bagian dari bangunan : Struktur dan Non Struktur (Arsitek)

Bangunan yang mempunyai modul (type) komponen struktur maupun non


struktur yang berulang sangat ideal 3
3
PENDAHULUAN
Sistem Pracetak dibagi atas :
- Sistem Frame (kolom dan balok)
- Sistem Bearing Wall (dinding)
- Sistem Cell
- Sistem Campuran
- Precats Lantai
- Precast Atap
Untuk Arsitektural dapat dibuat unik dan kreatif
Pertimbangan lain dalam perubahan bangunan dengan metode 4

precast
4
PENDAHULUAN
Pertimbangan lain dalam perubahan bangunan dengan metode precast :
1. Sistem Joint
- Dry Joint (las embeded, Baut)
- Wet Joint (Grouting, Beton)
2. Sistem Erection
- Kapasitas alat angkat
- Dimensi dan berat beton pracetak
- Alat pengangkatan beton pracetak
- alat perancah 5
5
PENDAHULUAN

KEUNGGULAN SISTEM BETON PRACETAK


☺ Pengendalian Mutu Baik
☺ Reduksi penggunaan cetakan,perancah
dan tenaga kerja di lapangan
☺ Pelaksanaan Cepat
☺ Kehandalan struktur terjamin
☺ Ramah Lingkungan 6
☺ Kualitas Konstruksi Lebih Terjamin
☺ Ekonomis
MAKSUD & TUJUAN
Maksud dan Tujuan
Melakukan perencanaan struktur beton pracetak dengan melakukan estimasi perhitungan
harga struktur bangunan dari sistem beton pracetak tersebut. Kemudian dilakukan
perbandingan harga struktur terhadap harga struktur dengan metode beton konvensional
sehingga didapatkan efisiensi.

7
ACUAN NORMATIVE YANG DIGUNAKAN

SNI 2847-2019: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung


SNI 1726-2019 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
SNI 1727:2020 : Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
SNI 1729:2020 : Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
SNI 7832;2017 : Analisis Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak insitu
untuk konstruksi bangunan gedung

8
ACUAN NORMATIVE YANG DIGUNAKAN

SNI 7833;2012 : Tata Cara Perancangan Betron pracetak dan beton


prategang untuk bangunan gedung
SNI 7834;2017 : Metode Uji dan Kriteria Penerimaan Sistem Struktur
Rangka Pemikul Momen Beton Bertulang Pracetak untuk Bangunan
Gedung
SNI 8367;2017 : Persyaratan Perancangan Geoteknik
SNI 8460;2017 : Spesifikasi Perancangan Rangka Pemikul Momen Khusus
Beton Pracetak pascatarik tanpa lekatan
9
KEUNGGULAN DAN KELEBIHAN SISTEM PRACETAK

10
KEUNGGULAN DAN KELEBIHAN SISTEM PRACETAK

11
KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK
 Komponen struktur (dimensi) dibuat Modular
 Berat komponen dibatasi oleh kapasitas alat angkat
 Tata letak komponen di buat sederhana
 Meminimalkan jumlah balok anak
 Bata ringan sebagai dinding pengisi dan Pelat Lantai Ringan (pelat satu arah)
 Kuat
 Stabil
 Tahan gempa
 Sistem sambungan
12

 Mudah dalam pelaksanaan


ASPEK TEKNIS PENGGUNAAN SISTEM PRACETAK
A. FAKTOR PERENCANAAN
B. FAKTOR SISTEM STRUKTUR
C. FAKTOR SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
D. FAKTOR PRODUKSI
E. FAKTOR TRANSPORTASI
F. FAKTOR PEMASANGAN
G. FAKTOR SAMBUNGAN SISTEM
H. FAKTOR PERBAIKAN
13
TAHAPAN DESAIN/PERENCANAAN PERUBAHAN METODE
KONVENSIONAL KE METODE PRACETAK
a. Data Perhitungan struktur yang akan dirubah ke system pracetak terlebih dahulu di cek
terhadap system gaya gempa yang digunakan pada system konvensional. Parameter seismic yang
dipakai koefisien modifikasi respon (R) ; Faktor kuat lebih (Ω) dan faktor pembesaran defleksi
(Cd) sesuai table 12 – SNI 1726-2019
b. Bandingan dengan parameter system pracetak yang akan digunakan sesuai yang tertera pada
hasil pengujian sistem pracetak tersebut. Biasanya untuk nilai parameternya tercantum pada
sertifikat dan laporan pengujian.
c. Cek parameter system pracetak yang akan dipakai, apakah sama dengan parameter system
konvensional. Jika sama analisa tetap dilakukan dan yang perlu dilakukan rubah kombinasi
pembebanan sesuai SNI 7833-2012 serta analisa system sambungan sesuai dengan detail
sambungan yang telah di uji.
d. Jika system pracetak yang digunakan berbeda dengan system konvensional, cek parameter hasil
14

uji pada laporan hasil uji (termasuk system struktur kategori KDS) bandingkan dengan tabel 12
– SNI 1726;2019
TAHAPAN DESAIN/PERENCANAAN PERUBAHAN
METODE KONVENSIONAL KE METODE PRACETAK

e. Sistem Struktur SRPMB dapat digunakan di zone KDS A,B, demikian juga bila termasuk SRPMM
diterapkan pada KDS A,B dan C sedangkan yang termasuk dalam kategori SRPMK dapat
diterapkan pada semua zona KDS A-B-C-D-E dan F. Apabila struktur rangka penahan momen
system struktur pracetak tidak sesuai, bila akan digunakan pada zona KDS satu tingkat diatasnya
masih dapat diterapkan dengan cara menambahkan struktur dinding geser (shearwall) dan
parameter yang digunakan pun disesuaikan dengan table 12 – SNI 1726:2019.
f. Nilai Reduksi Gempa ( R ) :
- R > 7,1 ; setara dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
- R antara 3 s.d 7 ; setara dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
- R < 3 ; setara dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) 15
TAHAPAN DESAIN/PERENCANAAN PERUBAHAN
METODE KONVENSIONAL KE METODE PRACETAK

SNI
1726;2019
16
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
Ps.4. Persyaratan Sistem Struktur SNI 2847-2019

17

Sumber : Presentasi B.Budiono 2847;2019


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
Ps.4. Persyaratan Sistem Struktur
SNI 2847-2019
Pasal Beban
rencana ps 5
26 Beton-ps.19 SNI 1726
Persyaratan untuk Baja tulangan Lintasan
konstruksi ps 20 beban, dari
tipe khusus
4.14 pelat ------
fondasi
Evaluasi kekuatan memenuhi
Pasal.20.6.1
dan
bangunan eksisting – persyaratan
ACI 216.1 Pasal 27 kompatibilitas
deformasi dan
keseimbangan
Tabel 4.10.2.1 – n≥
ϕSgaya
Persyaratan minimum U
integritas struktural
SNI
sebagai tambahan persyaratan
kekuatan, kemampuan layan, 1726 18

dan durabilitas SNI 2847- Ps.19.3.2. ps.26.4,


Sumber : Presentasi B.Budiono 2847;2019
201X-ps.14, 4.9 ps.20.6
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)

I. PENDAHULUAN
II. KRITERIA DESAIN
III. ANALISA STRUKTUR
IV. DESAIN ELEMENT STRUKTURAL

19
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
2.4 Parameter Desain Seismik
1. PENDAHULUAN
2.4.1 Kriteria Desain Seismik (KDS)
1.1 Deskripsi Proyek
2.4.2 Sistem Penahan Gaya Gempa
1.2 Lingkup Pekerjaan 2.4.3 Fleksibilitas Diafragma dan Gaya
2. KRITERIA DESAIN Desain Diafragma
2.1 Codes, Standards, dan Referensi 2.4.4 Ketidakberaturan Horizontal dan
Vertikal
2.2 Material 2.4.5 Faktor Redundansi (ρ)
2.3 Pembebanan 2.4.6 Periode Fundamental dan Skala Gaya
2.3.1 Pembebanan Gravitasi 2.4.7 Torsi Bawaan dan Torsi Tak Terduga
2.3.2 Pembebanan Seismik 2.4.8 Perpindahan Antar Lantai (Interstory
Drift)
20
2.3.3 Kombinasi Pembebanan 2.4.9 Pengaruh P-Delta
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
3. ANALISIS STRUKTUR
2.5 Perencanaan Elemen Struktural
3.1 Pemodelan Struktur
2.5.1 Perencanaan Elemen Struktural
Rangka Pemikul Momen (SRPM) 3.1.1 Model Struktur 3D
2.5.2 Sambungan Pracetak 3.1.2 Kekakuan Elemen Beton
2.5.3 Sambungan Geser pada Pelat 3.1.3 Tahapan Konstruksi (Construction Stages)
Pracetak 3.1.4 Hasil Analisis Gaya Dalam pada Tahapan
Konstruksi
2.5.4 Diafragma pada Pelat Pracetak
3.1.5 Hasil Analisis Gaya Dalam pada Tahapan
2.5.5 Metode Perhitungan Struktur Konstruksi
Bertahap
3.2 Analisis Statik 3D Beban Gravitasi
3.2.1 Reaksi Perletakan 21
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
3.4 Analisis Parameter Desain Seismik
3.4.1 Pengecekan Ketidakberaturan
3.3 Deskripsi Karakter Modal Struktur
Horizontal
3.3.1 Periode Struktur • Tipe 2, Ketidakberaturan Sudut Dalam
3.3.2 Mode Shape • Tipe 3, Ketidakberaturan Diskontinuitas
3.3.3 Modal Mass Participation Ratio Diafragma

3.3.4 Analisis Respons Ragam • Tipe 4, Ketidakberaturan Pergeseran


Melintang terhadap Bidang
• Tipe 5, Ketidakberaturan Sistem
Nonpararel 22
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
3.4.3 Pengecekan Periode Fundamental
3.4.2 Pengecekan Ketidakberaturan dan Skala Gaya
Vertikal
3.4.4 Proporsi Ratio Gaya Geser Dasar
1. 1a dan 1b, Ketidakberaturan Vb
Kekakuan Tingkat Lunak
3.4.5 Pengecekan Torsi Bawaan dan
2, Ketidakberaturan Berat (Massa) Torsi Tak Terduga
3, Ketidakberaturan Geometri Vertikal 3.4.6 Pengecekan Simpangan Antar
4, Diskontinuitas Arah Bidang dalam Lantai (Interstory Drift)
Ketidakberaturan 3.4.7 Perencanaan Struktur Basement
Elemen Penahan Gaya Lateral Vertikal
23

3.4.8 Pengecekan Pengaruh P-Delta


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
4. DESAIN BALOK PRATEGANG
5.2.3 Tulangan Transversal
4.1 Properti Penampang Balok Prategang
4.1.1Lebar Efektif Pelat pada Balok T
5.2.4 Kekuatan Lentur Minimum Kolom
4.2 Persyaratan Tegangan Izin 5.3 Desain Hubungan Balok - Kolom
4.3 Gaya Prategang Metoda Serviceability 5.4 Desain Penulangan Pelat
4.3.1Gaya Prategang Balok Induk
5.4.1 Pelat Konvensional
4.4 Desain Penulangan Balok Prategang
4.4.1Desain Penulangan Balok Induk
5.4.2 Pelat HCS
4.5 Defleksi Balok Prategang 5.5 Desain Diafragma
5. DESAIN ELEMEN STRUKTURAL 5.5.1 Penentuan Gaya Desain Diafragma
5.1 Desain Penulangan Lentur dan Geser Balok SRPMK
5.5.2 Desain Kord
5.2 Desain Penulangan Lentur dan Geser Kolom SRPMK
5.2.1Pengecekan Definisi Kolom 5.5.3 Desain Balok Kolektor 24

5.2.2Tulangan Longitudinal dan Konfigurasinya


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
(LAPORAN DESAIN)
CATATAN KHUSUS DALAM PERENCANAAN GEDUNG DENGAN SISTEM PRACETAK :
1. Semi rigid diafragma
2. Dimodelkan sbg shell dng reduksi kekakuan 0.25.
2. HCS dimodelkan per lembar, kmdn didiskretisasi.
3. Kolektor penghubung shear wall dng frame diasumsikan sbg kolom.
4.Analisa awal balok dimodelkan sbg kolom. Kmdn dicek :
a. Bila Pu > 0.1 f'c.Ag, kolom kolektor
b. Bila Pu < 0.1 f'c.Ag, bisa dianggap sbg balok.

5. Lantai hrs didesain sbg semi rigid, bila :


a. Struktur tdk beraturan.
b.Torsi yg melebihi persyaratan.
c. H/B > 3.
d. Pracetak
25
Mutu beton CIP tdk beda 1.4x dr precast.
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
I. Data – data Teknis berupa Gambar Arsitektur, Gambar Struktur (konvensional) & Gambar Mekanikal, Elektrikal,
Plumbing (MEP)_ jika diperlukan

26
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur pracetak yang akan di analisa
 Bangunan yang akan di buat dengan
Sistem Precast harus di kaji ulang atau
Review Desain
 Pemilihan Sistem Pracetak Sangat Penting
tergantung dari Bangunan itu sendiri
 Improved/Modifikasi terhadap Parameter
System Tersebut (tidak merubah fungsi
awal dan bentuk dari bangunan)
 Efektif dalam Pemilihan Jenis
sistem,Standarisasi dimensi precast,
penggunaan mould, pengelompokan tipe 27

precast guna mempercepat pekerjaan


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa

Komponenisasi Pracetak
28
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa

29
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa
Contoh Proyek Gedung
PASPAMPRES JAKARTA

30
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa

31
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa

32
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
II. Konsep desain struktur yang akan di analisa

33
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
III. Sistem Pracetak Yang Digunakan
sampai saat ini telah tersedia sekitar +/- 40 sistem pracetak tahan gempa sebagai teknologi
pembangunan rumah susun sederhana.

34
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
III. Sistem Pracetak Yang Digunakan
 Bangunan terdiri dari 10 lapis struktur atas dan 1 lantai basement. Secara umum struktur dapat dikategorikan sebagai sistem struktur
ganda yaitu gabungan antara rangka pemikul momen dan dinding geser. Struktur direncanakan menggunakan Kombinasi metode beton
PRACETAK dengan sistem Post Tension Unbonded untuk frame balok, dan Komponen pelat lantai menggunakan Hollow core slab
dengan ketebalan 265 mm. Sistem Post Tension Unbonded untuk frame kolom balok telah melalui suatu proses pengujian joint kolom
balok interior maupun eksterior yang mana menghasilkan performa yang baik dan sesuai dengan kriteria penerimaan struktur rangka
pemikul momen yang ada dalam SNI 7834:2012, dan sistem ini bisa digolongkan dalam struktur rangka penahan momen khusus
(SRPMK).
 metode KONVENSIONAL untuk dinding geser

35
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
III. Sistem Pracetak Yang Digunakan
Metode Uji dan kriteria penerimaan sistem struktur pemikul momen beton bertulang pracetak
untuk bangunan gedung (SNI 7834;2017)

36
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
III. Sistem Pracetak Yang Digunakan

37
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
IV. Spesifikasi Material yang akan di gunakan (mutu beton & mutu tulangan )
Mutu Beton minimum mutu beton f ’c 20 Mpa (SNI 2847-2019) ,Agar didapat design yang
ekonomis, mutu beton di bedakan Contoh :
• Kolom Pracetak dan Shearwall : f’c= 35, 30 Mpa
• Tie Beam, Pile Cap, Pelat dan Dinding : f’c= 40, 35 Mpa
• Pelat Lantai Pracetak : f’c= 45, 40, 35, 30, 25 Mpa
• Balok Pracetak : f’c= 45, 40, 35, 30, 25 Mpa
• Bored Pile : f’c= 30 Mpa

Mutu BajaTulangan sesuai SNI 2052-2017 & SNI 2847-2019


Harus Ulir , tidak boleh polos kecuali untuk tulangan spiral (!!!)
Mutu U420B (warna cat merah) , bukan U420A. 38

Mutu U52 , bahkan U70, boleh digunakan untuk tulangan pengekang / kait/ cross ties.
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
Persyaratan material baja tulangan untuk SRPMK dan SDSK (Pasal 20.2.2.5):
Spesifikasi BjTS 420B dalam
SNI 2052:2017 memenuhi
ketiga persyaratan pada
20.2.2.5.b)
fy max=545

TS/YS ≥1,25

SNI 2052:2017
es minimum
14% untuk D10-D19
12% untuk D22-D36
10% untuk D43-D57
39
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Metodologi Desain
Struktur atas gedung dianalisis secara 3-dimensi. Kolom dan balok dimodelkan menggunakan frame element, sedangkan pelat
lantai dimodelkan menggunakan shell element dengan memperhitungkan pengaruh diafragma.
Beberapa hal yang menjadi perhatian utama terkait permodelan struktur adalah:
1. Perletakan kolom pada lantai dasar diatas basement (Bila ada) diasumsikan berupa perletakan jepit.
2. Taraf penjepitan struktur atas diasumsikan pada elevasi Lantai Dasar diatas Basement
3. Pelat lantai diasumsikan sebagai diafragma semi-kaku pada bidangnya (in plane).
Dalam menentukan gaya-gaya yang digunakan dalam desain elemen struktural, dilakukan metode perhitungan atau
pemodelan bertahap. Tahapan pertama adalah pada saat balok berperilaku sebagai balok sederhana. Tahapan kedua
adalah pada saat sudah terjadi penjepitan pada kedua ujung balok pracetak sehingga membentuk sistem rangka pemikul
momen. Pada tahapan pertama, sambungan dimodelkan hanya dapat menahan geser dan beban gravitasi (pinned connection).
Sedangkan pada tahapan kedua, sambungan dimodelkan dapat menerima momen, geser dan juga beban gravitasi (rigid
connection).
40

Gaya-gaya dalam dari kedua model kemudian diambil yang paling ekstrem untuk kemudian digunakan untuk mendesain
tulangan pada daerah tumpuan dan lapangan akibat beban gempa dan juga beban gravitasi yang bekerja.
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

41
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

42
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

43
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak

44
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak

ROTASI
45

TRANSLASI ARAH - Y TRANSLASI ARAH - X


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak

46
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak
Tahapan Konstruksi (Construction Stages)
Model 3D dan pembebanan yang dibuat juga mempertimbangkan adanya pengaruh tahapan konstruksi (construction
stages). Berikut adalah tahapan konstruksi yang dipertimbangkan

Tahap.1 Setelah pondasi selesai dikonstruksi, pertama-


tama kolom Lantai 1 (beton konvensional)
dibangun.

Tahap.2 Pemasangan Alat bantu kerja Support/scaffolding


47
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak
Tahapan Konstruksi (Construction Stages)
Model 3D dan pembebanan yang dibuat juga mempertimbangkan adanya pengaruh tahapan konstruksi (construction
stages). Berikut adalah tahapan konstruksi yang dipertimbangkan Balok induk bentang 13 m yang berupa Balok Precast Prestress telah dibuat
menjadi 3 segment. Pemasangan Balok segment 1 ditempatkan diatas kolom
dengan bantuan alat tower crane dengan support sementara yang terbuat
dari baja (Scafolding). Dilanjutkan pemasangan balok segment 2 dengan
bantuan alat tower crane dengan support sementara yang terbuat dari baja
(Scafolding), kemudian Dilanjutkan pemasangan balok segment 3 dengan
bantuan alat tower crane dengan support sementara yang terbuat dari baja
(Scafolding).
Pemasangan tulangan dissipater/spiral pada bagian bawah balok segment
2.e) Pasang Besi sengkang pada sambungan balok segment 2 dan segment 3 dilanjutkan
pemasangan pembesian sengkang pada segment 1 dan di grout dengan bahan non srinkage
(anti susut)
2.f) Setelah komponen balok ter join/grout, komponen pelat lantai HCS diletakan diatas
balok dan pasang tulangan atas balok dengan support sementara yang terbuat dari baja
(Scafolding) pada bagian pelat HCS.
Untuk alat bantu support/scaffolding yang menahan balok tidak dilepas dan akan
dilepas saat proses stresing telah dilakukan (umur beton 28 hari)
2.g) Pasang Tulangan atas balok Balok dan tulangan koneksi pelat HSC ke balok, serta48
tulangan antar pelat HCS setelah itu di cor sehingga menyatu dengan elemen komponen
struktur lainnya dan dapat bekerja sebagai diafragma.
2.h) dilanjutkan dengan proses stresing dilakukan setelah umur beton 28 hari dan alat
bantu support/scaffolding dilepas
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak
Hasil Analisis Gaya Dalam pada Tahapan Konstruksi
Dalam setiap tahapan konstruksi yang dimodelkan, terdapat gaya dalam yang berbeda yang perlu dicek terhadap desain, Berikut ditampilkan hasil analisis gaya
dalam momen dari tahapan konstruksi yang penting untuk desain:

CONTOH Hasil analisis gaya dalam Momen, Balok Pracetak Prategang (BP-
1) LT.5:

Gaya dalam dari berat balok 600x800 (BP-1), As G;3-4 lantai 5 (balok tipikal yang
Gaya dalam dari berat balok 600x800 (BP-1), As G;3-4 lantai 5 (balok tipikal yang ditinjau) panjang 13 m dengan perletakan diatas dua tumpuan sederhana kondisi
ditinjau) panjang 13 m dengan perletakan diatas dua tumpuan sederhana karena Balok pracetak segment Tulangan bawah telah tersambung dengan dissipater
belum dimonolitkan dengan serta tulangan sengkang pada sambungan balok juga telah terpasang dan sudah
49
dalam kondisi tergrouting sebagian.
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak
Hasil Analisis Gaya Dalam pada Tahapan Konstruksi
Dalam setiap tahapan konstruksi yang dimodelkan, terdapat gaya dalam yang berbeda yang perlu dicek terhadap desain, Berikut ditampilkan hasil analisis gaya
dalam momen dari tahapan konstruksi yang penting untuk desain:
CONTOH Hasil analisis gaya dalam Momen, Balok Pracetak Prategang (BP-1) LT.5:

50
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VI. Pemodelan Struktur Pracetak
Hasil Analisis Gaya Dalam pada Tahapan Konstruksi
Dalam setiap tahapan konstruksi yang dimodelkan, terdapat gaya dalam yang berbeda yang perlu dicek terhadap desain, Berikut ditampilkan hasil analisis gaya
dalam momen dari tahapan konstruksi yang penting untuk desain:

Hasil analisis gaya dalam Momen LT.Tipikal: 51


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VII. Pembebanan Desain SNI 2847-2019, Pasal 5 – BEBAN
 Ketentuan umum beban
 SNI 1727 dan ASCE 7-16
 Beban hidup reduksi
 Sesuai SNI 1727 dan ASCE 7-16
 SNI 2847-2019 –ps.5.2.3 dan ps.5.3.3
Reduksi beban hidup diizinkan sesuai dengan peraturan umum gedung atau bila
tidak terdapat dalam peraturan umum gedung harus berdasarkan SNI 1727.
 Beban angin
 Beban terfaktor 1.6 untuk “strength-level wind” 52

 Beban terfaktor 1.0 untuk “service-level wind”


Sumber : Presentasi B.Budiono 2847;2019
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VII. Pembebanan Desain Pembebanan Seismik
Pembebanan Gravitasi Pembebanan seismik pada struktur dilakukan dengan
Beban gravitasi yang diperhitungkan dalam pekerjaan memberikan beban seismik berupa respons spektra. Respons
desain ini antara lain: berat sendiri (self- weight), beban spektra desain yang digunakan dalam desain adalah
mati tambahan, dan beban hidup. berdasarkan SNI 1726-2012 untuk Kota Jakarta di lokasi
gedung dengan kelas situs Tanah Lunak (SE). Kelas situs ini
MATERIAL BERAT SENDIRI ditentukan berdasarkan hasil investigasi tanah yang telah
Beton Bertulang 24 kN/m3 dilakukan.
Baja Struktural 78.5 kN/m3

Beban mati tambahan pada lantai tipikal yang diperhitungkan pada pekerjaan
DED ini mengacu pada SNI 1727-2013 dan ditampilkan pada Tabel 2 .
Table 2.Beban pada lantai Tipkal Gedung (SNI 1727-2013)

FUNGSI AREA BEBAN MATI TAMBAHAN BEBAN HIDUP KETERANGAN

R. Hunian 1.5 kN/m2 1.92 kN/m2

R. Balai Prajurit 1.5 kN/m2 4.80 kN/m2 53

Beban Dinding 1.5 kN/m2


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
VII. Pembebanan Desain
Pembebanan Seismik

PARAMETER NILAI KETERANGAN

Kategori Risiko I Hunian

Ie 1.0 -

Ss 0.676 g Lat: -6.180495

S1 0.297 g Long: 106.82834149999996

Fa 1.348
Tipe Tanah Lunak
Fv 2.812

SDS 0.607 g SDS = (2/3) x SS x FA


54
SD1 0.557 g SD1 = (2/3) x S1 x FV
PEMBEBANAN AKIBAT GEMPA (EQ)
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam pekerjaan desain
ini adalah kombinasi beban yang mengacu pada SNI 1727-2013,
yaitu kombinasi beban ultimit dan layan sebagai berikut: Kombinasi beban layan

55
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

56
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
2. Estimasi tulangan

fc' 33.2 N/mm2 (Balok K 500)


fy 400 N/mm2 ( U 40)

As est = Mu/(f fy 0.9 d) = 5804 mm2 d= 760 mm


dia. tul = 25 mm
As1 = 491 mm2
nest = 11.8 buah
n = 5 buah 5 D 25
As = 2454 mm2 dc 75
ρ = As/(bd) = 0.005
b= 600 mm
3. Cek Persyaratan

a. tulangan minimum

ρ min = 1/4/fy 0.0035 < ρ 0.005 Ok !!!!!!

b. tulangan maksimum

rb = (0.85 b) (fc'/fy) (600/(600+fy)) 0.036


ρ max = 0.75 rb 0.027 > ρ 0.005 Ok !!!!!!

57
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
1. Estimasi Dimensi

Full Beam 600 mm x 800 mm


h = 800 mm (Tinggi balok )
b = 600 mm (Lebar balok )
Selmut. bet = 40 mm (Selimut beton)
d = 770 mm (Panjang Efek tif Balok )

2. Estimasi tulangan

fc' 33.2 N/mm2 (Balok K 500)


fy 400 N/mm2 ( U 40)

As est = Mu/(f fy 0.9 d) = 14018 mm2 d= 770 mm


dia. tul = 25 mm
As1 = 491 mm2
nest = 28.6 buah
n = 3 buah 3 D 25
As = 1473 mm2 dc 75
ρ = As/(bd) = 0.003
b= 600 mm
3. Cek Persyaratan

a. tulangan minimum

ρ min = 1/4/fy 0.0035 < ρ= 0.003 Ok !!!!!!

b. tulangan maksimum

rb = (0.85 b) (fc'/fy ) (600/(600+fy )) 0.036


ρ max = 0.75 rb 0.027 > ρ= 0.003 Ok !!!!!!

c. Kontrol retak 58

fs =0.6*fy 240 N/mm2


dc 0.075 m
A = (b/2*dc) 0.0225 m2
z = fs (dc A)^(1/3) 28.57 MN/m < 30 MN/m Ok !!!!!!
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

59
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
X. Desain sambungan hubungan balok – kolom

Perencanaan Sambungan :
Sistem sambungan Pracetak Harus
sesuai dengan system yang telah di
uji sesuai dengan konsep sambung
yang tertera pada laporan hasil
pengujian. Perencanaan Detail
Sambungan harus dilakukan sesuai
dengan persyaratan SNI 2847:2019
60
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
X. Desain sambungan hubungan balok – kolom

61
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
X. Desain sambungan hubungan balok – kolom

62
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

CONTOH PENERAPAN
1. PERENCANAAN PELAT KONVENSIONAL DAN PRACETAK
2. SIMULASI PENENTUAN JENIS SISTEM PRACETAK YANG DIGUNAKAN DAN VARIASINYA
DENGAN TIPE STRUKTUR LAIN PADA BEBERAPA LOKASI PEMBANGUNAN DI INDONESIA
BERDASARKAN SNI 1726:2012

63
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

1. PERENCANAAN PELAT
- Pelat menahan beban gravitasi
- Pelat adalah komponen bervolume terbesar pada struktur. Efisiensi perencanaan pada komponen
ini berpengaruh besar pada efisiensi struktur secara keseluruhan
- Contoh penerapan dilakukan pada desain pelat rusunawa T-24 Kementerian Pekerjaan Umum
- Desain dilakukan pada pelat konvensional berdasarkan SNI 03-2847-2002 dan pada pelat
pracetak berdasarkan SNI 7833:2012

64
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

65
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

66
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)
Perencanaan pelat konvensional berdasarkan SNI 03-2847-2002
1. Tidak membutuhkan metoda kontrol tegangan
2. Metoda yang umum digunakan adalah :
a) Tentukan tebal pelat berdasarkan persyaratan lendutan dalam rumusan 17
pada pasal 11.5.3.2
b) Momen-momen dicari dari metoda amplop
Faktor beban : Pasal 11.2.1 (5) 1.2 D + 1.6 L dan (4) 1.4 D.
c) Tulangan ditentukan berdasarkan rumusn kekuatan batas lentur pelat.
Faktor reduksi kekuatan : Pasal 11.3.2.1 yaitu φ = 0.8.

67
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)
7.5 m
7.5 m
Precast

9m
9m

6 cm
Klasifikasi Pelat Lantai :
1. Pelat Two way (2 Arah) = ly/lx < 2
2. Pelat one way (1 Arah) = ly/lx > 2
68
1.41 m

4.04 m
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai dua arah

69
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai 2 Arah

70
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai 2 Arah

71
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

 Hal – hal yang harus diperhatikan :


 Kontrol saat Pengangkatan Komponen Pracetak
 Kontrol saat penumpukkan komponen
 Kontrol saat pengecoran
 Kontrol saat pemasangan
 Desain tulangan handling / titik angkat
72
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

Perencanaan pelat pracetak berdasarkan SNI 7833:2012


1. Perencanaan pelat menggunakan konsep pelat satu arah, dengan
dilengkapi kontrol terhadap lendutan
2. Menggunakan metoda kontrol tegangan
a. Saat dikeluarkan dari cetakan (demoulding) pada usia 1 hari (mutu
beton 40% fc’), yang diangkat pada 4 titik angkat pada jarak
optimal 0.21 L. Beban adalah berat sendiri

73
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

2
- Mx = + Mx = 0,0107 wba
2
- My = + My = 0,0107 wab

74
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)
Tulangan Pelat Lantai Konvensional harus di check dengan program SAFE sebab Tabel PBI 1971
mengasumsikan balok tidak melendut

75
HANDLING

2
- Mx = + Mx = 0,0107 wba
2
2 - My = + My = 0,0107 wab
Mx = 1/8 wba
2
- My = + My = 0,0107 wab

2
Mx = 1/8 wba 2
2
- Mx = + Mx = 0,0054 wba
- My = + My = 0,0027 wab
2
- My = + My = 0,0107 wab
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

Perencanaan pelat pracetak berdasarkan SNI 7833:2012


2. Menggunakan metoda kontrol tegangan
b. Pelat dipasang pada usia 3 hari (mutu beton 60% fc’), dengan
kondisi kekangan sederhana di kedua ujung dan ditopang 1 tumpuan
di tengah bentang. Beban adalah berat sendiri dan beban konstruksi
100 kg/m2

77
HANDLING, STOCKING, AND ERECTION

DEFLEKSI
2
Mmax = 0,013 wL

BAGIAN YG LEMAH

BAGIAN YG KAKU

KEMUNGKINAN RETAK
PADA BAGIAN INI 0,3 L

2
Mmax = 0,045 wL
0,44 L 0,16 L
w = berat sendiri + 25% beban kejut
L > 15 m
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

79
HANDLING, STOCKING, TRANSPORTATION AND
ERECTION

80
STOCKING
MAKS. 1,50 m
STOCKING

CRACKS
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

Perencanaan pelat pracetak berdasarkan SNI 7833:2012


2. Menggunakan metoda kontrol tegangan
c. Pelat pada masa layan (mutu beton penuh fc’), dengan kondisi
kekangan menerus. Beban adalah berat sendiri dan beban layan
rusuna 200 kg/m2

83
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

84
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

Perencanaan pelat pracetak berdasarkan SNI 7833:2012


3. Faktor kepastian mutu yang lebih baik diberikan pada
a) faktor beban Pasal 4.10.1.2.1 (a) 1.15 D + 1.5 L dan (c) 1.3 D
b) faktor reduksi kekuatan φ untuk penampang terkontrol tarik
pada Pasal 6.8.1.3.1 φ = 0.9.

85
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

86
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

87
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XI. Desain komponen pelat lantai ( metode one way)

Jika dilihat dari hasil efisiensi besi saja, maka terdapat


efisiensi besi 96 – 77 = 19 kg/m3 atau sekitar 19/96 =
20%. Potensi efisiensi lain adalah penggunaan
bekisting yang repetisinya lebih banyak dan
penggunaaan penyangga yang jauh lebih sedikit.

88
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

89
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)
Lantai harus didesain sebagai semi rigid diafragm, bila :
a. Struktur tdk beraturan.
b. Torsi yg melebihi persyaratan.
c. H/B > 3. Semi rigid diafragm
d. Pracetak - Lantai Harus Dimodelkan Sebagai Elemen Pelat Shell dengan diksritis
asi maksimum 1m x 1m dan momen Inertia 0.25
- HCS dimodelkan per lembar, kemudian didiskretisasi
- Kolektor penghubung shear wall dengan frame diasumsikan sebagai
komponen kolom,dicek :
a. Bila Pu > 0.1 f'c.Ag, kolom kolektor 90

b. Bila Pu < 0.1 f'c.Ag, bisa dianggap sbg balok.


TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

91
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

92
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

Diketahui Nilai :
SDS 0.607
Ie 1
kx 1.344
ky 1.315

93
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

94
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

95
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

96
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

DESAIN GESER PADA DIAFRAGMA


Geser pada diafragma :
lebar potongan = 64.216 m
Gaya geser pada potongan : = 401.96 kN
Gaya nominal perlu (Vn = Vu/φ) = 669.93 kN
Tahanan Geser Beton (Vc) = 1/6 √fc' b.d
= 9138.097 kN
> dari Vu/φ, jadi tidak diperlukan tulangan geser
F11 (kN) Gaya Geser
Vn =Vu/φ
section d (m) Beton (kN) - tulangan geser
kanan kiri (kN)
Vn
97
Sec Cut 1 0.997 1.353 3.614 58.059 9179.934 tidak diperlukan
Sec Cut 2 405.830 398.090 1236.800 57.794 7919.684 tidak diperlukan
Sec Cut 3 0.152 0.152 0.468 11.628 1593.408 tidak diperlukan
Sec Cut 4 0.153 0.152 0.469 11.565 1584.775 tidak diperlukan
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)

98
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Balok Kolektor (persyaratan tambahan)

99
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)
Perhitungan gaya desain kolektor :

100
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Diafragma (persyaratan tambahan)
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Balok Kolektor (persyaratan tambahan)

102
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Balok Kolektor (persyaratan tambahan)

103
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Balok Kolektor (persyaratan tambahan)
SCWB Kolom + Balok Prestress (BP)
Data Penulangan Balok Kolektor tanpa confinement

104
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XIII. Desain Balok Kolektor (persyaratan tambahan)
SCWB Kolom + Balok Prestress (BP)

105
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK

106
TRANSPORTATION Fig 5.2.19 Load amplication factors

Sistem transportasi menyangkut pemilihan alat


transportasi, pemilihan penumpu atau alat
bantu yang harus menjamin komponen tidak
rusak selama proses transportasi, termasuk 107

akibat beban-beban dinamik


TRANSPORTATION
108
ASPEK TEKNIS PENGGUNAAN SISTEM PRACETAK
 FAKTOR TRANSPORTASI

109
ASPEK TEKNIS PENGGUNAAN SISTEM PRACETAK
 FAKTOR TRANSPORTASI

110
TOLERANSI PRODUK UNTUK ELEMEN PRECAST
TOLERANSI PEMASANGAN DINDING
PRECAST
ERECTION
TOLERANSI PEMASANGAN KOLOM PRECAST : Posisi
terhadap as bangunan dan kemiringan

111
TOLERANSI PRODUK UNTUK ELEMEN PRECAST
PRODUCT TOLERANCES PRODUCTS
Length __
± 1/4 in 18
± 3/8 in 16, 17
± 1/2 in 6, 7, 8, 9, 13, 15
± 3/4 in 3, 5
± 1 in 1, 2, 4, 11, 12, 14

Width __
± 1/4 in 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 15, 16, 18
± 3/8 in 14
± 1/4 in - ± 3/8 in 4
± 3/8 in 11, 13
± 1/2 in 17

Depth __
± 1/8 in - ± 1/4 in 10, 18
± 1/4 in 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15
± 1/4 in - ± 1/2 in 4
± 3/8 in 11
112
TOLERANSI PRODUK UNTUK ELEMEN PRECAST

PRODUCT TOLERANCES PRODUCTS


Flange thickness __
± 1/8 in - ± 1/4 in 1, 2, 8, 10, 12, 15
± 1/4 in 3, 4

Web thickness __
± 1/8 in 1, 8, 10, 12, 15
± 1/4 in 2, 3
± 1/4 in - ± 3/8 in 4
± 3/8 in 5

Position of tendon __
± 1/4 in 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15 ,18
± 1/8 in 10

Bearing plates, position __


± 1/2 in 1, 2, 3, 12, 15
± 5/8 in 4

113
TOLERANSI PRODUK UNTUK ELEMEN PRECAST
KETERANGAN KETERANGAN

1 = double tee 10 = architectural wall panel


2 = single tee 11 = pile
3 = building beam (rect. and ledger) 12 = joist
4 = I-beam 13 = step unit
5 = box beam 14 = sheet piling
6 = column 15 = single riser bleacher slabs
7 = hollow-core slab 16 = prison cell module - single
8 = ribbed wall panel 17 = prison cell module - single
9 = insulated wall panel 18 = prestressed concrete panels for storage
tanks

114
DESAIN BALOK RUSUN PASPAMPRES 12 M
DESAIN BALOK RUSUN PASPAMPRES 12 M
DESAIN BALOK RUSUN PASPAMPRES 12 M
DESAIN BALOK RUSUN PASPAMPRES 12 M
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)
Kolom Precast Pelat lantai Precast

Balok Precast
119
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)
Pelat lantai Precast

Kolom Precast

Balok Precast
120
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

121
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

122
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

123
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

124
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

125
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI. Gambar Desain Menggunakan Building Informasi Modeling (BIM)

126
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI.Gambar Desain ( shopdrawing)

127
TAHAPAN DESAIN METODE PRACETAK
XVI.Gambar Desain ( shopdrawing)

128
RANGKUMAN SIDANG TABG-SG
RANGKUMAN SIDANG TABG-SG
RANGKUMAN SIDANG TABG-SG
RANGKUMAN SIDANG TABG-SG
RANGKUMAN SIDANG TABG-SG
PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) PERENCANAAN STRUKTUR

134
PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) PERENCANAAN STRUKTUR

135
PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) PERENCANAAN STRUKTUR

136
PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) PERENCANAAN STRUKTUR

137
DOKUMENTASI PELAKSANAAN

138
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai